Anda di halaman 1dari 16

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TB PARU MEMPENGARUHI

PENGGUNAAN MASKER DI RUANG


PARU RUMKITAL Dr. RAMELAN
SURABAYA

Nur Wachida Novita*, Christina Yuliastuti**, Siti Narsih***

STIKES Hang Tuah Surabaya Jl. Gadung No. 1 Surabaya.


email: ernadwi_80@yahoo.co.id

Abstract : Number of patients with pulmonary TB increased annually in


Surabaya, on of the measures to prevent TB infections is by using a mask. In
TB care room a lot of visitors (family) who did not wear a mask. The purpose of
this study to determine the relationship of the level of knowledge with the use of
masks to visitors (family).This study used correlational analytic designwith cross
sectional approach. independent variable in the study is the level of knowledge
about Tuberculose anddependent variable is the use of masks. Samples were taken
by using purposive sampling technique earned by 28 respondents visitors in
Pulmonary Wards,Dr. Ramelan Navy Hospital, Surabaya, date 11 – 20 June 2013.
Data collection was undertaken using questionnaire about Pulmonary Tuberculose
and observation sheet of the use of mask. Data were analyzed with Spearman's
Rho test with a significance level Corellation ρ <0.05.Results showed that the
level of knowledge about Tuberculose less 14 respondents (50%) and 16
respondents (57.1%) did not wear a mask. Spearman's Rho test showed that there
is a relationship between the level of knowledge about Pulmonary
Tuberculosewith the use of masks in in Pulmonary Wards,Dr. Ramelan Navy
Hospital, Surabaya (ρ = 0.000).

Abstract.: Jumlah pasien dengan paru-paru TB meningkat setiap tahun di Surabaya,


ditindakan..mencegah... infeksi.. TB adalah.dengan menggunakan sebuah.masker.
Diruangan perawatan TB banyak pengunjung yang tidak..memakai sebuah..maskerTuj
uan kajian ini.akan menentukan hubungan tingkat pengetahuan dengan.....penggunaan
masker untuk pengunjung. Studi ini menggunakan desain analitikkorelasi dengan pend
ekatan bersekat-sekat marah. variabelbebas di studi adalahtingkat pengetahuan tentang
Tuberculose dan variabel yang bergantung adalahpenggunaan masker. Sampel sudah
diambil dengan.menggunakan teknik..penyampelan..bertujuan diperoleh oleh..28 respo
nden pengunjung di..Pulmonary..Wards,..Dr. Ramelan Angkatan..Laut Hospital, Surab
aya, berkencan 11– 20..Jun 2013..Pengumpulan data dilakukan menggunakan
kuesioner tentang Pulmonary Tuberculose dan lembar pengamatan dengan
penggunaan masker. Data dianalisa dengantes Rho Spearman dengan satu taraf
signifikansi Corellation.ρ<0.05. Keputusan.menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
bahwa tingkat pengetahuan tentang.Tuberculose kurang 14 respondendan16 responden
tidak.memakai sebuah.masker. Tes Rho.Spearman menunjukkan bahwa ada suatu
hubungan..antara.. tingkat ...pengetahuan ...tentang....Pulmonary...Tuberculose dengan
penggunaan masker di di Pulmonary Wards, Dr. RamelanAngkatan
Laut Hospital, Surabaya (ρ=0.000).

Kata kunci : tingkat pengetahuan, masker

46
Novita, Yuliatusti, Narsih : Tingkat pengetahuan tentang TB paru mempengaruhi penggunaan masker. 47

PENDAHULUAN
Data dari Dinkesprov Jatim tidak menggunakan masker bahkan
tahun 2009 sampai Juni 2012 terdapat anak kecil yang berada di
menunjukkan terjadinya peningkatan ruangan pasien TB tidak
jumlah penderita Tuberculosis Paru menggunakan masker saat berada di
setiap tahunnya di Surabaya, hal ini dekat pasien. Penyebabnya adalah
memerlukan adanya suatu tindakan kurangnya pengetahuan mereka
terutama tindakan pencegahan untuk tentang penyakit TB Paru dan
mengurangi jumlah kasus TB di penularannya.Sejauh ini tingkat
masyarakat salah satunya adalah pengetahuan tentang TB Paru dengan
melalui tindakan pencegahan penggunaan masker sebagai suatu
penularan kuman TB Paru dengan bentuk pecegahan terhadap
menggunakan masker ketika penularan infeksi TB Paru di Ruang
berkontak dengan penderita TB Paru Paru Rumkital Dr. Ramelan
aktif. Penyakit tuberkulosis (TB Surabaya belum dapat dijelaskan.
Paru) merupakan penyakit infeksi WHO memprediksi bahwa
menular yang disebabkan oleh terdapat 10, 2 juta kasus baru TB di
Mycobacterium Tuberculosis (Price seluruh dunia (Mandal, 2008:
& Wilson, 2006 : 852). Penularan 220).Diperkirakan setiap tahun
Nosokomial M. Tuberkulosis terdapat 429.720 kasus TB baru
mungkin dapat terjadi diantara pasien dengan kematian sekitar 66.000
TB dengan pengunjung dan perawat orang di Indonesia (Dinkesprov
yang berkontak erat selama masa Jatim, 2010). Jumlah Case Detection
perawatan.Tindakan kewaspadaan Rate TB paru di Jawa Timur per Juni
universal digunakan kepada semua 2012 sebesar 32,26 %, dengan
pasien untuk mencegah penularan jumlah kasus TB sebanyak 43.950
patogen salah satunya melalui udara penduduk (Dinkesprov Jatim, 2012).
seperti Tuberkulosis (Berman et al, Data dari dinas kesehatan Kota
2009: 395). Anjuran penggunaan Surabaya Jumlah penderita TB di
masker ketika berada dalam jarak 3 Jawa Timur dari beberapa tahun
kaki dari pasien penderita TB terakhir yakni tahun (2009) sebanyak
merupakan tindakan kewaspadaaan 1.216, tahun (2010) sebanyak 3.957,
universal yang perlu dilakukan oleh tahun (2011) sebanyak 4812 dan
siapapun yang memiliki kontak erat pada tahun (2012) sebnayak 4.493
dengan pasien TB (Kozier, et al, Warga yang bermukim di Surabaya
2010 : 33). Bloom (1908, dalam terkena penyakit infeksi
Sinta, 2012: 129) menyebutkan Tuberkulosis (Dinkesprov Jatim).
bahwa pengetahuan atau kognitif Hasil studi melaporkan
merupakan domain yang sangat Kemungkinan setiap kontak untuk
penting dalam membentuk perilaku tertular TB paru adalah 17% dan
seseorang (over behaviour). kontak terdekat (misalnya keluarga
Berdasarkan pengalaman serumah) akan dua kali lebih
klinik dari peneliti ketika berada di beresiko dibandingkan kontak biasa
Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan (tidak serumah) (Widoyono, 2011:
Surabaya, peneliti menemukan 16). Hasil penelitian sebelumnya
bahwa beberapa orang yang menjaga yang dilakukan oleh Suwarsono,
pasien TB di ruangan sebagian besar Nurhayati, dan Sayono (2003),

46
48. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 12, Pebruari 2014., hal 46-61

tentang kejadian suspek TB pada yang terdapat kasus tuberkulosa,


petugas kesehatan yang tidak serta anggota keluarga pasien dan
memakai masker menunjukkan dari petugas kesehatan (Corwin, 2009 :
57 orang responden, 47 orang yang 546). Faktor pencegahan penularan
tidak memakai masker 2 diantaranya menitikberatkanpada
suspek TB. Hasil survei pravelensi penanggulangan faktor risiko
TB pada tahun 2004 menegenai penyakit seperti lingkungan dan
pengetahuan, sikap dan perilaku perilaku.perilaku seseorang
menunjukkan bahwa hanya 51% merupakan akumulasi dari
keluarga yang memahami cara pengetahuan dan sikap terhadap
penularan TB sisanya 49% keluarga kesehatan (Widoyono, 2012: 8).
tidak mengetahui cara penularan TB Seseorang yang menjaga pasien TB
(Kemenkes, 2011 : 14). (misalnya keluarga) merupakan
Studi pendahuluan yang orang yang memiliki riwayat kontak
dilakukan peneliti di Ruang Paru yang erat dengan pasien TB artinya
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya dari jika mereka tidak mengetahui tentang
observasi langsung pada tanggal 30 TB dan tidak menggunakan masker
April – 1 Mei 2013 dengan saat di dekat pasien kemungkinan
melakukan wawancara kepada 5 tertular sangat besar mengingat
orang yang menjaga pasien TB Paru resiko terinfeksi berhubungan
yang berada di Ruang Paru Rumkital dengan lama kontak dan kualitas
Dr. Ramelan Surabaya didapatkan paparan terhadap sumber infeksi
data dari 5 orang yang diwawancarai (Widoyono, 2012). Sebaliknya, jika
4 orang (80%) tidak menggunakan mereka mengetahui dan
masker dengan alasan tidak menggunakan masker saat di dekat
mengetahui tentang penyakit pasien kemungkinan tertular akan
menular yang ada di ruang paru dan berkurang karena fungsi masker yang
manfaat penggunaan masker dan dapat memfiltrasi udara yang dihirup
hanya 1 orang (20%) yang sebelum masuk ke saluran
menggunakan masker. pernafasan manusia (Wijayakusuma,
Individu dapat terinfeksi 2003).
kuman Tuberkulosis ketika seorang Pengetahuan tentang penyakit
penderita TB berbicara, batuk, TB Paru merupakan hal yang sangat
bersin, tertawa atau bernyanyi yang penting agar tidak menimbulkan
dapat melepaskan droplet besar peningkatan jumlah kasus TB Paru
(lebih besar dari 100 µ) dan kecil (1 akibat penularan dari pasien kepada
sampai 5 µ). Droplet yang besar akan orang lain, sehingga perlunya
menetap, sementara droplet yang seseorang mendapatkan informasi
kecil tertahan di udara (Droplet tentang TB dan pencegahannya.
Nuclei) dan tehirup oleh individu Perawat dapat memberikan Health
yang beresiko rentan (Suddarth & Education berupa informasi langsung
Brunner, 2002 : 584 – 585). Orang- atau melalui pemberitahuan tertulis
orang yang beresiko terpajan dengan berupa poster tentang cara penularan
basil Tuberkulosis adalah mereka TB dan pencegahannya. Berdasarkan
yang tinggal berdekatan dengan latar belakang di atas peneliti
orang yang terinfeksi aktif. mencoba untuk meneliti lebih lanjut
Kelompok ini antara lain, tunawisma tentang hubungan tingkat
yang tinggal ditempat penampungan pengetahuan tentang penyakit TB

46
Novita, Yuliatusti, Narsih : Tingkat pengetahuan tentang TB paru mempengaruhi penggunaan masker. 49

Paru dengan penggunaan masker di Surabaya.


Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Jenis Kelamin F %
desain analitik korelasional dengan Laki – laki10 35,7
Perempuan 18 64,3
pendekatan cross sectional. Penelitian
ini dilakukan pada tanggal 11 – 20 Jumlah 28 100
Juni 2013 di Ruang Paru Rumkital Berdasarkan tabel 5.1
Dr. Ramelan Surabaya.Populasi didapatkan hasil dari 28 responden di
dalam penelitian ini adalah orang Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan
yang menjaga (keluarga) pasien TB Surabaya adalah perempuan sebanyak
yang dirawat di Ruang Paru Rumkital 18 responden (64,3%) dan laki – laki
Dr. Ramelan Surabaya dengan jumlah sebanyak 10 responden (35,7%).
rata – rata perbulan mencapai 30 2. Karakteristik Responden
orang.Sampel dalam penelitian ini Berdasarkan Usia
adalah sebagian dari orang yang Tabel 5.2 Karakteristik Responden
menjaga (keluarga) pasien yang di Berdasarkan Usia Pengunjung (Keluarga)
rawat di Ruang Paru Rumkital Dr. yang Menjaga Pasien TB Paru di Ruang Paru
Ramelan Surabaya yang memenuhi Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Pada
Tanggal 11 – 20 Juni 2013
kriteria sebanyak 28 orang dengan
menggunakan purposive sampling.
Setelah perijinan dan informed Usia F %
consentkemudian membagikan 15 – 244 14,3
kuesioner yang berisi tentang tingkat 25 – 60 23 82,1
> 60 1 3,6
pengetahuan TB Paru dan masker Jumlah28 100
yang akan diisi oleh responden yaitu
pengunjung (keluarga) yang menjaga Berdasarkan tabel 5.2
pasien TB di Ruang Paru Rumkital didapatkan hasil dari 28 responden di
Dr. Ramelan Surabaya. Peneliti Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan
melakukan observasi penggunaan Surabaya adalah usia 25 – 60 tahun
masker kepada responden pada hari sebanyak 23 responden (82,1%), usia
yang sama ketika responden mengisi 15 – 24 tahun sebanyak 4 responden
kuesioner dan dilakukan pengawasan (14,3%) dan usia >60 tahunn
selama satu hari. Hasil penelitian sebanyak 1 responden (3,6%).
dianalisis secara deskriptif diuji 3. Karakteristik Responden
menggunakan Spearman’s Rho Berdasarkan Pendidikan
Corellation dengan tingkat Terakhir
Tabel 5.3 Karakteristik Responden
kemaknaan ρ≤ 0,05. Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pengunjung (Keluarga) yang Menjaga Pasien
HASIL PENELITIAN TB Paru di Ruang Paru Rumkital dr.
1. Karakteristik responden Ramelan Surabaya Pada Tanggal 11 – 20
Juni 2013
berdasarkan jenis kelamin
PendidikanterakhirF %
Tabel 5.1 Karakteristik Responden SMP/sederajat 10 35,7
Berdasarkan Jenis Kelamin Pengunjung SMA/sederajat 13 46,4
(Keluarga) yang Menjaga Pasien TB Paru di Akademik/PT 5 17,9
Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
Pada Tanggal 11 – 20 Juni 2013 Jumlah 28 100

46
50. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 12, Pebruari 2014., hal 46-61

Berdasarkan tabel 5.3 Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan


didapatkan hasil dari 28 responden di Surabaya adalah tidak berpenghasilan
Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan sebanyak 9 responden (32,1%),
Surabaya adalah SMA atau sederajat 500.000 – 1.000.000 sebanyak 6
sebanyak 13 responden (46,4%), responden (21,4%), 1.000.000 –
SMP atau sederajat sebanyak 10 2.000.000 sebanyak 6 responden
responden (35,7%) dan akademik (21,4%) dan >2.000.000 sebanyak 7
atau perguruan tinggi sebanyak 5 responden (25,0%).
responden (17,9%).
4. Karakteristik Responden 6. Karekteristik Responden
Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan Hubungan Dengan
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Pasien
Berdasarkan Pekerjaan Pengunjung Tabel 5.6 Karakteristik Responden
(Keluarga) yang Menjaga Pasien TB Paru di Berdasarkan hubungan dengan pasien Pada
Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Pengunjung (Keluarga) yang Menjaga Pasien
Pada Tanggal 11 – 20 Juni 2013 TB Paru di Ruang Paru Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya Pada Tanggal 11 – 20
Pekerjaan F % Juni 2013
Hubungan dg Pasien F %
Pelajar/Mahasiswa 3 10,7
Swasta/Wiraswasta 10 35,7 Suami / Istri 7 25,0
PNS 2 7,1 Anak 8 28,6
TNI / Polri 3 10,7 Ayah / ibu 8 28,6
Tidak Bekerja 10 35,7 Kakak / Adik 3 10,7
Jumlah 28 100 Paman / Keponakan 1 3,6
Berdasarkan tabel 5.4 Teman 1 3,6
didapatkan hasil dari 28 responden di Jumlah 28 100
Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan Berdasarkan tabel 5.6
Surabaya adalah Swasta atau didapatkan hasil dari 28 responden di
Wiraswasta sebanyak 10 responden Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan
(35,7%), tidak bekerja sebanyak 10 Surabaya adalah anak sebanyak 8
responden (35,7%), PNS sebanyak 2 responden (28,6%), ayah / ibu
responden (7,1%), Pelajar atau sebanyak 8 responden (28,6%), suami
Mahasiswa sebanyak 3 responden / istri sebanyak 7 responden (25,0%),
(10,7%) dan TNI / Polri sebanyak 3 kakak / adik sebanyak 3 responden
responden (10,7%). (10,7%), paman / keponakan
5. Karakteristik Responden sebanyak 1 responden (3,6%), dan
Berdasarkan Penghasilan teman sebanyak 1 responden (3,6%).
Tabel 5.5 Karakteristik Responden 7. Karakteristik Responden
Berdasarkan Penghasilan Pengunjung Berdasarkan Tempat Tinggal
(Keluarga) yang Menjaga Pasien TB Paru di Tabel 5.7 Karakteristik Responden
Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Berdasarkan Tempat Tinggal Pengunjung
Pada Tanggal 11 – 20 Juni 2013 (Keluarga) yang Menjaga Pasien TB Paru di
Penghasilan F % Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
Tidak Berpenghasilan 9 32,1 Pada Tanggal 11 – 20 Juni 2013
500.000 – 1.000.000 6 21,4
1.000.000 – 2.000.0006 21,4 Tempat Tinggal F %
> 2.000.000 7 25,0 Serumah dengan Pasien 22 78,6
Jumlah 28 100 Tidak Serumah 6 21,4
Jumlah 28 100
Berdasarkan tabel 5.5
didapatkan hasil dari 28 responden di

46
Novita, Yuliatusti, Narsih : Tingkat pengetahuan tentang TB paru mempengaruhi penggunaan masker. 51
Berdasarkan tabel 5.7 Berdasarkan tabel 5.9
didapatkan hasil dari 28 responden di didapatkan hasil dari 28 responden di
Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya adalah serumah dengan Surabaya adalah pernah mendapat
pasien sebanyak 22 responden informasi tentang TB Paru sebanyak
(78,6%) dan tidak serumah dengan 12 responden (42,9%) dan belum
pasien sebanyak 6 responden pernah mendapat informasi tentang
(21,4%). TB Paru sebanyak 16 responden
(57,1%).
8. Karakteristik Responden Tabel 5.10 Karakteristik Responden
Berdasarkan Frekuensi Berdasarkan Sumber Informasi Tentang TB
Mengunjungi Atau Menjaga Paru Pada Pengunjung (Keluarga) yang
Pasien Menjaga Pasien TB Paru di Ruang Paru
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Pada
Tabel 5.8 Karakteristik Responden
Tanggal 11 – 20 Juni 2013
Berdasarkan Frekuensi mengunjungi atau
menjaga pasien Oleh Pengunjung (Keluarga) Sumber Informasi F %
yang Menjaga Pasien TB Paru di Ruang Paru Tidak Ada 16 57,1
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Pada Media Cetak 3 10,7
Tanggal 11– 20 Juni 2013 Media Elektronik 2 7,1
Kader/petugas kes.7 25,0
Frek MenjagaPasien F %
Jumlah 28 100
Sering/setiaphari24 85,7
Jarang 2 7,1
Baru kali ini 2 7,1 Sumber informasi berdasarkan
Jumlah 28 100 tabel 5.10 didapatkan hasil dari 28
Berdasarkan tabel 5.8 responden sebanyak 3 responden
didapatkan hasil dari di Ruang Paru (10,7%) mendapat informasi tentang
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya TB Paru dari media cetak, 2
adalah sering atau setiap hari responden (7,1%) mendapat
sebanyak 24 responden (85,7%), informasi dari media elektronik dan 7
jarang sebanyak 2 responden (7,1%), responden (25,0%) mendapat
dan baru kali ini sebanyak 2 informasi dari kader atau petugas
responden (7,1%). kesehatan.

9. Karakteristik Responden
Berdasarkan Informasi Tentang 10. Tingkat Pengetahuan Tentang
TB Paru TB Paru
Tabel 5.11 Frekuensi Tingkat
Tabel 5.9 Karakteristik Responden
Pengetahuan Pengunjung (Keluarga) yang
Berdasarkan Informasi Tentang TB Paru
Menjaga Pasien TB Paru Tentang TB Paru di
Pada Pengunjung (Keluarga) yang Menjaga
Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
Pasien TB Paru di Ruang Paru Rumkital Dr.
Pada Tanggal 11 – 20 Juni 2013
Ramelan Surabaya Pada Tanggal 11 – 20
Tingkat Pengetahuan F %
Juni 2013
InformasiTB Paru F % Baik 4 14,3
Cukup 10 35,7 Kurang
Pernah 12 42,9 14 50,0
Belum Pernah 16 57,1 Jumlah 28 100
Jumlah 28 100 Berdasarkan tabel 5.11
didapatkan hasil dari 28 responden
yang memiliki tingkat pengetahuan

46
52. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 12, Pebruari 2014., hal 46-61
memiliki tingkat pengetahuan kurang menunjukkan penggunaan masker
sebanyak 14 responden (50%), yang dan benar adalah sebanyak 2
memiliki tingkat pengetahuan cukup responden (50%), sebanyak 2
sebanyak 10 responden (35,7%), dan responden (50%) menunjukkan
yang memiliki pengetahuan baik penggunaan masker namun kurang
sebanyak 4 responden (14,3%). benar. Berdasarkan 10 Responden
11. Penggunaan Masker yang memiliki pengetahuan cukup
pengunjung (keluarga) sebanyak 7 responden (70%)
Tabel 5.12 Frekuensi Penggunaan menunjukkan penggunaan masker
Masker Pengunjung (Keluarga) yang namun kurang benar, sebanyak 3
Menjaga Pasien TB Paru di Ruang Paru
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Pada
responden (30%) tidak menggunakan
Tanggal 11 – 20 Juni 2013 masker dan tidak ada responden
Penggunaan maskerF % dengan pengetahuan cukup yang
menggunakan masker dengan benar.
Memakai masker benar2 7,1 Berdasarkan 14 responden yang
Memakai kurang benar10 35,7
Tdk memakai masker 16 57,1 memiliki pengetahuan kurang
Jumlah 28 100
sebanyak 13 (92,9%) responden tidak
menggunakan masker, 1 responden
Berdasarkan tabel 5.12 dari 28 (7,1%) menunjukkan penggunaan
responden didapatkan hasil 16 masker namun kurang benar dan
responden (57,1%) tidak memakai tidak ada responden dengan
masker, 10 responden (35,7%) pengetahuan kurang yang
memakai masker tapi kurang benar menggunakan masker dan benar.Hasil
dan 2 responden (7,1%) memakai uji statistik dengan menggunakan uji
masker dan benar. Spearman’s Rho Correlations ρ =
12. Hubungan Tingkat Pengetahuan 0,000. Hal tersebut menunjukkan
Tentang TB Paru dengan bahwa ρ ≤ 0,05 berarti terdapat
Penggunaan Masker hubungan antara tingkat pengetahuan
Tabel 5.13 Tabulasi Silang Tingkat tentang TB Paru dengan penggunaan
Pengetahuan Tentang TB Paru dan masker di Ruang Paru Rumkital Dr.
Penggunaan Masker Pada Pengunjung
Ramelan Surabaya. Nilai correlation
(Keluarga) Yang Menjaga Pasien TB Paru di
Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan Surabaya coefficient yang didapatkan nilai r =
Pada Tanggal 11 – 20 Juni 2013 0,775, itu berarti terdapat hubungan
Penggunaan masker yang kuat antara tingkat pengetahuan
Memakai kurang Tidak Jumlah
Pengetahuan
benar benar memakai
tentang TB Paru dengan penggunaan
F % F % F % F % masker di Ruang Paru Rumkital Dr.
Baik 2 50,0 2 50,0 0 0,0 4 100,0 Ramelan Surabaya.
Cukup 0 0,0 7 70,0 3 30,0 10 100,0
Kurang 0 0,0 1 7,1 13 92,9 14 100,0 PEMBAHASAN
Spearman’s Rho Correlation ρ = 0,000 r = 0,775 1. Tingkat Pengetahuan tentang
TB Paru
Tabel 5.13 menyajikan Tabel 5.11 menunjukkan dari
hubungan antara tingkat pengetahuan 28 responden yang memiliki tingkat
tentang TB Paru dengan penggunaan pengetahuan kurang tentang TB Paru
masker di Ruang Paru Rumkital Dr. sebanyak 14 responden (50%),
Ramelan Surabaya pada 28 sebanyak 10 responden memiliki
responden. Berdasarkan 4 responden pengetahuan cukup dan 4 responden
yang memiliki pengetahuan yang baik (14,3%) memiliki pengetahuan baik

46
Novita, Yuliatusti, Narsih : Tingkat pengetahuan tentang TB paru mempengaruhi penggunaan masker. 53

tentang TB Paru. Mubarrak et al dewasa yang mulai mengalami


(2005 : 144 – 145) menyebutkan penurunan daya ingat.
beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan antara lain Tingkat Pengetahuan tentang
pendidikan, pekerjaan dan umur, dan TB Paru yang kurang juga dapat
informasi. Hal tersebut dibuktikan dilihat dari tingkat pendidikannya,
dari 14 responden yang memiliki dari 14 responden dengan tingkat
tingkat pengetahuan kurang sebanyak pengetahuan kurang sebanyak 9
11 responden (78,6%) berusia 25 – 60 responden (64,3%) berlatar belakang
tahun. WHO (2007, dalam Ferry & pendidikan terakhir SMP. Latar
Makhfudli, 2009) menyebutkan usia belakang pendidikan memegang
25 – 60 tahun berada dalam batasan peranan penting untuk mencapai
usia dewasa. Craik (1997, dalam tujuan yang diharapkan, menurut
Santrock, 2002) mengemukakan Cokroningrat (1998, dalam Nursalam,
bahwa daya ingat menurun pada usia 2003) menyatakan umumnya semakin
dewasa terutama dewasa tengah dan tinggi pendidikan seseorang maka
dewasa akhir. Hal ini lebih terjadi makin mudah dalam menerima
ketika memori jangka panjang (long informasi sehingga semakin banyak
term memory) lebih terlibat daripada pengetahuan yang dimiliki. Peneliti
memori jangka pendek (short term berasumsi bahwa tingkat pendidikan
memory).Daya ingat juga cenderung yang rendah akan menghambat
menurun ketika informasi yang coba penerimaan dan pemahaman terhadap
diingat adalah informasi yang belum beberapa nilai baru yang
lama disimpan dan jarang digunakan diperkenalkan sehingga tingkat
(Riege & Inman, dalam Santrock pengetahuan yang dimiliki juga akan
2002).Daya ingat cenderung menurun kurang.
jika digunakan untuk mengingat Tingkat pengetahuan
(recall) daripada mengenali seseorang tidak hanya dipengaruhi
(recognize) (Mandler, dalam oleh usia dan tingkat pengetahuan
Santrock, 2002).Faktor informasi saja, pekerjaan juga dapat
dirasakan kurang tersedia di Ruang mempengaruhi tingkat pengetahuan
Paru Rumkital Dr. Ramelan Surabaya responden dari 14 responden yang
yang berkaitan dengan TB Paru dan memiliki tingkat pengetahuan kurang
Masker tidak ada.Pengunjung terdapat 6 responden (42,9%) tidak
(keluarga) diberikan informasi atau bekerja. Lingkungan pekerjaan dapat
anjuran untuk menggunakan masker menjadikan seseorang memperoleh
oleh perawat ketika pertama kali pengalaman baik secara langsung
pasien datang bersama pasien namun maupun tidak langsung (Dewi &
tidak dilakukan klarifikasi lanjutan Wawan, 2011). Peniliti berasumsi
atau kontinyuitas informasi.Peneliti bahwa seseorang yang tidak bekerja
berasumsi Informasi yang diterima tingkat pengetahuan yang dimiliki
secara berulang selain mempermudah akan kurang bila dibandingkan
dalam mengingat juga membantu dengan seseorang yang bekerja, hal
seseorang untuk lebih mengenalinya. ini disebabkan pengetahuan dapat
Pemberian informasi yang jelas dan diperoleh dalam dunia bekerja ketika
kontinyu dapat meningkatkan daya manusia berinteraksi dengan orang
ingat seseorang yang masuk usia lain atau lingkungannya maka akan
ada hasil yang didapatkan dari

46
interaksi tersebut misalnya informasi
yang dapat menambah pengetahuan 2. Penggunaan Masker
seseorang. Dari 14 responden yang Tabel 5.12 menunjukkan dari
memiliki tingkat pengetahuan yang 28 responden tidak mengguanakan
kurang sebanyak 11 responden masker sebanyak 16 responden
(78,6%) adalah belum pernah (57,1%), mengunakan masker namun
mendapat informasi tentang TB Paru. kurang benar sebanyak 10 responden
Ilmu pengetahuan dan teknologi (35,7%) dan menggunakan masker
membutuhkan informasi, tetapi benar sebanyak 2 responden
sekaligus juga menimbulkan (7,1%),Hal tersebut dibuktikan 16
informasi. Dengan adanya beragam responden yang Tidak menggunakan
informasi tentang berbagai cara masker sebanyak 11 responden
dalam mencapai pemeliharaan (68,8%) berjenis kelamin perempuan
kesehatan, cara menghindari dan 5 responden (31,2%) berjenis
penyakit, maka akan meningkatkan kelamin laki – laki. Ameen (2013)
pengetahuan masyarakat tentang hal dalam bukunya unleash the power of
tersebut (Dewi & Wawan, 2011 : 18). female brain menyebutkan bahwa
Sumber informasi yang didapatkan orang dengan jenis kelamin laki – laki
oleh respondenberasal dari kader atau memiliki ukuran lobus parietalis lebih
petugas kesehatan sebanyak 7 besar dari perempuan. Lobus
responden (58,3%), media elektronik parietalis berhubungan dengan dunia
sebanyak 4 responden (33,3%) dan fisik yang merupakan kontrol impuls
media cetak sebanyak 2 responden terhadap tindakan seseorang,
(14,3%). Peneliti berasumsi bahwa sehingga seseorang dengan jenis
semakin banyak seseorang terpapar kelamin laki – laki cenderung
oleh informasi tentang TB Paru, bertindak dahulu beru kemudian
pengetahuan tentang penyakit atau memikirkannya sedangkan
kesehatan juga akan meningkat. perempuan cenderung berfikir lama
Pemberian informasi tentang sebelum bertindak, bila dihubungkan
penyebab penyakit, gejala dan tanda dengan teori Menurut Rogers (1947,
penyakit, bagaimana cara penularan dalam Notoatmodjo, 2003) tentang
dan pencegahannya akan membentuk teori adaptasi perilaku laki – laki
suatu pengetahuan baru yang lebih cepat melewati tahap awerness,
merupakan indikator dari interest, evaluation, trial, dan
pengetahuan kesehatan (health adoption dibandingkan dengan
knowledge), selain itu peneliti juga perempuan yang lebih lama sehingga
berasumsi berdasarkan observasi perempuan lebih lama mengadopsi
gambaran umum tempat penelitian suatu perilaku baru, namun hasil jenis
bahwa masih kurangnya informasi kelamintersebut masih belum
tentang TB Paru dan manfaat dikatakan signifikan berpengaruh
penggunaan masker di ruang paru terhadap penggunaan masker pada
terlihat dari tidak adanya poster responden karena jumlah sampel
tentang TB Paru dan manfaat dalam penelitian memang lebih
penggunaan masker bagi kesehatan banyak berjenis kelamin perempuan
hal ini terbukti dari hasil tingkat atau tidak homogen dalam jumlah.
pengetahuan responden yang Data yang diperoleh peneliti
sebagian besar tingkat pengetahuan dari 16 responden yang tidak
tentang TB Paru adalah kurang. menggunakan makser sebanyak 14

46
Novita, Yuliatusti, Narsih : Tingkat pengetahuan tentang TB paru mempengaruhi penggunaan masker. 55
responden (87,5%) berusia 25 – 60 yang tidak memakai masker sebanyak
tahun (dewasa). Smeltzer & Bare 7 responden (43,8%) adalah tidak
menyebutkan beberapa faktor berpenghasilan. WHO menganalisis
demografi yang mempengaruhi bahwa yang menyebabkan seseorang
kepatuhan seseorang dalam perilaku itu berperilaku tertentu adalah karena
kesehatan antara lain : usia, jenis beberapa alasan salah satunya adalah
kelamin, status sosial ekonomi, dan karena alasan sumber daya, sumber
tingkat pendidikan. Peneliti daya bisa berarti ekonomi atau uang
berasumsi bahwa pada usia dewasa (Notoatmodjo, 2012 : 198). Peneliti
terutama dewasa tengah (paruh baya) berasumsi seseorang yang yang
sesorang akan mengalami penurunan berpenghasilan tinggi akan
untuk tingkat pengetahuan mereka berdampak pada kemampuan daya
dikarenakan penurunan fungsi beli masker sebagai bentuk perilaku
memori otak yang perlahan kesehatan, namun seseorang yang
mengalami penurunan sehingga tidak memiliki penghasilan
indikator untuk mewujudkan suatu kemampuan terhadap daya beli
perilaku kesehatan seperti memakai masker tidak ada.
masker ketika berada di Ruang Paru Responden yang tidak
sebagai upaya pencegahan terhadap menggunakan masker dari 16
penularan infeksi kuman TB kurang. responden sebanyak 5 responden
Data yang diperoleh peneliti (31,3%) memiliki hubungan suami/
dari 16 responden yang tidak istri dengan pasien. Karr (dalam
menggunakan masker sebanyak 9 Notoatmodjo, 2010) menyatakan
responden (56,3%) memiliki Adanya otonomi atau kebebasan
pendidikan terakhir SMP. Pendidikan pribadiuntuk mengambil keputusan
merupakan upaya persuasi atau dalam melakukan tindakan
pembelajaran kepada seseorang agar merupakan salah satu determinan
mau melakukan tindakan – tindakan terhadap perilaku kesehatan.peneliti
(praktik) sebagai suatu bentuk berasumsi bahwa budaya masyarakat
perilaku untuk memelihara, indonesia mengenai kebebasan dalam
mengatasi masalah dan meningkatkan bertindak harus disertai persetujuan
kesehatannya (Notoatmodjo, 2010). dari suami atau kepala keluarga
Bloom (1908, dalam Notoatmodjo, terutama pada masyarakat pedesaan,
2010) menyabutkan bahwa indikator peneliti melihat bahwa responden
untuk mengukur perilaku kesehatan yang berstatus sebagai istri pasien
mengacu pada 3 doamin antara lain memiliki rasa hormat terhadap suami
pengetahuan terhadap kesehatan, sehingga memiliki rasa “sungkan”
sikap terhadap kesehatan dan praktik untuk memakai masker ketika
kesehatan. Peneliti berasumsi menjaga suaminya yang sedang sakit.
seseorang dengan pendidikan tinggi Sehingga responden dengan
akan mampu memahami tentang hubungan sebagai istri pasien TB
penyakit dan cara pemeliharaan banyak yang tidak memakai masker.
kesehatan terhadap penyakit sehingga Responden yang tidak
penilaian terhadap perilaku kesehatan menggunakan masker sebagian besar
akan mudah dilakukan. tinggal serumah dengan pasien, dan
Responden yang tidak frekuensi berkunjung atau menjaga
menggunakan masker adalah tidak pasien sebagian besar sering atau
berpenghasilan, dari 16 responden setiap hari. dari 16 responden yang

46
56. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 12, Pebruari 2014., hal 46-61

tidak memakai masker sebanyak 13 terhadap kesehatan jika tanpa adanya


responden (81,3%) adalah serumah dukungan dari ketiga faktor tersebut.
dengan pasien dan berdasarkan Data yang diperoleh peneliti
karakteristik frekuensi menjaga atau responden yang tidak menggunakan
mengunjungi pasien dari 16 masker sebagian besar yang belum
responden yang tidak memakai pernah mendapat informasi tentang
masker sebanyak 13 responden TB Paru dan masker. Hal tersebut
(81,3%) adalah sering atau setiap dapat dibuktikan dari 16 responden
hari. Persepsi seseorang terhadap yang tidak memakai masker sebanyak
anggota keluarga yang sakit, tinggal 12 responden (75%) belum pernah
serumah, dan frekuensi dalam mendapatkan informasi tentang TB
menjenguk dapat menjadi suatu Paru dan masker. Kar (dalam
stimulus terhadap pembentukan Notoatmodjo, 2012) menganalisis
perilaku seseorang. Seseorang yang adanya sumber informasi
menganggap kondisi sakit sebagai (accessebility of information) tentang
suatu ancaman (Thread) bagi diri dan kesehatan merupakan salah satu tolak
kesehatannya akan menjadikan ukur seseorang dalam membentuk
kondisi sakit sebagai suatu stimulus perilaku kesehatan.Peneliti berasumsi
untuk membentuk perilaku kesehatan. bahwa sumber informasi tentang
Skinner (1908, dalam Notoatmodjo, kesehatan dapat dijadikan sebagai
2012) Perilaku kesehatan adalah pertimbangan seseorang sebelum
suatu respon seseorang (organisme) mewujudkan perilaku kesehatan. Hal
terhadap stimulus atau obyek yang tersebut terbukti dari hasil penelitian
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sebagian besar responden yang tidak
sistem pelayanan kesehatan, makanan menggunakan masker belum pernah
dan minuman, serta lingkungan. Dari mendapat informasi tentang TB Paru
data dan teori yang didapatkan dan masker karena dari observasi
peneliti menarik penjelasan bahwa peneliti terhadap gambaran umum
terdapat ketidaksesuaian antara teori tempat penelitian belum terdapat
dengan data hal tersebut disebabkan adanya media informasi seperti poster
karena selain ada atau tidaknya yang dapat meningkatkan
stimulus dari luar organisme banyak pengetahuan responden selanjutnya
faktor lain yang mempengaruhi dari pengetahuan tersebut akan
perilaku. Green (1980, dalam menimbulkan kesadaran mereka dan
Notoatmodjo, 2012) mengungkapkan akhirnya akan menyebabkan orang
perilaku seseorang dibentuk oleh berperilaku sesuai dengan
beberapa faktor antara lain ; faktor pengetahuan yang dimilikinya.
predisposisi (pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tingkat pendidikan, 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan
sosial ekonomi), faktor enabling Tentang TB Paru dengan
(tersedia atau tidaknya fasilitas atau Penggunaan Masker
sarana kesehatan) dan faktor Tabel 5.13 menunjukkan dari
reinforcing (sikap dan perilaku 28 responden dari 14 responden yang
petugas). Peneliti berasumsi memiliki pengetahuan kurang tentang
seseorang yang menganggap kondisi TB Paru sebanyak 13 responden
sakit sebagai suatu stimulus atau (92,9%) tidak menggunakan masker,
obyek belum tentu akan berperilaku kondisi tersebut dapat
membahayakan dan meningkatkan

46
Novita, Yuliatusti, Narsih : Tingkat pengetahuan tentang TB paru mempengaruhi penggunaan masker. 57

resiko peningkatan kejadian infeksi dilakukan untuk megurangi resiko


nosokomial (penularan infeksi TB) terjadinya infeksi, (3) adanya
akibat perilaku tidak memakai masker program pendidikan kesehatan yang
dan penggunaan masker yang kurang terus menerus bagi pengunjung atau
benar. Greeen (1980, dalam keluarga yang menjaga pasien
Notoatmodjo, 2012) menyebutkan maupun petugas tentang pencegahan
perilaku dibentuk atau ditentukan dari infeksi nosokomial (Septiari, 2012 :
tiga faktor antara lain faktor 49).
predisposisi (predisposing factor) Data diatas menunjukkan
yaitu faktor yang mempermudah bahwa tingkat pengetahuan yang
terjadinya perilaku seseorang yang kurang pada responden mendorong
terdiri dari pengetahuan, sikap, responden berperilaku negatif
kepercayaan, tingkat pendidikan, terhadap upaya pencegahan penyakit
sosial ekonomi; faktor pendukung dengan tidak menggunakan masker
(enabling factor) yaitu faktor yang saat menjaga atau mengunjungi
memungkinkan atau faktor yang pasien TB Paru di Ruang Paru
memfasilitasi perilaku atau tindakan Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
yang terdiri dari tersedia atau Berdasarkan observasi yang
tidaknya fasilitas atau sarana dilakukan peneliti didapatkan belum
kesehatan; dan faktor pendorong adanya informasi tentang TB Paru
(reinforcing factor) yaitu faktor yang dan penggunaan masker seperti
mendukung atau meperkuat pemberitahuan tertulis (seperti poster)
terjadinya perilaku yang terdiri dari di Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan
sikap dan perilaku petugas. surabaya, tidak adanya aturan yang
Dalam mengendalikan infeksi jelas dan tegas terhadap penggunaan
nosokomial di Rumah sakit ada tiga masker saat berada di ruang
hal yang perlu dilakukan sebagai perawatan menyebabkan perilaku
upaya pengendalian terhadap infeksi penggunaan masker ketika menjaga
nosokomial seperti pencegahan pasien TB Paru juga kurang.
terhadap infeksi penyakit TB Paru McGovern (2000) menjelaskan
antara lain ; (1) adanya surveilan bahwa pengunjung yang berada
yang mantap yaitu suatu tindakan dalam ruangan perawatan yang
pengamatan yang sistemik yang mendapatkan pendidikan kesehatan
dilakukan terus menerus terhadap tentang penyakit infeksi menular dan
populasi yang beresiko rentan manfaat penggunaan APD masker
terhadap penularan penyakit infeksi memiliki peluang 5,7 kali lebih patuh
TB Paru antara lain pengunjung dalam menggunakan APD saat
(keluarga) yang menjaga pasien TB menjaga pasien. Peneliti berasumsi
Paru di ruangan. Pelaksanaan bahwa pendidikan kesehatan perlu
surveilan ini dilakukan langsung oleh dilakukan secara terus menerus dan
perawat yang berada di ruangan kontinyu kepada pengunjung
dengan melakukan pengawasan yang (keluarga) yang menjaga pasien TB
dilakukan terus menerus terhadap Paru ketika menjaga pasien sebagai
perilaku pengunjung tentang pembentuk perilaku kepatuhan dalam
penggunaan masker saat berada di berperilaku kesehatan pencegahan
ruang perawatan, (2) adanya terhadap infeksi penyakit menular.
peraturan yang jelas dan tegas tentang Observasi peneliti selama penelitian
pencegahan infeksi nosokomial di ruangan mendapatkan pendidikan

46
58. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 12, Pebruari 2014., hal 46-61

kesehatan belum terlihat dilakukan, tahu tentang penyakit saja tidak


hal tersebut akan berpengaruh pada menggunakan masker, hal tersebut
tingkat pengetahuan pengunjung dan dapat menurunkan kekhawatiran
tingkat kepatuhan dalam penggunaan pengunjung terhadap penularan
masker. infeksi TB Paru ketika di ruangan
Hasil wawancara peneliti sehingga mendorong mereka untuk
dengan beberapa responden ikut tidak menggunakan masker.
memperoleh hasil tidak Ketiga faktor tersebut baik secara
disediakannya masker secara gratis di langsung maupun tidak langsung
ruangan merupakan salah satu berperan dalam pembentukan
penyebab pengunjung tidak perilaku terutama perilaku kesehatan
menggunakan masker, walaupun ada sebagai upaya pencegahan dan
yang menggunakan masker perlindungan terhadap penyakit TB
responden akan menggunakan masker Paru dengan penggunaan masker
tersebut sepanjang hari bahkan ketika menjaga atau ketika berada di
disimpan untuk dipakai lagi keesokan dekat pasien TB Paru di Ruang Paru
harinya, ada pula pengunjung yang Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
mengatakan masker akan dibawa Responden yang memiliki
pulang untuk dicuci dan digunakan tingkat pengetahuan yang baik dari 4
kembali. Petugas kesehatan di responden sebanyak 2 responden
ruangan juga terlihat masih ada yang (50%) memakai masker namun
belum menggunakan masker, selain kurang benar, hasil tersebut
faktor tingkat pengetahuan yang menunjukkan bahwa tingkat
kurang yang menyebabkan perilaku pengetahuan responden yang baik
tidak menggunakan masker pada tidak sejalan dengan perilaku
pengunjung (keluarga) yang menjaga penggunaan masker sebagi upaya
pasien TB Paru di Ruang Paru terhadap pencegahan terhadap infeksi
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya yang TB Paru. Hal tersebut menunjukkan
merupakan Predisposing Factor dari bahwa responden hanya mengetahui
pembentuk perilaku, belum adanya saja namun belum bisa
sarana dan prasarana ketersediaan mengaplikasikannya, hal ini sesuia
masker khusus bagi pengunjung yang dengan teori bloom (dalam
merupakan Enabling Factor, juga Notoatmodjo, 2003) yang
masih terdapat petugas kesehatan menyatakan bahwa domain
yang belum menggunakan masker di pengetahuan berawat dari tahu hingga
ruangan tersebut yang merupakan domain aplikasi.Domain tahu hanya
Reinforcing Factor bagi terbentuknya mengetahui tentang prinsip penyakit
suatu perilaku kesehatan. Petugas dan pencegahannya namun belum
kesehatan terutama perawat bisa menerapkannya.Program
merupakan Role Model yang dapat pendidikan kesehatan hendaknya
dijadikan contoh bagi orang awam tidak hanya ditekankan pada aspek
dalam memahami masalah kesehatan, penyakit dan perawatannya namun
apabila petugas kesehatan belum juga aspek edimeiologi dari penyakit
menggunakan masker maka tersebut serta upaya pencegahannya
pengunjung (keluarga) sebagai orang (Septiari, 2012) peneliti berasumsi
awam juga akan enggan untuk bahwa tingkat pengetahuan yang baik
menggunakan masker karena dari responden belum tentu
menganggap petugas kesehatan yang menjadikan responden memiliki

46
Novita, Yuliatusti, Narsih : Tingkat pengetahuan tentang TB paru mempengaruhi penggunaan masker. 59
perilaku penggunaan masker dengan Berman, A., et al. (2009). Buku Ajar
benar.Responden yang memiliki Praktik Keperawatan Klinis,
tingkat pengetahuan yang baik Edisi 5.Jakarta : EGC.
tentang TB Paru menggunakan Corwin, E. (2009). Buku Saku
masker yang kurang benar seperti Patofisiologi. Jakarta : EGC.
memakai masker dibongkar pasang Darmadi.(2008). Infeksi Nosokomial,
dan tidak menutup hidung dan Problematika dan
mulut.Pemberian pendidikan Pengendaliannya.Jakarta :
kesehatan nantinya tidak hanya Salemba Medika.
tentang TB Paru dan perawatannya Dewi, M. dan Wawan, A.
namun juga tentang pencegahan (2011).Teori Dan Pengukuran
infeksi kuman TB yaitu dengan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
menggunakan maskerdengan baik Manusia. Yogyakarta : Nuha
dan benar. Medika.
Dinas kesehatan provinsi jawa timur.
SIMPULAN (2009). Tabel TB Paru Sembuh
Berdasarkan hasil penelitian dan Peneumonia Balita Ditangani
yang telah oleh peneliti di Ruang di Provinsi Jawa Timur 2009;
Paru Rumkital Dr. Ramelan Surabaya 10.Jurnal Tabel Profil Kesehatan
pada tanggal 11 Juni – 20 Juni 2013 Jawa Timur 2009.
dapat ditarik beberapa simpulan Dinas kesehatan provinsi jawa timur.
sebagai berikut : (2010). Tabel TB Paru Sembuh
1. Tingkat pengetahuan dari dan Peneumonia Balita Ditangani
pengunjung (keluarga) yang di Provinsi Jawa Timur 2010;
menjaga pasien TB Paru di Ruang 7.JurnalTabel Profil Kesehatan
Paru Rumkital Dr. Ramelan Jawa Timur 2010.
Surabaya rata – rata kurang. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
2. Pengunjung (keluarga) yang Timur. (2011). Tabel Jumlah
menjaga pasien TB Paru di Ruang Kasus Baru TB Paru dan
Paru Rumkital Dr. Ramelan Kematian Akibat TB Paru
Surabaya sebagian besar tidak Menurut Jenis Kelamin dan
memakai masker. Kabupaten / Kota Provinsi Jawa
3. Terdapat hubungan antara tingkat Timur 2011; 10.Jurnal Tabel
pengetahuan tentang TB Paru Profil Kesehatan Jawa Timur
dengan penggunaan masker di 2011.
Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Surabaya. Timur. (2012). Program P2 TB
september 2012; 16. Program
DAFTAR RUJUKAN Pengendalian Penyakit Menular
Ameen, G, (2013). Perbedaan Cara di Jawa Timur.
Kerja Otak Pria dan Efendi, F. dan Makhfudli.(2009).
Wanita.http://www.medis.web.id Keperawatan Kesehatan
, ¶ 3, diunduh tanggal 25 Juni Komunitas, Teori dan Praktik
2013 jam 23.35 WIB. dalam Keperawatan.Jakarta :
Arikunto, S. (2010).Prosedur Salemba Medika.
penelitian suatu pendekatan Francis, C. (2011). Perawatan
praktik, edisi revisi 2010.Jakarta Respirasi. Jakarta : EGC.
: Rineka Cipta.

46
Friedman, M.,Kesehatan,
60. Jurnal Ilmiah Bowden,VolR.7, dan Jones,
No 12, Pebruari 2014., __________.
hal 46-61 (2010). Promosi
E. (2010).Buku Ajar Kesehatan Teori &
Keperawatan Keluarga, Riset, Aplikasi.Jakarta : Rineka Cipta.
Teori & Praktik, Edisi 5.Jakarta : __________. (2011). Kesehatan
EGC. Masyarakat Ilmu dan
Kementerian Kesehatan Republik Seni.Jakarta : Rineka Cipta.
Indonesia Direktorat Jenderal __________. (2012). Promosi
Pengendalian Penyakit Dan Kesehatan dan Perilaku
Penyehatan Lingkungan. (2011). Kesehatan edisi revisi
Stop TB, Terobosan Menuju 2012.Jakarta : Rineka Cipta.
Akses Universal Maret 2011; 14. Nursalam.(2003). Pendidikan dalam
Jurnal Strategi nasional Keperawatan.Jakarta : Salemba
pengendalian TB di indonesia Medika.
2010 – 2014. Price, S. dan Wilson, L.
Kozier., et al. (2010). Buku Ajar (2006).Patofisiologi, Konsep
Fundamental Keperawatan, Klinis Proses – Proses Penyakit
Konsep, Proses, & Praktik, Edisi Edisi 6 Volume 2.Jakarta : EGC.
7, Volume 2. Jakarta : EGC. Potter & Perry.(2005). Buku Ajar
Kumar, V., Ramzi, C. dan Stanley, R. Fundamental Keperawatan,
(2007).Buku Ajar Konsep, Proses dan Praktik,
Patologi.Jakarta : EGC. Edisi 4, Volume 1.Jakarta : EGC.
Mandal, B., et al. (2008).Penyakit Santrock, J W. (2002). Life Span
Infeksi, Edisi Keenam. Jakarta : Development, Perkembangan
Erlangga. Masa Hidup. Jakarta : Erlangga.
Mansjoer., et al. (editor). (2009). Septiari, B. (2012). Medical Book
Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Infeksi Nosokomial.Yogyakarta :
3, Jilid 1.Jakarta : Media Nuha Medika.
Aesculapius. Sinta, F. (2012).Promosi Kesehatan.
Martin, U. dan hasibuan, P. Yogyakarta : Graha Ilmu.
(2010).Prevalens TB Laten Pada Smeltzer, S. dan Bare, B.
Petugas Kesehatan di RSUP H. (2002).Buku Ajar Keperawatan
Adam Malik Medan April 2010; Medikal Bedah Brunner &
Vol 30, No. 2; 112.Jurnal Respir Suddarth, Edisi 8, Volume 1.
Indo. Jakarta : EGC.
Mubarak, W., et al. (2006).Buku Ajar Sudoyo, A., et al. (2005). Ilmu
Ilmu Keperawatan Komunitas Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi
2.Jakarta : Sagung Seto. IV. Jakarta : EGC.
McGoven, P., Vesley, D., Kochevar. Suwarsono, D., Nurhayati. dan
(2000). Factors Affecting Sayono. (2003). Hubungan Lama
Universal Precautions Kerja, Bagian Kerja dan
Compliance Januari, 15, 2000, Pemakaian Masker Dengan
No.200; 149.Journal of Suspek dan Infeksi
Bussiness and Psychology. Mycobacterium Tuberculosa
Notoatmodjo, S. (2003).Pendidikan 2003; Vol No. 1; 47.Jurnal
dan perilaku kesehatan.Jakarta : Unimus.
Rineka Cipta. Syamsuhidajat.dan De Jong. (2007).
Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta :
EGC.

46
Novita, Yuliatusti, Narsih : Tingkat pengetahuan tentang TB paru mempengaruhi penggunaan masker. 61
Widoyono.(2012). Penyakit Tropis
Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan, dan
Pemberantasannya, Edisi
Kedua.Jakarta : Erlangga.
Wijayakusuma, H. (2003). Proteksi
Dini Terhadap SARS (Severe
Acute Respiratory Syndrome).
Jakarta : Pustaka Populer Obor.

46

Anda mungkin juga menyukai