Anda di halaman 1dari 5

Anak Kuker Story

Cerpen Karangan: Devita Martha Yulianti

Semua urusan buat neror temen udah kelar. Tinggal nentuin siapa yang akan jadi
korban. Kelas masih lumayan sepi, karena juga masih pagi. Vela sama Mutia belum
datang juga. Jadi deh, aku diem aja. Nggak tau mau ngobrol sama siapa dan nggak
tau mau ngapain.

Beberapa menit kemudian, Vela sama Mutia datang. Mutia itu temen sebangkuku
dan Vela bangkunya tepat di belakangku.
“Jadi siapa nih yang mau kita jadiiin korban?” Tanyaku dengan suara agak pelan
untuk memulai pembicaraan.
“Mmmm… siapa ya?” Vela sok mikir.
“Udahlah mendingan kita duduk aja dulu. Berat nih tasnya.” Gerutu Mutia.
“Oh iya ya.” Ucap Vela kalem.
Lalu mereka berdua pun duduk.

“Oke bisa dimulai kembali?” Tanyaku.


“Ya kalo aku saranin sih mending korbannya 3 aja dulu.” Saran Mutia.
“Iya itung itung buat eksperimen.” Sambungku.
“Eh kamu pikir ini IPA apa? Eksperimen segala.” Kata Vela dengan nada tinggi.
“Jangan keras keras tau. Nanti kalo temen temen tau gimana?” Ucapku kesal.
“Ups! Sorry…” Jawab Vela cengengesan.
Lalu ada hening beberapa saat.

“Kalo aku saranin gimana kalo korban pertamanya Sekar?” Tanya Vela dengan muka
serius, memecah keheningan.
“Kenapa harus Sekar?” Tanyaku nggak kalah serius.
“Ya karena Sekar kan orangnya gampang baper gitu…” Jawab Vela santai.
“Oke setuju!” Jawabku dan Mutia hampir bersamaan.
“Korban kedua siapa?” Tanyaku.
“Kalo Luna gimana?” Tanya Vela dengan nada nggak yakin.
Luna adalah teman sebangkunya Vela. Orangnya agak aneh dan kalo diajak bicara
nggak nyambung. Tanpa basa basi aku langsung menjawab, “Setuju!”
“Kalo kamu gimana mut?” Tanya Vela.
Dan Mutia pun mengangguk tanda setuju. “Korban ketiga?” Tanyaku lagi.
Ya disini, aku cuma sebagai penanya yang males mikir dan males ngomong banyak.
Kayak pewawancara gitu… eh nggak ya. Dimana mana kan yang namanya
pewawancara itu rajin, tekun, ulet. Dan yang terpentimg mereka pintar dalam hal
berbicara. Lho kok kita malah ngomongin pewawancara sih? Nggak nyambung sama
topik yang dibahas. Oke lanjut ke topik.

“Ryan aja.” Saran Mutia.


“Oh pasti gara gara Ryan orangnya juga gampang baper kan?” Selidik Vela.
“Iya dong…” Jawab Mutia pede.
“Oke itu ya korbannya. Sepakat?” Kataku tanpa ragu.
“Sepakat!” Seru mereka berdua. Yaps dengan ini, kami para anak kuker siap
menggentayangi kelas. Waspadalah! Waspaadalah! Waspadalah!

Beberapa lama kemudian, korban pertama kita datang. Siapa lagi kalo bukan Sekar.
Kita bertiga langsung nyiapin strategi. Vela nyoba ngalihin perhatian Sekar dengan
ngobrol ngobrol santai. Vela duduk di bangku depan Sekar. Di samping Sekar yang
masih duduk udah ada aku. Yang stay sambil pura pura ikut ngobrol. Ketika
perhatian dia sudah teralihkan. Aku celingukan ngeliatin keadaan sekitar. Ngambil
sebuah kertas di saku rok dan buka tasnya pelan pelan. Lalu masukin kertasnya dan
tutup lagi dengan pelan pelan. BERHASIL!

Istirahat pertama, Sekar histeris nemuin lipatan kertas. Yang isinya kayak surat cinta
aneh gitu. Tapi lebih kayak ANEH gitu. Diketik, font-nya chiller, dan warna font-nya
merah darah:

Hai kamu… salam kenal ya.


Aku pengen kita ketemuan waktu istirahat kedua nanti. Tapi, jangan ajak temen ya.
Cukup BERDUA BERSAMAMU MENGAJARKANKU APA ARTINYA KENYAMANAN
KESEMPURNAAN CINTA… eh maaf aku jadi ngelantur hehe… :v. Ya pokoknya jangan
ajak temen terus ketemuannya di pos satpam aja. BTW, aku ini nge fans berat sama
kamu. Tapi, nggak juga sih sebenernya aku itu orang yang suka sama kamu
diam-diam. Udah gitu dulu, aku tunggu kamu ya… sampe datang!
LOVE YOU… :V

Aku, Vela sama Mutia yang ngeliat secara langsung dari kejauhan Cuma bisa diem
nahan ketawa. Tiba-tiba Sekar nyamperin kita.
“Eh kalian tau nggak yang ngasih surat ini?” Tanya Sekar sambil nunjukin surat itu.
Aku gelagapan. Dan suasana hening sesaat.
“Oh ini?” Suara Vela memecah keheningan. “Tadi pagi waktu kamu belum datang.
Ada yang titip surat ke aku. Katanya sih buat kamu. Mas mas gitu sih, tinggi, pake
jaket item, terus pake kacamata, sama masker gitu. Jadi wajahnya nggak terlalu
keliatan. Kayaknya sih anak kelas 8.” Sambung Vela panjang lebar plus ngasal.
“Iya terus Vela ngasihin surat itu ke aku. Terus aku masukin deh di tas kamu.”
Jawabku untuk menyanggah ucapan Vela.
“Lho kapan kamu masukinnya?” Tanya Sekar heran.
“Itu… waktu tadi Vela masih ngobrol sama kamu kan juga ada Devita di sebelahmu.
Masa kamu nggak liat?” Mutia nyoba ngeyakinin Sekar.
“Oh iya!” Sekar nepuk jidat.

Wajah Sekar langsung aneh, dia senyum-senyum sendiri, terus pergi. Kita langsung
ketawa lepas. Dan bodohnya, Sekar beneran ke pos satpam waktu istirahat kedua.
Tungguin aja terus sampe badan kamu karatan!!!! Mwahahahaha *ketawa setan*.

Sementara korban kedua kita, Ryan malah sempet bikin kita takut gara-gara reaksi
dia habis baca surat itu.
“Apaan sih nih? Kurang kerjaan banget. Aku laporin ke guru BK aja deh.”
Gara-gara itu kita bertiga langsung ngaku sama Ryan, taoi belum sama Sekar.
Korban ketiga kita, Luna malah cuek-cuek aja dan langsung ngebuang surat itu. Terus
buat apa kita ngaku sama dia? Nggak ada gunanya. Ternyata semua saran dari Vela
nggak membantu sama sekali.

Besoknya, Sekar masih penasaran sama surat itu. Lebih tepatnya sama pengirim
surat itu. Setiap ketemu sama aku, dia selalu nanya dengan pertanyaan yang sama:
“Dev, sebenernya ini siapa ya? Bikin aku penasaran aja.” Di dalam hati, aku cuma
bisa bergerutu, “Please deh kar! Itu namanya bukan PENASARAN AJA. Tapi,
PENASARAN TINGKAT 235 KALI 5 BAGI 67 KALI 4 KUADRAT MINUS 456 PLUS AKAR
625!”

Setelah beberapa kali dirasuki sama virus “Dev sebenernya ini siapa ya? Bikin aku
penasaran aja.” Akhirnya kita bertiga mengadakan KMPP. Apa itu KMPP? KMPP
adalah singkatan dari Konverensi Meja Persegi Panjang. Setelah berdebat cukup
lama, akhirnya kita memutuskan buat ngaku aja.

Keesokan harinya, ketika istirahat kedua kita langsung nyamperin Sekar yang lagi
duduk di bangkunya sambil senyum-senyum sendiri megang surat itu.
“Sekar…” Sapa kita bertiga.
“Ya?” Jawab Sekar ramah.
“Yang kemaren buat surat itu buat kamu adalah kita bertiga.” Ucap Mutia TO THE
POINT.
“Maksudnya?” Tanya Sekar nggak paham.
“Ya kita yang bikin surat itu, kita yang ngejahilin kamu.”
Hening. Sekar memasang muka datar dan dia bingung mau ngomong apa lagi.
Kunjungi https://bocahkampus.com untuk informasi lain seputar kampus dan
pendidikan

Anda mungkin juga menyukai