Negara Paripurna - Kelompok 10
Negara Paripurna - Kelompok 10
NEGARA PARIPURNA
DOSEN PEMBIMBING:
DISUSUN:
ILMU POLITIK
2021/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Negara Paripurna”.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Umum Pendidikan Pancasila. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang makna yang terkandung dalam Negara
Paripurna bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Sugiyarta selaku dosen Mata Kuliah Pendidikan
Pancasila. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….…….
2.1 Fase Pembuahan ………………………….……………………………………….
2.2 Fase Perumusan……………………………………………………………………
2.3 Fase Pengesahan…………………………………………………………………..
2.4 Pancasila sebagai Karya Bersama…………………………………………………
2.5 Historis, Akutualitas, Rasionalitas Pancasila……………………………………..
DAFTAR PUSAKA..…………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu, rumusan Pancasila juga dapat dijadikan sebagai pandangan hidup berbangsa, yang
selalu dikaitkan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila juga dikenal sebagai dasar
negara Indonesia, dasar dari Hukum Tertinggi Indonesia, atau sumber dari segala sumber hukum
Indonesia. Termasuk dalam Pembukaan UUD 1945, teks Proklamasi Indonesia. Pancasila juga
merupakan ideologi terbuka yang unik dan orisinal. Pancasila tersebut tentunya bersifat universal
dan dapat ditemukan dalam pemikiran berbagai masyarakat lain. Dimana Pancasila memiliki
orisinalitasnya yaitu filosofi dan ideologi nasional. Pancasila juga berperan dalam sejarah
ketatanegaraan Republik Indonesia yang bertumpu pada UUD 1945 yang sangat perlu dijiwai oleh
seluruh rakyat Indonesia.
Suatu bangsa yang memahami kedaulatan rakyat tidak dapat memaksakan kehendak pada bangsa
tersebut karena ia adalah sumber kekuatan nasional. Namun, arah pengembangan norma hukum
harus memastikan bahwa rakyat memiliki kemudahan dan kesempatan yang sebesar-besarnya
untuk menunjukkan bahwa mereka berdaulat. Untuk itu, sebagai warga negara yang baik dan
bertanggung jawab, masyarakat perlu mentaati dan mentaati Pancasila. Sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya, Pancasila telah ditetapkan sebagai sumber dari segala sumber hukum dan
dasar negara untuk ditaati. Karena sila Pancasila berpihak kepada seluruh rakyat Indonesia, bukan
hanya satu.
PEMBAHASAN
Perhimpunan Indonesia Belanda (PI) sejak tahun 1924 mulai mengembangkan konsep ideologi
politik. Menurutnya, tujuan kemerdekaan politik harus didasarkan pada empat prinsip persatuan
nasional, solidaritas, non-kerja sama dan kemerdekaan. Konsep idealis PI sebenarnya merupakan
integrasi dari ideologi sebelumnya. Persatuan nasional adalah tema utama Indische Partij, non-
kerjasama adalah dasar politik Komunis, dan kemerdekaan adalah Sarekat Islam. Solidaritas
adalah koneksi yang menghubungkan tiga tema utama.
Hampir pada tahun yang sama, salah satu pejuang terkemuka, Tan Malaka, mulai menulis buku
"Naarde Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia)". Komitmennya terhadap organisasi
komunis internasional tidak melupakan kepekaannya terhadap pertimbangan realitas nasional dan
kesediaannya untuk bekerja sama dengan faktor-faktor revolusioner lainnya. Ia meyakini bahwa
konsep kedaulatan rakyat berakar kuat dalam tradisi masyarakat nusantara. Ia juga menyarankan
kepada komunis internasional bahwa komunis Indonesia harus bekerja sama dengan pan-
Islamisme. Menurutnya, kekuatan Islam Indonesia tidak bisa diabaikan.
Dalam proses pertukaran ide secara horizontal antar ideologi saat ini dan secara vertikal antar
generasi, semua tidak hanya antitesis, tetapi juga integrasi. Hal ini menunjukkan bahwa terlepas
dari konflik ideologi, karakter Indonesia yang inklusif dan tumbuh pada akhirnya mengarah pada
keragaman tradisi pemikiran menuju integrasi. Monumen-monumen hasil perjuangan sejarah yang
ditempatkan dalam laci memori bapak pendiri negara memudahkan mereka dalam menjawab
tantangan pembentukan negara. Dengan membongkar jaringan memori kolektif bolak-balik,
menanamkan kesamaan nasib dan impian kemerdekaan, dan koneksi silsilah dan kesatuan
geopolitik, pendukung politik dapat mengatasi perbedaan identitas mereka. Memahami
kesamaan substansial.
2.2 Fase Perumusan
Pancasila sebagai sebuah karya yang diwariskan secara bersama-sama. Pidato Bung Karno tentang
Pancasila pada 1 Juni 1945 merupakan pilar penting dalam perumusan dasar negara kita. kendati
demikian, Pancasila tidaklah bermula dan berakhir pada saat itu. Proses sejarah konseptualisasi
Pancasila melintasi rangkaian panjang fase `pembuahan', fase 'perumusan', dan fase 'pengesahan'.
Tahap “perumusan” dimulai dengan sidang pertama BPUPK dan mencapai puncak pidato Sukarno
(1 Juni) yang memunculkan istilah Pancasila. Hal itu dibahas dengan pembentukan “Komisi
Sembilan”, yang melengkapi rumusan Pancasila dari pidato Sukarno dalam Piagam Jakarta edisi
(termasuk “Tujuh Kata”). Tahap “ratifikasi” dimulai pada tanggal 18 Agustus 1945, dan UUD
1945 ditetapkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara. Setiap fase konseptualisasi Pancasila
melibatkan keterlibatan berbagai elemen dan golongan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa
individu memainkan peran penting dalam kerjasama ini. Dalam hal ini, Sukarno memainkan peran
yang paling penting. Dalam proses panjang proses konseptualisasi Pancasila, 1 Juni adalah hari
kelahiran Pancasila.
Pada hari ini, rumusan lima prinsip dasar falsafah nasional dan pandangan hidup berbangsa mulai
menemukan bentuk pertamanya, dan istilah Pancasila disebut-sebut dengan namanya. Setelah itu,
nama Pancasila dan pancasila tidak ditambah atau dikurangi kecuali urutan dan bobot isinya
diperbaiki.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
• Fase Pembuahan
Sejak 1924, Perhimpunan Indonesia di Belanda mulai merumuskan konsepsi
ideologi politiknya bahwa tujuan kemerdekaan politik harus dilandaskan pada empat prinsip yaitu
persatuan nasional, solidaritas, non-kooperasi dan kemandirian. Konsepsi ideologis persatuan
indonesia ini
pada kenyataanya merupakan sebuah sintesis dari ideologi-ideologi terdahulu. Persatuan
nasional adalah tema utama dari Indische Partij, non-kooperasi ialah platfrom politik kaum
komunis, dan kemandirian adalah tema dari Sarekat Islam. Sementara Solidaritas ialah
ikatan yang menyatukan ketiga tema utama tersebut.
• Fase Perumusan
Pancasila merupakan warisan dan karya bersama. Soekarno sendiri, dengan rendah
hati, mengakui bahwa ia bukanlah penciptanya, melainkan sekadar penggalinya.
Pidato Bung Karno tentang Pancasila pada 1 Juni 1945 merupakan tonggak penting dalam
perumusan dasar negara kita. Meski demikian, kesejarahan Pancasila tidaklah bermula dan
berakhir pada saat itu. Proses sejarah konseptualisasi Pancasila melintasi rangkaian yang panjang
mencakup fase pembuahan,fase perumusan, dan fase pengesahan.
• Fase Pengesahan
Fase pengesahan dimulai sejak 18 Agustus 1945 bersamaan dengan penetapan UUD 1945
sebagai konstitusi negara. Setiap fase konseptualisasi Pancasila itu melibatkan partisipasi
berbagai unsur dan golongan. Dalam lintasan panjang proses konseptualisasi Pancasila itu,
dapat dikatakan bahwa 1 Juni merupakan hari kelahiran Pancasila.
• Pancasila Sebagai Karya Bersama
Pancasila adalah hasil karya bersama dan milik seluruh elemen pendiri dan bangsa
Indonesia. Penerimaan kita yang seperti ini terhadap pancasila akan lebih menolong jika kita
benar-benar menjadikan pancasila sebagai dasar dalam berkehidupan bangsa indonesia
• Historis, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila
Sejak disahkan secara konstitusional pada 18 Agustus 1945, Pancasila bisa juga disebut
sebagai dasar negara, pandangan hidup, ideologi nasional, dan pemersatu dalam kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan Indonesia. Singkatnya Pancasila adalah dasar statis yang
mempersatukan, dan mengarahkan bangsa dalam mencapai tujuannya. Dalam posisin seperti itu,
Pancasila merupakan sumber jati diri, kepribadian, moralitas, dan haluan keselamatan
bangsa. Soekarno menggambarkan urgensi Pancasila bagi bangsa Indonesia itu secara padat dan
meyakinkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/48302/kelahiran-dan-esensi-pancasila
Sumber :
https://www.scribd.com/embeds/390774748/content?start_page=1&view_mode=scroll&access_
key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf