Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MATERNITAS

MANAJEMEN LAKTASI

Oleh :

Selvi Wulansari (0119029B)

Silvia Fauzi T. C (0119030B)

PROGRAM KHUSUS S1 KEPEPERAWATAN

STIKES DIAN HUSADA MOJOKERTO

2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya  dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
maternitas yang bertemakan “ MANAJEMEN LAKTASI” . Makalah ini berisikan tentang
Suatu upaya yang dilakukan oleh ibu,ayah,dan keluarga untuk menunjang keberhasilan
menyusui, diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.

Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang kami hadapi. Namun
berkat bimbingan dari dosen, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Mojokerto, 10 Agustus 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Menyusui merupakan hak setiap ibu tidak terkecuali pada ibu yang bekerja, maka

agar dapat terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai

manfaat dari ASI dan menyusui serta bagaimana melakukan manajemen laktasi. Selain itu

diperlukan dukungan dari pihak manajemen, lingkungan kerja, dan pemberdayaan pekerja

wanita sendiri. (Depkes,2005)

Manajemen Laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu untuk menunjang

keberhasilan menyusui, Manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah

persalinan, dan masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja ruang lingkup manajemen laktasi

periode postnatal meliputi ASI eksklusif, cara menyusui, memeras ASI, menyimpan ASI

peras, dan memberikan ASI peras. (Siregar, 2009). Manajemen Laktasi adalah Suatu upaya

yang dilakukan oleh ibu,ayah,dan keluarga untuk menunjang keberhasilan menyusui. Ruang

lingkup pelaksanaan menajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah persalinan,

dan masa menyusui bayi (Prasetyono,2009).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan pamberian ASI Eksklusif

sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan dengan makanan

pendamping sampai usia 2 tahun, rekomendasi serupa juga oleh American Academy of

Pediatrics (AAP), Academy of Breasfeeding Medicine demikian pula oleh Ikatan Dokter

Anak Indonesia (IDAI) (Suradi,dkk,2010).

Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu

ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu

dalam 3 tahap yaitu pada masa kehamiloan (antenetal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai

keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2

tahun (postnatal) (Perinasia,2007, p.1).


Manaajemen laktasi pada ibu bekerja adalah upaya yang dilakukan ibu untuk

mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya khususnya padaibu yang bekerja.

Pemberian ASI Eksklusif dapat meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya

kualitas sumber daya manusia yang memadai. Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif

memiliki resiko 6 kali lipat meninggal pada tahun pertama. Pentingnya ASI Eksklusif

tersebut melatarbelakangi pemerintah dalam menetapkan kebijakan berupa Kepmenkes RI

no.450/MENKES/IV/2004 tentang pemberian ASI secara Eksklusif pada bayi indonesia.

Dalam kebijakan ini disebutkan bahwa Air susu Ibu (ASI) secara eksklusif bagi bayi di

indonesia sejak bayi lahir sampai bayi berumur 6(enam) bulan dan dianjurkan untuk

dilanjutkan sampai anak berusia 2 (dua) tahun dengan pemberian makanan tambahan yang

sesuai (Siregar,2007, p.1)

Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan angka kematian bayi hingga 13%

sehingga dengan dasar asumsi jumlah penduduk 219 juta, angka kelahiran total 22/1000

kelahiran hidup, angka kematian balita 46/1000 kelahiran hidup, maka jumlah bayi yang

akan terselamatkan sebanyak 30 ribu.Namun yang patut di sayangkan tingkat pemberian

ASI secara eksklusif di indonesia hingga saat ini masih sangat rendah yaitu antara 39%-40%

dari jumlah ibu yang melahirkan (Untoro,2004,p.4).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. MANAJEMEN LAKTASI

1. Defenisi Manajemen Laktasi

Manajemen Laktasi adalah merupakan segala daya upaya yang dilakukan

untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini

dilakukan terhadap dalam tiga tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal),

sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa

menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Susiana, H, 2009).

Manajemen Laktasi adalah tata laksana yang dipelukan untuk menunjang

keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa

kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya

(Direktorat Gizi Masyarakat, 2005).

Manajemen Laktasi adalah upaya – upaya yang dilakukan untuk menunjang

keberhasilan menyusui (Siregar, 2004).

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai

proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari

siklus reproduksi mamalia termasuk manusia (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005).

Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu ibu harus

sudah siap baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi cukup sehat

menyusu. Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500 – 800

ml/hari (3000 ml/hari) (Rukiyah, dkk, 2011).


Ruang Lingkup manajemen laktasi adalah periode postnatal, antara lain ASI

eksklusif, teknik menyusui, memeras ASI, memberikan ASI peras, menyimpan ASI

peras, pemenuhan gizi selama periode menyusui (Maryunani, 2012).

Semua tahapan pada manajemen laktasi adalah penting dan berperan untuk

keberhasilan ASI eksklusif, sehingga semua tahap harus dipersiapkan dengan baik

supaya ASI eksklusif berjalan dengan sukses adalah motivasi bidan, konseling dan

perawatan payudara.

2. MOTIVASI

a. Definisi Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti “dorongan” atau “daya

penggerak” yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan

suatu tindakan atau aktifitas (Herijulianti, Indriani, Artini, 2001).

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela

untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga

dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung

jawabnya dan menuaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dari

berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1998).

Motivasi berasal dari bahasa latin “mevore” berarti “menggerakkan” yaitu

kekuatan psikologis yang menggerakkan seseorang ke arah beberapa jenis tindakan

dan sebagai suatu kesediaan untuk menerima pembelajaran dengan kesiapan sebagai

bukti dari motivasi, dengan hasil faktor internal dan faktor eksternal dan bukan hasil

manipulasi eksternal saja (Haggard, Redman, Kort, dalam Bastable, 2001).


b. Jenis-jenis Motivasi

Menurut Djamarah (2002), motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi

aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik datang

dari hati sanubari umumnya karena kesadaran, misalnya ibu mau melakukan

mobilisasi dini karena ibu tersebut sadar bahwa dengan melakukan mobilisasi dini

maka akan membantu mempercepat proses penyembuhan ibu pasca operasi.

Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu :

1) Kebutuhan (need)

Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-faktor kebutuhan

baik biologis maupun psikologis, misalnya ibu melakukan mobilisasi dini karena

ibu ingin cepat sehat pasca operasi.

2) Harapan (expentancy)

Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan

bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meningkat dan

menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan.

3) Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada

yang menyuruh (tanpa adanya pengaruh dari orang lain).


a. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik

adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang atau

pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu (Hamzah, 2009).

Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik

adalah :

1) Dorongan keluarga

Ibu melakukan mobilisasi dini bukan kehendak sendiri tetapi karena dorongan

dari keluarga seperti suami, orang tua, teman. Misalnya ibu melakukan

mobilisasi dini karena adanya dorongan (dukungan) dari suami, orang tua

ataupun anggota keluarga lainnya. Dukungan atau dorongan dari anggota

keluarga semakin menguatkan motivasi ibu untuk memberikan yang terbaik bagi

kesehatan ibu.

2) Lingkungan

Lingkungan adalah tempat di mana seseorang tinggal. Lingkungan dapat

mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu.

Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam

memotivasi seseorang dalam mengubah tingkah lakunya. Dalam sebuah

lingkungan yang hangat dan terbuka, akan menimbulkan rasa kesetiakawanan

yang tinggi. Dalam konteks pelaksanaan mobilisasi dini di rumah sakit, maka

orang-orang di sekitar lingkungan ibu akan mengajak, mengingatkan ataupun

memberikan informasi pada ibu tentang tujuan dan manfaat mobilisasi dini.
3) Media

Media adalah faktor yang sangat berpengaruh bagi responden dalam memotivasi

ibu untuk melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea, mungkin karena pada

era globalisasi ini hampir dari waktu yang dihabiskan adalah berhadapan dengan

media informasi, baik itu media cetak maupun elektronika (TV, radio,

komputer/internet) sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang

akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah yang positif terhadap

kesehatan.

c. Tujuan Motivasi

Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan seseorang agar

timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh

hasil dan mencapai tujuan (Taufik, 2007).

Setiap tindakan motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan dicapai.

Makin jelas tujuan yang diharapkan atau akan dicapai, maka semakin jelas pula

bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih

dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan didasari oleh yang dimotivasi. Oleh karena

itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi pada seseorang harus mengenal

dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan serta kepribadian

orang yang akan dimotivasi (Taufik, 2007).


d. Fungsi Motivasi

Menurut Notoatmodjo (2007), motivasi mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan

sebelumnya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan

perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan memberikan

kepercayaan diri yang tinggi karena sudah melakukan proses

penyeleksian.

2. Konseling

Konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor

yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-

seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang

untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang

lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli

(disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut

konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien\

Konseling menurut Prayitno dan Erman Amti dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan
Konseling (2004:105) adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui

wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang

sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya

masalah yang dihadapi klien. Sejalan dengan itu, Winkel mendefinisikan konseling

sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu

konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung

jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.

Berdasarkan pengertian konseling di atas dapat dipahami bahwa konseling adalah

usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat

mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah

khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.

3. Perawatan payudara

Perawata payudara adalah usaha untuk memperlancar aliran ASI, dan

mencegah masalah-masalah yang mungkin muncul pada saat menyusui seperti puting

nyeri atau lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat. Perawatan payudara

tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan tetapi juga dilakukan setelah melahirkan.

Menurut Soetjiningsih (1997), perawatan payudara dilakukan sehari dua kali

saat mandi dan bila ada masalah dengan menyusui juga dilakukan dua kali sehari.

Menurut Gulardi H. Wiknyosastro (1991) dijelaskan bahwa perawatan yang

dilakukan pada payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah

tersumbatnya saluran susu, sehingga setelah melahirkan ibu dapat sesegera mungkin

memberikan ASI kepada bayinya. Perawatan payudara yang dilakukan selama hamil

atau pada masa antenatal menurut Soetjiningsih (1997) mempunyai banyak manfaat,

antara lain menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan punting susu,

melenturkan dan menguatkan punting susu sehingga memudah-kan bayi untuk


menyusui, merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi banyak dan

lancar, dapat mendeteksi kelainan-kelaianan payudara secara dini dan melakukan

upaya untuk mengatasinya, mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui.

Apabila ibu tidak melakukan perawatan payudara pada masa antenatal dengan

baik, maka dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain dapat menyebabkan

payudara menjadi bengkak, puting susu lecet/luka ketika menyusui bayi, puting susu

datar atau mendalam sehingga ibu akan kesulitan dalam memberikan ASI setelah

melahirkan, dapat menyebabkan radang payudara (mastitis), atau saluran susu

tersumbat sehingga air susu menjadi tersumbat dan tidak dapat keluar dengan lancar

terutama setelah melahirkan (Nichols, 2000).

B. LAKTASI

1. Fisiologi Laktasi

Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi

perkembangan alveoli dan duktus lactiferous di dalam payudara, serta merangsang

produksi ksolostrum. Produksi ASI tidak berlangsung sampai masa sesudah

kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen ini

memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI. Produksi prolaktin yang

berkesinambungan disebabkan oleh menyusunya bayi pada payudara ibu.

Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro – endokrin. Rangsangan sentuhan

pada payudara (bayi menghisap) akan merangsang produksi oksitoksin yang

menyebabakan kontraksi sel – sel myoepithel. Proses ini disebut juga sebagai “

refleks prolaktin” atau milk production reflect yang membuat ASI tersedia bagi bayi.

Dalam hari – hari dini, laktasi refleks ini tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi ibu.
Nantinya, refleks ini dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu bila ia merasa takut,

lelah, malu, merasa tidak pasti, atau bila mersakan nyeri.

Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus

kesinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi okstoksin oleh kelenjar hypofisis

posterior. Oksitsoksin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel – sel khusus

(sel – sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus lactiferus.

Kontraksi sel – sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus

lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam

sinus tertekan keluar, kemulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down

reflect atau “pelepasan”. Pada akhirnya, let down dapat dipacu tanpa rangsangan

hisapan. Pelepasaan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar

memikirkan tentang bayinya. Pelepasan penting sekali bagi pemberian ASI yang

baik. Tanpa pelepasan, bayi dapat menghisap terus – menerus, tetapi hanya

memperoleh sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpan di dalam payudara. Bila

pelepasaan gagal terjadi berulang kali dan payudara berulang kali tidak dikosongkan

pada waktu pemberian ASI, refleks ini akan berhenti berfungsi dan laktasi akan

berhenti. Cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya sesudah dilahirkan adalah

kolostrum yang mengandung campuran yang kaya akan protein, mineral, dan

antibodi, daripada ASI yang telah “matur”. ASI mulai ada kira – kira pada hari yang

ke – 3 atau ke – 4 setelah kelahiran bayi dan kolostrum berubah menjadi ASI yang

matur kira – kira 15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah byi lahir dan

bayi diperolehkan sering menyusu maka proses produksi ASI akan meningkat

(Sulistyawati, 2009).
2. Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI

Bidan yang bekerja pada pelayanan kesehatan diharapkan melakukan berbagai

upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan mendukung pemberian ASI serta

memberikan penyuluhan dan nasehat yang obyektif dan konsisten pada ibu hamil dan

ibu yang baru melahirkan tentang pemberian ASI.

Dalam hal ini bidan mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang

program pemerintah dalam pemberian ASI. Oleh karena itu, seorang bidan perlu

mengetahui manfaat pemberian ASI bagi ibu dan keluarga. Bukti menunjukkan

bahwa bila ibu tahu cara yang benar untuk memposisikan bayinya pada payudaranya,

menyusui pada waktu yang diinginkan bayinya (on demand) dan memperoleh

dukungan serta percaya diri tentang kemampuannya memberi ASI, berbagai penyulit

yang umum dapat dihindari/dicegah. (Anggraini, 2010).

Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI:

a. Yakinkan ibu bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara

ibunya

b. ; Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri

(Sulistyawati, 2009).

3. Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Eksklusif

1. Mempersiapkan payudara bila diperlukan .

2. Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui.

3. Menciptakan dukungan keluarga, teman dan lingkungan.

4. Memilih rumah sakit ‘sayang ibu’.

5. Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI eksklusif.


6. Mendatangifasilitas Konsultasi Laktasi untuk persiapan apa bila menemui

kesulitan saat menyusui.

7. Menciptakan sikap yang positif tentang ASI dan menyusui.

4. Tahapan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil (Petunjuk Bagi Petugas

Kesehatan)

Pada Masa Kehamilan

a.. Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat menyusui baik bagi

ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.

b. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu, apakah

ada kelainan/tidak. Disamping itu, perlu dipantau keneikan berat badan ibu

hamil.

c. Perawatan payudara dimulai pada kehamilan memasuki usia 6 bulan agar ibu

mampu memproduksi dan berikan ASI cukup.

d. Memperhatikan gizi/ makanan ditambah mulai dari kehamilan trimester II

sebanyak 1 1/3 kali dari porsi makanan sebelum hamil.

e. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu

diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk

memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.

5. Tahapan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil (Petunjuk Bagi Ibu)

a. Meyakinkan diri sendiri akan keberhasilan menyusi dan bahwa ASI adalah

amanah ilahi.

b. Makan dengan teratur, peuh gizi dan seimbang.


c. Mengikuti bimbingan persiapan menyusui yang terdapat disetiap klinik

laktasi dirumah sakit.

d. Melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara teratur.

e. Mengikuti senam hamil.

6. Persiapan Menyusui Pada Ibu Hamil

1. Pengertian

Yang dimaksud dengan “persiapan menyusui pada Ibu Hamil” adalah persiapan

menyusui sejak kala hamil. Dalam hal ini berarti proses menyusui sebaiknya sudah

dipersiapkan jauh hari sebelum melahirkan. Hal ini penting supaya ibu benar – benar

siap, baik secara fisik maupun mental. Kesiapan ini akan mempengaruhi kualitas dan

kuantitas ASI.

2. Beberapa Hal Yang Harus Dipersiapkan Pada Masa Hamil

a. Niat

1. Niat adalah kunci sukses untuk memberikan ASI eksklusif bagi bayi.

2. Niat ini seharusnya sudah tertanam kuat jauh hari sebelumnya.

3. Ibu harus bertekad akan memberikan makanan yang terabik baginya.

4. Dengan niat bulat, ibu akan berfikir optimis.

5. Dengan fikiran optimis tersebut, akan terbentuk energi positif yang dapat

mempengaruhi kesiapan semua organ – organ menyusui sehingga ASI dapat

mengalir lancar.

6. Jika ibu yakin bisa menyusui, ASI yang keluar pasti banyak.
7. Anjurkan ibu untuk membuang jauh – jauh pikiran negatif, seperti

bagaimana kalau ASI tidak keluar, atau bagaimana kalau payudara

bermasalah, dan sebagainya.

8. Untuk itu, dalam masa hamil, ibu dianjurkan untuk :

a. Mempelajari mengenai manajemen laktasi, rawat gabung dan bahaya susu

formula.

b. Berniat bersungguh – sungguh untuk memberikan ASI pada bayi

sekurang – kurangnya 6 bulan.

c. Belajar ketrampilan menyusui.

d. Meningkatkan gizi dan kesehatan ibu.

e. Memakai BH yang menyokong dan ukuran sesuai payudara.

f. Memeriksa payudara dan puting susu (Maryunani, 2012).

b. Menghilangkan Stress

1. Anjurkan pada ibu untuk berusaha selalu berpikiran positif tentang

kehamilan.

2. Berikan pengertian bahwa kehamilan jangan sampai membuat ibu merasa

terbatasi.

3. Apabila ada maasalah, anjurkan untuk berkonsultasi pada petugas

kesehatan.

4. Anjurkan pada ibu untuk melakukan semua hal yang menyenangkan

selama hamil, seperti jalan – jalan, berekreasi, berkumpul dengan teman,

mengerjakan hobi dan lain sebagainya.

5. Semua aktivitas tersebut sangat penting untuk menjaga ketenangan batin

karena perasaan tenang dan bahagia berpengaruh pada produksi ASI.


c. Memenuhi Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Dan Menyusui

Kebutuhan gizi ibu meningkat pada saat hamil dan menyusui. Karena, selain

untuk ibu, gizi tersebut juga diperlukan untuk janin. Oleh karena itu, asupan

makanan yang dikonsumsi ibu harus mencakup pola makan gizi yang cukup

dan seimbang.

Gizi tersebut harus bercakup :

1. Karbohidrat sebagai sumber tenaga.

2. Protein sebagai sumber pembangun.

3. Vitamin dan mineral yang dapat dari sayuran dan buah – buahan sebagai

sumber pengatur dan pelindung.

4. Perhatikan juga pola makan dan usahakan selalu untuk mengonsumsi

makanan sehat.

5. Jauhi cemilan yang tidak terjamin kebersihannya.

Perlu diingat bahwa pola makan yang sehat pada saat hamil juga akan

mempengaruhi kualitas ASI ibu.

d. Asupan Gizi Ibu Selama Hamil Untuk Memicu Produksi ASI, Antara Lain :

1. Triwulan I (Kehamilan 1-3 Bulan)

Makan makanan dalm porsi kecil tetapi sering.

Makan buah – buahan segar atau sari buah – buahan.

Menjaga agar kenaikan berat badan 0,7 – 1,4 kg selam 3 bulan.

2. Triwulan II (Kehamilan 4 – 7 Bulan)

Nafsu makan akan pulih sehingga semua boleh dimakan.

Makan makan dengan porsi lebih banyak dari biasanya.

Kenaikan berat badan bervariasi antara 0,3 – 04 kg/minggu.


3. Triwulan III (Kehamilan 8 Bulan)

Ibu dianjurkan untuk tidak makan terlalu berlebihan.

Anjurkan ibu untuk mengurangi mkanan yang banyak mengandung

lemak, gula, garam dan karbohidrat.

Diupayakan agar kenaikan berat badan tidak terlalu berlebihan karena

ada kecenderungan terjadinya keracunan kehamilan (pre eklampsi).

e. Melakukan Pijat Payudara

1. Pijat payudara sangat baik sebagai persiapan sebelum menyusui.

2. Pelaksanaanya biasanya setelah masa kehamilan akhir.

3. Ibu dianjurkan untuk membuat rangsangan secara lembut dan pelan kedua

puting payudara dengan tangan.

4. Buatlah gerakan memutar dan lakukan beberapa kali dalam sehari.

5. Konsultasikan aktivitas ini pada petugas kesehatan, karena pada kasus

tertentu tinadakan ini tidak boleh dilakukan, terutama untuk ibu yang

pernah melahirkan bayi prematur (Maryunani, 2012).

f. Menciptakan Gaya Hidup Sehat

Menciptakan gaya hidup sehat bertujuan agar kehamilan dan persalinan

berlangsung lancar dan janin dapat berkembang optimal. Ibu dianjurkan untuk

menghindari makanan atau minuman yang mengandung kafein, alkohol dan

menjauhi asap rokok. Agar stamina tubuh terjaga, anjurkan ibu untuk

melakukan olahraga secara teratur.

Olahraga yang dilakukan adalah olahraga ringan, seperti jalan – jalan

pagi atau berenang. Dengan demikian diharapkan kondisi ibu yang sehat

ikut meningkatkan produksi ASI.


Cara hidup sehat wanita hamil, antara lain :

1. Menjaga kebersihan diri.

2. Mengasumsi makanan yang bergizi sesuai anjuran ibu hamil.

3. Cukup istirahat.

Ibu hamil sebaiknya tidur minimal 8 jam per hari. Kegiatan dan

gerakanya sehari – hari harus memperhatikan perubahab fisik dan mental

yang terjadi pada dirinya. Diantara waktu kegiatannya tersebut,

diperlukan waktu untuk istirahat (santai) guna melemaskan otot – ototnya

(Maryunani, 2009).

4. Melakukan perawatan payudara pada usia kehamilan 7,5 bulan.

5. Pemakaian obat selama hamil hanya atas petunjuk bidan atau dokter

6. Cukup dalam berolahraga (senam hamil).

7. Memperhatikan kebersihan diri dan menggunakan pakaian, yaitu yang

longgar, ringan, mudah dipakai dan mudah menyerap keringat dan sopan

serta sepatu yang nyaman.

8. Memperhatikan dan memeriksakan diri bila ada keluhan pada daerah gigi

mulut karena dapat menjalar keorgan tubuh lain dan mengganggu

kehamilan.

9. Sebaiknya sejak kehamilan 3 bulan terakhir telah mengenal dan memilih

dokter yang akan mengawasi kesehatan anaknya kelak.

10. Membatasi frekuensi persetubuhan pada kehamilan muda dan berhenti

pada saat 4 minggu sebelum perkiraan kelahiran.

11. Mendapatkan imunisasi tetanus toxoid.

12. Mengurangi perjalanan dan berpegian jauh.

13. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur (Maryunani, 2012).


1. Manajemen Laktasi (Penggunaan ASI)

1. Pendidikan kesehatan/penyuluhan kesehatan kepadaa pasien dan keluarga

tentang manfaat menyusui dan manfaat rawat gabung.

2. Adanya dukungan keluarga.

3. Adanya dukungan dan kemampuan petugas kesehatan.

4. Pemeriksaan payudara.

5. Persiapan payudara dan puting susu.

6. Pergunakan air untuk membersihkan puting susu, jangan sabun.

7. Pemakaian BH yang memadai (jangan memakai lapisan plastik).

8. Gizi yang bermutu : Ekstra 3000 kalori per hari terutama protein.

9. Pemberian preparat besi dan asam folik (sesuai protokol institusi masing

– masing).

10. Tidak melakukan diet untuk mengurangi berat badan (kecuali intruksi

dokter karena alasan penyakit lainnya yang membahayakan ibu dan bayinya).

11. Penambahan berat badan yang memadai adalah 11 – 13 kg.

12. Cara hidup sehat (hindarkan merokok, alkohol, dan lain – lain)

(Maryunani, 2012).

2. Langkah-langkah kegiatan Menejemen Laktasi Pada Masa Kehamilan

1. Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan

keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara

pelaksanaan manajemen laktasi.

2. Menyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.

3. Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara. Disamping itu,

perlu pula dipantau kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan.
4. Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk

mencegah kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah

mulai kehamilan trimester ke-2 (minggu ke 13-26) menjadi 1-2 kali porsi dari

jumlah makanan pada saat sebelum hamil untuk kebutuhan gizi ibu hamil.

5. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting pula perhatian

keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan

dukungan dan membesarkan hatinya bahwa kehamilan merupakan anugerah

dan tugas yang mulia (Depkes, 2005).

3. Perawatan Payudara

Sejak kehamilan 6-8 minggu terjadi perubahan pada payudara berupa

pembesaran payudara, terasa lebih padat, kencang, sakit dan tampak jelas

gambaran pembuluh darah di permukaan kulit yang bertambah serta melebar.

Kelenjar Montgomery daerah aerola tampak lebih nyata dan menonjol.

Perawatan payudara yang diperlukan :

1. Mengganti BH sejak hamil 2 bulan dengan ukuran yang lebih sesuai dan

dapat menopang perkembangan payudara. Biasanya diperlukan BH dengan

ukuran 2 nomor lebih besar.

2. Latihan gerakan otot badan yang berfungsi menopang payudara untuk

menunjang produksi ASI dan mempertahankan bentuk payudara setelah

selesai masa laktasi.Bentuk latihan : duduk sila di lantai. Tangan kanan

memegang bagian lengan bawah kiri (dekat siku), tangan kiri memegang

lengan bawah kanan. Angkat kedua siku sejajar pundak. Tekan pegangan
tangan kuat-kuat kearah siku sehingga terasa adanya tarikan pada otot dasar

payudara.

3. Menjaga higiene sehari-hari, termasuk payudara, khusus daerah puting dan

aerola.

4. Setiap mandi, puting susu dan aerola tidak disabuni untuk menghindari

keadaan kering dan kaku akibat hilangnya 'pelumas' yang dihasilkkan

kelenjar Motgomery.

5. Lakukan persiapan puting susu agar lentur, kuat, dan tidak ada sumbatan

sejak usia kehamilan 7 bulan, setiap hari sebanyak 2 kali.

6. Mengoreksi puting susu yang datar/terbenam agar menyebul keluar dengan

bantuan pompa puting pada minggu terakhir kehamilan sehingga siap untuk

disusukan kepada bayi.


BAB III

PENUTUP

Menyusui adalah proses alami manusia tetapi tidak sederhana seperti yang di

bayangkan khalayak umum.Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan ini. Agar

menyusui berhasil, setiap ibu harus percaya dapat melakukannya dengan didukung

petunjuk pengetahuan dan manajemen praktek menyusui yang benar dan tepat.

Persiapan dini sejak masa kehamilan hingga menyusui sangat membantu kelancaran

proses menyusui secara keseluruhan. Penggunaan ASI telah dideklarasikan sebagai

gerakan nasional yang merupakan upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan

anak.Untuk mencapai keberhasilan gerakan nasional perlu didukung oleh peran serta

seluruh anggota masyarakat para ibu sebagai pelopor peningkatan kualitas sumberdaya

indonesia.praktek menyusui yg baik dan benar setiap ibu perlu mempelajarinya.bukan

pada ibu yang pertama kali hamil tetapi juga ibu yang melahirkan anak yang ke 2 dan

seterusnya.

Peranan petugas kesehatan sangat penting dalam melindungi,meningkatkan, dan

mendukung usaha menyusui baik sebelum, selama maupun setelah kehamilan dan

persalinan.Petugas kesehatan harus mampu memotivasi , memberikan bimbingan dan

penyuluhan manajemen menyusui dikalangan ibu. Dukungan tenaga kesehatan ini akan

sangat menentukan suksesnya kampaye ASI disamping dukungan keluarga dan

lingkungan.

Dengan mengikuti dan mempelajari pengetahuan mengenai menyusui atau

laktasi diharapkans etiap ibu hamil,bersalin dan menyusui dapat memberikan ASI

secara optimal sehingga bayi dapat tumbuh kembang normal sebagai calon sumberdaya

manusia yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai