FIX Artikel - Studi Kasus - PPLBK - KhalidaEAS - 17010103
FIX Artikel - Studi Kasus - PPLBK - KhalidaEAS - 17010103
Abstract
This study aims to determine, the factors that cause narcissism and the application of
exercises are responsible for overcoming the problem of narcissism among students of
SMK Negeri 1 Cisarua. This research is a qualitative research with a case study type.
Adolescents with narcissistic personalities have the notion that they are special,
ambitious, and like to seek fame. The data collection technique of this research is
observation (observation), interview (interview), documentation. The subjects in this case
study research were determined purposively, were students who had isolated problems
due to their narcissistic nature, namely P. The results explained that the implementation
of individual counseling activities was in accordance with its stages, namely the
formation stage, at the formation stage the students knew the purpose of carrying out
individual counseling, following the directions delivered by researchers and participate
actively in individual counseling activities.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, faktor penyebab narsisme dan penerapan
latihan bertanggung jawab untuk mengatasi masalah narsisme siswa SMK Negeri 1
Cisarua. Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif dengan jenis penelitian Studi
Kasus. Remaja yang berkepribadian narsistik mempunyai anggapan bahwa dirinya
spesial, ambisisus, dan suka mencari ketenaran. Teknik pengumpulan data penelitian ini
adalah Observasi (Pengamatan), Interview (Wawancara), Dokumentasi. Subjek dalam
penelitian studi kasus ini ditentukan dengan purposive adalah siswa yang mengalami
masalah terisolir di sebabkan sifat yang narsis yaitu P. Hasil penelitian menjelaskan
pelaksanaan kegiatan konseling individu sesuai dengan tahapannya yaitu tahap
pembentukan, pada tahap pembentukan siswa mengetahui tujuan dilaksanakannya
konseling individu, mengikuti arahan yang disampaikan oleh peneliti dan ikut
berpartisipasi aktif terhadap kegiatan konseling individu.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Cisarua. Umumnya siswa
di SMK Negeri 1 Cisarua memiliki prestasi gemilang baik tingkat
Kabupaten maupun tingkat Nasional, namun tidak sedikit siswa yang
mengalami berbagai permasalahan baik ringan atau pun berat.
Permasalahan yang sering terjadi pada siswa rata-rata karena masalah
pribadi, masalah sosial dan masalah belajar, untuk itu peneliti bermaksud
mengkaji lebih jauh tentang perilaku narsisme siswa yang berlebihan
terhadap diri sendiri dengan pendekatan konseling individu dan teknik cognitive
behavior therapy sebagai satu upaya yang dilakukan oleh konselor dalam
mengatasi berbagai permasalahan siswa di SMK Negeri 1 Cisarua. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan
jenis studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena-
fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan dalam arti penelitian ini
difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami
secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena lainnya.
Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan-kegiatan orang
yang diamati, maka peneliti menggunakan metode observasi partisipasi
(participant observation). Peneliti mengamati perilaku konseli dan ikut serta
dalam kehidupan konseli sehari-hari. Peneliti bertukar nomor whatsapp dan
mencari informasi dari konseli kegiatan apa yang dilakukan oleh siswa “P” sehari-
hari, apakah ada peningkatan atau tidak. Metode interview atau wawancara
adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan antara
peneliti dengan subyek yang diteliti. Dengan proses tanya jawab yang
berlangsung secara lisan dengan Guru BK dan Siswa yang bersangkutan.
Bertatap muka serta mendengarkan secara langsung informasi atau
keterangan-keterangan tentang masalah yang terkait terhadap satu orang siswa di
SMK Negeri 1 Cisarua. Dan informasi yang didapatkan mengalami sedikitnya
beberapa perubahan yaitu siswa “P” mau datang ke sekolah untuk luring, mampu
mengumpulkan tugas yang telah di tangggung jawabkan kepada koseli. Dengan
catatan konseli datang ke sekolah dengan di dampingi oleh wali kelas ataupun
guru BK.
Metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan
data yang digunakan sebagai suatu pendukung dari wawancara untuk
mengetahui dan mencatat data tentang latar belakang objek penelitian dan untuk
memperoleh data mengenai keberhasilan pelaksanaan kegiatan studi kasus
terhadap penyelesaian masalah di SMK Negeri 1 Cisarua. Teknik
analisis data yang digunakan dari hasil penelitian, peneliti menganalisa
dengan menitikberatkan pada sisi kualitatifnya. Sehingga nampak bahwa teknik
cognitive behavior therapy layanan studi kasus dalam bidang bimbingan dan
konseling itu efektif dilaksanakan oleh guru pembimbing terhadap
penyelesaian masalah siswa di SMK Negeri 1 Cisarua.
A. Diagnosis
Dalam langkah ini yang saya lakukan adalah menetapkan masalah
konseli dan latar belakang berdasarkan hasil analisis. Melihat dari langkah
yang pertama saya lakukan bahwa konseli mengalami kecenderungan
pribadi narsistik yang selalu ingin diperhatikan lebih oleh lingkungan
sekitar dan menganggap orang lain lebih rendah dibawah dirinya.
B. Prognosis
Dalam langkah ini menetapkan alternative tindakan yang akan
saya berikan kepada konseli selanjutnya melakukan perencanaan mengenai
jenis dan bentuk masalah apa yang sedang dihadapi oleh konseli seperti
rumusan masalah yang dihadapi oleh konseli. Maka saya memperkirakan
bahwa konseli merasa dirinya patut diperhatikan karena merasa special
dimata orang lain, konseli senang mencari perhatian dan ingin menjadi
pusat perhatian.
Melihat dari permasalahan yang dihadapi oleh konseli maka saya
akan membuat alternative tindakan bantuan yang akan saya lakukan untuk
membantu konseli yaitu memberikan layanan konseling individual yang
bertujuan untuk membantu konseli supaya tidak mengalami narcissistic
personality disorder. Dan saya menawarkan kepada konseli untuk
mengikuti kegiatan secara luring dan daring melalui aplikasi WhatsApp.
C. Pemberian Bantuan
Setelah menetapkan pemberian bantuan alternative kepada konseli
dalam langkah prognosis, maka dalam langkah pemberian bantuan ini saya
merealisasikan langkah-langkah alternative bentuk bantuan berdasarkan
masalah dan latar belakang yang menyebabkan konseli bermasalah. Dan
dalam tahap ini saya melakukan proses konseling individual mengenai
cara mengatasi narsistik dan self control.
Pada tahap pertama ini sebagai konselor bertanya kepada konseli
yaitu, apakah permasalahan yang dia hadapi cukup membuat jenuh dan
ingin merasakan suasana baru untuk membentuk kembali kebiasaan yang
baru dalam keadaan Covid-19. Setelah menjalin hubungan dengan konseli
saya memberikan masukan kepada konseli dengan membagikan tips agar
semangat untuk bangkit dalam keterpurukan. Untuk tahap selanjutnya saya
melakukan tanya jawab dan memberikan kesempatan kepada konseli
untuk mencurahkan isi hatinya. Selain daripada itu memberikan masukan
kepada konseli mengenai bagaimana caranya harus bersikap, menghormati
orang lain dan bersosialisasi dengan cara yang selayaknya. Dan konseli
memberikan beberapa pilihan tanggung jawab dari masukan yang saya
berikan agar bisa dikerjakan oleh konseli sebagai bentuk perubahan sikap
yang dialami saat ini.
Sebelum menyelesaikan beberapa tanggung jawab atau misi
tertentu yang diberikan konselor, maka konseli diminta untuk menuliskan
misi apa saja yang akan konseli lakukan kedepannya dan di selesaikan
guna memenuhi tanggung jawab yang sudah diberikan dan mencapai
tingkatan-tingkatan yang diharapkan dan ingin dicapai. Selain itu konseli
diharapkan dapat bekerjasama dengan orang tua dan berdamai dengan diri
sendiri untuk menentukan setiap langkah positif yang dijalankan. Setelah
konseli memahami apa yang saya sampaikan dan bertanya mengenai
beberapa langkah yang harus dilakukan setelah itu semua pertanyaan
terjawab, maka saya harus melakukan evaluasi dalam langkah berikutnya.
B. Konseling Individu
1. Pengertian Konseling Individu
Menurut Blocher dalam Shertzer & Stone (1969). Konseling
merupakan suatu interaksi yang dilakukan antara konselor dengan
individu, yang bertujuan agar konseli dapat menyadari dirinya sendiri
dan mampu memberikan reaksi terhadap pengaruh-pengarah
lingkungan yang diterimanya, selanjutnya, konselor membantu
konseli menentukan beberapa makna pribadi bagi tingkah laku
tersebut dan mengembangkan serta memperjelas tujuan, nilai untuk
perilaku diwaktu yang akan datang. Menurut Tolbert dalam Yusuf, S
(2016) mengatakan bahwa konseling individual adalah sebagai
hubungan tatap muka antara konselor dengan konseli, dimana konselor
sebagai seseorang yang memiliki kompetensi khusus memberikan
suatu situasi belajar kepada konseli sebagai seorang yang normal,
konseli dibantu untuk mengetahui dirinya, situasi yang dihadapi dan
masa depan sehingga konseli dapat menggunakan potensinya untuk
mencapai kebahagiaan pribadi maupun sosial, dan lebih lanjut konseli
dapat belajar tentang bagaimana memecahkan masalah dan memenuhi
kebutuhan di masa depan.
Diniaty (2018) menyatakan bahwa konseling individual merupakan
suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu yaitu satu
konselor membantu satu orang konseli supaya ia lebih baik memahami
dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidup yang
dihadapinya pada waktu itu dan waktu yang akan datang. Sementara
itu, Gibson & Mitchell dalam Diniaty (2018) menyatakan definisi
konseling perorangan sebagai berikut:
No Proses Sesi
Keterangan:
Sesi 1: Asesmen dan Diagnosa Awal
Dalam sesi ini, terapis (konselor) diharapkan mampu:
a) Melakukan asesmen, observasi, anamnese, dan analisis gejala, demi
menegakkan diagnosa awal mengenai gangguan yang terjadi.
b) Memberikan dukungan dan semangat kepada konseli untuk melakukan
perubahan.
c) Memperoleh komitmen dari konseli untuk melakukan terapi dan
pemecahan. masalah terhadap gangguan yang dialami.
d) Menjelaskan kepada konseli formulasi masalah dan situasi kondisi
yang dihadapi.
Penelitian terdahulu
Layanan Konseling Individual Dengan Teknik Cognitive Behavior
Therapy dari penelitian sebelumnya yang berjudul “Studi Tentang Siswa Yang
Memiliki Sikap Narsisme Dan Penagananya Melalui Latihan Bertanggun Jawab
Dalam Konseling Gestal”
Berdasarkan observasi tersebut maka konseling individu dengan teknik
gestalt dirasa dapat membantu mengatasi permasalahan narsistik siswa.
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari data awal dan
data akhir. konseling individu dengan pendekatan gestalt yaitu memberikan
kalimat pernyataan yang tidak lengkap kemudian konseli melengkapi kalimat
pernyataan tersebut dengan menambahkan “Saya Bertanggung Jawab”.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka dapat diujicobakan kembali
pada permasalahan siswa narsistik yang tidak bisa mengontrol dan bertanggung
jawab terhadap dirinya. Keberhasilan penelitian sebelumnya bisa dijadikan acuan
dalam menyelesaikan permasalahan ini karena dianggap sesuai dan mampu
menangani masalah dengan teknik yang digunakan sebelumnya.
REFERENSI