MODUL 2
PENENTUAN LAJU RESPIRASI PRODUK BUAH-BUAHAN PADA SUHU YANG
BERBEDA
1
Praktikum Fisiologi Pascapanen (PP2202)
masih berada pada pohonnya, sedangkan buah klimaterik akan cepat matang setelah buah
dipanen.
Buah-buahan non-klimaterik menghasilkan sedikit etilen dan tidak memberikan respon
terhadap etilen kecuali terjadi pada saat penurunan kadar klorofil (degreening), contoh untuk
buah jeruk dan nanas. Terdapat indikator yang dapat membedakan antara buah klimaterik dan
non-klimaterik, yaitu respon buah terhadap pemberian etilen yang merupakan gas hidrokarbon
yang secara alami dikeluarkan oleh buah-buahan dan mempunyai pengaruh dalam peningkatan
respirasi. Buah non-klimaterik akan merespon pemberian etilen baik pada tingkat pra-panen
maupun pada tingkat pasca panen. Sedangkan buah klimaterik hanya akan memberikan respon
terhadap etilen apabila etilen diberikan pada saat buah berada pada tingkat pra-klimaterik.
Setelah kenaikan respirasi dimulai maka buah klimaterik tidak akan peka lagi terhadap
pemberian etilen.
Buah-buahan klimakterik yang sudah mature, setelah dipanen secara normal
memperlihatkan suatu laju penurunan respirasi sampai tingkat minimal, yang diikuti oleh
peningkatan laju respirasi yang cepat sampai ke tingkat maksimal, yang disebut puncak
respirasi klimakterik. Bila buah-buahan klimakterik berada pada tingkat maturitas yang tepat,
diekspos etilen dengan konsentrasi tinggi selama beberapa saat, akan terjadi rangsangan
pematangan yang tidak dapat kembali lagi (irreversible ripening).
Pada buah-buahan non klimakterik terjadi hal yang berbeda, yaitu tidak terjadi kenaikan
laju respirasi yang mendadak. Meskipun buah-buahan tersebut diekspos dengan etilen kadar
yang tinggi, laju respirasinya akan sama dengan apabila terekspos atilen dalam ruangan.
Kalaupun ada, peningkatan laju respirasinya kecil saja. Segera setelah itu, laju respirasi
kembali lagi pada laju kondisi istirahat normal, bila etilennya ditiadakan.
2
Praktikum Fisiologi Pascapanen (PP2202)
2. Tempatkan masing-masing toples pada ruangan dengan suhu yang berbeda, yaitu pada
ruang terbuka (suhu ±25oC), ruang sejuk ber-AC (suhu ±15oC), dan refrigerator (suhu
±5oC) selama 1 jam.
3. Siapkan empat buah erlenmeyer bersih, satu buah erlemeyer diisi dengan larutan Ca(OH) 2
jenuh sebanyak 100 ml dan tiga erlenmeyer lainnya diisi dengan larutan NaOH 0,05 N
masing-masing sebanyak 50 ml, kemudian ditutup dengan karet yang dilengkapi dengan
dua lubang berisi selang karet untuk pemasukan dan pengeluaran udara.
4. Setelah 1 jam, ambil toples dari ruang penyimpanan, selang udara pada tutupnya
dihubungkan dengan selang pada tutup Erlenmeyer seperti digambarkan pada Gambar 2.1.
Alirkan udara melalui pompa udara dengan kecepatan alir 1 L/menit selama 4 menit,
kemudian selang udara pada toples ditutup kembali dengan penjepit.
5. Udara sebelum melewati buah terlebih dahulu dilewatkan dalam larutan Ca(OH) 2 jenuh
pada erlemeyer A untuk mengikat CO2 sisa yang mungkin masih ada. Udara yang keluar
dari erlemeyer A dianggap telah bebas dari CO2 dan kemudian dilewatkan ke dalam toples
berisi contoh buah. Udara yang keluar dari toples ditampung dalam erlemeyer B yang
berisi 50 ml NaOH 0,05 N yang berfungsi untuk mengikat gas CO 2 yang diproduksi oleh
buah sebagai hasil respirasi.
6. Setelah proses pengaliran udara, kemudian ambil larutan NaOH 0,05 N sebanyak 10 ml
menggunakan pipet gondok dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml, tambahkan
indikator fenolftalein 1 % sebanyak 3 tetes (larutan akan berwarna merah), kemudian
dititrasi dengan HCl 0,05 N sampai warna merah hilang. Catat volume HCl yang
digunakan. Lakukan duplo.
7. Untuk koreksi dilakukan dengan cara yang sama seperti diatas, tetapi toples tidak diisi
contoh buah (blanko).
8. Laju respirasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
3
Praktikum Fisiologi Pascapanen (PP2202)
Q10 = (R2/R1)10/(T2-T1)
4
Praktikum Fisiologi Pascapanen (PP2202)