Oleh:
Nama Nama Mhs
No Mhs
Oleh:
M. ABDUL MUNTHOLIB
NIM : 1211201110
Pembimbing I Pembimbing 2
…………………….. .............................
............................................
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 merupakan bencana non alam yang dapat memberikan dampak
pada kondisi kesehatan jiwa dan psikososial setiap orang (Kemenkes, RI., 2020). Perawat
sebagai tenaga professional yang perannya tidak dapat dikesampingkan sebagai baris
terdepan pelayanan rumah sakit merupakan profesi vital yang dapat terinfeksi virus Covid-
19 (Yanti, 2020). Ketersediaan alat pelindung diri untuk perawat yang masih kurang,
menyebabkan banyak perawat yang terpapar virus covid-19 dan beberapa bahkan meninggal
(Ramadhan, 2020). Kasus Covid-19 yang sampai saat ini masih terjadi masyarakat dari hari
ke hari menyebabkan perawat sebagai garis depan dalam memberikan perawatan pasien
semakin tertekan karena meningkatnya beban kerja. Respon psikologis yang dialami oleh
perawat terhadap pandemi penyakit menular semakin meningkat yang disebabkan oleh
perasaan cemas tentang kesehatan diri sendiri dan penyebaran keluarga (Cheng et al., 2020)
Berdasar data WHO, kejadian tenaga medis yang terinfeksi Covid-19 cukup tinggi,
sampai dengan tanggal 07 Mei 2020, tercatat ada 989 tenaga kesehatan meninggal akibat
Covid-19 di seluruh dunia atau sebesar 0,37% (989 dari 270.426). Berdasar data Tim
Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), sejak kasus pertama 02 Maret
2020 sampai dengan 15 Desember 2020, tercatat 146 perawat meninggal dunia akibat
infeksi Covid-19, yang tersebar hampir di seluruh Indonesia yaitu Provinsi Jawa Timur
sebanyak 43 orang, DKI Jakarta 21 orang, Sumatera Utara 3 orang, Jawa Barat 19 orang,
Jawa Tengah 22 orang, Sulawesi Selatan 3 orang, Banten 2 orang, DI Aceh 3 orang, DI
Yogyakarta 2 orang, Kalimantan Selatan 6 orang, Sumatera Selatan 5 orang, Kepulauan
Riau 2 orang, Nusa Tenggara Barat 1 orang, Sumatera Barat 2 orang, Kalimantan Tengah 2
orang, Lampung 1 orang, Maluku Utara 1 orang, Papua 2 orang, Kalimantan Barat 1 orang,
Nusa Tenggara Timur 1 orang, Daerah Penugasan Luar Negeri (DPLN) Kuwait 2 orang
(Pranita, 2020). Sedangkan berdasar data Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
Jatim, hingga 06 Februari 2021 jumlah perawat terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 2.870
orang, dan perawat yang meninggal akibat terpapar Covid-19 sebanyak 96 orang.
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dirasakan oleh seseorang dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2016). Rasa panik dan rasa takut merupakan
bagian dari aspek emosional, sedangkan aspek mental atau kognitif yaitu timbulnya
gangguan terhadap perhatian, rasa khawatir, ketidakteraturan dalam berpikir, dan merasa
binggung (Ghufron & Risnawita, 2014). Menurut Fadli, dkk., (2020) faktor yang
usia, status keluarga, kejujuran pasien, ketersediaan alat pelindung diri, dan pengetahuan
tentang Covid-19. Penelitian Cheng et al. (2020) menyatakan bahwa dari 13 partisipan
tindakan kepada pasien. Tenaga kesehatan merupakan kelompok yang sangat rentan
terinfeksi covid-19 karena berada di garda terdepan penaganan kasus, oleh karena itu
mereka harus dibekali APD lengkap sesuai protokol dari WHO sehingga kecemasan yang
dialami berkurang.
bahwa terdapat 50,4% responden memiliki gejala depresi dan 44,6% memiliki gejala
kecemasan karena perasaan tertekan. Hal yang paling penting untuk mencegah masalah
kecemasan adalah menyediakan alat pelindung diri yang lengkap, sehingga tenaga kesehatan
dalam menjalankan tugasnya tidak merasa khawatir dengan dirinya sendiri bahkan dengan
oleh Bupati Lamongan H. FADELI SH.MM pada tanggal 28 Maret 2011 dan beroperasional
Operasional Tetap. Pada Tahun 2013 RSUD Ngimbang mendapatkan rekomendasi tentang
Daerah di Bidang Pelayanan Kesehatan, yang dipimpin oleh Direktur dan bertanggung
jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah, dengan tugas melaksanakan upaya
peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan, sesuai dengan Peraturan
4. Pelayanan Rujukan;
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan tugas dan
fungsinya
RI TOTA
RUANG VVIP VIP KlsI Kls II Kls III
K L
0 0 0 2 10 3 15
NIFAS
FLAMBOYA 0 0 0 4 15 32 51
N
0 0 0 12 22 0 34
ANGGREK
GRAHA ME 2 7 9 0 0 2 20
DIKA
2 7 9 18 47 37 120
JUMLAH
Instalasi di Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang Kabupaten Lamongan terdiri dari:
memperoleh Pelayanan Kesehatan yang lebih baik. Pelayanan Kesehatan yang bermutu dan
optimal sesuai kebutuhan masyarakat bukan hanya bagi pasien secara khusus, namun juga
kepada keluarga pasien akan diberikan informasi kesehatan guna mendukung proses
50000
40000
30000
20000
10000
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Dari data yang dikemukakan diatas sangat menarik untuk dibahas dan diteliti lebih
lanjut. Mengingat tahun 2020 terjadi penurunan pengunjung yang mengindikasikan
menurunnya loyalitas pasien.
Dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
“Faktor determinan yang mempengaruhi tingkat kepatuhan tenaga medis dan non medis
dalam pemakaian APD dalam penanganan pasien Covid 19, serta implikasinya pada
kualitas pelayanan” Study Survey di RSUD Ngimbang Lamongan
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut ”
“Faktor determinan yang mempengaruhi tingkat kepatuhan tenaga medis dan non medis
dalam pemakaian APD dalam penanganan pasien Covid 19, serta implikasinya pada
kualitas pelayanan” Study Survey di RSUD Ngimbang Lamongan
b. Mengidentifikasi pengetahuan tentang Covid-19 pada tenaga medis dan non medis di
RSUD Ngimbang Lamongan
d. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan tenaga medis dan non medis dalam pemakaian APD
dalam penanganan pasien Covid 19 di RSUD Ngimbang Lamongan
Penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
terkait.
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti lain untuk mengembangkan penelitian
berikutnya yang berhubungan dengan kecemasan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien COVID-19.
b. Sebagai bahan masukan dan menambah kepustakaan sebagai bahan bacaan maupun
sebagai referensi tentang kecemasan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien COVID-19 serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian penelitian
selanjutnya.
b. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi tenaga kesehatan dan menjadi acuan
bagi para tenaga keperawatan untuk selalu meningkatkan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alat pelindung diri (APD) atau personal protective adalah kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja
itu sendiri dan orang disekitarnya. Peraturan APD dibuat oleh pemerintah sebagai
pelaku usaha yang mempekerjakan pekerja atau buruh memiliki kewajiban menyediakan
APD di tempat kerja sesuai Standar Nsional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.
Selaian itu perusahaan harus mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu
pekerja saat melakukan pekerjaan yang memiliki potensi resiko kecelakaan kerja.
(Buntarto,2015:47). Alat pelindung diri (APD ) adalah peralatan yang harus di sediakan
oleh instansi, pengusaha untuk setiap pekerjanya (karyawan). Alat pelindung diri
merupakan peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh tenaga kerja apabila berada
untuk mengisolasi sebagian atau seluruh badan dari potensi bahaya di tempat kerja.
1. Pekerja/buruh, yaitu setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
3. Tempat kerja, yaitu tiap ruanagan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, di mana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
Pemilihan APD yang benar secara cermat merupakan persyaratan mutlak yang sangat
mendasar. Pemakaina APD yang tidak tepat dapat mencelakakan pekerja yang
memakainya karena mereka tidak terlindungi dari bahaya potensial yang ada mereka
2) Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
1) Nyaman dipakai
A. Topi pelindung Helmet atau Topi Pelindung digunakan untuk melindungi Kepala
dari paparan bahaya seperti kejatuhan benda ataupun paparan bahaya aliran listrik.
Pemakaian Topi Pelindung (Safety Helmet) harus sesuai dengan lingkar kepala
B. Kacamata Pelindung adalah alat yang digunakan untuk melindungi mata dari
bahaya loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil, mengurangi sinar yang
menyilaukan serta percikan bahan kimia. Kacamata Pelindung terdiri dari 2 Jenis
yaitu :
mata dari bahaya loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil dan
pernafasan seperti Hidung dan Mulut dari resiko bahaya seperti asap solder, debu
dan bau bahan kimia yang ringan. Masker biasanya terbuat dari Kain atau Kertas.
vemaran bahan kimia, mikro organisme, partikel debu, aerosol, uap, asap, ataupun
gas. Udara yang dihirup masuk ke dalam tubuh adalah udara yang brsih dan sehat.
Masker ini terdiri dari berbagai jenis, seperti respirator, katrit, canister, tangki
selam, regulator dan alat pembatu pernafasan. Masker kerja atau masker respirator
yang ada saat ini juga sangat beragam mulai dari varian harga masker kerja yang
particulate dan hadir dengan beragam modl seperti model masker respirator full
face, masker respirator double, single dan model lainnya yang data melindungi
anda pada saat melakukan pekerjaan yang mengharuskan memakai masker untuk
melindungi pernafasan.
Gambar 1 : Masker Respirator N95
Sumber : http://rsjakarta.co.id
Sumber : http://rsjakarta.co.id
Apron atau sering disebut dengan Celemek adalah alat pelindung tubuh dari percikan
bahan kimia dan suhu panas. Apron atau Celemek sering digunakan dalam proses
persiapan bahan-bahan
3. Alat pelindung anggota badan
Sarung Tangan adalah perlengkapan yang digunkan untuk melindungi tangan dari
kontak bahan kimia, tergores atau lukanya tangan akibat sentuhan dengan benda
runcing dan tajam. Jenis-jenis sarung tangan diantaranya adalah sebagai berikut :
dari kontak dengan bahan kimia seperti Oli, Minyak, Perekat dan Grease.
untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda, benda-benda tajam seperti kaca
ataupun potongan baja, larutan kimia dan aliran listrik. Sepatu Pelindung
terdiri dari baja diujungnya dengan dibalut oleh karet yang tidak dapat
menghantarkan listrik.
c. Sarung tangan
Sarung tangan (safety gloves) berguna sebagai alat pelindung tangan saat
bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cidera tangan seperti
saat melakukan printing pada kain dan pencucian cetakan printing maupun
Sumber : https://teknikece.com
a. Apron (Celemek)
Apron (celemek) berguna sebagai alat pelindung badan saat bekerja ditempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan badan terkena cairan kimia atau bahan-bahan
yang membahayakan tubuh, untuk proses pembuatan batik apron terbuat dari kain
Sumber : https://celemekindonesia.com
b. Sepatu Boot (sepatu karet) Sepatu boot (sepatu karet) berguna sebagai alat
pengaman saat bekerja ditempat becek dan berlumpur seperti pada saat proses
pencucian cetakan printing dan cairan kimia yang terdapat pada saat pekerja
Sumber : https://www.indotrading.com/
e. Tujuan dan manfaaat penggunaan Alat Pelindung Diri
Tujuan penggunanan alat pelindung diri (APD) adalah untuk melindungi tubuh dari bahaya
pekerjaan yang dapat mengakibatkan penyakit atau kecelakaan kerja, sehingga penggunaan
alat pelindung diri memegang peran penting. Hal ini penting dan bermanfaat bukan saja
Tenaga kerja/praktikan dapat bekerja dengan perasaan lebih aman untuk terhindar dari bahaya-
bahaya kerja
(2) Tenaga kerja/praktik dapat memperoleh derajat kesehatan yang sesuai hak dan martabatnya
sehingga tenaga kerja/praktik akan mampu bekerja secara aktif dan produktif.
(3) Tenaga kerja/praktik bekerja dengan produktif sehingga meningkatkan hasil produksi.
(4) Khusus bagi tenaga kerja, hal ini akan menambahkan keuntungan bagi tenaga kerja yaitu
berupa kenaikan gaji atau jaminan social sehinggga kesejahteraan akan terjamin.
tenaga kerja.
2) Pekerja bisa terkena zat kimia soda api (NaOH), sodium silikat (Na2SiO₃) pada tangan
dan kaki
3) Pekerja terkena zat pewarna (naftol) dan zat kimia Soda api (NaOH), Sodium nitrit
(NaNO₂)
5) Uap dari pembakaran bisa langsung terhirup secara langsung oleh hidung dan
Menurut Pemerintah Departemen Tenaga Kerja RI, arti kecelakaan kerja adalah suatu kejadian
yang tiba-tiba atau yang tidak disangka-sangka dan tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi
ada penyebabnya. Menurut AS/NZS 4801: 2001, kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak
atau kerugian lainnya. Kejadian yang tidak terencana, dan terkontrol yang dapat menyebabkan
atau mengakibatkan luka-luka pekerja, kerusakan pada peralatan dan kerugian lainya (Rowislon
dalam Endroyo, 2007:54). Menurut Nur Hidayat dan Indah Wahyuni (2016:23) banyak pihak
yang kurang menyadari bahwa biaya yang terjadi akibat adanya suatu kecelakaan kerja dapat
yang mengakibatkan kejadian cidera atau penyakit akibat kerja. Ada banyak tujuan untuk
mengetahui klasifikasi kejadian kecelakaan kerja, salah satunya adalah dasar untuk
mengidentifikasi proses alami suatu kejadian seperti dimana kecelakaan terjadi, apa yang
karyawan lakukan, dan apa peralatan atau material yang digunakan oleh karyawan.
1. Pekerja terkena zat pewarna (naftol ) pada kaki dan tangan pada saat pewarnaan
2. Pekerja terkena zat kimia soda api (NaOH), sodium silikat (Na₂SiO₃) pada tangan dan
3. Pekerja terkenaa tetesan lilin panas pada saat proses isen-isen dan nembok
Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja ada beberapa pendapat. Faktor yang merupakan
penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya dapat diakibatkan oleh 4 faktor penyebab utama
(Husni:2003:12) yaitu :
2. Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau keselamatan
pekerja.
3. Faktor sumber bahaya yaitu: Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena metode
kerja yang salah, keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak sesuai dan sebagainya;
Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak aman dari keberadaan mesin atau
Tujuan memahami penyakit akibat kerja ini adalah untuk memperoleh informasi dan
pengetahuan agar lebih mengerti tentang penyakit akibat kerja dan dapat mengurangi korban
yang terpapar penyakit akibat kerja guna meningkatkan derajat kesehatan dan produktif kerja.
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses
maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang
artifisual atau man made disease. Sejalan dengan hal tersebut terdapat pendapat lain yang
menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani
maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang
Tedapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja, berikut beberapa jenis yang
pencahayaan pada mata, kekuatan pencahayaan beraneka ragam, yaitu berkisar 2.000-100.000
lux di tempat terbuka sepanjang hari dan pada malam hari dengan pencahayaan buatan 50-500
b. Hindari penggunaan cat mengkilap terhadap mesin-mesin, meja, kursi, dan tempat
kerja
Pada umumnya faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja di kelompokkan dalam 5 golongan :
a. Golongan Fisik suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat
yang terdapat alam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan.
d. Golongan fisiologis Biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara
kerja.
e. Golongan Psikososial
tingkah laku individu maupun masyarakat yang mencerminakan rasa ketaatan, kepatuhan, yang
didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian
tujuan. Dalam kamus administrasi, The Liang Gie merumuskan tentang pengertian disiplin, yaitu
suatu keadaan tertib dimana orang-orang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada
peraturan peraturan yang telah ada dengan senang hati ( Tim dosen FIP IKIP Malang, 1989:108).
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia disiplin merupakan latihan batin dan watak dengan
maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaat tata tertib. Menurut Hasibuan (2006:16)
kedisiplinaan merupakan bentuk kesadaran dan kesediaan seseorang dalam mentaati semua
peraturan perusahaan dan norma-norma social yang berlaku. Berkaitan dengan manejemen
untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan. Kaedisiplinan
dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas / latihan yang dirancang karena dinaggap perlu
dilaksanakan untuk mencapai sasran tertentu (Sukadji, 2000:24). Santoso (2004:47) menyatakan
bahwa kedisiplinan adalah seseatu yang teratur, misalnya disiplin dalam menyelesaikan
pekerjaan berarti bekerja secara teratur. Kedisiplinan berkenaan dengan kepatuhan dan ketaatan
seseorang atau kelompok orang terhadap norma-norma dan peraturan-peraturan yang berlaku,
baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Kedisiplinan dibentuk serta berkembang melalui latihan
dan pendidikan sehingga terbentuk kesadaran dan keyakinan dalam dirinya untuk berbuat tanpa
penggunaan Alat Pelindung Diri adalah upaya yang dilakukan industri untuk menciptakan
suasana bekerja yang aman, nyaman bagi pekerja, sehingga pekerja dapat mematuhi SOP yang
berlaku, menjaga jarak aman ketika bekerja serta mampu bekerja sama dengan rekan kerja.
Arifin (2015:56-57) pembentukan sikap disiplin, bukan merupakan sesuatu yang terjadi secara
otomatis atau spontan pada diri seseorang, melainkan sikap tersebut terbentuk atas dasar
beberapa faktor yang mempengaruhi dan pembentukan ini tentu melalui beberapa proses secara
bertahap. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplian dapat digolongkan menjadi dua anatara
lain:
1) Faktor Internal
Faktor yang berasal dari diri sendiri yang mampu memberi dorongan untuk bersikap disiplin
dengan baik, tanpa dorongan dari luar atau orang lain. Dorongan yang juga mampu
membiasakan seseorang untuk berdisiplin terus menerus dan sanggup mengerjakan sesuatu
Dalam hal ini keadaan fisik dan psikis seseorang mempengaruhi unsur pembentukan disiplin
dalam individu.
(a) Keadaan fisik
Individu yang sehat secara fisik atau biologis akan dapat melaksanakan tugas-tugas yang ada
denagan baik. Dengan penuh vitalitas dan ketenangan. Dalam situasi semacam ini, kesabaran
individu tidak akan terganggu, sehingga ia akan mentaati norma-norma atau peraturan yang ada
Keadaan fisik sesorang mempunyai kaitan erat dengan keadaan batin atau psikis seseorang
tersebut. Karena hanya orang-orang yang normal secara psikis atau mental yang dapat
menghayati norma-norrma yang ada dalam masyarakat. Disamping itu, terdapat beberapa sifat
atau sikap yang menjadi penghalang usaha pembentukan perilaku disiplin dalam diri individu.
Seperti sifat perfectionis, perasaan sedih, perasaan rendah diri atau inferior.
2) Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari diri seseorang, yang mampu memberi dorongan untuk berdisiplin.
Keluarga sebagai tempat pertama dan utama dalam pembinaan pribadi seseorang. Keluarga dapat
menjadi faktor pendukung atau m Penghambat usaha pembinaan perilaku disiplin. Jadi orang tua
memegang peran penting bagi perkembangan disiplin dari anggota keluarga, seperti penanaman
sikap disiplin sejak dini, yang mana penanaman sejak dini ini harus diterapkan didalam
kehidupan keluarga.
(b) Faktor masyarakat
Lingkungan tidak kalah penting dalam usaha penanaman kedisiplinan. Disiplin merupakan cara
masyarakat dalam mengajarkan anak mengenai perulaku moral yang disetujui kelompok dimana
diperlukan unsur kesukarelaan dan adanya kesadaran diri. Artinya, kemauan dan kemampuan
untuk erprilaku sesuai aturan yang disetujui kelompok, perilaku ini muncul dari dalam diri tanpa
adanya paksaan.
Teman dalam lingkungan kerja sangat memberi pengaruh besar dalam berdisiplin. Karena teman
dalam lingkungan kerja dalah orang yang setiap hari kita ajak berkomunikasi dan berinteraksi,
sehingga kebiasaan dan tingkah laku teman-teman akan sangat mempengaruhi perilaku
(d) Pembiasaan
Perilaku disiplin merupakan latihan atau pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
pembasaan atau latihan, lama kelamaan akan tertanam jiwa disiplin yang kuat dalam diri
individu, yang nantinya akan tercermin dalam sikap dan tingkah laku sehari-harinya.
c. Tujuan Kedisiplinan
Sebuah aktivitas yang selalu dilakukan pastilah mempunyai suatu tujuan. Sama halnya dengan
sikap disiplin yang dilakukan oleh seseorang. Orang melakukan sikap disiplin karena ia
mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai setelah ia melakukan sikap tersebut. bertujuan agar
karyawan terbiasa dengan pembiasaan yang baik, positif, dan bermanfaat bagi dirinya dan
lingkungannya Menurut Azwar (2003:45) dalam Fitriah (2013:23) pengetahuan tentang Alat
Pelindung Diri (APD) merupakan pemahaman pekerja mengenai berbahgai hal berkaitan dengan
alat pelindung diri yang digunakan pada saat bekerja. Pengetahuan pekerja tentang alat
pelindung diri akan berpengaruh terhadap perilaku dalam pemakaian APD secara lengkap pada
saat bekerja.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Soekidjo (2007:22), bahwa pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, dari pengalaman
dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan . Perilaku merupakan hasil hubungan antara
perangsang (stimulus) dan respons (Skinner, dalam Notoatmojo 2005:25). Perilaku tersebut
dibagi lagi dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif duiker dari
engetahuan, afektif dari sikap dan psikomotor dari tindakan (keterampilan). Perubahan perilaku
Gibson (2007:22) mengungkapkan bahwa disiplin yang merupakan sikap mental sebenarnya
1) Aspek Afeksi
Aspek afeksi berkaitan dengan emosional, identifikasi, dan keterlibatan pegawai di dalam suatu
organisasi. Pegawai dengan afeksi tinggi masih bergabung dengan organiasi karena keinginaan
untuk tetap menjadi anggota organisasi. Ditambahkan oleh Azwar (2016:17) afeksi menyangkut
msalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek, secara umum komponen ini
disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Kaitan aspek afeksi dengan
penggunaan alat pelindung diri di rumah sakit adalah ketika subjek merasa nyaman dalam
menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan, subjek merasa tenang ketika diberi
2) Aspek Kognitif
Aspek kognitif yaitu berhubungan dengan proses berfikir dengan tekanan khusus kepada
rasionalitas dan logika, hal ini berarti perwujudtan pengalaman dan keyakinan serta harapan-
harapan individu tentang objek tertentu, bentuk kesadaran karyawan dalam mengetahui dan
3) Aspek Perilaku
menghadapi sesuatu dengan cara tertentu, perilaku yang secara wajar menunjukkan kesanggupan
untuk mentaati sgala apa yang diketahui secara cermat mengenai metode kerja dan sikap
kecenderungan berprilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek yang dihadapi
(Azwar,2016:19).
2. Pemahaman yang baik mengenai system peraturan perilaku, norma, kriteria dan standar
3. Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkkan kesungguhan hai untuk mentaati segala hal
secara cermat dan tertib. Dalam hal ini berati kedisiplinan memiliki tiga aspek penting,
antara lain yaitu sikap mental, pemahaman yang baik mengenai aturan perilaku, dan sikap
kelakuan yang menunjukkkan kesungguhan hati untuk mentaati aturan yang ada
Terjadinya kompetisi dalam usaha dalam merebut market guna meningkatkan penjualan
membawa sebuah perubahan positif dalam dunia bisnis karena mereka bersaing dalam
memberikan pelayanan terbaik bagi setiap konsumen. Hal itu mengubah persepsi banyak orang
yang awalnya berpegang teguh pada filosofi produk dan penjualan ke filosofi pemasaran. Dalam
proses pemasaran, kualitas pelayanan menjadi sesuatu yang sangat krusial karena hal itu menjadi
faktor dominan dalam menciptakan rasa puas atau tidak puasnya terhadap pelanggan.
Batinggi dan Badu (2009), mengemukakan bahwa berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia;
pelayanan kata dasarnya adalah layan dan kata kerjanya adalah melayani, artinya menolong,
Sementara itu S. Lukman dan Moenir dalam Batinggi dan Badu (2009), juga mengatakan
“pelayanan merupakan suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung
antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan
pelanggan”.
Sedangkan definisi pelayanan menurut Gronroos adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas
yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen
dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang
Dengan kata lain, Peneliti menyimpulkan Pelayanan merupakan salah satu upaya untuk
memenuhi ekspektasi pelanggan dalam hal kecepatan menangani komplain dan keramahan
terhadap pelanggan. Pelayanan adalah kunci utama untuk mencapai keberhasilan dalam berbagai
aspek usaha atau aktivitas bisnis yang bergerak di bidang jasa (Batinggi dan Badu, 2009).
Pelayanan akan sangat menentukan dalam setiap kegiatan di masyarakat jika di dalamnya
terdapat persaingan. Bisa jadi produk yang dijual sama atau jasa yang ditawarkan juga sama tapi
kenapa respon dari masyarakat bisa berbeda? Semua itu disebabkan oleh adanya pelayanan
terhadap pelanggan yang berbeda. Prasojo dalam Batinggi dan Badu (2009), mengatakan
“pelayanan merupakan tanggapan terhadap keperluan manajerial yang hanya akan terpenuhi
kualitas layanan. Kualitas layanan yang dimaksud adalah memberikan bentuk pelayanan yang
optimal dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, harapan dan kepuasan dari pelanggan yang
meminta pelayanan dan yang meminta dipenuhi pelayanannya. Konsep kualitaslayanan yang
berkaitan dengan kepuasan ditentukan oleh lima unsur yang biasa dikenal dengan istilah kualitas
kualitas layanan RATER intinya adalah membentuk sikap dan perilaku dari pengembang
pelayanan untuk memberikan bentuk pelayanan yang kuat dan mendasar, agar mendapat
Inti dari konsep kualitas layanan adalah menunjukkan segala bentuk aktualisasi kegiatan
pelayanan yang memuaskan orang-orang yang menerima pelayanan sesuai dengan daya tanggap
yang dapat dilihatnya, menurut empati (empathy) dari orang-orang yang memberikan pelayanan
sesuai dengan kehandalannya (reliability) menjalankan tugas pelayanan yang diberikan secara
Berdasarkan inti dari konsep kualitas layanan “RATER” kebanyakan organisasi kerja yang
menjadikan konsep ini sebagai acuan dalam menerapkan aktualisasi layanan dalam organisasi
kerjanya, dalam memecahkan berbagai bentuk kesenjangan (gap) atas berbagai pelayanan yang
diberikan oleh pegawai dalam memenuhi tuntutan pelayanan masyarakat. Aktualisasi konsep
“RATER” juga diterapkan dalam penerapan kualitas layanan pegawai baik pegawai pemerintah
2.1.3.2.Konsep Pelayanan
Istilah pelayanan berasal dari kata “layan” yang artinya menolong menyediakan segala apa yang
diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan melayani. Pada dasarnya setiap manusia
membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat
Membicarakan pelayanan berarti membicarakan suatu proses kegiatan yang konotasinya lebih
Pelayanan adalah merupakan suatu proses, proses tersebut menghasilkan suatu produk yang
berupa pelayanan, yang kemudian diberikan kepada pelanggan. Beberapa pakar yang
1. Moenir dalam Harbani Pasolong (2007:4), pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan
sebagai aktivitas seseorang, sekelompok dan/atau organisasi baik langsung maupun tidak
2. Hasibuan (2007:152) mendefinisikan pelayanan sebagai kegiatan pemberian jasa dari satu
pihak ke pihak lain, dimana pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dilakukan secara
ramah tamah dan dengan etika yang baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi
yang menerima.
3. Menurut Kotler dalam Sampara Lukman (2000:8) mengemukakan, pelayanan adalah setiap
kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan
kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.
4. Selanjutnya Sampara Lukman (2000:5) pelayanan merupakan suatu kegiatan yang terjadi
dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan
5. Sedangkan definisi yang lebih rinci diberikan oleh Gronroos dalam Ratminto (2005:2) yaitu
pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata
yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hak lain
yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan
permasalahan konsumen/pelanggan
Menurut Ahmad Batinggi (2008:21) terdapat tiga jenis layanan yang bisa dilakukan oleh
siapapun, yaitu :
Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas - petugas di bidang Hubungan Masyarakat
( HUMAS ), bidang layanan Informasi, dan bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan
penjelasan atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan. Agar supaya layanan lisan
berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat - syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku
layanan yaitu:
b. Mampu memberikan penjelasan apa yang diperlukan, dengan lancar, singkat tetapi
cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang memperoleh kejelasan mengenai
sesuatu.
Layanan melalui tulisan merupakan bentuk layanan yang paling menonjol dalam melaksanakan
tugas. Sistem layanan pada abad Informasi ini menggunakan sistem layanan jarak jauh dalam
bentuk tulisan.
Layanan tulisan ini terdiri dari 2 (dua) golongan yaitu, berupa petunjuk Informasi dan yang
sejenis ditujukan kepada orang - orang yang berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam
berurusan dengan instansi atau lembaga pemerintah. Kedua, layanan berupa reaksi tertulis atau
kegunaannya yaitu :
c. Mamperlancar urusan dan menghemat waktu bagi kedua pihak, baik petugas
Pada umumnya layanan dalam bentuk perbuatan dilakukan oleh petugas-petugas yang memiliki
faktor keahlian dan ketrampilan. Dalam kenyataan sehari - sehari layanan ini memang tidak
terhindar dari layanan lisan jadi antara layanan perbuatan dan lisan sering digabung. Hal ini
disebabkan karena hubungan pelayanan secara umum banyak dilakukan secara lisan kecuali
Istilah publik berasal dari bahasa inggris public yang berarti umum, masyarakat, negara. Kata
public sebenarnya sudah diterima menjadi bahasa Indonesia baku menjadi publik yang dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu, 2001:781-782) berarti umum, orang banyak, ramai.
Yang kemudian pengertian pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan
(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu
sendiri dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.
Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefenisikan sebagai segala bentuk jasa
pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi
tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, didaerah, dan dilingkungan
Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan
Menurut Batinggi (2008:12), pelayanan publik dapat diartikan sebagai perbuatan atau kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurus hal-hal yang diperlukan masyarakat atau
khalayak umum. Dengan demikian, kewajiban pemerintah adalah memberikan pelayanan publik
yang menjadi hak setiap warga negara. Sedangkan menurut Agung Kurniawan (Harbani,
2007:135) pelayanan publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau
masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan
Agung kurniawan (Harbani Pasolong, 2007:128), mengatakan bahwa pelayanan publik adalah
pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditetapkan.
Sedangkan menurut Sadu Wasistiono dalam Handayaningrat (2004), pelayanan umum adalah
pemberian jasa baik oleh pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat dengan atau tanpa
Selanjutnya dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003
telah dijelaskan bahwa pengertian pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang
penyelenggara pelayanan publik dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
63 tahun 2003 diuraikan bahwa Instansi Pemerintah sebagai sebutan kolektif yang meliputi
Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, dan Instansi Pemerintah
lainnya, baik pusat maupun Daerah termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, Menjadi penyelenggara palayanan publik. Sedangkan pengguna jasa pelayanan publik
adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan hukum yang menerima layanan dari
instansi pemerintah.
Secara garis besar jenis-jenis layanan publik menurut Kepmenpan No. 63 tahun 2003 dapat
Jenis pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh
terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen-dokumen ini antara lain Kartu Tanda Penduduk
(KTP), Akte Pernikahan, Akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor
(BPKB), Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), Izin
Jenis pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan oleh publik,
Jenis pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya
DAFTAR PUSTAKA
1. Istijanto, Oei. 2010. Riset Sumber daya manusia. Jakarta: Bumi aksaara Utama.
PRESS.
Nigeria.
ILO. 2013. Health and Safety in Work for Productivity. Geneva: Internasional
Labour Office.
2014.
6. Suma’mur (2006), Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Toko
Gunung Agung.
7. Mathis Robert, Jackson John. 2002. Manajemen Sumber daya Manusia. Jakarta:
Salemba empat.