Anda di halaman 1dari 14

FILSAFAT ILMU

“Definisi Ontologi, Objek Kajian Filsafat, Aliran Dalam Metafisika Ontologi, Cabang-
Cabang Filsafat”

Disusun Oleh:
1. IRMA MARTINA (20216011006)
2. NOVI NURAINI (202160110008)
3. RIA SRI WAHYUNI (202190226)

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Siti Rukiyah, M.Pd.
Dr. M. Ali, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERITAS PGRI PALEMBANG
2021

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt. dimana berkat rahmat dan
karunianyalah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Definisi Ontologi, Objek
Kajian Filsafat, Aliran Dalam Metafisika Ontologi, Cabang-Cabang Filsafat” mata
kuliah Filsapat Ilmu. Penulis menyadari dalam proses menyelesaikan makalah ini masih
banyak sekali kekurangan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan masukan
dari Bapak dan Ibu selaku dosen yang mengajar dalam mata kuliah ini.

Semoga makalah yang kami buat ini bisa sedikit banyak membantu dalam
menyelesaikan masalah - masalah yang dihadapi. Pada kesempatan ini juga kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah membantu penulis. Akhir kata
sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan baik dari segi penulisan, tata
bahasa, serta informasi yang telah penulis sampaikan.

Penulis

II
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3
2.1 Defenisi Ontologi................................................................................................... 3
2.2 Objek Kajian Filsafat.............................................................................................. 4
2.3 Aliran-Aliran dalam metafisika Ontologi............................................................... 5
2.4 Cabang-Cabang Filsafat......................................................................................... 8
BAB III PENUTUP............................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 11

III
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Masalah filsafat adalah masalah yang paling dasar dan menjadi inti dalam filsafat.
Berfilsafat mau tidak mau pasti bermetafisika. Keabsahan pandangan ini tidak tergantung
kita menolak atau menerimanya. Metafisika sebagai cabang filsafat yang pertama
membahas persoalan hakikat realitas yang ada, Metafisika ini penting karena setidaknya
memiliki fungsi sebagai langkah awal dalam memahami hakikat realitas yang mendasar
dan dari pemahaman awal tentang realitas lahir pengetahuan. Filsafat dapat dipandang
sebagai alat untuk membahas sesuatu. Diantara istilah-istilah terpenting dalam dalam
bidang ontologis, oleh sebab itu makalah ini berisi tentang pembahasan ontologi dan
metafisika.
Filsafat tidak terlepas dari kehidupan kita, karena kehidupan ini merupakan sebuah
perjalanan hidup. Banyak diajukan pertanyaan mengenai asal dan tujuannya. Pada
hakekatnya filsafat lahir karena banyak orang mempertanyakan asal-usul kehidupan ini.
Hidup adalah pencarian, suatu pencarian yang abadi, sebuah proyek yang tidak dapat
digenggam sepenuhnya. Ontologi membahas realitas. Pembahasan mengenai ontologi
berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi
memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu
prosese tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada
bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Defenisi Ontologi?
2. Apa objek Kajian Filsafat?
3. Apa saja Aliran Dalam Metafisika Ontologi?
4. Apa Cabang-Cabang Filsafat?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan Defenisi Ontologi?
2. Menjelaskan Objek Kajian Filsafat?
3. Menjelaskan Aliran Dalam Metafisika Ontologi?
4. Menjelaskan Cabang-Cabang Filsafat?

2
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Defenisi Ontologi


Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani: On = Being, dan Logos = Logic. Jadi
Ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan), sedangkan dari segi bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
On/Ontos = ada, dan Logos = Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Dan, menurut
istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan
ultimate reality, baik yang berbentuk jasmani/konkret, maupun rohani/abstrak
[ CITATION Sal19 \p 7 \l 1033 ]. Jadi disimpulkan bahwa ontologi merupakan ilmu
yang membahas tentang keberadaan atau merupakan sebuah ilmu yang membahas
tentang hakikat dari segala sesuatu yang ada baik itu berupa realitas fisik maupun
metafisik.
Contoh ontologi yang sudah umum diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu
meja. Dalam ontologi meja yaitu menggunakan realitas tentang meja. Realitasnya adalah
terdapat gambara atau ide yang membuat kita mengenali sebuah meja. Tidak peduli
berapa banyak model meja yang ada, tidak peduli berapapun ukurannya, warnanya, dan
fisiknya yang berbeda, benda tersebut tetaplah sebuah meja. Inilah yang menjadi realitas
dari ide dan gambaran yang ada. 
Contoh ontologi lainnya yaitu tentang sahabat. Kita pasti memiliki sahabat yang
sudah dikenal sejak lama dan selalu bersama setiap hari saat masa-masa sekolah. Namun
setelah tamat sekolah terpaksa harus berpisah karena tujuan hidup masing-masing.
Kemudian kembali bertemu lagi dengan sahabat setelah 7 tahun lamanya. Saat bertemu
pasti dia akan memiliki perubahan fisik entah itu tinggi, berat badan, model rambut, dan
lainnya. Tidak peduli perubahan tersebut, dia tetaplah seorang sahabat selama masa
sekolah. Kita akan tetap mengenalinya sebagai seorang sahabat. 
Oleh karena itu ontologi dapat dipandang sebagai teori mengenai esensi tentang suatu
kenyataan apa yang ada. Pada kajian filsafat, ontologi dapat diartikan sebagai cabang
filsafat yang mempelajari hakikat yang ada kaitannya dengan sesuatu yang memiliki
suatu keberadaan [ CITATION Aul21 \p 69 \l 1033 ].

3
2.2 Objek Kajian Filsafat
Setiap cabang ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang akan ditelaah atau
dipelajari. Dalam hal ini filsafat mempunyai dua objek kajian yaitu objek material dan
objek formal.
1. Objek material
Objek material adalah yaitu hal atau bahan yang diselidiki (hal yang dijadikan
sasaran penyelidikan). Atau segala sesuatu yang ada. Objek yang dikaji adalah sesuatu
yang dapat dirasionalkan yang bersifat empiris dan ilmiah. Sesuatu yang dianggap ada
bukan hanya yang hanya dirasakan indera saja tapi ada beberapa hal yang tidak bisa
dirasakan langsung oleh indera misalkan sejarah. Sesuatu yang "ada" kemudian
disebutkan sebagai berikut:
a. Thinkable, hal rasional yang berdasarkan pada inderawi dalam artian selama panca
indera bisa mengenali atau merasakan hal tersebut maka itulah hakikat ada dalam
objek material
b. Unthinkable, sesuatu yang tidak terfikirkan oleh kita namun bisa jadi sedang atau
telah difikirkan oleh orang lain. Hal tersebut juga merupakan hakikat ada yang bisa
menjadi objek kajian dalam filsafat bagian dari objek material karena hal yang
difikirkan oleh orang lain bisa diteliti oleh kita
contoh : Mahasiswa belum memikirkan tentang bagaimana ia akan bekerja, tetapi
orang lain sudah atau telah memikirkan bagaimana nanti ia akan bekerja.
c. Unthoughtable, sesuatu yang tidak pernah terfikirkan namun diyakini ada. Satu-
satunya hal tersebut adalah adanya Tuhan. Tuhan diyakini ada namu pemikiran kita
tidak akan sampai pada esensi pertanyaan-pertanyaan tentang adanya Tuhan. Pada
akhirnya apapun tentang Tuhan tidak bisa terpikirkan oleh akal.
Dengan tiga hal tersebut orang Islam menyatakan bahwa semua hal bisa dikaji
dengan filsafat.
2. Objek formal
Objek formal adalah metode untuk memahami objek material tersebut. Hal yang
dijadikan dalam objek formal merupakan objek material yang dikaji secara khusus.
Contoh: Penelitian tentang pohon kelapa khususnya fungsi air kelapa. Pohon kelapa
merupakan objek material, sedangkan air kelapa merupakan objek formalnya.
Cara pemahamannya ada dua yaitu:

