Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT KEPATUHAN TENAGA MEDIS DAN NON MEDIS


DALAM PENANGANAN PASIEN COVID 19
(Study Survey di RSUD Ngimbang Lamongan)

USULAN PENELITIAN TESIS


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Sidang Usulan Penelitian Tesis
Pada Program Studi Magister Manajemen

OLEH :
M. ABDUL MUNTHOLIB
NIM : 1211201110

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP BANDUNG
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa ada kasus

pneumonia di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina (Zhu et al., 2020), tetapi

etiologinya tidak diketahui (Sohrabi et al., 2020). Kasus-kasus berkembang sangat

cepat (Anderson, Heesterbeek, Klinkenberg, & Hollingsworth, 2020), hingga 7

Januari 2020, pemerintah Cina mengatakan bahwa pneumonia adalah tipe baru

coronavirus atau Covid-19 (Li et al., 2020).

Dunia saat ini tengah waspada dengan penyebaran sebuah virus yang dikenal

dengan virus corona. Corona virus (CoV) merupakan bagian dari keluarga virus

yang menyebabkan penyakit mulai dari flu hingga penyakit yang lebih berat seperti

Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) and Severe Acute Respiratory

Syndrome (SARS-CoV). Penyakit yang disebabkan virus corona, atau dikenal

dengan COVID-19, adalah jenis baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan belum

pernah diidentifikasi menyerang manusia sebelumnya (World Health Organization,

2020).

Kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang paru-paru misterius pada

Desember 2019. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan

yang menjual berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa

2
dikonsumsi, misal ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus (Kementerian

Kesehatan, 2020).

Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di pasar

hewan tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan

hewan lain yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus

sebetulnya tidak asing dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis

yang mampu menginfeksi manusia hingga menjadi penyakit radang paru

(Kementerian Kesehatan, 2020).

Indonesia menjadi salah satu negara positif virus corona (Covid-19). Kasus

pertama yang terjadi di Indonesia dialami oleh dua warga Depok, Jawa Barat. Hal

tersebut diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan,

Jakarta pada hari senin, 2 maret 2020. Menurut Bapak Joko Widodo, kedua warga

tersebut merupakan seorang ibu usia 64 tahun dan putrinya yang berusia 31 tahun.

Keduanya diduga tertular virus corona karena adanya kontak dengan warga negara

Jepang yang datang ke Indonesia. Warga Jepang tersebut terdeteksi Corona setelah

meninggalkan Indonesia dan tiba di Malaysia. Tim Kementrian Kesehatan

(Kemenkes) melakukan penelusuran terhadap warga lainnya yang sebelumnya

melakukan interaksi dengan warga negara Jepang tersebut selama di Indonesia.

Menurut Kementerian Kesehatan anak tersebut diperkirakan tertular virus

corona 2 saat berdansa dengan warga negara Jepang di sebuah klub di Jakarta pada

tanggal 14 Februari 2020. Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan

3
Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto (Yuri) menyebutkan bahwa

jumlah orang yang mengikuti acara tersebut ada 50 orang. Pada tanggal 16 Februari

2020, anak tersebut mengeluh batuk dan agak panas, kemudian berobat ke dokter.

Setelah peristiwa tersebut, Kemenkes berupaya untuk melakukan tracking kepada

semua orang yang ikut berdansa pada acara tersebut (Kompas.com, 2020).

Setelah mengumumkan kasus pertama virus corona di Depok tersebut,

Presiden Joko Widodo memastikan pemerintah sudah mempersiapkan fasilitas

kesehatan, peralatan medis untuk merawat pasien virus corona yang memenuhi

standar internasional. Pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk

penanganan wabah virus corona di dalam negeri (Kompas.com, 2020).

Salah satu Provinsi yang memiliki jumlah pasien positif corona (Covid-19)

terbesar yaitu Provinsi Jawa Timur. Pada tanggal 28 April 2020 jumlah pasien

positif Covid-19 di Jawa Timur bertambah menjadi 61 orang, sehingga total kasus

positif 857 orang (CNBC Indonesia, 2020)

Seperti diketahui bahwa Virus Corona atau COVID-19 penyebarannya

yang sangat cepat dan ukurannya sangat kecil, maka pemerintah mengeluarkan

kebijakan penggunaan alat pelindung diri (APD) bagi masyarakat umum dan

petugas medis, serta social distancing sebagai bentuk pemutusan rantai

penyebarannya.

Alat pelindung diri antara lain masker. Masker disarankan bagi orang yang

bepergian untuk mengantisipasi penularan virus tersebut. Virus ini terdapat pada

4
percikan air liur orang yang sakit ketika ia bersin, batuk, atau bahkan saat

berbicara. Penularan terjadi ketika percikan air liur terhirup orang lain yang ada di

sekitar.

Bagi tenaga medis, menurut rekomendasi standar penggunaan APD untuk

Penanganan Covid-19 di Indonesia, standar pemakaian APD untuk tenaga medis

tergantung situasi dan kondisi penanganan pasien. Alat Pelindung Diri adalah suatu

alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya

mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh sumber daya manusia dari potensi bahaya

di fasilitas pelayanan kesehatan. Alat pelindung diri tidak mengurangi pajanan dari

sumbernya, hanya saja mengurangi jumlah pajanan yang masuk ke tubuh. APD

bersifat eksklusif (hanya melindungi individu) dan spesifik (setiap alat memiliki

spesifikasi bahaya yang dapat dikendalikan).

Jenis-jenis APD yang dapat tersedia di Fasilitas pelayanan kesehatan sesuai

dengan kebutuhan sebagai berikut:

Tingkat perlindungan I tenaga kesehatan dan pendukung petugas

penanganan cepat : masker bedah 3ply, sarung tangan karet sekali pakai, dokter dan

perawat : masker bedah 3ply, sarung tangan karet sekali pakai.

Tingkat perlindungan II tenaga kesehatan: masker h 3ply, gown, sarung

tangan karet sekali pakai, face shield, dan headcap.

5
Tingkat perlindungan III tenaga kesehatan: masker N95, gown, boots,

pelindung mata, face shield, sarung tangan bedah karet steril sekali pakai, headcap,

dan apron.

Tenaga medis mengenakan alat pelindung diri (APD) untuk menangani

pasien suspect atau positif Covid-19. Ketiga, APD untuk ruang prosedur dan

tindakan operasi pada pasien suspect (positif Covid-19), kegiatan yang

menimbulkan aerosol pada pasien, ruang tindakan otopsi, dan pengambilan sampel

pernapasan.

Para tenaga medis yang menangani prosedur ini wajib mengenakan

pelindung mata, penutup kepala, masker N95 atau yang setara, sarung tangan bedah

karet steril sekali pakai, sepatu boots, dan gaun terusan menutup dari kepala hingga

bagian kaki.

Penelitian yang dilakukan oleh Joseph tahun 2005-2007 mencatat bahwa

angka kecelakaan Needle Stick Injury atau tertusuk jarum mencapai 38- 73% dari

total petugas kesehatan, dan salah satu penyebabnya ditemukan bahwa pada saat

bekerja mereka tidak memakai alat pelindung diri seperti sarung tangan.

RSUD Ngimbang merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah Kabupaten

Lamongan. RSUD Ngimbang Kabupaten Lamongan telah diresmikan oleh Bupati

Lamongan H. FADELI SH.MM pada tanggal 28 Maret 2011 dan beroperasional

mulai tanggal 1 April 2011. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

147/Menkes/PER/I/2010, tanggal 13 September 2011 memberikan rekomendasi

6
Izin Operasional Sementara dan Berdasarkan keputusan Bupati Lamongan Nomor

445/1033/KEP./413.215/2013 pada tanggal 08 April 2013

mendapatkan Rekomendasi Izin Operasional Tetap. Pada Tahun 2013 RSUD

Ngimbang mendapatkan rekomendasi tentang Izin Tetap Rumah Sakit Berdasarkan

Keputusan Bupati Lamongan Nomor 445/1033/Kep/413.215/2013 dan tentang Izin

Peningkatan Klasifikasi Rumah Sakit menjadi type ‘C’ Nomor

445/609/413.105/2015.

RSUD Ngimbang Kabupaten Lamongan merupakan unsur pendukung tugas

Kepala Daerah di Bidang Pelayanan Kesehatan, yang dipimpin oleh Direktur dan

bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah, dengan tugas

melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan

mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi,

terpadu, dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya

rujukan, sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

 Adapun RSUD Ngimbang Kabupaten Lamongan mempunyai fungsi:

1. Pelayanan Medis;

2. Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis;

3. Pelayanan Asuhan Keperawatan dan Pelayanan Asuhan Kebidanan;

4. Pelayanan Rujukan;

5. Pelayanan Administrasi dan Keuangan

6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah  sesuai dengan

tugas dan fungsinya

7
Adapun jenis pelayanan yang dapat dilaksanakan di masing-

masing Instalasi sebagaimana tersebut dibawah ini, dan tercatat memiliki 120

tempat tidur sebagai berikut:

Table 1.1
Ruangan dan kelas pelayanan RSUD Ngimbang Lamongan

VVIP Kls II TOTAL


RUANG VIP KlsI Kls III RIK

0 0 0 2 10 3 15
NIFAS

0 0 0 4 15 32 51
FLAMBOYAN
0 0 0 12 22 0 34
ANGGREK

GRAHA MEDI 2 7 9 0 0 2 20
KA
2 7 9 18 47 37 120
JUMLAH

Sumber : Instalasi di Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang Kabupaten


Lamongan terdiri dari: 

Jelaskan tabel 1.1. secara deskriptif , makna angka ….

Table 1.2
Jenis Instalasi di RSUD Ngimbang
NO JENIS INSTALASI
1 Instalasi Gawat Darurat
2 Instalasi Rawat Jalan 
3 Instalasi Rawat Inap 
4 Instalasi Bedah Sentral
5 Instalasi Kebidanan dan Kandungan
6 Instalasi Perawatan Intensif
7 Instalasi Farmasi

8
8 Instalasi Radiologi
9 Instalasi Gizi

Semua Instalasi tersebut bertujuan untuk melayani semua Pelayanan

Kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkan penanganan atau pelayanan

kesehatan. Dengan harapan masyarakat percaya bahwa di Rumah Sakit Umum

Daerah Ngimbang, akan memperoleh Pelayanan Kesehatan yang lebih baik.

Pelayanan Kesehatan yang bermutu dan optimal sesuai kebutuhan masyarakat

bukan hanya bagi pasien secara khusus, namun juga kepada keluarga pasien akan

diberikan informasi kesehatan guna mendukung proses pemulihan kesehatan pasien

sendiri.

Karyawan RSUD Ngimbang Kabupaten Lamongan terdiri dari berbagai

disiplin ilmu dan profesi yang bila dikelompokkan terdiri dari : kelompok Medis

terdiri dari Dokter, Perawat, Penunjang medis (Laboratorium dan Radiologi)

kelompok Non medis terdiri dari petugas administrasi, IPSRS, SI, keuangan, SDI

dan lain-lain dengan jumlah karyawannya seperti tercantum pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.3
Karyawan RSUD Ngimbang Kab. Lamongan
No Kelompok karyawan Jumlah Persentase
1 Tenaga Medis/Dokter
2 Tenaga Perawat
3 Tenaga Penunjang Medis
4 Tenaga Penunjang Non Medis & Administrasi
Jumlah
Sumber: Bidang SDI RSUD Ngimbang Kabupaten Lamongan

Dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
“Faktor determinan yang mempengaruhi tingkat kepatuhan tenaga medis dan non

9
medis dalam pemakaian APD dalam penanganan pasien Covid 19 ” (Study Survey
di RSUD Ngimbang Lamongan).

1.2. Identifikasi Masalah

1.3. Batasan Masalah

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut ” “Faktor determinan yang mempengaruhi tingkat kepatuhan tenaga medis
dan non medis dalam penanganan pasien Covid 19, serta implikasinya pada
kualitas pelayanan” Study Survey di RSUD Ngimbang Lamongan

1. Bagaimana tingkat kepatuhan tenaga medis dan non medis dalam penanganan
pasien Covid-19 dan kualitas pelayanan pada RSUD Lamongan;
2. Seberapa besar pengaruh secara parsial tingkat kepatuhan tenaga medis dalam
penanganan pasien Covid-19 terhadap kualitas pelayanan pada RSUD
Lamongan;
3. Seberapa besar pengaruh kepatuhan tenaga non medis dalam penanganan
pasien Covid-19 terhadap kualitas pelayanan pada RSUD Lamongan;
4. Seberapa besar pengaruh secara simultan tingkat kepatuhan tenaga medis dan
non medis dalam penanganan pasien Covid-19 terhadap kualitas pelayanan
pada RSUD Lamongan.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis lebih mendalam

tentang :

10
1. Tingkat kepatuhan tenaga medis dan non medis dalam penanganan pasien
Covid-19 dan kualitas pelayanan pada RSUD Lamongan;
2. Pengaruh secara parsial tingkat kepatuhan tenaga medis dalam penanganan
pasien Covid-19 terhadap kualitas pelayanan pada RSUD Lamongan;
3. Pengaruh secara tingkat kepatuhan tenaga non medis dalam penanganan
pasien Covid-19 terhadap kualitas pelayanan pada RSUD Lamongan;
4. Pengaruh secara simultan tingkat kepatuhan tenaga medis dan non medis
dalam penanganan pasien Covid-19 terhadap kualitas pelayanan pada RSUD
Lamongan.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak

yang terkait.

1.6.1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Menambah wawasan peneliti khususnya tentang penelitian kecemasan

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien COVID-

19 serta melatih dalam menerapkan teori-teori yang telah didapat

selama perkuliahan dalam suatu bentuk tulisan dengan menggunakan

metode ilmiah.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti lain untuk

mengembangkan penelitian berikutnya yang berhubungan dengan

11
kecemasan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien COVID-19.

c. Bagi Institusi Pendidikan (Universitas Sangga Buana)

Sebagai bahan masukan dan menambah kepustakaan sebagai

bahan bacaan maupun sebagai referensi tentang kecemasan perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien COVID-19serta

dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya.

1.6.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang kecemasan perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Covid-19 serta

dapat memberikan dukungan dan meyediakan alat pelindung diri yang

lengkap, sehingga dalam menjalankan tugasnya perawat tidak merasa

khawatir dengan dirinya sendiri bahkan dengan anggota keluarga

mereka.

b. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi tenaga kesehatan dan

menjadi acuan bagi para tenaga keperawatan untuk selalu

meningkatkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dalam memberikan

pelayanan keperawatan pada pasien.

1.6. Tempat dan Waktu Penelitian

12
Penelitian dilaksanakan di RSUD Ngimbang kab. Lamongan, , waktu penelitian diperkirakan

mulai bulan Januari 2022 s.d.Desember 2022.

Tabel 1.4
Jadwal Penelitian
Waktu Kegiatan
No Uraian Kegiatan Okt Nop Des April Mei Juni Juli Ags Sep Okt No
2021 2021 2021 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022 202
1 PERSIAPAN
Pembuatan Draft Usulan
Penelitian
Sidang Usulan Penelitian
2 PENGUMPULAN
DATA
Observasi & Wawancara
Penyebaran Kuesioner
3 PENGELOLAAN DAN
ANALISIS DATA
Pengolahan Data
Analisis Hasil
Pengelolaan Data
4 PEMBUATAN TESIS
DAN SIDANG
Pembuatan Tesis
Sidang Tesis

13

Anda mungkin juga menyukai