Anda di halaman 1dari 27

PENELITIAN MANDIRI

PENERAPAN KESEHATAN DAN


KESELAMATAN KERJA (K3) DI MASKAPAI
CITILINK

W. Citra JuwitaSari SH.,M.Par 1986071720130122001

PROGRAM STUDI INDUSTRI PERJALAN WISATA

FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perkembangan, penggunaan jasa transportasi udara menunjukan
peningkatan yang cukup signifikan. Pertimbangannya terutama dari segi waktu
dan harga, dimana waktu yang ditempuh dengan transportasi udara lebih singkat
dan harga yang semakin bersaing dengan transportasi lainnya seperti bus dan
kereta, sehingga masyarakat lebih berminat untuk menggunakan transportasi
udaraDi Indonesia saat ini Industri pariwisata berkembang dengan sangat pesat.
Salah satu penunjang industri pariwisata adalah sarana transportasi. Fungsi dari
transportasi itu sendiri yaitu sebagai alat penghubung bagi wisatawan melakukan
perjalanan wisata dari daerah asal menuju daerah tujuan wisata. Secara umum
transportasi dibagi menjadi tiga (3), yaitu: transportasi darat, laut, dan udara.
Namun dari ketiga jenis transportasi tersebut, transportasi udaralah yang memiliki
kelebihan dibanding jenis transportasi lainnya.
Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang sudah
sangat berkembang dan sampai saat ini mampu menyumbangkan pendapatan bagi
Negara Indonesia. Selama ini Pulau Bali tak pernah sepi dari wisatawan, baik
local maupun internasional. Adapun jumlah penumpang transportasi udara yang
masuk ke Bali dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Jumlah Penumpang Pesawat Rute Domestik ke Bali di Bandar Udara
Ngurah Rai
Tahun 2009 – 2014
Tahun Jumlah Penumpang Jumlah Penumpang Jumlah
Datang Berangkat Penumpang
Transit
2009 2.301.010 2.249.731 104.797
2010 2.667.196 2.686.221 64.119
2011 3.255.256 3.242.821 100.580
2012 3.818.630 3.759.625 125.145
2013 3.884.115 3.836.269 91.060
2014 3.674.773 3.745.213 20.562
Sumber: Departemen Perhubungan Provinsi Bali, 2015

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) perlu diperhatikan dalam


lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat
seseorang baik jasmani maupun rohani sedangkan keselamatan kerja suatu
keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan pada saat bekerja baik itu
dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga tempat
kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja merasa aman dan
nyaman maka diharapkan produktivitas kerja akan dapat
ditingkatkan.Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003.
Di Indonesia ada beberapa jenis penerbangan. Pertama, penerbangan
yang menerapkan sistem full service, yaitu maskapai penerbangan memberikan
pelayanan secara maksimal terhadap kebutuhan penumpang dimulai dengan
memberikan makanan, snack, kapasitas bagasi yang lebih banyak dan masih
banyak lagi tentunya dengan harga yang sesuai dengan kualitas. Kedua,
penerbangan yang menerapkan sistem medium service, yaitu maskapai
penerbangan masih memberikan snack dan kapasitas bagasi yang memadai,
namun dengan harga yang lebih terjangkau dari sistem full service. Ketiga, sistem
penerbangan bertarif rendah atau biasa disebut low cost carrier, yaitu maskapai
penerbangan tersebut tidak menyediakan makanan atau snack, namun menjual
makanan atau snack didalam pesawat pada saat penerbangan, serta memberikan
kapasitas bagasi yang lebih rendah dibanding sistem full service dan medium
service.
Namun, belakangan ini sistem low cost carrier sudah tidak diterapkan lagi
dan telah dihapus oleh pemerintah. Pemerintah dengan kebijakan baru
menerapkan harga tiket pesawat yang dibayarkan sudah termasuk dalam pajak
bandara. Jadi, harga yang ditawarkan maskapai bertarif rendah ini masih
terjangkau oleh penumpang.
Ketiga jenis penerbangan tersebut tentunya menyajikan kualitas pelayanan
yang berbeda dan harga yang berbeda pula. Oleh karena itu, banyak perusahaan
penerbangan yang menyediakan jasa penerbangan di Indonesia. Diantaranya:
perusahaan penerbangan Garuda Indonesia, Lion Air, Citilink Indonesia,
Indonesia Airasia, Sriwijaya Air, dan lain-lain.
Citilink Indonesia merupakan salah satu maskapai Indonesia yang masih
terbilang baru, yaitu baru aktif kembali pada tahun 2011. Citilink Indonesia
menerapkan maskapai bertarif rendah yang artinya harga tiket yang ditawarkan
terjangkau dan terbilang murah, ini merupakan salah satu alasan Garuda Indonesia
membentuk Citilink Indonesia sebagai anak perusahaannya. Meskipun ketentuan
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi di
dalam praktiknya di lapangan banyak pekerja yang tidak memperhatikan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Begitu banyak faktor di lapangan yang
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia,
lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja
yang dapat kita saksikan. Kelalaian sering kali menjadi alasan dalam hal ini, oleh
karena itu berhati-hati menjadi hal yang sangat penting karena jaminannya adalah
nyawa sendiri.