4
a. Spesifikasi, yaitu hal yang menjadi fokus kajian bukan sesuatu yang umum
melainkan sesuatu yang khusus.
b. Perspektif, yaitu objek dikaji dengan sudut pandang tertentu.
Menurut [ CITATION Her18 \p 40 \l 1033 ] menjelaskan objek kajian filsafat
secara sederhana terbagi menjadi tiga bidang, yaitu ontologi yang membahas
mengenai sesuatu dengan pertanyaan dasar tentang apa (what). Ontologi (on
=being + logos = logic, theory) ialah dimensi filsafat yang menyelidik ijenis dan
hakikat ada, yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada
universal, dan ada mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika, serta ada sesudah
kematian ataupun sumber segala yang ada, yaitu Tuhan Yang Maha Esa—
pencipta serta penentu alam semesta.
Kemudian epistimologi mengenalinya dengan menggunakan pertanyaan lanjutan
mengapa (why). yang merupakan kajian tentang cara mengetahui tersebut
Epistemologi (epistemeknowledge + logos= theory) ialah dimensi filsafat yang
menyelidiki hakikat tahu, yakni sumber, syarat, dan proses terjadinya ilmu
pengetahuan. yang termasuk epistimologi penelitian adalah sistematika, logika, dan
matematika. Epistemologi juga disebut filsafat pengetahuan atau teori ilmu
pengetahuan (wissenschaftslehre). Lalu aksiologi merupakan kelanjutan dari
epistimologi dengan menggunakan pertanyaan bagaimana (how), yang merupakan
kelanjutan setelah mengetahui sumber pengetahuan, kemudian diteruskan dengan
pertanyaan bagaimana sikap kita selanjutnya aksiologi (axios = value, worthy + logos
= account, reason, theory) ialah dimensi filsafat yang menyelidiki dimensi nilai, yakni
pengertian, jenis, tingkat, sumber, dan hakikat nilai secara kesemestaan. Dimensi ini
disebut landasan aksiologis yang juga dapat dibedakan untuk setiap jenis ketahuan
(knowledge). Nilai kegunaan, kiat, seni tata boga, tata busana, serta pencak silat jelas
berbeda dengan nilai kegunaan filsafat dan nuklir.
2.3 Aliran - Aliran dalam Metafisika Ontologi
Di dalam pemahaman atau pemikiran ontologi dapat ditemukan pandangan-pandangan
pokok pemikiran, seperti; Monoisme, dualisme, pluralisme, dan agnitisisme. Berikut ini
akan dijelaskan tentang pokok-pokok pemikiran tersebut.
a. Aliran Monoisme
Istilah Monoisme berasal dari bahasa yunani monos yang berarti tunggal atau
sendiri.

5
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah
itu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal,
baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat
masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber
yang pokok dan dominan menentukan perkembangan lainnya. Lebih lanjut
Zaprulkhan memiliki pandangan bahwa monoisme secara realitas mendasar adalah
satu proses, struktur,substansi, atau landasannya.
Jadi hakikat Monoisme adalah sesuatu yang dicap adalah tunggal dan tidak bisa
berubah-rubah, hanya saja melalui panca indera kita (raba dengan indera gerak,
misalkan tangan dan kaki, rasa dengan indera lidah, mendengar dengan indera
telinga, bau dengan indera hidung, cahaya dengan indera mata) hal yang tunggal tadi
bisa berubah dan maknanya tetap sama.
b. Aliran Dualisme
Setelah kita memahami bahwa hakikat itu satu (monoisme) baik materi atau
rohani, ada juga pandangan yang mengatakan bahwa hakikat itu ada dua. Aliran ini
disebut dualisme. Istilah dualisme berasal dari bahasa latin, dualis yang berarti
bersifat dua. Dualisme pada umumnya, berbeda dengan monoisme, mempertahankan
perbedaan-perbedaan mendasar yang ada dalam realitas antara eksistensi yang
kontingen dan eksistensi yang absolut (dunia dan Allah), antara yang mengetahui dan
yang ada dalam bidang kontingen, antara materi dan kehidupan yang terikat pada
materi ), antara substansi dan aksiden, dan sebagainya.
Lebih lanjut Zaprulkhan menyatakan bahwa di dalam tradisi filsafat, sebenarnya
terdapat sejumlah filsuf yang mencetuskan dan mengembangkan pemikiran filosof
tentang dualisme. Namun, dalam pembahasan filsuf rene-decretes wacana konsep
dualisme mengalami perkembangan dengan lebih sempurna. Dalam paradigma
Decrates, pada dasar segala sesuatu di alam semesta, yakni segala bentuk materi
terdapat substansi.
Subtansi ini hubungannya dengan alam semesta bersifat sendiri dan indefennden
dari segala hal. Secara general, bagi Decrates, ada dua macam substansi yaitu jiwa
dan materi (tubuh jasmaniah). Namun decrates percaya selain dua substansi tersebut,
terdapat lagi satu substansi yang bersifat absolut yaitu Tuhan. Baik jiwa maupun
materi keduanya bergantung kepada Tuhan sebagai substansi yang satu-satunya
mutlak

6
Jadi hakikat dari dualisme itu adalah segala sesuatu yang berlawanan dan sifatnya
kekal. Hal ini ini adalah mutlak dalam kehidupan, dan hal tersebut akan kembali pada
pada Tuhan tidak ada lawannya, misalkan saja disandingkan dengan alam semesta,
alam semesta itu adalah ciptaan tuhan, bukan lawan dari tuhan.
c. Aliran Pluralisme
Istilah pluralisme berakar pada kata dalam bahasa latin pluralis yang berarti
jamak atau plural. Aliran ini menganggap bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan dan semuanya nyata. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui
bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. pluralisme dalam Dictonary of
philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang yang menyatakan bahwa
kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas.
Tokoh aliran ini pada masa Yunani kuno adalah Empedocles dan Anaxagoras.
Empedocles (490-430 SM) berpendapat bahwa segala sesuatu atau kenyataan terdiri
atas empat unsur yaitu api, air, udara dan tanah. Tokoh modern aliran ini adalah
Wiliam James (1842-1910 M). Kelahiran New York yang terkenal sebagai pisikolog
dan filosof Amerika. dalam bukunya The Meaning Of Truth James mengatakan,
bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang
berdiri sendiri lepas dari akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita terus berjalan,
dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangannya pengalaman itu
senantiasa berubah, karena dalam praktiknya apa yang kita anggap benar dapat
dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh karena itu, tiada kebenaran yang mutlak,
yang ada adalah kebenaran dalam pengalaman-pengalaman yang khusus, yang setiap
kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
d. Aliran Nihilisme
Istilah nihilisme berasal dari bahasa latin yang secara harafiah bearti tidak ada
atau ketiadaan. Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif.
Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgenief pada tahun 1862 di Rusia.
Doktrin tentang nihilisme sudah ada sejak zaman yunani kuno, yaituu pada
pandangan gorgias (485-36SM) yang memberikan tiga proses tentang realitas.
Pertama, tidak ada satupun yang eksis, kedua bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat
diketahui, Ketiga sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita
beritahukan kepada orang lain. Tokoh lain aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-
1900 M). Dalam pandangannya dunia terbuka untuk kebebasan dan kreatifitas

7
manusia. Mata manusia tidak lagi diarahkan pada suatu dunia dibelakang atau diatas
dunia dimana ia hidup.
e. Aliran Agnotisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda.
baik hakikat materi maupun hakikat rohani. Kata agnotisisme berasal dari bahasa
Grik Agnostos, yang berarti uknown artinya not, gno artinya know. Timbulnya aliran
ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara
konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini
dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-tokohnya seperti, Soren
Kierkegaar (1813-1855 M) yang terkenal dengan julukan sebagai bapak filsafat
menganut paham bahwa manusia tidak mungkin mengetahui hakikat sesuatu dibalik
kenyataannya. Manusia tidak mungkin mengetahui hakikat batu, air, api dan
sebagainya. Sebab menurut aliran ini kemampuan manusia sangat terbatas dan tidak
mungkin tahu apa hakikat sesuatu yang ada, baik oleh indranya maupun oleh
pikirannya.
Jadi dalam paham Agnotisme ini merupakan paham yang menganggap bahwa
manusia itu tidak mungkin mengetahui terhadap hakikat suatu benda, baik materi
maupun rohani. Karena kemampuan pada diri manusia itu hanya terbatas dan tidak
mungkin mengetahui lebih jauh lagi terhadap sesuatu yang ada.

2.4 Cabang-Cabang Filsafat

1. Filsafat Pengetahuan adalah filsafat yang memfokuskan pada bidang pengetahuan

dalam filsafat pengetahuan terbagi menjadi 3 bagian yaitu:

a. Epistimologi adalah ilmu yang fokus pada pengetahuan. diepistimologi akan


dilahirkan satu pertanyaan yang hasil akhirnya nanti akan melahirkan metode
bagaimana cara mendapatkan dan membuktikan dengan pengetahuan yang sudah
ada atau yang diciptakan.
b. Logika adalah kehadiran logika yang membantu dalam mengenali dan menyelidiki
pemikiran. dalam logika terbagi menjadi dua bagian yaitu Logika deduktif dan
logika induktif.
1). Logika dedektif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan secara khusus
2). Logika induktif adalah cara berpikir yang menarik kesimpulan secara umum
dahulu setelah itu diambil secara khusus.

8
c. Kritik Ilmu adalah ilmu pengetahuan yang menekankan pada teori. Dari teori-teori
yang ditemukan kemudian dikolaborasi menjadi satu sehingga ilmu .
2. Filsafat keseluruhan kenyataan
Filsafat ini akan mengulas tentang ilmu ontologi atau metafisika umum dan
metafisika khusus. Metafisika sendiri adalah proses analisis atas hakekat pundamental
mengenai keberadaan dan realitas yang menyertainya.
Metafisika Khusus terbagi menjadi tiga bagian yaitu teologi metafisika,
antropologi, dan kosmologi.
a. Teologi metafisika adalah eksistensi tuhan atau keberadaan tuhan terlepas dari
kepercayaan Agama.
b. Antropologi adalah ilmu yang menyelidiki pertanyaan dan pernyataan tentang
hakekat manusia.
c. Kosmologi adalah ilmu tentang alam semesta asal dan susunan alamnya,
penciptaan kodrat hukum, ruang, waktu kausalitas.
3. Filsafat tentang tindakan adalah cabang filsafat yang memfokuskan diri untuk
mengkaji tentang etika dan estetika.
a. Etika adalah cabang yang membicarakan mengenai moral dan perbuatan
manusia. Secara sederhana istilahnya lebih sering disebut tata krama dan sopan
santun.
b. Estetika adalah cabang ilmu yang mempelajari dan membicarakan tentang
keindahan dari sebuah sikap ataupun non sikap.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Ontologi sebagai teori mengenai esensi tentang suatu kenyataan apa yang ada. Pada
kajian filsafat, ontologi dapat diartikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari hakikat
yang ada kaitannya dengan sesuatu yang memiliki suatu keberadaan [ CITATION Aul21
\p 69 \l 1033 ].
Setiap cabang ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang akan ditelaah atau
dipelajari. Dalam hal ini filsafat mempunyai dua objek kajian yaitu objek material dan
objek formal.
Aliran - Aliran dalam Metafisika Ontologi dalam pemahaman atau pemikiran
ontologi dapat ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran, seperti; Monoisme,
dualisme, pluralisme, dan agnitisisme.
Cabang-cabang filsapat teerbagi menjadi tiga yaitu filsafat pengetahuan, filsafa
keseluruhan kenyataan dan filsafat tentang tindakan. (1) Filsafat Pengetahuan adalah
filsafat yang memfokuskan pada bidang pengetahuan (2) Filsafat keseluruhan kenyataan
Filsafat ini akan mengulas tentang ilmu ontologi atau metafisika umum dan metafisika
khusus. (3) Filsafat tentang tindakan adalah cabang filsafat yang memfokuskan diri
untuk mengkaji tentang etika dan estetika.

10
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka
Cipta Bandung: Penerbit ALFABETA.

Kiyai, B, 2015, Bahan Ajar Metode Penelitian Sosial, FISP Unsrat Manado.

Purwanto, E.A., dan D.R. Sulistyastuti, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk
Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial, Penerbit : Gata Media,
Yoghyakarta.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Suhartono, Suparlan. 2005. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Syafiie. Inu Kencana. 2004, Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama.

Anas, N. (2016). Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera
UtaraANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR ILMIAH (SCIENTIFIC THINKING)
SISWA SD TEKAD MULIA. NIZHAMIYAH, 6(1).

Zaprulkhan. 2015. Filsafat Ilmu Sebuah Analisis Kontemporer, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Aminah, 2014 : Perbedaan Pendekatan Ilmiah


http://aminahaneukpanga.blogspot.com/2014/11/perbedaan-pendekatan-ilmiah-
dan-non.html (Diakses Pada 23 September 2021)

11

Anda mungkin juga menyukai