Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN STUDI KASUS BIMBINGAN DAN KONSELING

BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK PEMILIHAN KARIR

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan


dan Konseling di SMKN 1 Cisarua

Khalida Eldiyani Alamsyah Siddik


NIM 17010103

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia remaja merupakan usia dimana individu sudah mulai mengenali
bagaimana keadaan dirinya sendiri, potensi yang dimiliki serta bakat dan
minatnya, sehingga pada saat usia remaja setiap individu atau seseorang sudah
mulai bisa untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki secara optimal.
Kesadaran diri akan potensi, bakat dan minat yang dimiliki akan sangat membantu
untuk memastikan potensi, bakat dan minat apa yang harus benar-benar akan di
kembangkan secara optimal sehingga individu merasa puas akan hasil yang di
capainya.
Namun untuk mengoptimalkan potensi, bakat dan minat individu diperlukan
perencanaan karir yang diimbangi dengan berbagai informasi tentang karir yang
tepat dan matang, karena hal tersebut dapat mempengaruhi individu dalam
memutuskan pilihan karir. Dalam memutuskan pilihan karir tidak hanya serta
merta dapat dilakukan secara instan tetapi membutuhkan waktu yang cukup
signifikan dan lama demi terciptanya perencanaan yang matang karena pada
zaman sekarang dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat maka
perencanaan karir sangat dibutuhkan supaya tidak menjadi permasalahan dalam
memiih karir yang akan menentukan masa depan.
Pemutusan pilihan karir didasarkan pada pemutusan yang berasal dari dirinya
sendiri berdasarkan pemahamannya tentang potensi, minat bakat serta pengenalan
karir yang ada di lingkungan sekolahnya. Dalam memutuskan pilihan karir siswa
pastinya mengalami kesulitan, karena banyak siswa yang kurang memahami
bahwa karir merupakan jalan hidup dalam usaha menggapai kehidupan yang baik
di masa mendatang. Hal tersebut karena kurangnya informasi tentang karir dan
pilihan karir.
Menurut Gibson dkk. (1995) karir adalah rangkaian sikap dan perilaku yang
berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan
seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus berkelanjutan. Dengan
demikian karir seorang individu melibatkan rangkaian pilihan dari berbagai
macam kesempatan. Jika ditinjau dari sudut pandang organisasi, karir melibatkan
proses dimana organisasi memperbaharui dirinya sendiri untuk menuju efektivitas
karir yang merupakan batas dimana rangkaian dari sikap karir dan perilaku dapat
memuaskan seorang individu. Definisi karir diartikan juga sebagai posisi yang di
pegang individu dalam suatu jabatan di perusahaan dalam kurun waktu tertentu
atau seluruh pekerjaan yang di lakukan oleh individu selama masa hidupnya.
Selain itu, karir juga dapat dilihat sebagai tingkat kemapanan kehidupan
seseorang setelah mencapai tingkatan umur tertentu yang ditandai dengan
penampilan dan gaya hidup orang tersebut.
Dalam memberikan informasi tentang karir kepada siswa bisa dilakukan
dengan cara bimbingan kelompok, karena bimbingan kelompok merupakan
bagian yang memiliki pengaruh besar dalam layanan Bimbingan dan Konseling,
serta merupakan layanan yang efisien, terutama dalam menangani masalah rasio
jumlah konseli dan konselor.
Menurut Rosmalia (2016) bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan
yang diberikan dalam suasana kelompok. Gazda mengemukakan bahwa
bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada
sekelompok peserta didik untuk membantu mereka menyusun rencana dan
keputusan yang tepat.
Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2012) bimbingan kelompok merupakan
salah satu pengalaman melalui pembentukan kelompok yang khas untuk
keperluan pelayanan bimbingan kelompok.
Adapun tujuan dan manfaat layanan bimbingan kelompok menurut Halena
tujuan dari layanan bimbingan kelompok yaitu untuk mengembangkan langkah-
langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas di dalam
kelompok, dengan demikian dapat menumbuhkan hubungan yang baik antar
anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman
berbagai situasi dan kondisi lingkungan, dapat mengembangkan sikap dan
tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap
didalam kelompok.
Dapat dipahami, bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan sebuah
layanan bimbingan konseling yang bertujuan untuk membentuk pribadi individu
yang dapat hidup secara harmonis, dinamis, produktif, kreatif dan mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara optimal.
Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004) pada tingkatan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) siswa diharap dapat melihat hubungan antara bidang-bidang
pekerjaan yang ada dengan mata pelajaran yang siswa pelajari di sekolah. Pada
siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diharapkan telah mendekati pilihan
program pendidikan yang ingin jalaninya sesuai dengan arah pengembangan
karirnya.
Sedangkan dilapangan masih terdapat kasus kasus permasalahan yang dialami
siswa dalam memutuskan pilihan karir karena kurangnya informasi tentang karir
dan pemutusan pilihan karir, contohnya masih banyak siswa yang merasa tidak
cocok dengan sekolah lanjutannya yang sudah dipilih karena merasa salah untuk
memilih jurusan dan merasa tidak sesuai dengan potensi minat,dan bakat yang di
milikinya. Kemudian masih banyak siswa SMK yang masih kebingungan
mengenai apa dan seperti apa karir itu, sehingga banyak diantara siswa SMK yang
masih merasa asing ditanya perihal karir, jangankan ditanya mengenai karir,
ketika ditanya mengenai cita-cita siswa masih bingung, fenomena tersebut jelas
akan menghambat siswa dalam memutuskan pilihan karir dan pilihan sekolah
lanjutannya yang akan menjadi faktor kerhasilannya di masa depan. Hal ini
disebakan karena kurangnya informasi tentang karir kepada siswa. Seperti halnya
di SMKN 1 Cisarua, pemberian layanan tentang karir masih kurang sehingga
siswa masih banyak yang belum mengerti dalam memutuskan pemilihan karir.
Maka dari itu perlu dilakukan studi kasus tentang “Layanan Bimbingan
Kelompok Dengan Teknik Problem Solving terhadap Pemutusan Pilihan Karir
Siswa kelas XI di SMKN 1 Cisarua”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka masalah yang
dapat di identifikasi sebagai berikut:
1. Masalah apa yang sedang dialami oleh konseli/siswa?
2. Bagaimana treatment yang diberikan oleh konselor kepada konseli dalam
membantu menyelesaikan masalah konseli?
3. Teori apa yang dipakai oleh konselor dalam membantu konseli dalam
menyelesaikan masalah?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menelaah:
1. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh siswa/konseli
2. Untuk mengetahui bagaimana treatment yang diberikan oleh konselor dalam
membantu siswa/konseli
3. Untuk mengetahui teori yang dipakai untuk membantu siswa/konseli dalam
membantu menyelesaikan masalah.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis:
1. Manfaat secara teoritis.
a. Menambah wawasan teori yang ada sehingga dapat mengembangkan
disiplin ilmu bimbingan dan konseling.
b. Sebagai acuan dalam melakukan studi kasus lebih lanjut, terutama pada
masalah-masalah yang berhubungan dengan layanan bimbingan
kelompok terhdapa karir .
2. Manfaat secara praktis.
a. Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam usaha penyusunan program
bimbingan dan konseling.
b. Dapat mengatasi masalah keputusan pemilihan karir terhadap siswa.
c. Menambah wawasan guru pembimbing dalam pemberian layanan
bimbingan kelompok dan pemiihan karir pada siswa SMK
BAB II
STUDI KASUS

A. Identitas Konseli
1. Konseli 1
Nama konseli : Salma Shalsabila
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 22 Mei 2004
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke :2
Sekolah : SMKN 1 Cisarua
Kelas : XI
Nama orang tua
a. Ayah : Hermawan
b. Ibu : Lilis Hernawati
c. Pekerjaan orang tua
Ayah : Buruh Harian Lepas
Ibu : Mengurus Rumah Tangga

2. Konseli 2
Nama konseli : Siti Hardianti
Tempat dan Tanggal Lahir : Cianjur, 03 Oktober 2004
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke :1
Sekolah : SMKN 1 Cisarua
Kelas : XI
Nama orang tua
d. Ayah : Jajang
e. Ibu : Teti Kusumah
Pekerjaan orang tua
a. Ayah : Buruh Harian Lepas
b. Ibu : Mengurus Rumah Tangga

3. Konseli 3
Nama konseli : Tiara Nuraeni
Tempat dan Tanggal Lahir : Cimahi, 19 Mei 2005
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke :3
Sekolah : SMKN 1 Cisarua
Kelas : XI
Nama orang tua
a. Ayah : Deni Maulana
b. Ibu : Ratih Fadillah
Pekerjaan orang tua
a. Ayah : Tentara Nasional Indonesia
b. Ibu : Mengurus Rumah Tangga

4. Konseli 4
Nama konseli : Nur Sholehah
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 27 Juni 2004
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke :2
Sekolah : SMKN 1 Cisarua
Kelas : XI
Nama orang tua
a. Ayah : Heri Budiman
b. Ibu : Nur Mulyani
Pekerjaan orang tua
c. Ayah : Karyawan Swasta
Ibu : Mengurus Rumah Tangga

5. Konseli 5
Nama konseli : Taufik Yusuf
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 08 Juli 2004
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Anak ke :2
Sekolah : SMKN 1 Cisarua
Kelas : XI
Nama orang tua
a. Ayah : Budi Feri
b. Ibu : Amanda
Pekerjaan orang tua
c. Ayah : Karyawan Swasta
d. Ibu : Mengurus Rumah Tangga

6. Konseli 6
Nama konseli : Fani Komala
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 03 Maret 2005
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke :1
Sekolah : SMKN 1 Cisarua
Kelas : XI
Nama orang tua
a. Ayah : Ahmad
b. Ibu : Intan Pratiwi
Pekerjaan orang tua
c. Ayah : Petani/Pekebun
d. Ibu : Mengurus Rumah Tangga
B. Profil/Gambaran Masalah Konseli
Dalam studi kasus yang dijalankan guru bimbingan konseling telah memilih
konseli yang memiliki permasalahan yang serupa yaitu konseli memiliki masalah
di dalam menentukan karir yang akan ditekuninya, konseli merasa kebingungan
karena akan tamat SMK dan tidak tau harus kemana melanjutkan studinya.
Konseli memiliki cita-cita tersendiri akan tetapi konseli masih bingung dan tidak
mengetahui bakat yang ada dalam dirinya. Konseli pun ketakutan karena pada
masa pandemic covid 19 semuanya serba kesusahan.
Karena itulah konseli merasa kebingungan dalam menentukan kemana konseli
akan melanjutkan studinya, jika konseli melanjutkan ke perguruan tinggi orang
tuanya tidak mempunyai biaya dan jika bekerja konseli takut menghadapi dunia
kerja dan tidak yakin akan kemampuan dirinya sendiri untuk bersaing dengan
banyak orang saat pandemic covid 19. Bahkan konseli juga memiliki pilihan lain
selain kuliah dan bekerja mereka akan menikah saja jika tidak ada titik temu.
Untuk guru bimbingan dan konseling melaksanakan layanan bimbingan kelompok
untuk perencanaan karir.

C. Treatment
Melihat dari permasalahan yang di alami oleh konseli ada langkah-langkah
yang dilakukan oleh konselor dalam membantu konseli untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada saat pandemic covid 19 antara lain:
1. Identifikasi Masalah
Pada langkah ini yang saya lakukan adalah mengenali gejala-gejala awal
dari suatu masalah yang dihadapi oleh konseli. Gejala awal tersebut yaitu
sering melamun dan tidak semangat dalam mengikuti pembelajaran daring,
serta bingung harus berbuat apa kedepannya terlebih lagi keadaan saat
pandemi serba terbatas.
Kemudian saya menganalisis diri konseli dengan cara mengumpulkan
informasi dari guru, dan konseli nya sendiri melalui google classroom.
Informasi yang saya dapatkan mengenai konseli yaitu tidak dapat menentukan
arah karir padahal sebentar lagi akan lulus, tidak percaya kepada diri sendiri
dan merasa tidak akan mampu bersaing dengan lulusan lain ketika mencari
pekerjaan, dan jika berkuliah tidak mempunyai biaya untuk melanjutkannya.

2. Diagnosis
Dalam langkah ini yang saya lakukan adalah menetepkan masalah konseli
dan latar belakang berdasarkan hasil analisis. Melihat dari langkah yang
pertama saya lakukan bahwa konseli mengalami perubahan sikap menjadi
pendiam dan suka melamun di sebabkan oleh bingung melanjutkan penentuan
pilihan karir yang akan ditekuni ke depannya apakah akan kuliah, kerja atau
menikah.

3. Prognosis
Dalam langkah ini menetapkan alternative tindakan yang akan saya
berikan kepada konseli selanjutnya melakukan perencanaan mengenai jenis
dan bentuk masalah apa yang sedang dihadapi oleh konseli seperti rumusan
masalah yang dihadapi oleh konseli. Maka saya memperkirakan bahwa
konseli merasa kebingungan dalam menentukan pilihan karir konseli kemana
dia akan melanjutkan studi.
Melihat dari permasalahan yang dihadapi oleh konseli maka saya akan
membuat alternative tindakan bantuan yang akan saya lakukan untuk
membantu konseli yaitu memberikan layanan bimbingan kelompok yang
bertujuan untuk membantu konseli supaya tidak mengalami kebingungan
dalam menentukan studi/karirnya. Dan saya menawarkan kepada konseli
untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok online melalui Zoom Meeting.

4. Pemberian Bantuan
Setelah saya menetapkan pemberian bantuan alternative kepada konseli
dalam langkah prognosis, maka dalam langkah pemberian bantuan ini saya
merealisasikan langkah-langkah alternative bentuk bantuan berdasarkan
masalah dan latar belakang yang menyebabkan konseli bermasalah. Dan
dalam tahap ini saya melakukan proses bimbingan kelompok mengenai karir
kepada para konseli.
Pada tahap pertama ini saya sebagai konselor bertanya kepada para konseli
yaitu, apakah permasalahan yang dihadapi cukup membuat tertekan dan
mengalami rasa takut akan menentukan masa depan, apakah para konseli
pernah melakukan tes bakat dan minat. Setelah menjalin hubungan dengan
konseli saya memberikan masukan kepada para konseli dengan membagikan
tips menentukan masa depan. Untuk tahap selanjutnya saya melaksanakan
tanya jawab dan memberikan kesempatan kepada para konseli untuk
mencurahkan isi hatinya dan saling memberikan pendapat antar konseli
kepada konseli untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Selain
daripada itu saya memberikan masukan kepada konseli konsekuensi yang akan
terjadi kepada konseli ketika memutuskan suatu tindakan atau pilihan yang
telah ditetapkan. Saya menjelaskan jika sesuatu yang dipaksakan tidak akan
baik karena harus sesuai dengan keinginan dan kenyamanan, tetapi ketika
memutuskan segala sesuatu harus dipikirkan konsekuensi yang akan
didapatkan. Sebelum memutuskan alangkah baiknya membuat rencana untuk
kedepannya, membuat misi terhadap diri sendiri dan harus diselesaikan guna
mencapai tingkatan-tingkatan yang diharapkan dan ingin dicapai. Selain itu
para konseli diharapkan dapat bekerjasama bersama orang tua untuk
menentukan setiap langkah yang akan dilalui terhadap penentuan karir.
Dengan bekerjasama dengan orang tua dan dapat meyakinkan orang tua para
konseli dengan pilihan yang telah dipilih oleh konseli maka support yang akan
didapatkan akan lebih baik. Setelah konseli memahami apa yang saya
sampaikan dan bertanya mengenai beberapa langkah yang harus dilakukan
untuk mengajak orang tua berdiskusi bersama. Setelah semua pertanyaan
terjawab saya harus melakukan evaluasi dalam langkah berikutnya.

5. Evaluasi dan Tindak Lanjut


Setelah saya melakukan pemberian bantuan dengan cara melakukan proses
bimbingan kelompok pada langkah pemberian bantuan. Maka pada langkah
ini saya melakukan evaluasi kepada konseli apakah proses bimbingan
kelompok yang saya lakukan berhasil atau tidak. Dalam masalah konseli ini
saya mengumpulkan informasi atau data-data mengenai para konseli dengan
cara terus berkomunikasi melalui aplikasi WhatsApp untuk memantau terus
perkembangan yang dilakuakan oleh konseli, apakah orang tua dan konseli
sudah saling berbicara dan bekerjasama untuk menentukan karir para konseli.
Setelah seminggu menjalin komunikasi melalui WhatsApp saya
mendapatkan informasi bahwa para konseli telah melakukan pendekatan
kepada orang tua mereka dan para konseli memilih jalan yang beragam, empat
orang konseli bekerja dan dua orang konseli melanjutkan pendidikan lanjut
atau kuliah. Dan ketika ada pembelajaran luar jaringan (luring) di sekolah,
saya melakukan identifikasi terhadap perubahan perilaku konseli bahwa
konseli mengalami beberapa perubahan yaitu mulai mempunyai visi misi
untuk langkah hidup selanjutnya. Artinya di dalam memberikan layanan
bimbingan kelompok bisa dikatakan berhasil membantu konseli dalam
memecahkan masalahnya.
BAB III
KAJIAN TEORI

A. Teknik Problem Solving


Menurut Abdullah, R. S (2013) model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori
dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan belajar.
Menurut Hariyanto dan Suyono (2011) metode pembelajaran adalah seluruh
perencanaan daan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang
termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan.
Menurut Heriawan, Adang, dkk (2012) metode pemecahan masalah (problem
solving) adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah
sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha
mencari pemecahan / jawaban oleh siswa.
Dari pendapat yang telah di paparkan maka dapat dinyatakan bahwa metode
problem solving adalah metode yang berorientasi pada penggunaan masalah
sebagai bahan kajian dalam pembelajaran melalui proses analisis untuk mencari
jawaban sehingga siswa mendapatkan pemahaman yang mendalam dan tidak akan
mudah hilang dalam ingatannya

B. Tujuan Metode Problem Solving


Menurut Hudojo (dalam Fahma Z 2015), tujuan dari pembelajaran problem
solving sebagai berikut:
1. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian
menganalisanya akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi
siswa
3. Potensi intelektual siswa meningkat
4. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses
melakukan penemuan.
Dari uraian diatas, dapat dinyatakan bahwa tujuan metode problem solving
adalah agar siswa mampu memberikan makna terhadap pengalaman yang telah
dilakukan yang akan bermuara pada struktur kognitifnya.

C. Kelebihan Teknik Problem Solving


Heriawan, Adang, dkk, (2012) mengemukakan beberapa kelebihan metode
problem solving : 1) Membuat pendidikan di sekolah menjadi relevan dengan
kehidupan, khususnya dengan dunia kerja. 2) Proses belajar mengajar memlalui
pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan
masalah dengan terampil, apabila menghadapi permasalahan dalam kehidupan
keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat
bermakna bagi kehidupan manusia. 3) Merangsang pengembangan kemampuan
siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa
banyak melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai
segi dalam rangka mencari pemecahannya.
Dapat dinyatakan bahwa keunggulan metode problem solving adalah dapat
membuat pendidikan di sekolah menjadi relevan dengan dunia kerja, siswa dapat
terbiasa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, serta dapat
merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan
menyeluruh.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketika saya memberikan layanan bimbingan kelompok dapat ditarik
kesimpulan bahwa saya menemukan enam orang siswa yang kebingungan dalam
menentukan karir padahal konseli/siswa tersebut mempunyai cita-cita tetapi
bingung dengan keadaan pandemic seperti sekarang ini yang serba terbatas.
Dalam membantu para konseli saya melaksanakan layanan bimbingan
kelompok dengan teknik problem solving dimana ada langkah-langkah yang saya
lakukan yaitu: 1) Identifikasi masalah, 2) Diagnosis, 4) Prognosis, 5) Pemberian
Bantuan, 5) Evaluasi, dan 6) Tindak lanjut mengenai teori yang saya pergunakan
dalam membantu konseli adalah teori problem solving. Masalah konseli pada
akhirnya dapat diatasi dengan melakukan layanan bimbingan kelompok dengan
dua pertemuan dimana akhirnya konseli menemukan solusi dan telah berdiskusi
bersama orang tua mengenai karir kedepannya.

B. Saran
Sehubungan dengan hal yang telah dipaparkan, maka peneliti perlu
menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Guru bimbingan dan konseling selaku konselor sekolah peneliti
mengaharapkan agar senantiasa mengontrol perkembangan “P” setelah
di berikan layanan konnseling individual dengan teknik latihan
bertanggung jawab.
2. Guru bimbingan dan konseling diharapakan berkolaborasi dengan guru
bidang studi dan wali kelas serta orang tua siswa dalam pendamping
siswa baik yang mengalami masalah maupun yang tidak mengalaimi
masalah.
3. Diharapkan kepada kepala sekolah supaya waktu luring diberikan
kepada konselor walau hanya satu kali pertemuan dalam satu minggu
supaya guru bimbingan dan konseling dapat melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai bagian dari pendidik walaupun pada saat
Covid 19.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, R.S. (2013). Inovasi Pembelajaran. Cetakan.I. Jakarta: Bumi Aksara


Adang, Heriawan. (2012). Metologi Pembelajaran Kajian Teoritis Praktis.
Banten: Perum Bumi Baros Chasanah.
Fahma, Z. (2015). Pengaruh Penerapan Metode Problem Solving terhadap Hasil
Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI Iis 3 Di SMAN 27
Bandung. Tidak diterbitkan.
Gibson, Donna M. (2010). Consulting with Parents and Teachers: The Role of the
Professional School Counselor. Artikel dalam B.T. Erford, Profesional
School Counseling, a Handbook of Theories, Program & Practices (hal
349-3356). Texas: Pro Ed.
Rosmalia. (2016). Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Diskusi Dalam
Meningkatkan Rasa Percaya Peserta Didik Kelas VII N 2 Lampung
Selatan SKRIPSI,UIN: Raden Intan Lampung ,Bandar Lampung. H . 11
Winkel, W.S. dan Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
PT.Rneka Cipta
Suyono dan Hariyanto, 2011.Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.

Anda mungkin juga menyukai