Menimbang Peran Teknologi Dan Guru Dalam Pembelajaran Di Era COVID-19
Menimbang Peran Teknologi Dan Guru Dalam Pembelajaran Di Era COVID-19
Syaharuddin*
COVID-19 atau Corona Virus Deaseases mulai mewabah di Wuhan China pada
2020 dan masuk ke Indonesia pada Maret 2020. Pada tanggal 11 Maret 2020
WHO menetapkan wabah ini sebagai pandemik global. Hingga saat ini, secara
global korban meninggal telah mencapai 316.860 orang dan di Indonesia telah
prefentif yang telah diambil pemerintah adalah menghimbau agar bekerja dari
rumah, work from home (WFH), termasuk belajar dan beribadah di rumah bahkan
selanjutnya yakni social and fisical distancing. Cara ini tentu memberi dampak
(Disnakertrans) DKI Jakarta mencatat ada 3.611 pekerja atau buruh di Ibukota
yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Selain itu, ada sekitar 21.797
pekerja yang dirumahkan tapi tidak menerima upah (unpaid leave) CNN
terjadi penurunan emisi nitrogen dioksida, yakni emisi gas buang dari
kendaraan bermotor dan asap industri, yang turun secara drastis di langit Eropa.
Para ilmuwan sangat menyakini jika hal itu merupakan dampak penerapan
pelajar, yang temanya seputar ―Rindu Guru‖. Rupanya, belajar di rumah dengan
pembimbing, dan pelatih. Hal ini tampak dari potongan lirik lagu berikut, “wahai
bapak/ibu guru, telah lama kita tak bertemu, aku ingin belajar bersama,
kumerindukanmu. Walau tak belajar di sekolah, namun kau tak merasa lelah
juga mampu membentuk sikap dan perilaku (transfer of values) sebagai tugas
pengetahuan an sich. Setiap hari guru mengirim tugas baik yang ada di buku
paket maupun LKS (Lembar Kerja Siswa). Pada konteks ini maka orang tua
menjadi tumpuan keberhasilan belajar online. Kebetulan pada saat yang sama
orang tua berada di rumah akibat kebijakan WFH. Informasi yang diperoleh
justru tingkat stress orang tua semakin tinggi karena setiap hari harus
orang tua harus mengirim hasil belajar ‗tugas‘ dengan beberapa ketentuan yang
daring. Hasilnya lebih dari 50% (60%-80%) mengatakan bahwa belajar online
COVID-19.
Kelompok kedua berbeda lagi, menyatakan bahwa peran guru –termasuk
teknologi –guru mesin—tidak memiliki rasa, bahasa dan karakter. Tentu ini
merupakan perdebatan yang menarik ketika pada saat yang sama semua orang
bahwa teknologi hanya membantu proses pembelajaran agar lebih menarik dan
efektif sehingga peserta didik tidak bosan. Bukan mengganti peran guru dan
dosen 100%. Berbeda dengan beberapa profesi lain, seperti karyawan bank. Saat
ini, transaksi baik setor maupun tarik serta transfer dapat dilakukan melalui
ATM bahkan dapat dilakukan di rumah bagi mereka yang telah memiliki
aplikasi e-banking.
Models adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar yang menggabungkan,
sistem digital (Driscoll, 2002; Graham, 2005). Melek (literasi) teknologi sudah
(Eggen dan Kauchak, 2012: 27) khususnya di abad 21 ini (Sari, 2014). Model ini
dalam praktiknya bisa dalam berbentuk tatap muka, live e-learning dan tugas
Models yang utuh, namun setidaknya live e-learning melalui berbagai platform
yang tersedi seperti zoom, google meet, google classroom adalah media yang dapat
waktu dalam memulai dan mengkahiri pertemuan kelas daring, disiplin waktu
melalui tugas kelompok dan etika dalam berbicara atau menulis saat live e-
learning berlangsung.
Kemampuan guru menyentuh pada aspek rasa, bahasa dan pembentuk karakter
termasuk dalam proses belajar. Perpaduan kedua hal ini merupakan solusi yang
Referensi: