46
Novita, Yuliatusti, Narsih : Tingkat pengetahuan tentang TB paru mempengaruhi penggunaan masker. 47
PENDAHULUAN
Data dari Dinkesprov Jatim tidak menggunakan masker bahkan
tahun 2009 sampai Juni 2012 terdapat anak kecil yang berada di
menunjukkan terjadinya peningkatan ruangan pasien TB tidak
jumlah penderita Tuberculosis Paru menggunakan masker saat berada di
setiap tahunnya di Surabaya, hal ini dekat pasien. Penyebabnya adalah
memerlukan adanya suatu tindakan kurangnya pengetahuan mereka
terutama tindakan pencegahan untuk tentang penyakit TB Paru dan
mengurangi jumlah kasus TB di penularannya.Sejauh ini tingkat
masyarakat salah satunya adalah pengetahuan tentang TB Paru dengan
melalui tindakan pencegahan penggunaan masker sebagai suatu
penularan kuman TB Paru dengan bentuk pecegahan terhadap
menggunakan masker ketika penularan infeksi TB Paru di Ruang
berkontak dengan penderita TB Paru Paru Rumkital Dr. Ramelan
aktif. Penyakit tuberkulosis (TB Surabaya belum dapat dijelaskan.
Paru) merupakan penyakit infeksi WHO memprediksi bahwa
menular yang disebabkan oleh terdapat 10, 2 juta kasus baru TB di
Mycobacterium Tuberculosis (Price seluruh dunia (Mandal, 2008:
& Wilson, 2006 : 852). Penularan 220).Diperkirakan setiap tahun
Nosokomial M. Tuberkulosis terdapat 429.720 kasus TB baru
mungkin dapat terjadi diantara pasien dengan kematian sekitar 66.000
TB dengan pengunjung dan perawat orang di Indonesia (Dinkesprov
yang berkontak erat selama masa Jatim, 2010). Jumlah Case Detection
perawatan.Tindakan kewaspadaan Rate TB paru di Jawa Timur per Juni
universal digunakan kepada semua 2012 sebesar 32,26 %, dengan
pasien untuk mencegah penularan jumlah kasus TB sebanyak 43.950
patogen salah satunya melalui udara penduduk (Dinkesprov Jatim, 2012).
seperti Tuberkulosis (Berman et al, Data dari dinas kesehatan Kota
2009: 395). Anjuran penggunaan Surabaya Jumlah penderita TB di
masker ketika berada dalam jarak 3 Jawa Timur dari beberapa tahun
kaki dari pasien penderita TB terakhir yakni tahun (2009) sebanyak
merupakan tindakan kewaspadaaan 1.216, tahun (2010) sebanyak 3.957,
universal yang perlu dilakukan oleh tahun (2011) sebanyak 4812 dan
siapapun yang memiliki kontak erat pada tahun (2012) sebnayak 4.493
dengan pasien TB (Kozier, et al, Warga yang bermukim di Surabaya
2010 : 33). Bloom (1908, dalam terkena penyakit infeksi
Sinta, 2012: 129) menyebutkan Tuberkulosis (Dinkesprov Jatim).
bahwa pengetahuan atau kognitif Hasil studi melaporkan
merupakan domain yang sangat Kemungkinan setiap kontak untuk
penting dalam membentuk perilaku tertular TB paru adalah 17% dan
seseorang (over behaviour). kontak terdekat (misalnya keluarga
Berdasarkan pengalaman serumah) akan dua kali lebih
klinik dari peneliti ketika berada di beresiko dibandingkan kontak biasa
Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan (tidak serumah) (Widoyono, 2011:
Surabaya, peneliti menemukan 16). Hasil penelitian sebelumnya
bahwa beberapa orang yang menjaga yang dilakukan oleh Suwarsono,
pasien TB di ruangan sebagian besar Nurhayati, dan Sayono (2003),
46
48. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 12, Pebruari 2014., hal 46-61
46
Novita, Yuliatusti, Narsih : Tingkat pengetahuan tentang TB paru mempengaruhi penggunaan masker. 49
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Jenis Kelamin F %
desain analitik korelasional dengan Laki – laki10 35,7
Perempuan 18 64,3
pendekatan cross sectional. Penelitian
ini dilakukan pada tanggal 11 – 20 Jumlah 28 100
Juni 2013 di Ruang Paru Rumkital Berdasarkan tabel 5.1
Dr. Ramelan Surabaya.Populasi didapatkan hasil dari 28 responden di
dalam penelitian ini adalah orang Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan
yang menjaga (keluarga) pasien TB Surabaya adalah perempuan sebanyak
yang dirawat di Ruang Paru Rumkital 18 responden (64,3%) dan laki – laki
Dr. Ramelan Surabaya dengan jumlah sebanyak 10 responden (35,7%).
rata – rata perbulan mencapai 30 2. Karakteristik Responden
orang.Sampel dalam penelitian ini Berdasarkan Usia
adalah sebagian dari orang yang Tabel 5.2 Karakteristik Responden
menjaga (keluarga) pasien yang di Berdasarkan Usia Pengunjung (Keluarga)
rawat di Ruang Paru Rumkital Dr. yang Menjaga Pasien TB Paru di Ruang Paru
Ramelan Surabaya yang memenuhi Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Pada
Tanggal 11 – 20 Juni 2013
kriteria sebanyak 28 orang dengan
menggunakan purposive sampling.
Setelah perijinan dan informed Usia F %
consentkemudian membagikan 15 – 244 14,3
kuesioner yang berisi tentang tingkat 25 – 60 23 82,1
> 60 1 3,6
pengetahuan TB Paru dan masker Jumlah28 100
yang akan diisi oleh responden yaitu
pengunjung (keluarga) yang menjaga Berdasarkan tabel 5.2
pasien TB di Ruang Paru Rumkital didapatkan hasil dari 28 responden di
Dr. Ramelan Surabaya. Peneliti Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan
melakukan observasi penggunaan Surabaya adalah usia 25 – 60 tahun
masker kepada responden pada hari sebanyak 23 responden (82,1%), usia
yang sama ketika responden mengisi 15 – 24 tahun sebanyak 4 responden
kuesioner dan dilakukan pengawasan (14,3%) dan usia >60 tahunn
selama satu hari. Hasil penelitian sebanyak 1 responden (3,6%).
dianalisis secara deskriptif diuji 3. Karakteristik Responden
menggunakan Spearman’s Rho Berdasarkan Pendidikan
Corellation dengan tingkat Terakhir
Tabel 5.3 Karakteristik Responden
kemaknaan ρ≤ 0,05. Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pengunjung (Keluarga) yang Menjaga Pasien
HASIL PENELITIAN TB Paru di Ruang Paru Rumkital dr.
1. Karakteristik responden Ramelan Surabaya Pada Tanggal 11 – 20
Juni 2013
berdasarkan jenis kelamin
PendidikanterakhirF %
Tabel 5.1 Karakteristik Responden SMP/sederajat 10 35,7
Berdasarkan Jenis Kelamin Pengunjung SMA/sederajat 13 46,4
(Keluarga) yang Menjaga Pasien TB Paru di Akademik/PT 5 17,9
Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
Pada Tanggal 11 – 20 Juni 2013 Jumlah 28 100
46
50. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 12, Pebruari 2014., hal 46-61
46
Novita, Yuliatusti, Narsih : Tingkat pengetahuan tentang TB paru mempengaruhi penggunaan masker. 51
Berdasarkan tabel 5.7 Berdasarkan tabel 5.9
didapatkan hasil dari 28 responden di didapatkan hasil dari 28 responden di
Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya adalah serumah dengan Surabaya adalah pernah mendapat
pasien sebanyak 22 responden informasi tentang TB Paru sebanyak
(78,6%) dan tidak serumah dengan 12 responden (42,9%) dan belum
pasien sebanyak 6 responden pernah mendapat informasi tentang
(21,4%). TB Paru sebanyak 16 responden
(57,1%).
8. Karakteristik Responden Tabel 5.10 Karakteristik Responden
Berdasarkan Frekuensi Berdasarkan Sumber Informasi Tentang TB
Mengunjungi Atau Menjaga Paru Pada Pengunjung (Keluarga) yang
Pasien Menjaga Pasien TB Paru di Ruang Paru
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Pada
Tabel 5.8 Karakteristik Responden
Tanggal 11 – 20 Juni 2013
Berdasarkan Frekuensi mengunjungi atau
menjaga pasien Oleh Pengunjung (Keluarga) Sumber Informasi F %
yang Menjaga Pasien TB Paru di Ruang Paru Tidak Ada 16 57,1
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Pada Media Cetak 3 10,7
Tanggal 11– 20 Juni 2013 Media Elektronik 2 7,1
Kader/petugas kes.7 25,0
Frek MenjagaPasien F %
Jumlah 28 100
Sering/setiaphari24 85,7
Jarang 2 7,1
Baru kali ini 2 7,1 Sumber informasi berdasarkan
Jumlah 28 100 tabel 5.10 didapatkan hasil dari 28
Berdasarkan tabel 5.8 responden sebanyak 3 responden
didapatkan hasil dari di Ruang Paru (10,7%) mendapat informasi tentang
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya TB Paru dari media cetak, 2
adalah sering atau setiap hari responden (7,1%) mendapat
sebanyak 24 responden (85,7%), informasi dari media elektronik dan 7
jarang sebanyak 2 responden (7,1%), responden (25,0%) mendapat
dan baru kali ini sebanyak 2 informasi dari kader atau petugas
responden (7,1%). kesehatan.
9. Karakteristik Responden
Berdasarkan Informasi Tentang 10. Tingkat Pengetahuan Tentang
TB Paru TB Paru
Tabel 5.11 Frekuensi Tingkat
Tabel 5.9 Karakteristik Responden
Pengetahuan Pengunjung (Keluarga) yang
Berdasarkan Informasi Tentang TB Paru
Menjaga Pasien TB Paru Tentang TB Paru di
Pada Pengunjung (Keluarga) yang Menjaga
Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
Pasien TB Paru di Ruang Paru Rumkital Dr.
Pada Tanggal 11 – 20 Juni 2013
Ramelan Surabaya Pada Tanggal 11 – 20
Tingkat Pengetahuan F %
Juni 2013
InformasiTB Paru F % Baik 4 14,3
Cukup 10 35,7 Kurang
Pernah 12 42,9 14 50,0
Belum Pernah 16 57,1 Jumlah 28 100
Jumlah 28 100 Berdasarkan tabel 5.11
didapatkan hasil dari 28 responden
yang memiliki tingkat pengetahuan
46
52. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 12, Pebruari 2014., hal 46-61
memiliki tingkat pengetahuan kurang menunjukkan penggunaan masker
sebanyak 14 responden (50%), yang dan benar adalah sebanyak 2
memiliki tingkat pengetahuan cukup responden (50%), sebanyak 2
sebanyak 10 responden (35,7%), dan responden (50%) menunjukkan
yang memiliki pengetahuan baik penggunaan masker namun kurang
sebanyak 4 responden (14,3%). benar. Berdasarkan 10 Responden
11. Penggunaan Masker yang memiliki pengetahuan cukup
pengunjung (keluarga) sebanyak 7 responden (70%)
Tabel 5.12 Frekuensi Penggunaan menunjukkan penggunaan masker
Masker Pengunjung (Keluarga) yang namun kurang benar, sebanyak 3
Menjaga Pasien TB Paru di Ruang Paru
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Pada
responden (30%) tidak menggunakan
Tanggal 11 – 20 Juni 2013 masker dan tidak ada responden
Penggunaan maskerF % dengan pengetahuan cukup yang
menggunakan masker dengan benar.
Memakai masker benar2 7,1 Berdasarkan 14 responden yang
Memakai kurang benar10 35,7
Tdk memakai masker 16 57,1 memiliki pengetahuan kurang
Jumlah 28 100
sebanyak 13 (92,9%) responden tidak
menggunakan masker, 1 responden
Berdasarkan tabel 5.12 dari 28 (7,1%) menunjukkan penggunaan
responden didapatkan hasil 16 masker namun kurang benar dan
responden (57,1%) tidak memakai tidak ada responden dengan
masker, 10 responden (35,7%) pengetahuan kurang yang
memakai masker tapi kurang benar menggunakan masker dan benar.Hasil
dan 2 responden (7,1%) memakai uji statistik dengan menggunakan uji
masker dan benar. Spearman’s Rho Correlations ρ =
12. Hubungan Tingkat Pengetahuan 0,000. Hal tersebut menunjukkan
Tentang TB Paru dengan bahwa ρ ≤ 0,05 berarti terdapat
Penggunaan Masker hubungan antara tingkat pengetahuan
Tabel 5.13 Tabulasi Silang Tingkat tentang TB Paru dengan penggunaan
Pengetahuan Tentang TB Paru dan masker di Ruang Paru Rumkital Dr.
Penggunaan Masker Pada Pengunjung
Ramelan Surabaya. Nilai correlation
(Keluarga) Yang Menjaga Pasien TB Paru di
Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan Surabaya coefficient yang didapatkan nilai r =
Pada Tanggal 11 – 20 Juni 2013 0,775, itu berarti terdapat hubungan
Penggunaan masker yang kuat antara tingkat pengetahuan
Memakai kurang Tidak Jumlah
Pengetahuan
benar benar memakai
tentang TB Paru dengan penggunaan
F % F % F % F % masker di Ruang Paru Rumkital Dr.
Baik 2 50,0 2 50,0 0 0,0 4 100,0 Ramelan Surabaya.
Cukup 0 0,0 7 70,0 3 30,0 10 100,0
Kurang 0 0,0 1 7,1 13 92,9 14 100,0 PEMBAHASAN
Spearman’s Rho Correlation ρ = 0,000 r = 0,775 1. Tingkat Pengetahuan tentang
TB Paru
Tabel 5.13 menyajikan Tabel 5.11 menunjukkan dari
hubungan antara tingkat pengetahuan 28 responden yang memiliki tingkat
tentang TB Paru dengan penggunaan pengetahuan kurang tentang TB Paru
masker di Ruang Paru Rumkital Dr. sebanyak 14 responden (50%),
Ramelan Surabaya pada 28 sebanyak 10 responden memiliki
responden. Berdasarkan 4 responden pengetahuan cukup dan 4 responden
yang memiliki pengetahuan yang baik (14,3%) memiliki pengetahuan baik
46
Novita, Yuliatusti, Narsih : Tingkat pengetahuan tentang TB paru mempengaruhi penggunaan masker. 53
46
interaksi tersebut misalnya informasi
yang dapat menambah pengetahuan 2. Penggunaan Masker
seseorang. Dari 14 responden yang Tabel 5.12 menunjukkan dari
memiliki tingkat pengetahuan yang 28 responden tidak mengguanakan
kurang sebanyak 11 responden masker sebanyak 16 responden
(78,6%) adalah belum pernah (57,1%), mengunakan masker namun
mendapat informasi tentang TB Paru. kurang benar sebanyak 10 responden
Ilmu pengetahuan dan teknologi (35,7%) dan menggunakan masker
membutuhkan informasi, tetapi benar sebanyak 2 responden
sekaligus juga menimbulkan (7,1%),Hal tersebut dibuktikan 16
informasi. Dengan adanya beragam responden yang Tidak menggunakan
informasi tentang berbagai cara masker sebanyak 11 responden
dalam mencapai pemeliharaan (68,8%) berjenis kelamin perempuan
kesehatan, cara menghindari dan 5 responden (31,2%) berjenis
penyakit, maka akan meningkatkan kelamin laki – laki. Ameen (2013)
pengetahuan masyarakat tentang hal dalam bukunya unleash the power of
tersebut (Dewi & Wawan, 2011 : 18). female brain menyebutkan bahwa
Sumber informasi yang didapatkan orang dengan jenis kelamin laki – laki
oleh respondenberasal dari kader atau memiliki ukuran lobus parietalis lebih
petugas kesehatan sebanyak 7 besar dari perempuan. Lobus
responden (58,3%), media elektronik parietalis berhubungan dengan dunia
sebanyak 4 responden (33,3%) dan fisik yang merupakan kontrol impuls
media cetak sebanyak 2 responden terhadap tindakan seseorang,
(14,3%). Peneliti berasumsi bahwa sehingga seseorang dengan jenis
semakin banyak seseorang terpapar kelamin laki – laki cenderung
oleh informasi tentang TB Paru, bertindak dahulu beru kemudian
pengetahuan tentang penyakit atau memikirkannya sedangkan
kesehatan juga akan meningkat. perempuan cenderung berfikir lama
Pemberian informasi tentang sebelum bertindak, bila dihubungkan
penyebab penyakit, gejala dan tanda dengan teori Menurut Rogers (1947,
penyakit, bagaimana cara penularan dalam Notoatmodjo, 2003) tentang
dan pencegahannya akan membentuk teori adaptasi perilaku laki – laki
suatu pengetahuan baru yang lebih cepat melewati tahap awerness,
merupakan indikator dari interest, evaluation, trial, dan
pengetahuan kesehatan (health adoption dibandingkan dengan
knowledge), selain itu peneliti juga perempuan yang lebih lama sehingga
berasumsi berdasarkan observasi perempuan lebih lama mengadopsi
gambaran umum tempat penelitian suatu perilaku baru, namun hasil jenis
bahwa masih kurangnya informasi kelamintersebut masih belum
tentang TB Paru dan manfaat dikatakan signifikan berpengaruh
penggunaan masker di ruang paru terhadap penggunaan masker pada
terlihat dari tidak adanya poster responden karena jumlah sampel
tentang TB Paru dan manfaat dalam penelitian memang lebih
penggunaan masker bagi kesehatan banyak berjenis kelamin perempuan
hal ini terbukti dari hasil tingkat atau tidak homogen dalam jumlah.
pengetahuan responden yang Data yang diperoleh peneliti
sebagian besar tingkat pengetahuan dari 16 responden yang tidak
tentang TB Paru adalah kurang. menggunakan makser sebanyak 14
46
Novita, Yuliatusti, Narsih : Tingkat pengetahuan tentang TB paru mempengaruhi penggunaan masker. 55
responden (87,5%) berusia 25 – 60 yang tidak memakai masker sebanyak
tahun (dewasa). Smeltzer & Bare 7 responden (43,8%) adalah tidak
menyebutkan beberapa faktor berpenghasilan. WHO menganalisis
demografi yang mempengaruhi bahwa yang menyebabkan seseorang
kepatuhan seseorang dalam perilaku itu berperilaku tertentu adalah karena
kesehatan antara lain : usia, jenis beberapa alasan salah satunya adalah
kelamin, status sosial ekonomi, dan karena alasan sumber daya, sumber
tingkat pendidikan. Peneliti daya bisa berarti ekonomi atau uang
berasumsi bahwa pada usia dewasa (Notoatmodjo, 2012 : 198). Peneliti
terutama dewasa tengah (paruh baya) berasumsi seseorang yang yang
sesorang akan mengalami penurunan berpenghasilan tinggi akan
untuk tingkat pengetahuan mereka berdampak pada kemampuan daya
dikarenakan penurunan fungsi beli masker sebagai bentuk perilaku
memori otak yang perlahan kesehatan, namun seseorang yang
mengalami penurunan sehingga tidak memiliki penghasilan
indikator untuk mewujudkan suatu kemampuan terhadap daya beli
perilaku kesehatan seperti memakai masker tidak ada.
masker ketika berada di Ruang Paru Responden yang tidak
sebagai upaya pencegahan terhadap menggunakan masker dari 16
penularan infeksi kuman TB kurang. responden sebanyak 5 responden
Data yang diperoleh peneliti (31,3%) memiliki hubungan suami/
dari 16 responden yang tidak istri dengan pasien. Karr (dalam
menggunakan masker sebanyak 9 Notoatmodjo, 2010) menyatakan
responden (56,3%) memiliki Adanya otonomi atau kebebasan
pendidikan terakhir SMP. Pendidikan pribadiuntuk mengambil keputusan
merupakan upaya persuasi atau dalam melakukan tindakan
pembelajaran kepada seseorang agar merupakan salah satu determinan
mau melakukan tindakan – tindakan terhadap perilaku kesehatan.peneliti
(praktik) sebagai suatu bentuk berasumsi bahwa budaya masyarakat
perilaku untuk memelihara, indonesia mengenai kebebasan dalam
mengatasi masalah dan meningkatkan bertindak harus disertai persetujuan
kesehatannya (Notoatmodjo, 2010). dari suami atau kepala keluarga
Bloom (1908, dalam Notoatmodjo, terutama pada masyarakat pedesaan,
2010) menyabutkan bahwa indikator peneliti melihat bahwa responden
untuk mengukur perilaku kesehatan yang berstatus sebagai istri pasien
mengacu pada 3 doamin antara lain memiliki rasa hormat terhadap suami
pengetahuan terhadap kesehatan, sehingga memiliki rasa “sungkan”
sikap terhadap kesehatan dan praktik untuk memakai masker ketika
kesehatan. Peneliti berasumsi menjaga suaminya yang sedang sakit.
seseorang dengan pendidikan tinggi Sehingga responden dengan
akan mampu memahami tentang hubungan sebagai istri pasien TB
penyakit dan cara pemeliharaan banyak yang tidak memakai masker.
kesehatan terhadap penyakit sehingga Responden yang tidak
penilaian terhadap perilaku kesehatan menggunakan masker sebagian besar
akan mudah dilakukan. tinggal serumah dengan pasien, dan
Responden yang tidak frekuensi berkunjung atau menjaga
menggunakan masker adalah tidak pasien sebagian besar sering atau
berpenghasilan, dari 16 responden setiap hari. dari 16 responden yang
46
56. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 12, Pebruari 2014., hal 46-61
46
Novita, Yuliatusti, Narsih : Tingkat pengetahuan tentang TB paru mempengaruhi penggunaan masker. 57
46
58. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 12, Pebruari 2014., hal 46-61
46
Novita, Yuliatusti, Narsih : Tingkat pengetahuan tentang TB paru mempengaruhi penggunaan masker. 59
perilaku penggunaan masker dengan Berman, A., et al. (2009). Buku Ajar
benar.Responden yang memiliki Praktik Keperawatan Klinis,
tingkat pengetahuan yang baik Edisi 5.Jakarta : EGC.
tentang TB Paru menggunakan Corwin, E. (2009). Buku Saku
masker yang kurang benar seperti Patofisiologi. Jakarta : EGC.
memakai masker dibongkar pasang Darmadi.(2008). Infeksi Nosokomial,
dan tidak menutup hidung dan Problematika dan
mulut.Pemberian pendidikan Pengendaliannya.Jakarta :
kesehatan nantinya tidak hanya Salemba Medika.
tentang TB Paru dan perawatannya Dewi, M. dan Wawan, A.
namun juga tentang pencegahan (2011).Teori Dan Pengukuran
infeksi kuman TB yaitu dengan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
menggunakan maskerdengan baik Manusia. Yogyakarta : Nuha
dan benar. Medika.
Dinas kesehatan provinsi jawa timur.
SIMPULAN (2009). Tabel TB Paru Sembuh
Berdasarkan hasil penelitian dan Peneumonia Balita Ditangani
yang telah oleh peneliti di Ruang di Provinsi Jawa Timur 2009;
Paru Rumkital Dr. Ramelan Surabaya 10.Jurnal Tabel Profil Kesehatan
pada tanggal 11 Juni – 20 Juni 2013 Jawa Timur 2009.
dapat ditarik beberapa simpulan Dinas kesehatan provinsi jawa timur.
sebagai berikut : (2010). Tabel TB Paru Sembuh
1. Tingkat pengetahuan dari dan Peneumonia Balita Ditangani
pengunjung (keluarga) yang di Provinsi Jawa Timur 2010;
menjaga pasien TB Paru di Ruang 7.JurnalTabel Profil Kesehatan
Paru Rumkital Dr. Ramelan Jawa Timur 2010.
Surabaya rata – rata kurang. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
2. Pengunjung (keluarga) yang Timur. (2011). Tabel Jumlah
menjaga pasien TB Paru di Ruang Kasus Baru TB Paru dan
Paru Rumkital Dr. Ramelan Kematian Akibat TB Paru
Surabaya sebagian besar tidak Menurut Jenis Kelamin dan
memakai masker. Kabupaten / Kota Provinsi Jawa
3. Terdapat hubungan antara tingkat Timur 2011; 10.Jurnal Tabel
pengetahuan tentang TB Paru Profil Kesehatan Jawa Timur
dengan penggunaan masker di 2011.
Ruang Paru Rumkital Dr. Ramelan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Surabaya. Timur. (2012). Program P2 TB
september 2012; 16. Program
DAFTAR RUJUKAN Pengendalian Penyakit Menular
Ameen, G, (2013). Perbedaan Cara di Jawa Timur.
Kerja Otak Pria dan Efendi, F. dan Makhfudli.(2009).
Wanita.http://www.medis.web.id Keperawatan Kesehatan
, ¶ 3, diunduh tanggal 25 Juni Komunitas, Teori dan Praktik
2013 jam 23.35 WIB. dalam Keperawatan.Jakarta :
Arikunto, S. (2010).Prosedur Salemba Medika.
penelitian suatu pendekatan Francis, C. (2011). Perawatan
praktik, edisi revisi 2010.Jakarta Respirasi. Jakarta : EGC.
: Rineka Cipta.
46
Friedman, M.,Kesehatan,
60. Jurnal Ilmiah Bowden,VolR.7, dan Jones,
No 12, Pebruari 2014., __________.
hal 46-61 (2010). Promosi
E. (2010).Buku Ajar Kesehatan Teori &
Keperawatan Keluarga, Riset, Aplikasi.Jakarta : Rineka Cipta.
Teori & Praktik, Edisi 5.Jakarta : __________. (2011). Kesehatan
EGC. Masyarakat Ilmu dan
Kementerian Kesehatan Republik Seni.Jakarta : Rineka Cipta.
Indonesia Direktorat Jenderal __________. (2012). Promosi
Pengendalian Penyakit Dan Kesehatan dan Perilaku
Penyehatan Lingkungan. (2011). Kesehatan edisi revisi
Stop TB, Terobosan Menuju 2012.Jakarta : Rineka Cipta.
Akses Universal Maret 2011; 14. Nursalam.(2003). Pendidikan dalam
Jurnal Strategi nasional Keperawatan.Jakarta : Salemba
pengendalian TB di indonesia Medika.
2010 – 2014. Price, S. dan Wilson, L.
Kozier., et al. (2010). Buku Ajar (2006).Patofisiologi, Konsep
Fundamental Keperawatan, Klinis Proses – Proses Penyakit
Konsep, Proses, & Praktik, Edisi Edisi 6 Volume 2.Jakarta : EGC.
7, Volume 2. Jakarta : EGC. Potter & Perry.(2005). Buku Ajar
Kumar, V., Ramzi, C. dan Stanley, R. Fundamental Keperawatan,
(2007).Buku Ajar Konsep, Proses dan Praktik,
Patologi.Jakarta : EGC. Edisi 4, Volume 1.Jakarta : EGC.
Mandal, B., et al. (2008).Penyakit Santrock, J W. (2002). Life Span
Infeksi, Edisi Keenam. Jakarta : Development, Perkembangan
Erlangga. Masa Hidup. Jakarta : Erlangga.
Mansjoer., et al. (editor). (2009). Septiari, B. (2012). Medical Book
Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Infeksi Nosokomial.Yogyakarta :
3, Jilid 1.Jakarta : Media Nuha Medika.
Aesculapius. Sinta, F. (2012).Promosi Kesehatan.
Martin, U. dan hasibuan, P. Yogyakarta : Graha Ilmu.
(2010).Prevalens TB Laten Pada Smeltzer, S. dan Bare, B.
Petugas Kesehatan di RSUP H. (2002).Buku Ajar Keperawatan
Adam Malik Medan April 2010; Medikal Bedah Brunner &
Vol 30, No. 2; 112.Jurnal Respir Suddarth, Edisi 8, Volume 1.
Indo. Jakarta : EGC.
Mubarak, W., et al. (2006).Buku Ajar Sudoyo, A., et al. (2005). Ilmu
Ilmu Keperawatan Komunitas Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi
2.Jakarta : Sagung Seto. IV. Jakarta : EGC.
McGoven, P., Vesley, D., Kochevar. Suwarsono, D., Nurhayati. dan
(2000). Factors Affecting Sayono. (2003). Hubungan Lama
Universal Precautions Kerja, Bagian Kerja dan
Compliance Januari, 15, 2000, Pemakaian Masker Dengan
No.200; 149.Journal of Suspek dan Infeksi
Bussiness and Psychology. Mycobacterium Tuberculosa
Notoatmodjo, S. (2003).Pendidikan 2003; Vol No. 1; 47.Jurnal
dan perilaku kesehatan.Jakarta : Unimus.
Rineka Cipta. Syamsuhidajat.dan De Jong. (2007).
Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta :
EGC.
46
Novita, Yuliatusti, Narsih : Tingkat pengetahuan tentang TB paru mempengaruhi penggunaan masker. 61
Widoyono.(2012). Penyakit Tropis
Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan, dan
Pemberantasannya, Edisi
Kedua.Jakarta : Erlangga.
Wijayakusuma, H. (2003). Proteksi
Dini Terhadap SARS (Severe
Acute Respiratory Syndrome).
Jakarta : Pustaka Populer Obor.
46