Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN BIOLOGI UMUM

MODUL VI
PENGAMATAN PROSES TERJADINYA TRANSPIRASI

NAMA : JUNIAH
STAMBUK : G70121064
KELOMPOK :2
ASISTEN : RAY RANDERS

LABORATURIUM BIOSISTEMATIKA TUMBUHAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

NOVEMBER, 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan memiliki adaptasi evolusioner dalam bentuk respons fisiologis


terhadap perubahan jangka pendek. Misalnya daun pada tumbuhan
mengalami kekurangan air, daun-daun akan menutup stomata, yang menutup
lubang kecil dipermukaan daun tersebut. Respons darurat ini akan membantu
tumbuhan menghemat air dengan cara mengurangi transpirasi, yaitu
hilangnya air dari daun melalui penguapan ( Campbell, 2000)

Air yang ada di dalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung
pada kecepatan proses masuknya air kedalam tumbuhan, kecepatan proses
penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh
tumbuhan. Proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan melalui
stomata inilah yang disebut transpirasi. Kemungkinan hilangnya air dari
jaringan tanaman melalui kegiatan tanaman dapat terjadi, tetapi porsi
kehilangan tersebut sangat kecil apabila dibandingkan dengan hilangnya air
melalui stomata. Oleh karena itu, dalam perhitunganya, besarnya jumlah air
yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan untuk air yang
hilang melalui stomata. Proses transpirasi berlangsung selama tumbuhan
hidup (Alisbury, 1995).

Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara melewati


permukaan daun tersebut lebih kering dari udara tumbuhan sekitar tersebut
(Filter dan Hay, 1991 ).

Salah satu metode sederhana yang dapat digunakan untuk mengukur


kecepatan transpirasi adalah menghitung berat tanaman yang telah diplot
terhadap hilangnya air (Salisbury dan Ross, 1992).
Berdasarkan uraian diatas, yang melatarbelakangi dilakukan percobaan ini
ialah kurangnya pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
proses terjadinya transpirasi pada tumbuhan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang


mempengaruruhi transpirasi pada tumbuhan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Transpirasi mempunyai arti penting bagi tanaman. Transpirasi pada dasarnya


suatu penguapan air yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah.
Transpirasi juga bermanfaat dalam hubungan penggunaan sinar matahari dan
kenaikan temperature yang diterima tanaman untuk penguapan air
(Dwidjoseputro, 1983).

Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama oleh xylem dan
secepatnya mempengaruhi oleh kegiatan transpirasi. Transpirasi pada hakikatnya
sama dengan penguapan, akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada
makhluk hidup. Sebenarnya seluruh bagian tanaman mengadakan transpirasi
karena dengan adanya transpirasi, terjadi hilangnya molekul sebagian besar adalah
lewat daun hal ini disebabkan luasnya permukaan daun dan karena daun-daun itu
lebih terkena udara dari pada bagian lain dari suatu tanaman
(Darmawan dan Barasjah, 1982).

Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui stomata dapat melalui
kutikula walaupun hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah
beriklim sedang. Air sebagian besar menguap melalui stomata, sehingga jumlah
dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi (Tjitrosomo, 1985).

Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat.
Peningkatan tekanan turgor oleh sel penjaga disebabkan oleh masuknya air
kedalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air antar sel akan selalu dari sel yang
mempunyai potensi air lebih tinggi ke sel dengan potensi lebih rendah. Tinggi
rendahnya potensi air sel tergantung pada jumlah bahan yang terlarut dari cairan
tesebut, semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi yang terjadi pada sel
semakin rendah (Heddy, 1990).
Kerapatan uap air diudara tergantung dengan resisitensi stomata dan kelembaban
nisbih dan juga suku udara tersebut, untuk perhitungan laju transpirasi.
Kelembaban nisbih didalam rongga substomata dianggap 100%. Jika kerapatan
uap air didalam rongga substomata sepenuhnya tergantung pada suhu
(Tjitrosoepomo, 1998).

Kegiatan transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung sebagai


pertukan karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk pertumbuhan
tanaman yang sedaang tumbuh menentukan banyak air jauh lebih banyak daripada
jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan hilangnya air tergantung sebagian
besar pada suhu kelembapan relatif dengan gerakan udara (Ashari, 1995).

Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan,


karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat
kekurangan air. Bila kandungan air melampaui batas minimum dapat
menyebabkan kematian. Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuhan
mengadakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit.
Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun
faktor luar. Yang terhitung sebagai faktor dalam adalah besar kecilnya daun, tebal
tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya stomata. Hal-hal ini semua
mempengaruhi kegiatan trasnpirasi pada tumbuhan (Salisbury, 1992).

Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi
bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah
sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya
panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan
penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses
transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk
melakukan fotosintesis agar kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin
(Sitompul, 1995).
Transpirasi dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan tempatnya, yaitu
transpirasi kutikula, transpirasi lentikuler, transpirasi stomata. Hampir 97% air
dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata (Heddy, 1990).
Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya.
Bermacam cara untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan
menggunakan metode penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh
tumbuhan beserta potnya ditimbang. Setelah beberapa waktu yang ditentukan,
ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua penimbangan merupakan angka
penunjuk besarnya transpirasi. Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada
air yang terlepas, yaitu dengan cara menangkap uap air yang terlepas dengan zat
higroskopik yang telah diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan angka
penunjuk besarnya transpirasi (Tjitrosoepomo, 1998).

Daya hantar secara langsung dipengaruhi oleh besarnya bukaan stomata. Semakin
besar bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi. Pada beberapa
tulisan digunakan beberap istilah resistensi stomata. Dalam hubungan ini daya
hantar stomata berbanding dengan resistensi stomata (Cambpell, 2003).

Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun
faktor luar. Yang terhitung sebagai faktor dalam adalah besar kecilnya daun, tebal
tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya stomata. Hal-hal ini semua
mempengaruhi kegiatan trasnpirasi pada tumbuhan (Gardner dkk, 1991).

Menurut Lakitan (2007), Faktor-faktor internal yang mempengaruhi mekanisme


membuka dan menutupnya stomata, yaitu :
1. Kelembaban udara sekitar
2. Suhu udara
3. Suhu daun tanaman

Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara yang bergerak
melewati permukaan daun tersebut lebih kering (kelembaban nisbihnya rendah)
dari udara sekitar tumbuhan tersebut. Kerapatan uap air diudara tergantung
dengan resisitensi stomata dan kelembaban nisbih dan juga suku udara tersebut,
untuk perhitungan laju transpirasi. Kelembaban nisbih didalam rongga
substomata dianggap 100%. Jika kerapatan uap air didalam rongga substomata
sepenuhnya tergantung pada suhu (Filter, 1991).

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini di laksanakan pada hari rabu tanggal 10 November 2021 pada
pukul 15:00 sampai dengan 17:00 WITA, bertempat di Laboratorium
Biosistematika Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah rak dan tabung reaksi, kertas
grafik, alat tulis, dan gelas ukur. Adapun bahan yang digunakan yaitu Air,
minyak kelapa, tiga jenis tumbuhan yang berbeda morfologinya.

3.3 Prosedur Kerja

1. Dipotong batang atau ranting tumbuhan dibawah permukaan air. Usahakan


potongan selalu berada didalam air demikian juga sewaktu memasukan
potongan atau ranting tumbuhan kedalam gelas ukur usahakan selalu
terendam.
2. Digunakan tiga macam tumbuhan untuk dimasukan kedalam tiga tabung
10 ml dengan 10 ml air.
3. Disiapkan 1 gelas tanpa tumbuhan, hanya berisi air saja (kontrol).
4. Empat tabung yang sudah siap disusun dalam rak tabung reaksi. Ingat
ketinggian air harus sama dengan kontrol.
5. Tiga tabung yang telah diisi dengan tumbuhan yang berbeda, ditetesi
dengan minyak kelapa di seluruh permukaan air yang ada didalam gelas
ukur, maksudnya agar air tidak menguap dari dalam tabung reaksi.
6. Satu rangkaian tabung reaksi diletakan di lapangan terbuka.
7. Dicatat air yang hilang atau menguap setiap 10 menit selama 1 jam.
Jumlah air yang hilang pada setiap 10 menit dapat dihitung dengan
menambahkan sejumlah air hingga mencapai tinggi permukaan semula.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

Hasil pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Air Waktu 10 menit Reaksi


Tabung 1 2 3 4
awal

Tabung 1 +
Tanaman +
10mL 10mL 10mL 10mL 10mL
Minyak
kelapa
Tabung 2 +
Tanaman + 10mL 10mL 9,5mL 9,5mL 9,5mL
Minyak
kelapa
Tabung 3 +
Tanaman +
10mL 10mL 9,5mL 9,5mL 9,5mL
Minyak
kelapa

4.2 Pembahasan

Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam bentuk uap
melalui stomata, kutikula atau lentisel. Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1)
transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui
kutikula epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan
air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus
air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya
sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun.
Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun (Wilkins,
1989).

Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya.


Bermacam cara untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan
menggunakan metode penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh
tumbuhan beserta potnya ditimbang. Setelah beberapa waktu yang ditentukan,
ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua penimbangan merupakan angka
penunjuk besarnya transpirasi. Metode penimbangan dapat pula ditujukan
kepada air yang terlepas, yaitu dengan cara menangkap uap air yang terlepas
dengan zat higroskopik yang telah diketahui beratnya. Penambahan berat
merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi (Tjitrosoepomo, 1998).
Pada tabung 2 dan tabung 3 terjadi pengurangan volume air yang sama pada
10 menit kedua, dan ketiga sebesar 0,5 ml, sehinggan volume air pada tabung
menjadi 9,5 ml pada 10 menit kedua, dan ketiga.
Berdasarkan hasil pengamatan dari 4 tabung yang berbeda, dimana 3 tabung
reaksi telah diisi dengan tumbuhan yang berbeda dan ditambahkan 10 tetes
minyak sampai menutupi permukaan air yang ada didalam tabung, diketahui
bahwa tabung 4 yang berfungsi sebagai kontrol memiliki banyak gelembung
dan mengalami pengurangan volume air lebih banyak dibandingkan 3 tabung
lainnya. Hal tersebut dapat disebabkan proses penguapan langsung yang
terjadi pada air didalam tabung atau evaporasi akibat dari pengaruh cahaya
matahari, suhu, dan kelembaban yang ada di lingkungan. Beda halnya dengan
tabung 1, tabung 2, dan tabung 3 yang memiliki jumlah gelembung dan
volume air yang berkurang sedikit dibandingkan tabung kontrol, karena pada
ke 3 tabung tersebut harus melalui proses terlebih dahulu untuk menghaslkan
uap air, yaitu melalui proses transpirasi.

Pada siang hari tumbuhan menerima radiasi matahari, maka cahaya


merupakan proses yang mempengaruhi penguapan. Penguapan yang banyak
meningkatkan laju transpirasi. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan (2007)
yang menyatakan peningkatan suhu yang berlebihan sangat mengganggu
proses metabolisme tubuh. Transpirasi merupakan proses yang
membutuhkan banyak energi dalam tahap penguapan dari molekul-molekul
air.

Proses transpirasi yang terjadi pada ke 3 tabung tersebut dipengaruhi oleh


cahaya matahari, suhu, dan kelembaban yang ada di sekitar lingkungan
tempat percobaan tersebut berlangsung. Semakin terik cahaya matahari maka
semakin tinggi suhu lingkungan sehingga kelembaban udaranya rendah, dan
proses transpirasi pun berjalan karena tekanan yang ada pada atmosfer lebih
kecil dibandingakan tekanan yang ada di dalam daun. Cahaya dan suhu yang
ada di sekitar tempat prcobaan berlangsung cukup terik dan panas tanpa
adanya angin. Sehingga proses transpirasinya berjalan yang ditandai adanya
gelembung-gelembung yang muncul pada air didalam tabung dan volume air
yang berkurang dari volume awalnya, walaupun pengurangan yang terjadi
tidak sebanyak tabung kontrol.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa cahaya


matahari, suhu, dan kelembaban menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi
proses transpirasi pada tumbuhan. Transpirasi akan terjadi jika suhu disekitar
daun tinggi atau panas dan kelembabannya rendah atau kering sehingga
mengakibatkan tekanan yang ada di atmosfer lebih kecil dari pada tekanan
yang ada di dalam daun dan uap air yang berasal dari ruang antar selnya
keluar melalui stomata dengan syarat udara disekitar daun kering.
Kelembaban yang rendah atau kering hanya dapat diperoleh jika cahaya
matahari terik atau panas, sehingga proses transpirasi hanya dapat terjadi apa
bila faktor-faktor diatas terpenuhi.

5.2 Saran
Dalam melakukan percobaan transpirasi alangkah baiknya percobaan
dilakukan pada siang hari dengan cahaya matahari yang terik agar data yang
dihasilkan sesuai dengan landasan teori yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Alisbury, Frank. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung: ITB Bandung.


Budidaya, Universitas Indonesia Press.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: UI Press.

Cakitan, S. M. dan Guritno. B. 2007. Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: UGM


Press

Cambpell, N. A. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Cambpell, N. A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Jakarta: Erlangga.

Darmawan, J dan Bharsjah, J. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Fisiologi Tanaman.


Jakarta: Pustaka Utama.

Dwijoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia.

Filter A. H. dan R. M. K. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman.


Yogyakarta: UGM Press Yogyakarta.
Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.

Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 2003. Fisiologi Tanamaman


Budidaya. Jakarta: UI Press.

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Salisbury dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.

Tjitrosoepomo, H.S. 1998. Botani Umum Jilid 5. Yogyakarta: UGM Press.

Tjitrosoepomo, H.S. 1985. Botani Umum Jilid 1. Yogyakarta: UGM Press.

Wilkins, M. B. 1989. Fisiologi Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai