Anda di halaman 1dari 5

Nama : Noviana Denianti

Prodi : Pendidikan Agama Islam


Pertemuan Ke : 4
Tanggal : 28 September 2021
Materi : Sejarah Perkembangan Hadits pada Zaman Nabi, Sahabat
danTabi'in

A. Perkembangan Hadits Pada Masa Rasulullah


Pada periode ini sejarah Hadits disebut masa turunnya wahyu dan pembentukan
masyarakat Islam. Pada masa ini Hadits lahir berupa sabda (aqwal), af’al dan
taqrir Nabi yang berfungsi menerangkan al-Qur’an dalam rangka menegakkan
Syariat Islam dan membentuk masyarakat Islam.
Para sahabat menerima hadits dari Rasul saw.ada kala langsung dari beliau
sendiri, yakni mereka langsung mendengar sendiri dari Nabi, baik karena ada
sesuatu soal yang diajukan oleh seseorang lalu Nabi menjawabnya, ataupun
karena nabi sendiri yang memulai pembicaraan, adakala tidak langsug yaitu
mereka menerima sesama sahabat yang telah menerima dari Nabi, atau mereka
menyuruh seseorang bertanya kepada Nabi, jika mereka sendiri malu untuk
bertanya.
Para sahabat dalam menerima Hadits dari Nabi, berpegang pada kekuatan
hafalannya, yakni menerimanyadengan jalan hafalan bukan dengan jalan menulis.
Sahabat- sahabat Rasul yang dapat menulis hanya sedikit sekali. Sehingga para
sahabat menghafal Hadits dan menyampaikannya kepada orang lain secara
hafalan pula. Hanya beberapa orang sahabat saja yang mencatat hadits yang
didengarkannya dari Nabi. Masa Nabi adalah masa diturunkannya al-Qur’an dari
Allah SWT dan masa diwirudkannya Hadits oleh Nabi saw. Untuk al-Qur’an,
Nabi menyuruh para sahabat menghafal dan menulisnya. Terhadap Hadits, Nabi
memerintahkan untuk di hafal dan ditabligkan dengan tidak boleh sama sekali
mengubahnya, tapi tidak menyelenggarakan penulisan secara resmi seperti
penulisan al- Qur’an.
Ada beberapa orang sahabat yang tercatat sebagai sahabatyang banyak
menerima hadis dari Rasul SAW dengan beberapapenyebabnya. Mereka itu antara
lain:
1. Para sahabat yang tergolong kelompok Al-Sdbiqun Al-Awwaliin (yang mula-
mula masuk Islam), seperti Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Utsman ibn Affan,
Ali ibn Abi Thalib dan Ibn Mas'ud. Mereka banyak menerima hadis dari
Rasul SAW, karena lebih awal masuk Islam dari sahabat-sahabat lainnya.
2. Ummahdt Al-Mukminin (istri-istri Rasul SAW), seperti Siti Aisyah dan
Ummu Salamah. Mereka secara pribadi lebih dekat dengan Rasul SAW
daripada sahabat-sahabat lainnya. Hadis-hadis yang diterimanya, banyak
yang berkaitan dengan soal-soal keluarga dan pergaulan suami istri.
3. Para sahabat yang disamping selalu dekat dengan Rasul SAW juga
menuliskan hadis- hadis yang diterimanya, seperti Abdullah Amr ibn
Al-'Ash.
4. Sahabat yang meskipun tidak lama bersama Rasul SAW, akan tetapi banyak
bertanya kepada para sahabat lainnya secara sungguh-sungguh, seperti Abu
Hurairah.
5. Para sahabat yang secara sungguh-sungguh mengikuti majlis Rasul SAW
banyak bertanya kepada sahabat lain dari sudut usia tergolong yang hidup
lebih lama dari wafatnya Rasul SAW, seperti Abdullah ibn Umar, Anas ibn
Malik dan Abdullah ibn Abbas.
Lantaran inilah masruq berkata,” saya banyak berada semajelis dengan para
sahabat.Maka ada diantara mereka yang saya dapati ibarat kolam kecil, hanya
mencukupi buat minum seorang, ada yang mencukupi buat dua orang dan ada yang
tidak kering-kering airnya, walaupun terus menerus diminum oleh penduduk bumi
ini.
Sebab penulisan Hadits tidak diselenggarkan secara resmi adalah:
1. Agar tidak adanya kesamaran terhadap al-Qur’an dan menjaga agar tidak
bercampur antara catatan al-Qur’an dan Hadits.
2. Pencatatan al-Qur’an yang turunnya berangsur-angsur memerluhkan
perhatian dan pengerahan tenaga penulis yang kontiyu, sedang sahabat
yang pandai penukis sangat terbatas , maka tenaga yang ada dikhususkan
untuk menulis al-Qur’an.
3. Menyelenggarakan pemeliharaan Hadits dengan hafalan tanpa tulisan
secara keseluruhan berarti memelihara hafalan di kalangan umat Islam
atau bangsa Arab yang sudah kuat daya hafalnya.
Penulisan Hadits dengan segala ucapan, amalan, muamalah secara teknis,
dibutuhkan adanya penulis yang harus terus menerus menyertai Nabi saw.
dalam segala hal.
Pada masa Rasulullah, ada upaya-upaya pemeliharaan terhadap Hadits.
Menurut Nuruddin ‘Itr di dukung oleh lima faktor, yakni:
1. Kuatnya daya ingat dan hafalan sahabat.
2. Minat yang demikian kuat dlam mempelajari ajaran Islam.
3. Kedudukan hadits yang signifikan di dalam Islam sebagai bayanterhadap
al-Qur’an.
4. Penyampaian hadits oleh Nabi yang menjadikan para sahabat merasa
mudah unuk menghafal.
5. Penulisan-penulisan hadits oleh sahabat yang dapat dijadikan pedoman
apabila mereka lupa.
B. Perkembangan Hadits Pada Masa Sahabat
Periode kedua sejarah perkembangan hadits, adalah masa sahabat. Khususnya
masa Khulafa’ al-Rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali
bin Abi Thalib) yang berlangsung sekitar tahun 11 H sampai tahun 40 H. Masa
ini juga disebut masa sahabat besar.
Masa ini oleh para ulama dianggap sebagai masa yang menunjukkan adanya
pembatasan periwayatan (al-tasabbut wa al-iqlal min al-riwayah).11
1. Menjaga Pesan Rasul SAW
Pada umumnya para sahabat sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadits,
bahkan disinyalir terdapat sahabat yang memilih diam dari pada
menyampaikan hadits.Hal ini bisa jadi karena mereka khawatir salah atau
keliru menyampaikan Hadits. Tindakan para sahabat ini bukan tanpa dasar atau
acuan, mereka memang takut apa yang diwanti-wanti oleh Nabi. Imam al-
Bukhari meriwayatkan, ia pernah mendengar Rasulullah bersabda:”siapa yang
sengaja berdustaata namaku, bersiap- siaplah mengambil tempat dineraka.”12
2. Periwayatan Hadits dengan Lafaz dan Makna
a) Periwayatan Lafzhi
Periwayatan Lafzhi adalah periwayatan hadits yang redaksinya atau
matannya persis seperti yang diwurudkan Rasul SAW. Ini hanya bisa
dilakukan apabila mereka hafal benar apa yang disabdakan Rasul SAW.13
Kebanyakan para sahabat meriwayatkan hadits melalui jalan ini.Mereka
berusaha agar periwayatan hadits sesuai dengan redaksi dari
Rasul.menurut Ajjaj Al-Khathib, sebenarnya, seluruh sahabat
menginginkan agar periwayatan itu dengan lafzhi bukan
denganmaknawi.Sebagian dari mereka secara ketat melarang
meriwayatkan hadits dengan maknanya saja, sehingga satu huruf atau
satu katapun tidak boleh diganti.Begitu pula tidak boleh mendahulukan
susunan kata yang disebut Rasul di belakang atau sebaliknya, atau
meringankan bacaan yang tadinya tsiqal(berat) dan sebaliknya. Dalam hal
ini Umar bin Khattab pernah berkata “ barang siapa pernah mendengar
Hadits dari Rasul SAW. Kemudian ia meriwayatkannya sesuai dengan
yang ia dengar, orang itu selamat”.
b) Periwayatan Maknawi
Diantara para sahabat ada yang berpendapat, bahwa dalam keadaan
darurat, karena tidak hafal persis seperti yang diwurudkan Rasul SAW.,
boleh diriwayatkan secara maknawi. Periwayatan maknawi
artinyaperiwayatan hadits yang matannya tidak sama persis dengan yang
didengarkannya dari Rasul SAW., akan tetapi isi dan maknanya tetap
terjaga secara utuh, sesuai dengan yang dimaksut Rasul SAW. Tanpa ada
perubahn sedikitpun.
Meskipun demikian, para sahabat melakukannya dengan sangat hati-hati.
Ibnu Mas’ud misalnya, ketika meriwayatkan hadits ada istilh-istilah
tertentu yang digunakan untuk menguatkan penukilannya, seperti dengan
kata: qala Rasul SAW., (Rasul SAW bersabda begini), atau nahwan, atau
qala Rasul SAW. Qariban min hadza.
Periwatan hadits dengan maknawi akan mengakibatkan munculnya hadits-
hadits yang redaksinya berbeda-beda meskipun maksut atau maknannya
tetap sama.
C. Hadits pada Masa Tabi’in
Pada dasarnya periwayatan yang dilakukan oleh kalangan tabi’in tidak berbeda
dengan dilakukan oleh para sahabat, mengikuti jejak para sahabat sebagai guru-
guru mereka. Penyebaran hadits pada masa tabi’in ini dikenal dengan masa
periwayatan hadits (intisyar al-riwayah ila al-amshar).
1. Pusat-pusat Pembinaan Hadits
a) Para sahabat yang membina hadits di Madinah yaitu: Khulafa’ Al-
Rasyidin, Abu Hurairah, Siti ‘Aisyah, Abdullah bin Umar dan Abu Sa’id
Al-Khudri. Dengan menghasilkan pembesar tabi’in seperti Sa’id ibn Al-
Musyayyab,’Urwah ibn Zubair.
b) Para sahabat yan membina hadits di Makkah yaitu: Mu’adz ibn jabal,
‘Atab ibn Asid, Harisvibn Hisyam, Utsman bin thalhah dan ‘Utbah
ibn Al-Haris. Tabi’in yang muncul yaitu Mujtahid ibn jabar, Atha’ ibn
Abi Rabah dan Ikrimah maula Ibn Abbas.
c) Para sahabat yan membina hadits di Kuafa yaitu: Ali bin Abi Thalib,
sa’ad bin Abi Waqas dan Abdullah Mas’ud. Tabi’in yang muncul yaitu
Al-Rabi’ ibn Qasim, Kamal ibn Zaid Al-Nakha’i. said bin Zubair
Asadi.dll15
2. Pergolakan Politik dan Pemalsuan Hadits
Pergolakan ini terjadi setelah perang Jamal dan perang Siffin, yaitu ketika
kekuasaan dipegang oleh Ali bin Abi Thalib. Pengaruh langsung dan bersifat
negatife ialah menculnya hadits-hadits palsu (maudhu’) untuk mendukung
politiknya masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai