Anda di halaman 1dari 8

HADIS MAWDHU

• Nurul Akbar: 60700121006


• Rahmahmat Al Faqih: 60700121014
• Wahyu Surya Andika: 60700121024
• Nur Riswana:60700121004
• Atika Rauf: 60700121009
• Ermita Zinal: 60700121012
Pengertian Hadis Mawdhu

Secara bahasa, maudhu berarti menggugurkan, meninggalkan, dan


memalsukan. Sedangkan secara istilah, hadits maudhu adalah sesuatu
yang dinisbahkan kepada Rasulullah SAW dengan cara mengada-ada
dan dusta.
Sejarah dan Perkembangan Hadis Mawdhu

Para ulama berbeda pendapat tentang kapan mulai terjadinya pemalsuan hadis, apakah
telah terjadi pada masa Nabi masih hidup, atau sesudah masa beliau. Di antara pendapat-
pendapat tersebut adalah:

1) Sebagai para ahli berpendapat bahwa pemalsuan hadis sudah terjadi sejak masa
Rasulullah SAW masih hidup. Pendapat ini, di antaranya, dikemukakan oleh Ahmad Amin (w.
1373 H/1954 m). Argumen yang dikemukan oleh Ahmad Amin adalah hadis Nabi Rasulullah
SAW, bahwa barang siapa yang secara sengaja membuat berita bohong dengan mengatas
namakan Nabi, maka hendaklah orang itu bersiap-siap menepati tempat duduknya di neraka.
2) Shalah Al-Dhin Al-Adabi berpendapat bahwa pemalsuan hadis yang sifatnya semata-mata
melakukan kebohongan terhadap Nabi SAW, atau dalam pengertiannya yang pertama
mengenai Al-Wadh’ sebagai mana telah di uraikan di buka, dan berhubungan dengan masa lah
keduniawian telah terjadi pada zaman Nabi, dan hal itu dilakukan oleh orang munafiq.
Sedangkan pemalsuan hadis yang berhubungan masalah agama atau dalam pengertiannya
kedua mengenai Al-Wadh’, belum pernah terjadi pada masa Nabi SAW.
3) Kebanyakan ulama hadis berpendapat, bahwa pemalsuan hadis baru terjadi untuk pertama
kalinya adalah setelah tahun 40 H,Pada masa kekhalifahan ‘Ali Ibnu Abi Thalib, yaitu setelah
terjadinnya perpecahan politik antara kelompok ‘Ali di satu pihak dan Mu’awiyah dengan
pendukungnnya di pihak lain, serata kelompok ke tiga yaitu kelompok Khawarij yang pada
awalnya adalah pengikut ‘Ali, namun ketika ‘Ali menerima tahkim, mereka keluar dari, bahkan
terbalik menentang, kelompok ‘Ali di samping juga menentang Mu’awiyah. Masing-masing
kelompok berusaha untuk mendukung kelompok mereka dengan berbagai argumen yang di
cari mereka dari Al-Qur’an dan Hadist, dan ketika mereka tidak mendapatkannya, maka
merekapun membuat hadis-hadis palsu.
Faktor-faktor Yang Melatar Belakangi
Munculnya Hadis Mawdhu

Data sejarah sudah membuktikan bahwa pemalsuan Hadis tidak hanya dilakukan oleh
orang-orang Islam, melainkan juga dilakukan oleh orang-orang non-Islam. Banyak sebab-
sebab yang dapat memunculkan Hadis Maudhu’, di antaranya adalah:
1) Sebab Politik
Yaitu munculnya seperti bahwa setelah Ustman Ibn Affan wafat timbullah perpecahan di
kalangan ummat Islam. Perpecahan tersebut berlanjut dengan lahirnya kelompok-kelompok
pendukung masing-masing pihak, seperti kelompok pendukung ‘Ali Ibn Abi Thalib,
pendukung Mu’awiyah Ibn Abi Sofyan, dan kelompok Khawarij, yang muncul setelah
terjadinya Perang Shiffin, yaitu antara kelompok ‘Ali dan kelompok Mu’awiyah. Perpecahan
yang berkaitan politik ini mendorong masing-masing kelompok berusaha untuk
memenangkan kelompoknya dan menjatuhkan kelompok lawan.
2) Usaha dari Musuh Islam (Kaum Zindiq)
Kaum Zindik adalah kelompok yang membenci Islam, baik sebagai agama maupun sebagai
kedaulatan atau pemerintahan. Menyadari akan ketidakmampuan mereka dalam
berkonfrontasi dengan ummat Islam melalui tindakan merusak agama dan menyesat ummat
dengan cara membuat Hadis-Hadis palsu dalam bidang-bidang akidah, ibadah, hukum, dan
sebagainya. Di antara mereka adalah Muhammad Ibn Sa’id al-Syami yang mati di salib karena
terbukti sebagai zindik.
3) Sikap Fanatik Buta terhadap Bangsa, Suku, Bahasa, Negeri, atau Pemimpin
Mereka yang fanatik terhadap bahasa Persia, membuat Hadis yang mendukung keutamaan
bahasa Persia, dan sebaliknya, bagi mereka yang fanatik terhadap bahasa Arabakan
membuat Hadis yang menunjukkan keutamaan bahasa Arab dan mengutuk bahasa Persia.
4) Pembuat Cerita atau Kisah-Kisah
Para pembuat cerita dan ahli kisah melakukan pamalsuan Hadis dalam rangka menarik
simpati orang banyak, atau agar para pendengar kisahnya kagum terhadap kisah yang
mereka sampaikan, ataupun juga dalam rangka untuk mendapatkan imbalan rizki. Umumnya
Hadis-Hadis yang mereka ciptakan cenderung bersifat berlebihan atau tidak masuk akal.
5) Perbedaan Pendapat dalam Masalah Fiqh atau Ilmu Kalam
Perbuatan ini umumnya muncul dari para pengikut suatu mazhab, baik dalam bidang Fiqh atau Ilmu
Kalam. Mereka menciptakan Hadis-Hadis palsu dalam rangka mendukung atau menguatkan
pendapat, hasil ijtihad dan pendirian para imam mereka. Di antaranya adalah Hadis-Hadis buatan
yang mendukung pendirian mazhab tentang cara pelaksanaan ibadah shalat, seperti mengangkat
tangan ketika ruku’, menyaringkan bacaan “bismillah”ketika membaca Al-Fatihah dalam bidang fiqh,
atau mengenai sifat makhluk bagi Al-Qur’an dalam bidang Ilmu Kalam, dan lain-lain.
6) Semangat yang Berlebihan dalam Beribadah tanpa didasari Ilmu Pengetahuan
Di kalangan orang-orang Zuhud atau para ahli ibadah ada yang beranggapan bahwa membuat
Hadis-Hadis yang bersifat mendorong agar giat beribadah (targhib), atau yang bersifat mengancam
agar tidak melakukan tindakan yang tidak benar (tarhib), dalam rangka bertaqarrub kepada Allah,
adalah diperbolehkan. Mereka ini, apabila diperingatkan akan ancaman Rasulullah SAW bahwa
tindakan berdusta atas nama Rasul akan menyebabkan pelakunya masuk neraka, maka mereka
akan menjawab bahwa mereka berdusta bukan untuk keburukan, melainkan untuk kebaikan.
7) Mendekatkan diri Kepada Para Penguasa
Di antara pemalsu Hadis tersebut, ada yang sengaja membuat Hadis untuk mendapatkan simpati
atau penghargaan dari pada Khalifah atau pejabat pemerintahan yang sedang berkuasa ketika itu.
Upaya Penanggulangan Hadis Mawdhu

Dalam upaya ini supaya Hadis-Hadis Maudhu’ agar tidak berkembang dan semakin
meluas, serta agar terpeliharanya Hadis-Hadis Nabi SAW dari tercampur dengan yang bukan
Hadis, para Ulama Hadis telah merumuskan langkah-langkah yang dapat mengantisipasi
problema Hadis Maudhu’ ini:
1)Memelihara Sanad Hadis
2) Meningkatkan kesungguhan dalam meneliti Hadis.
3) Menyelidiki dan membasmi kebohongan yang dilakukan terhadap Hadis
4) Menerangkan keadaan para perawi
5) Membuat kaidah-kaidah untuk menentukan Hadis Maudhu’

Anda mungkin juga menyukai