Seperti contoh Kasus kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501, Minggu 28


Desember 2014 lalu, membuka kebobrokan manajemen penerbangan di
Indonesia. Siapa sangka jika penerbangan tersebut rupanya tidak berizin. Polri
pun menelusuri dugaan pelanggaran Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
tentang Penerbangan dari sejumlah pihak yang terkait. Kepala Otoritas Banda
Wilayah III Bandara Juanda Surabaya Praminto Hadi mengatakan, seluruh
penerbangan, baik domestik ataupun internasional, harus memiliki izin terbang
dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Izin
terbang ini berisi kapan saja suatu pesawat diperbolehkan mengudara.

Keselamatan dan kesehatan kerja di bandara terutama bagi maskapai


adalah salah satu hal yang patut diutamakan karena merupakan sebuah
tanggungjawab untuk membuat penumpang menjadi aman dan nyaman serta
menghindari hilangnya nyawa banyak orang

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di maskapai


citlink ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di


maskapai citlink

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun maanfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini, yaitu:
1. Manfaat Akademis
secara akademis merupakan kesempatan untuk menerapkan teori-teori
atau ilmu-ilmu yang didapat selama belajar di bangku kuliah,
khususnya pada bidang tariff dokumen pasasi, manajemen tata operasi
darat, manajemen transportasi pariwisata, serta kajian ilmu pariwisata
lainnya, sehingga menambah wawasan berpikir dalam
mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah di dalam
dunia pariwisata khususnya transportasi udara.

2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat disajikan sebagai bahan masukan
bagi Maskapai Citilink Indonesia untuk dapat mengetahui persepsi
penumpang Citilink Indonesia terhadap kualitas pelayanan flight
attendant. Serta untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada
saat in-flight sehingga dapat meningkatkan jumlah penumpang yang
menggunakan jasa Citilink Indonesia.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah segala daya upaya dan
pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah, menanggulangi dan
mengurangi terjadinya kecelakaan dan dampaknya melalui langkah-langkah
identifikasi, analisa dan pengendalian bahaya dengan menerapkan sistem
pengendalian bahaya secara tepat dan melaksanakan perundang-undangan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja. (Depnaker RI, 2005). Kesehatan Keselamatan
Kerja seperti dikemukakan oleh Di Berardinis (1999) dalam buku Handbook of
Occupational Safety and Health, yaitu mencegah kecelakaan dengan
menggunakan pendekatan antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian.
Lebih jauh lagi hal tersebut dapat disamakan dengan melakukan
identifikasi bahaya, menilai dan mengevaluasi resiko dari bahaya yang ada dan
melakukan pengendalian terhadap bahaya tersebut. K3 ataupun Occupational
Health and Safety memiliki 5 inti, yaitu kepemimpinan manajemen dan partisipasi
pekerja, penilaian bahaya, pencegahan dan pengendalian bahaya, pelatihan dan
evaluasi program. (DiBerardinis, 1999). Apabila ditarik kesimpulan dari hal-hal
yang telah disebutkan diatas sebenarnya K3 merupakan ilmu untuk mencegah
kecelakaan yang dilakukan dengan melakukan identifikasi bahaya, menganalisa
bahaya dengan penilaian resiko dan mengendalikannya. Sedangkan yang
mempengaruhi baik atau tidaknya K3 di suatu tempat merupakan tanggung jawab
dari manajemen dan juga partisipasi seluruh pekerja.

2.2 Kecelakaan
Kecelakaan didefinisikan sebagai tiap kejadian yang tidak
direncanakan dan tidak terkontrol yang dapat disebabkan oleh manusia, situasi,
faktor lingkungan ataupun kombinasi dari hal-hal tersebut yang mengganggu
proses kerja dan dapat menimbulkan cidera ataupun tidak, kesakitan, kematian,
kerusakan property ataupun kejadian yang tidak diinginkan lainnya. (Colling,
1990). Definisi lain kecelakaan ialah sebuah kejadian yang tidak diinginkan yang
mengakibatkan ataupun dapat berdampak cidera pada manusia, kerusakan
property, terhentinya proses produksi, penurunan kesehatan ataupun kerusakan
lingkungan. (Diberardinis, 1999). Dari definisi di atas kecelakaan dapat
didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tidak diinginkan ataupun direncanakan
yang dapat disebabkan oleh manusia, situasi, kondisi lingkungan ataupun
kombinasi dari hal tersebut yang dapat berdampak pada cidera manusia,
kerusakan property, terhentinya proses produksi, penurunan kesehatan maupun
kerusakan lingkungan.
Terdapat beberapa teori mengenai kecelakaan dimana sebagian besar
menyatakan bahwa manusia merupakan salah satu faktor yang berhubungan
dengan kecelakaan. Diantara banyaknya teori mengenai kecelakaan, terdapat
beberapa teori yang dapat merepresentasikan teori-teori kecelakaan tersebut,
seperti The Human Factors Theory, Teori Ramsey dan juga teori yang
berhubungan dengan pencegahan kecelakaan yang dipopulerkan oleh Geller. The
Human Factors Theory menjelaskan kecelakaan sebagai rantai kejadian yang
disebabkan oleh human error (kesalahan manusia). Dalam teori ini terdapat tiga
faktor utama yang menyebabkan kesalahan manusia, yaitu overload,
inappropriate responses dan inappropriate activities.
Overload yang dimaksud dalam teori ini mengacu pada
ketidakseimbangan antara kapasitas dan beban yang diemban oleh seseorang. Hal
ini mungkin disebabkan oleh faktor lingkungan (kebisingan dan gangguan lainnya
yang berasal dari luar), faktor internal (masalah personal dan stres) serta faktor
situasi (instruksi yang tidak jelas). Inappropriate responses yang dimaksud dalam
hal ini adalah bagaimana seseorang merespon suatu situasi yang mungkin dapat
menyebabkan atau pun mencegah kecelakaan. Yang termasuk dalam
Inappropriate responses seperti mendeteksi bahaya tetapi tidak memperbaikinya
dan mengabaikan aspek keselamatan.
1.3 Tinjauan tentang Transportasi
Kata transportasi berasal dari bahasa latin yaitu transportare yang mana
trans berarti mengangkat atau membawa. transportasi adalah kegiatan
pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.
Dalam transportasi ada dua unsur yang terpenting yaitu pemindahan/pergerakan
(movement) dan secara fisik mengubah tempat dari barang (comoditi) dan
penumpang ke tempat lain (Salim, 2000).
Transportasi adalah sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat
asal ke tempat tujuan. Jadi, pengertian tranportasi berarti sebuah proses, yakni
proses pemindahan, proses pergerakan, proses mengangkut dan mengalihkan di
mana proses ini tidak bisa dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung untuk
menjamin lancarnya proses perpindahan sesuai dengan waktu yang diinginkan.
Terdapat unsur-unsur pengangkutan/transportasi meliputi atas, yaitu ada muatan
yang diangkut, tersedia kendaraan sebagai alat angkutannya, ada jalanan/jalur
yang dapat dilalui, ada terminal asal dan terminal tujuan, serta sumber daya
manusia dan organisasi atau manajemen yang menggerakkan kegiatan transportasi
tersebut. Masing-masing unsur tersebut tidak bisa hadir dan beroperasi sendiri-
sendiri, kesemuanya harus terintegrasi secara serentak. (Nasution, 1996)
Transportasi mempunyai peranan penting bagi perkembangan suatu
Negara baik itu dalam bidang teknologi, ekonomi, iptek, social maupun budaya.
Adapun jenis transportasi dibagi menjadi tiga (3) yaitu:
a. Angkutan Udara, terdiri atas international flight dan domestic flight
b. Angkutan Laut, terdiri atas regular lines dan charter lines
c. Angkutan Darat, terdiri atas mobil, motor, sepeda, dll.

Sedangkan pengertian transportasi udara, sebagai berikut.

Menurut keputusan menteri 127/90 yang dimaksud dengan angkutan udara adalah
setiap kegiatan yang menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang,
kargo, dan pos untuk satu perjalanan atau lebih, dari satu bandar udara lainnya.

Menurut Irianto (1994), ciri khas Transportasi Angkutan Penerbangan, adalah:


a. Mempunyai kecepatan yang tinggi dan daya jelajah yang sangat jauh
b. Sangat padat modal atau investasi tinggi dan berteknologi tinggi
c. Sangat dinamis sesuai dengan tingkat perubahan teknologi yang sangat
tinggi
d. Mempunyai tingkat resiko yang sangat tinggi
e. Pengoperasiannya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor social, politik, dan
ekonomi
f. Merupakan bisnis atau usaha jasa angkutan sebingga peranan pelayanan
sangatlah penting

Sifat atau karakteristik umum jasa angkutan udara adalah sebagai berikut.

a. Produksi yang dihasilkan tidak dapat disimpan, diraba, tetapi dapat


ditandai dengan adanya pemanfaatan waktu dan tempat
b. Demand-nya elastic. Permintaan jasa pengangkutan udara bersifat derived
demand, yaitu sebagai akibat adanya demand yang lain. Karena tarif
angkutan udara relatif mahal, bila terjadi perubahan harga maka demand
menjadi elastis
c. Selalu menyesuaikan teknologi maju. Perusahaan penerbangan pada
dasamya bersifat dinamis yang dengan cepat menyesuaikan
perkembangan teknologi pesawat terbang
d. Ada campur tangan pemerintah. Seperti pada umumnya kegiatan-kegiatan
transportasi menyangkut hajat hidup orang banyak.

Pada prinsipnya terdapat beberapa fungsi produk jasa angkutan udara yang harus
tercapai:

a. Melaksanakan penerbangan yang aman (safety)


b. Melaksanakan penerbangan yang tertib dan teratur (regularity)
c. Melaksanakan penerbangan yang nyaman (comfort)
d. Melaksanakan penerbangan yang ekonomis

Berdasarkan sifat pengoperasiannya usaha jasa angkutan penerbangan dapat


dibedakan menjadi:
a. Penerbangan berjadwal atau sering dikenal sebagai schedule airline, yaitu
perusahaan penerbangan yang beroperasi sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan
b. Penerbangan tidak berjadwal atau sering dikenal dengan non schedule
airline atau penerbangan carter, yaitu perusahaan peherbangan yang
beroperasi atas dasar pemakaian carter atau borongan
c. Passenger airline, yaitu perusahaan penerba gan yang beroperasi dengan
mengutamakan pengangkutan penumpang bisamping memanfaatkan sisa
ruangan atau space yang ada untuk mengangkut bagasi dan kargo
d. Freighter, yaitu perusahaan penerbangan yang khusus beroperasi untuk
pengangkutan kargo

1.4 Tinjauan tentang Perusahaan Penerbangan (Airlines)


Pengertian perusahaan penerbangan (Airlines) menurut para ahli:
 Menurut Damardjati (1995:6), pengertian airlines adalah perusahaan
milik swasta atau pemerintah yang khusus menyelenggarakan
pelayanan angkutan udara untuk penumpang umum, baik berjadwal
maupun tidak berjadwal.
 Menurut Mulyanto (1999), airlines adalah suatu perusahaan
penerbangan yang bergerak di bidang angkutan udara baik untuk
mengangkut penumpang dengan barang bawaannya (bagasi) atau
barang kiriman (kargo, pos) atau hanya mengangkut barang kiriman
saja (kargo) tanpa penumpang.
 Menurut Majid dan Warpani (1998), perusahaan penerbangan
komersial atau lebih dikenal istilah airlines atau airways merupakan
badan usaha yang bergerak di bidang jasa angkutan udara yang
mengoperasikan pesawat terbang sebagai sarana untuk mengangkut
muatan dari satu kota ke kota lain, baik di dalam negeri maupun ke
luar negeri. Muatan yang diangkut antara lain pemimpang, bagasi,
kargo dan benda-benda pos.
Dalam penelitian ini bahwa, perusahaan penerbangan (airlines) adalah
perusahaan penerbangan milik pemerintahan maupun swasta yang khusus
digunakan untuk penyelenggaraan pelayanan angkutan udara yang sesuai dengan
jadwal, waktu, dan tarif yang telah ditetapkan yang berlaku untuk umum. Dan
bahwa bandara menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk penanganan pesawat
(tempat parkir, penyimpanan bahan bakar, dan penanganan penumpang (tempat
melakukan check-in, ruang tunggu, dan kedatangan)). Aktifitas dalam menangani
penumpang meliputi penanganan saat keberangkatan (menyediakan dokumen
yang diperlukan waktu check-in dan boarding), dan menangani penumpang yang
baru tiba.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai,
yang beralamat di Jalan Raya Gusti Ngurah Rai, Kecamatan Kuta Selatan,
Kabupaten Badung, Provinsi Bali.

3.2 Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Data Kualitatif, yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan
angka secara langsung karena data ini berupa informasi atau
keterangan-keterangan yang dipergunakan untuk melengkapi
penelitian ini. Data kualitatif dalam penelitian ini adalah sejarah
berdirinya Citilink Indonesia, struktur organisasi serta uraian jabatan
Citilink Indonesia.
b. Data Kuantitatif, yaitu data yang dapat diukur secara langsung
berupa angka-angka.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Data Primer, adalah data yang diperoleh langsung dari sumber
pertama pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini Data primer
dalam penelitian ini meliputi; gambaran umum tentang maskapai
Citilink Indonesia.
b. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari pihak tertentu yang
bukan merupakan sumber pertama dan data-data tersebut sebagian
besar sudah jadi, atau data yang diperoleh secara tidak langsung dari
pihak pertama tetapi dari pihak kedua atau pihak tertentu yang telah
mengumpulkan data terlebih dahulu yang terkait dalam penelitian ini
baik berupa literature, artikel, maupun buku kepustakaan seperti data
tentang batasan pengertian. Data sekunder dalam penelitian ini
adalah penelitian terdahulu, jurnal, dan internet.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
3.3.1 Observasi
Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dimana
peneliti harus datang secara langsung ke lokasi penelitian..

3.3.2 Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dimana
peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada informan
yang telah ditentukan.

3.3.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dimana


peneliti mengambil bebrapa gambar yang menunjukkan ciri khas
lokasi penelitian serta proses-proses selama penelitian.

3.3.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan salah satu teknik pengumpulan data


dengan menggunakan data yang diperoleh dari beberapa literatur dan
buku yang relevan dengan penelitian ini. Studi kepustakaan
berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang terkait
dengan nilai, budaya, dan norma yang berkembang pada situasi
social yang diteliti (Sugiyono, 2014 : 291).
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan adalah analisis deskriptif
kualitatif. Deskriptif kualitatif yaitu teknik analisa yang menguraikan,
menggambarkan, dan menjelaskan data secara sistematis yang telah diperoleh
dari lokasi penelitian guna mendapatkan gambaran yang jelas, dan objektif.
Pada jenis analisis ini lebih merinci hasil informasi dengan menggambarkan
fakta yang didapat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum


4.1.1 Sejarah Berdirinya Citilink
Citilink adalah sebuah maskapai penerbangan anak perusahaan Garuda Indonesia.
Perusahaan ini berdiri tahun 2001 dan difungsikan sebagai salah satu alternatif penerbangan
berbiaya murah di Indonesia. Citilink menghentikan operasinya sejak 15 Januari 2008 untuk
melakukan konsolidasi dan berencana melanjutkan penerbangan pada kwartal I 2008 dengan
"format dan layanan baru". Pada Agustus 2008, Citilink kembali melanjutkan penerbangan
mulai September 2008. Pada awalnya Citilink mengoperasikan 5 Fokker 28 yang merupakan
sisa-sisa dari armada Garuda Indonesia . Citilink diresmikan kembali pada tanggal 8 Agustus
2008 oleh Emirsyah Sattar, CEO Garuda Indonesia. Investasi yang dikeluarkan mencapai 10
juta US$, dengan rincian 60% untuk bahan bakar, 17% untuk perawatan pesawat dan sisanya
untuk biaya lain-lain.
Dibawah manajemen baru, Citilink menetapkan Surabaya sebagai pusatnya. Citilink
diharapkan dapat menjadi anak perusahaan yang menguntungkan selain GMF dan Aerowisata
yang merupakan anak perusahaan dari Garuda Indonesia. Tidak seperti perusahaan induknya,
Garuda Indonesia, maskapai ini bukanlah anggota masa depan aliansi SkyTeam (sebagai
anggota afiliasi).
Citilink awalnya terbang Fokker F28 lima pesawat terbang (65 sampai 85 kursi),
disewa dari Garuda. Penerbangan pertama berangkat pada tanggal 16 Juli 2001 tentang
Surabaya - Balikpapan - rute Tarakan. Pada bulan Juli 2004 Citilink mengganti armada
Fokker dengan empat B737-300 pesawat Boeing (148 kursi). Pada Januari 2008, Citilink
berhenti beroperasi untuk sementara untuk menata kembali. Citilink kembali ke layanan pada
bulan September 2008, terbang dari Surabaya dengan dua B737-300 pesawat, yang tumbuh
sampai lima pada akhir tahun itu. Perusahaan menggunakan motif merah untuk warna
perusahaan. Awal tahun 2011 Citilink memutuskan perbaikan besar merek perusahaan dan
strategi pemasaran.
Citilink Goes Green
Citilink telah mengadopsi hijau sebagai warna baru perusahaan, dan livery pesawat
pola streamline pada ekor pesawat yang berdasarkan "bulu elang" bergaris dari livery Garuda
yang baru didesain ulang. Para livery baru dimaksudkan untuk mengasosiasikan Citilink

16
dengan catatan terbukti Garuda tinggi kualitas pelayanan. Warna perusahaan baru hanya
salah satu segi dari perbaikan Citilink tentang pemasaran dan strategi komunikasi,
dimaksudkan untuk menjangkau khalayak luas. Makeover Citilink mencakup interior pesawat
direnovasi, kantor tiket didesain ulang, seragam baru awak kabin dan situs ditingkatkan.
Citilink 2011
Pada tahun 2011 Citilink membeli 50 Airbus A320 pesawat, yang akan dikirimkan
mulai 2014. Untuk sementara, Citilink akan menyewa lima A320. Airbus A320 dipilih karena
kapasitas penumpang yang lebih besar nya (180), memungkinkan Citilink untuk memperluas
jaringan penerbangan dan melayani lebih banyak penumpang.

4 Juli 2011 Citilink meluncurkan kontes online melalui Facebook dan Twitter
untuk mendesain ulang seragam awak kabin. Partisipasi
masyarakat sangat antusias.

2 Agustus 2011 Citilink menggebrak merek baru dan strategi pemasaran pada
konferensi pers dan memperkenalkan Con Korfiatis sebagai
Penasehat Teknis mereka untuk Direksi
16 September Citilink memulai pelayanan komersial dengan pesawat pertama
2011 Airbus A320 disewakan, melayani Jakarta, Balikpapan,
Banjarmasin dan Medan.
4 Oktober 2011 Citilink upgrade jadwal penerbangan, meningkatkan
keberangkatan setiap hari ke Jakarta, Banjarmasin, Surabaya, Bali
dan Batam.
28 Oktober 2011 Citilink meluncurkan tarif liar populer promosi "Satu Harga Untuk
Semua Tujuan", menawarkan tarif dengan harga tetap sebesar Rp
79.000 saja. Dua puluh lima ribu kursi dialokasikan dan segera
terjual habis dalam waktu empat hari. Menanggapi permintaan ini
belum pernah terjadi sebelumnya, Citilink dialokasikan kembali
lagi 22.000 kursi untuk promosi ini.
7 November 2011 Citilink mengumumkan pemenang kontes online kabin yang
seragam awak. Masuknya menang menggabungkan konsep desain
segar muda.
9 November 2011 Citilink tambah rute pertama langsung mereka dari Surabaya ke

17
Denpasar, menyusul kedatangan Airbus A320 kedua
11 November Citilink terpilih Airline Biaya Rendah Terkemuka Indonesia untuk
2011 2011/2012 melalui polling online yang dilakukan oleh Perjalanan
Bahasa Indonesia dan Yayasan Pariwisata.

Citilink 2012
Dengan perpaduan terbukti mereka layanan pelanggan kualitas dan kompetisi-
pemukulan tarif rendah, Citilink siap menuai keuntungan dari investasi baru dan strategi
pemasaran pada tahun 2012. Tujuan Citilink adalah menjadi pembawa biaya atas rendah di
Indonesia.
Target Citilink di 2012:
1. Meningkatkan armada Citilink untuk 20 Airbus A320, memperluas jaringan rute
nasional dan menambahkan keberangkatan lebih setiap hari.
2. Memusatkan manajemen Citilink di fasilitas baru di Jakarta Barat, Citicon Bangunan,
Slipi
3. Pemisahan Citilink dari Garuda Indonesia sebagai perusahaan independen, yang akan
bernama PT Citilink Indonesia. Peluncuran perusahaan yang baru direncanakan untuk
awal 2012, segera setelah AOC.
4. Peluncuran website baru www.citilink.co.id yang lebih informatif dan mudah di
gunakan.
5. Peluncuran seragam baru awak kabin pada april 2012
Citlink meraih beberapa pengharagaan di 2012 yaitu :
1. Penghargaan untuk Kampanye Pemasaran Terbaik Keseluruhan di The Budgies dan
Travel Awards 2012, Marina Bay Sands - Singapura, 8 Februari 2012.
2. Layanan Untuk Peduli Award untuk kategori Airlines, penghargaan berdasarkan hasil
penelitian publik yang dilakukan oleh Markplus Insight selama bulan Februari dan
Maret 2012 di Jakarta dan sekitarnya.

Produk Citilink
Citilink menjual jasa yang melayani penerbangan antar kota, Citilink mengoperasikan
lima baru Boeing B737-300 pesawat terbang, masing-masing dengan kapasitas kursi 148.
Baru-baru ini kami menambahkan tiga modern Airbus A320 jet yang kursi hingga 180
penumpang dan segera pada bulan Februari akan datang 2 unit lebih dari A320. Jaringan

18
harian Citilink melayani Surabaya, Batam, Banjarmasin, Denpasar, Balikpapan, Medan dan
Makassar dari dua base di Jakarta dan Surabaya. Pada pertengahan bulan Juli Citilink akan
menambah rute baru yaitu Jogjakarta, Semarang, Padang, dan Pekanbaru.

4.1.2 Profil Perusahaan


Nama Perusahaan : PT Citilink Indonesia
Alamat Perusahaan : Citicon Building Lantai 16
Jalan Jendral S Parman Kav 72
Slipi, Jakarta Barat
Telepon : 0804 1 080808
Website : www.citilink.co.id
Facebook : Citilink Indonesia
Twitter : @Citilink

4.1.3 Struktur Organisasi Flight Attendant Citilink Indonesia

4.1.4 Visi dan Misi Perusahaan


Visi: “Menjadi dan mengembangkan Citilink sebagai Low Cost Carrier di dunia penerbangan
Indonesia dan dunia.”
Misi:
a. Menambah armada menjadi 28 unit di tahun 2012 dan menjadi 50 unit di tahun 2015
b. Menambah frekuensi penerbangan dari 30 menjadi 130 frekuensi penerbangan di
tahun 2013

19
c. Menambah 4-5 rute destinasi di indonesia tahun 2012
d. Membuat internasional destinasi di tahun 2013
e. Membuat online booking dan purchase untuk memudahkan kostumer membeli tiket
Citilink
f. Bekerjasama dengan Bank ternama untuk memudahkan kostumer melakukan
transaksi

4.2 Pembahasan

Keamanan dan keselamatan dalam sebuah penerbangan sipil sangatlah tergantung


pula pada keamanan dari bandar udara yang memberangkatkan pesawat tersebut.Mengingat
banyaknya ancaman dari tindakan gangguan melawan hukum baik saat pesawat di darat
maupun di udara.Juga instalasi instalasi pendukung lainnya di sebuah bandar udara. Dengan
menimbang berbagai alasan tersebut,maka organisasi penerbangan dunia yang termasuk di
dalam PBB yang di sebut ICAO mengeluarkan beberapa aturan untuk menjaga keamanan
serta keselamatan sebuah penerbangan juga bandar udara sipil dari tindakan melawan
hukum.Pada pembentukan dari ICAO tersebut pada tahun 1944 di Chicago lahir beberapa
lampiran/ Annex dari Annex 1 s/d Annex 18.Dimana keamanan sendiri diatur dalam Annex
17 dan Annex 18. Annex 17 mengatur tentang tata cara pengamanan penerbangan sipil dari
tindakan gangguan melawan hukum.Dan Annex 18 sendiri mengatur tata cara pengangkutan
bahan dan/atau barang berbahaya yang diangkut menggunakan pesawat udara sipil.
Di Indonesia hal ini mengacu terhadap aturan aturan tersebut yang di atur pula di
berbagai Undang Undang mulai dari UU No2 thn 1976,UU No 1 thn 2009 yg merupakan
revisi dari UU No.15 thn 1992 yang mengatur tentang Penerbangan. Yang di dalamnya
mengatur tentang penerbangan sipil di dalam negeri,mulai dari standar keamanan dan
keselamatan sebuah pesawat terbang,standar keamanan dan keselamatan sebuah bandar udara
sipil,serta tentang tata cara pemeriksaan keamanan di dalam sebuah bandar udara
sipil.Penerapan Undang Undang tersebut di perjelas pula dengan berbagai aturan aturan lain
seperti Peraturan Presiden ( PP No.3 thn 2001 ), Keputusan Menteri Perhubungan Udara (
KM.09 thn 2010 ), juga dengan beberapa Surat Keputusan Dirjen HubUd antara lain seperti
SKEP/2765/VIII/2010 tentang tata cara pemeriksaan keamanan, SKEP/100/VII/2003,serta
SKEP/43/III/2007 yang mengatur tentang Liquid Aerosol dan Gel. Dengan di dukung dengan
beberapa aturan tersebut,mengingat betapa pentingnya sebuah keamanan dan keselamatan
sebuah penerbangan khususnya dan sebuah bandar udara pada umumnya,sangatlah penting

20
pula dari kesadaran masyarakat itu sendiri untuk turut mendukung dan mematuhi aturan-
aturan tersebut.Sehingga sebuah penerbangan dan bandar udara dapat beroperasi dengan
aman,nyaman,efisien yang dapat menunjang pula pertumbuhan ekonomi dari berbagai
daerah.Serta sebuah penerbangan dapat memberikan rasa aman dan nyaman setiap
masyarakat yang menggunakannya.
Pemerintah telah mempunyai Program Nasional Keamanan Penerbangan Sipil
(National Civil Aviation Security Programme) yang bertujuan untuk keamanan dan
keselamatan penerbangan, keteraturan dan keberlanjutan penerbangan sipil di Indonesia
dengan memberikan perlindungan terhadap penumpang, awak pesawat udara, pesawat udara,
para petugas di darat dan masyarakat, dan instalasi di kawasan bandar udara dari tindakan
melawan hukum. Pemerintah memandang perlunya paradigma baru bahwa keselamatan
penerbangan merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Perusahaan
Penerbangan dan Masyarakat pengguna jasa. Terkait dengan keamanan dan keselamatan
penerbangan di Indonesia, Pemerintah telah menetapkan peraturan perundang-undangan
antara lain:
a) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan;
b) PP Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan;
c) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 18 Tahun 2002 tentang Civil Aviation
Safety Regulation (CASR) part 135;
d) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 2 Tahun 2002 tentang Civil Aviation
Safety Regulation (CASR) part 121;
e) Peraturan Menteri Perhubungan lainnya yang berkaitan dengan keselamatan dan
keamanan penerbangan;
f) Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara yang berkaitan dengan
keselamatan dan keamanan penerbangan.

Untuk memberikan rasa aman bagi penumpang serta mendukung program kesehatan
dan keselamatan kerja maka citilink menetapkan rules dan regulation sebagai berikut :

 Selalu dilakukannya Pembersihan pesawat yang di lakukan setiap pesawat telah


berada di destinasi tujuan.
 Adanya Keuntungan dari maskapai citilink ini disebut citilink sheald berupa Fasilitas
yang ditawarkan maskapai Citilink dalam perlindungan konsumen terhadap
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) ada 2 kelas cabin yang ditawarkan oleh

21
citilink yaitu kelas biasa atau disebut economy class dan ada juga bussines class,
setiap pembelian tiket terdapat asuranran kesehatan dan keselamatn kerja dimana
citilink bekerja dengan Jasaraharja, serta penggantian tiket pesawat apabila terjadi
kesalahan pembelian tiket untuk sekali penerbangan maupun pulang pergi, menjadi
tanggungan citilink mulai dari daerah asal sampai kembali kedaerah asalnya lagi.
 sosialisasi tentang keselamatan kerja dijelaskan seiring berjalan waktu selama masa
pendidikan dan masa training karyawan di 3 bulan pertama bagi staff di darat dan dan
staff diudara.
 Asuransi bagi para karyawan yang di potong sekian % (tidak terlalu banyak) dari gaji
merka setiap bulannya, masuk jasaraharja ketenaga kerjaan dan juga citilink bekerja
sama dengan pihak asuransi lainnya.
 Jika terjadi Kesalahan kerja maka akan diberikan kesempatan 3x, dan tergantung
seberapa tingkat kerugian yang didapatkan oleh perusahaan. Jika sudah mencapai
SP3, maka akan ada pemecatan ataupun rolling kerja staff terkait.
 Kesehatan : pengecekan kesehatan kepada staff di darat maupun di udara berbeda,
mulai dari pertama kali melakukan pendaftaran sebagai calon karyawan hingga
menjadi karyawan tetap. Untuk di darat biasanya pendaftaran harus disertakan dengan
surat kesehatan yang sudah ditandatangani oleb dinas kesehatan terkait atau rumah
sakit yang sebagai bukti bahwa calon karyawan tersebut dalam keadaan sehat secara
jasmani. Untuk di udara maupun yang bekerja di landasan pacu : Tes kesehatan
dilakukan secara khusus oleh tim kesehatan pada saat pendaftaran masa pendidikan,
hal ini sama sebetulnya tujuannya hanya saja dilakukan secara langsung ooleh team
maskapai yang bekerja sama dengan pihak Dinas kesehatan di karenakan tingkat
resiko yang cukup besar di alami oleh Karyawan yang bekerja di udara maupun
landasan pacu.

Sedangkan terdapat beberapa fasilitas alat pendukung kesehatan dan keselamatan


kerja yang terdapat di maskapai citilink yaitu :

a. Office di Darat (Bandara Ngurah Rai di loket pemesanan tiket)

- Kotak P3K,
- telepon,
- nomor darurat (Pemadaman kebakaran, Ambulans, kantor polisi, dll),

22
- Tabung gas pemadam kebakaran,

b. Maskapai Citilink (Cabin)


 4 pintu darurat
 Pelampung
 Selang oksigen
 Nomer darurat untuk panggilan ke darat (ATC)
 Telepon satellite (Pilot/Co Pilot)
 Blackbox
 Gas Pemadam Kebakaran
 Sabuk pengaman

23
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Citilink Indonesia merupakan salah satu maskapai Indonesia yang masih terbilang baru,
yaitu baru aktif kembali pada tahun 2011. Citilink Indonesia menerapkan maskapai bertarif
rendah yang artinya harga tiket yang ditawarkan terjangkau dan terbilang murah, ini
merupakan salah satu alasan Garuda Indonesia membentuk Citilink Indonesia sebagai anak
perusahaannya. Keamanan dan keselamatan dalam sebuah penerbangan sipil sangatlah
tergantung pula pada keamanan dari bandar udara yang memberangkatkan pesawat
tersebut.Mengingat banyaknya ancaman dari tindakan gangguan melawan hukum baik saat
pesawat di darat maupun di udara. Untuk memberikan rasa aman bagi penumpang serta
mendukung program kesehatan dan keselamatan kerja maka citilink menetapkan rules dan
regulation

5.2 Saran
Melihat dari keadaan tersebut, disarankan kepada Citilink Indonesia untuk:
1. Mempertahankan dan meningkatkan standar keselamatan penumpang sehingga
dapat meningkatkan citra Citilink Indonesia.
2. Selalu mengadakan evaluasi secara berkala agar dapat meningkatkan kualitas
pelayanan dan keamanan pada pesawat.

24
DAFTAR PUSTAKA

Damardjati. R.S. 1995. Istilah-istilah Dunia Pariwisata. Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta.

Darsono, Rahmat. 2004. Tarif dan Dokumen Pasasi. Bandung: CV Alfabeta.

Mulyanto, Felix Hadi. 1999. Ground Handling (Tata Operasi Darat). Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Koentjaraningrat.1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid 1 Edisi Kesebelas. Jakarta: PT. Indeks
Kelompok Gramedia.

Kusmayadi dan Sugiarto, Endar. 2000. Metodologi Penelitian dalam bidang Kepariwisataan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Majid, Suharto Abdul dan Warpani, Eko Probo. 1998. Ground Handling: Manajemen
Pelayanan Darat Perusahaan Penerbangan. Jakarta: Rajawali Pers.

Marina, Sandriana and Darmawati, Andi and Setiawan, Indra. 2014. “Pengaruh Kualitas
Pelayanan terhadap Loyalitas Pelanggan pada Perusahaan Penerbangan Full
Service Airlines” (jurnal). Jakarta: STMT Trisakti.

Nasution, A. 1996. Menajemen Transportasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Salim, H.A. Abbas. 2000. Manajemen Transportasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Suarthana. 2006. Manajemen Perhotelan Edisi Kantor Depan. Kuta Utara: Mapindo.

Supranto, J. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikan Pangsa Pasar.
Jakarta: Rineka Cipta.

25
Tamin, O.Z. 1997. Perencanaan dan Permodalan Transportasi. Bandung: Teknik Sipil,
Instutut Teknologi Bandung.

Wiratha, I Made. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Andi.

Internet:
www.citilink.co.id
Wikipedia.org/wiki/citilink

26
27

Anda mungkin juga menyukai