Anda di halaman 1dari 5

RESPIRASI

Fujia Sepia Nuraisya


Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Garut
*email: 24031118107@faperta.uniga.ac.id

ABSTRAK
Respirasi adalah proses sentral dari sel-sel hidup yang memediasi pelepasan energi melalui
pemecahan senyawa karbon dan pembentukan kerangka karbon (carbon sekeletons) yang
diperlukan untuk menjaga reaksi sintesis setelah panen. Dari pandangan pasca panen, pengaruh
utama laju respirasi adalah penting, karena laju respirasi mengindikasikan laju metabolisme
secara keseluruhan tanaman atau bagian tanaman. Seluruh perubahan metabolisme yang terjadi
setelah panen, khususnya hal yang berhubungan dengan mutu dari produk merupakan perhatian
penting ahli pasca panen. Semakin tinggi laju respirasi maka semakin cepat terjadinya
perombakan yang mengarah pada kemunduran dari produk tersebut sehingga laju respirasi
sering digunakan sebagai indeks untuk menentukan masa simpan produk segar. Berdasarkan
hasil praktikum penetuan pola repirasi dan pengukuran laju respirasi buah timun, pola
respirasinya adalah non klimaterik (laju respirasi menurun setelah pemanenan) dan laju
respirasinya terolong rendah (7,624 ). Laju respirasi rendah
mengindikasikan umur simpan yang lama karena rendahnya proses perombakan yang terjadi
akibat proses respirasi (respirasinya lambat).

Kata Kunci: Respirasi, Laju Respirasi, Non klimaterik

PENDAHULUAN
Respirasi adalah proses sentral dari sel-sel hidup yang memediasi pelepasan energi melalui
pemecahan senyawa karbon dan pembentukan kerangka karbon (carbon sekeletons) yang
diperlukan untuk menjaga reaksi sintesis setelah panen. Buah – buahan memiliki jenis respirasi
yang berbeda – beda. Pola laju respirasi dari buah – buahan terdapat dua jenis yaitu buah
klimaterik dan non klimaterik. Buah klimaterik adalah buah yang mempunyai peningkatan atau
atau kenaikan laju respirasi sebelum pemasakan. Buah klimaterik menghasilkan lebih banyak
etilen pada saat matang dan mempercepat serta lebih seragam tingkat kematangannya pada saat
pemberian etilen(Febrianto, 2009). Sedangkan buah non klimaterik tidak menunjukkan adanya
kenaikan laju respirasi, buah non klimaterik juga menghasilkan sedikit etilen dan tidak
memberikan respon terhadap etilen kecuali dalam hal degreening (penurunan kadar klorofil).
Dari pandangan pasca panen, pengaruh utama laju respirasi adalah penting, karena laju respirasi
mengindikasikan laju metabolisme secara keseluruhan tanaman atau bagian tanaman. Seluruh
perubahan metabolisme yang terjadi setelah panen, khususnya hal yang berhubungan dengan
mutu dari produk merupakan perhatian penting ahli pasca panen. Posisi sentral dari respirasi
dari tanaman atau bagian tanaman serta kemudahan pengukurannya maka memungkinkan
respirasi digunakan sebagai ukuran umum dari laju metabolisme. Jadi respirasi berlangsung
adalah untuk memperoleh energi agar tetap dapat melangsungkan aktivitas hidupnya.
Semakin tinggi laju respirasi maka semakin cepat terjadinya perombakan yang mengarah
pada kemunduran dari produk tersebut sehingga laju respirasi sering digunakan sebagai indeks
untuk menentukan masa simpan produk segar (Ryal dan Lipton, 1972). Berbagai produk
mempunyai laju respirasi yang berbeda, umumnya tergantung pada struktur morfologi dan
tingkat perkembangan jaringan bagian tanaman (Kays, 1991). Respirasi menghasilkan panas
yang menyebabkan terjadinya peningkatan panas pada produk sehingga proses kemunduran
seperti kehilangan air, pelayuan, dan pertumbuhan mikroorganisme akan meningkat.
Tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan menentukan laju respirasi buah-buahan
yang disimpan pada suhu ruang.
METODE
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Garut
pada tanggal 23 Oktober 2021.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timun, Ca , indikator PP, NaOH,
dan HCl. sayur kangkung dan buah mangga. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
timbangan digital, toples kaca, pompa aerator, refrigerator, lilin (malam), erlenmeyer, buret,
statif, dan selang plastik.

Prosedur praktikum ini adalah; Pertama buah dibersihkan dan ditimbang, kemudian
dimasukkan ke dalam toples gelas. Kedua susunlah peralatan seperti gambar dibawah ini :

Ketiga udara sebelum melewati buah, terlebih dahulu dilewatkan dalam larutan
pada erlenmeyer A untuk mengikat sisa yang mungkin masih ada, udara yang
keluar dari erlenmeyer A tersebut dilewatkan lagi ke dalam larutan NaOH 0,01 N dalam
erlenmeyer B. Keempat udara yang keluar dari erlenmeyer B dianggap telah bebas dari dan
kemudian dilewatkan ke dalam toples gelas C yang berisi contoh buah. Selanjutnya udara yang
keluar dari wadah C ditampung dalam erlenmeyer D yang berisi 50 ml larutan NaOH 0,05 N
yang berfungsi mengikat gas yang diproduksi oleh buah sebagai hasil respirasi. Untuk
mengikat yang mungkin belum terikat setelah melewati erlenmeyer D, maka digunakan
lagi satu buah erlenmeyer E yang juga berisi 50 ml larutan NaOH 0,05 N. Kelima pengukuran
jumlah gas yang terikat oleh larutan NaOH 0,05 N dalam erlenmeyer D dan E dilakukan
setelah respirasi berlangsung selama 1 jam. Larutan NaOH 0,05 N yang sudah mengikat
tersebut dititrasi dengan HCl 0,05 N dengan menggunakan indikator fenolftalein 1%. Keenam
untuk koreksi dilakukan dengan cara yang sama seperti diatas (point 1 – 5), tetapi wadah C
tidak diisi contoh buah (Blanko). Ketujuh laju respirasi dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
= x (Blanko – sample) x N HCl x BM x
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Laju Respirasi buah Timun
Dik: W Timun = 488,3 g
Volume blanko = 22,90 ml
Volume sample = 22,00 ml
N HCl = 0,047
BM = 44

Dit: Laju respirasi timun?

= x (Blanko – sample) x N HCl x BM x

= x (22,90 – 22,00) x 0,047 x x

= x (0,90) x 0,047 x x

= (0,45) x 0,047 x x

= x FP

FP = 100/25 = 4

= x4

Laju respirasi =

Praktikum penentuan laju respirasi ini dilakukan dengan menggunakan rangkaian alat
respirasi dan aerator. Prinsip kerja rangkaian alat respirasi tersebut adalah aerator disambungkan
pada toples pertama yang telah diisikan larutan kapur . Larutan ini berfungsi
sebagai penangkap senyawa-senyawa yang ada di udara selain . Toples pertama
disambungkan pada toples kedua yang telah diisikan juga dengan larutan . Toples
kedua disambungkan dengan toples ketiga. Toples ketiga ini berisikan buah yakni timun yang
akan akan diamati laju respirasinya. Toples ketiga disambungkan pada toples keempat yang
telah diisikan larutan NaOH 0,05 N. Larutan NaOH ini berfungsi sebagai penangkap yang
dimungkinkan terdapat pada udara dan ikut masuk bersama senyawa lain dari udara luar.
Kemudian toples keempat disambungkan dengan toples kelima yang diisi dengan larutan NaOH
0,05 N. Toples kelima ini berfungsi sebagai penangkap yang mungkin tidak tertangkap
pada toples keempat. Toples-toples tersebut disambungkan dengan selang dan dirapatkan
dengan lilin sehingga diharapkan tidak ada udara luar yang masuk melalui lubang pada tutup
toples. Setelah pemasangan alat selesai dilakukan, aerator dijalankan selama 1 jam.
Berdasarkan hasil pengamatan untuk sampel buah mentimun atau timun yang merupakan
buah non klimaterik memiliki laju respirasi 7,624 mg /kg buah/jam yang tergolong rendah
sebagaimana tertera pada tabel berikut:
Laju respirasi (mg /kg Golongan Contoh komoditi
buah/jam)
<5 Sangat rendah Kentang, bawang putih
5 – 10 Rendah Wortel, kubis, timun, tomat
10 – 20 Sedang Terung, bunga kol, buncis
20 – 30 Tinggi Bayam
>30 Sangat tinggi Asparagus, jamur merang

Produk dengan laju respirasi rendah seperti timun cenderung lambat mengalam kerusakan.
Hal ini dikarenakan keberadaan etilen dalam timun yang sedikit. Etilen adalah senyawa organik
sederhana yang berfungsi sebagai hormon pertumbuhan, perkembangan, dan kelayuan. Pada
buah non klimaterik seperti timun proses respirasi setelah pemanenan terjadi penurunan secara
perlahan-lahan. Warna yang dihasilkan buah timun dari hijau menjadi hilang lama kelamaan
selama proses penyimpanan disebabkan terjadinya pemecahan klorofil bersamaan dengan
sintesa pigmen-pigmen lain.
Laju respirasi ini merupakan indikasi yang baik untuk mengukur atau menduga umur
simpan buah-buahan. Dalam praktikum ini buah timun memiliki laju respirasi yang tergolong
rendah. Hal ini mengindikasikan buah timun akan lebih lama masa simpannya, karena
mengalami laju respirasi yang rendah atau lambat. Jika laju respirasi tinggi maka akan semakin
cepat terjadinya perombakan yang mengarah pada kemunduran dari produk tersebut.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Timun adalah buah non klimaterik karena memiliki laju respirasi yang tergolong rendah
setelah pemanenan.
2. Hasil laju respirasi buah timun sudah sesuai dengan literatur (tergolong rendah).
3. Nilai plus pada laju respirasi disebabkan volume titrasi yang lebih kecil daripada volume
blanko yang disebabkan vakum toples ketika proses aerasi sedang berlangsung yang sudah
tepat.
4. Laju respirasi merupakan indikasi yang baik untuk mengukur atau menduga umur simpan
buah-buahan.

DAFTAR PUSTAKA

Dwiari, Sri Rini. dkk. 2008. Teknologi Pangan Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.

Febrianto, 2009. Pengkajian Penyimpanan Buah Segar dengan Modified Atmosphere dalam
Kemasan Film. Tesis. Program Pascasarjana. Instiut Pertanian Bogor, Bogor.

Julianti, E. 2011. Pengaruh Tingkat Kematangan dan Suhu Penyimpanan terhdap Mutu Buah
Terong Belanda (Cyphomandra betacea). J. Hort. Indonesia 2(1): 14-20. USU. Medan.

Kartasapoetra, A. G. 1994. Teknologi Penanganan Pascapanen. Jakarta. Bina Aksara. Hlm 17-
18.

Muchtadi, D. 1992. Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah-buahan. Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan
Dan Gizi. IPB Press. Bogor.

Pantastico, E.B. 1993. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan, dan Pemanfaatan Buah-buahan dan
Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press.
Santoso, B. 2007.Fisiologi dan Biokimia Pada Komoditi Panenan Hortikultura. Universitas
Mataram.Mataram.

Susanto, T. dan B. Saneto,1994.Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian.Bina Ilmu, Surabaya.

Tensiska, M.M., dan Y. Cahyana. 2010. Biokimia Pangan 1. Penerbit Widya Padjajaran,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai