Disusun Oleh:
Jhoseph Fernando Waruwu
208130048
Teknik Mesin
Universitas Medan Area
2021
Performa dan Karakteristik Emisi Gas Buang Mesin Diesel
Berbahan Bakar Ganda
Bab I
Pendahuluan
Pemanasan global bumi akibat dari gas karbon dioksida (CO2) yang meningkat pada lapisan
atmosfir dapat menimbulkan perubahan cuaca yang ekstrim dapat menyebabkan banjir, dan
polusi udara yang memcu timbulnya berbagai penyakit pada makhluk hidup. Masalah sosial
tersebut di atas sebagian besar diakibatkan oleh gas buang yang dihasilkan oleh mesin motor
bakar. Kemudian dari pada itu, bahan bakar fosil semakin mahal harganya karena sumbernya
semakin menipis.
Oleh sebab itu disamping tuntutan peningkatan efisiensi panas juga dituntut gas buang mesin
motor bakar yang ramah lingkungan. Mesin diesel adalah salah satu dari motor bakar yang
diketahui mempunyai efisiensi panas (thermal efficiency) yang tinggi, tangguh terhadap cuaca,
dan fleksibel terhadap jenis bahan bakar. Karena itulah mesin diesel, sangat banyak dan sangat
luas penggunaannya terutama, yang membutuhkan kapasitas tenaga besar. Mesin diesel
menghasilkan CO2 yang relatif kecil dibandingkan motor bakar bensin karena efisiensi panas
yang lebih besar, akan tetapi pembakaran pada sistem mesin ini menghasilkan oksida nitrogen
(NOx) dan asap yang lebih buruk dari pada motor bakar yang lain.
Bagi makhluk hidup, NOx dapat mengakibatkan kematian karena dapat mengikat haemoglobin
di dalam darah sehingga darah tidak mendapat oksigen, sedangkan asap dapat menyebabkan
gangguan pernapasan, karena itu sangat diperlukan perbaikan gas buangnya. Lagi pula, pada
mesin diesel konvensional hubungan NOx dan asap adalah antagonis (trade-off), yaitu sulit
menekan kadar NOx dan asap sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Misalnya; apabila perioda
injeksi solar dipercepat (injeksi dini) pembakaran secara premixed dominan, dan rasio
ekuivalensi tinggi menyebabkan temperatur bakar mencapai temperatur terbentuknya NOx,
walaupun asap (smoke atau soot atau Particulate Matter, PM) dapat ditekan secara signifikan,
akan tetapi kadar NOx. malah tinggi. Sebaliknya bila, perioda injeksi solar diperlambat
(mendekati sekitar titik mati atas atau Top Dead Center, TDC), maka pembakaran secara difusi
dominan, menimbulkan NOx yang rendah, akan tetapi kadar asap tinggi.
Bab II
Tinjauan Literatur
Dewasa ini, telah banyak riset terhadap mesin diesel, yang memungkinkan bahan bakar gas
(BBG), seperti; Liquified Petroleum Gas (LPG), Compressed Natural Gas (CNG), biogas, gas
hasil gasifikasi; gas produser, dan lain-lain dipakai sebagai bahan bakar utama. Karena antara
udara dan BBG dapat bercampur dengan baik, dan konsentrasinya dapat diatur dengan mudah,
sehingga dengan memilih perioda injeksi solar yang tepat waktu diharapkan NOx dan asap dapat
ditekan sekaligus dalam waktu yang bersamaan.
Ada beberapa hasil riset telah mendapatkan konsep [1- 11] serta performa dan karakteristik gas
buang mesin berbahan bakar ganda atau dual fuel diesel engine itu. Emisi asap dapat ditekan
secara signifykan, namun emisi hidrokarbon meningkat pada kondisi beban rendah. Selain
konsep baru pada mesin diesel di atas, ada lagi konsep Homogeneous Charge Compression
Ignition (HCCI) engine [12-14].
Ini berarti bahwa campuran sangat tipis (ultra lean mixture) dikompres dengan perioda yang
cukup waktu membuat campuran homogen, yaitu tenggang waktu sampai tercapainya pengapian
(ignition delay), kemudian dibakar dengan pemicu api (pilot autoignition) oleh injeksi jumlah
kecil solar. Beberapa peneliti [15-17] telah melakukan penelitian dual-fuel diesel engine dengan
mengoperasikan gas hidrogen. Hasilnya menunjukkan bahwa emisi gas greenhouse; NOx dan
asap dapat diturunkan masingmasing kira-kira 70-80%.
Pada penelitian ini, BBG (propana, hidrogen) sebagai bahan bakar utama dialirkan melalui intake
port ke dalam silinder mesin diesel konvensional yang perioda injeksi solar-nya dapat dirubah,
dan sebagai pemicu api digunakan bahan bakar solar yang disemprotkan langsung ke dalam
silinder mesin dengan jumlah kecil (dual-fuel). Kemudian, dengan periode injeksi solar yang
dapat dirubah bervariasi sangat luas, dan berdasarkan variasi tersebut NOx, HC, CO, CO2
diukur, dan dianalisis efisiensi panas-nya, kemudian dibandingkan dengan performa mesin pada
kondisi pengoperasian dengan bahan bakar solar 100% (single-fuel). Laju pelepasan panas
dihitung dari penurunan tekanan dari hasil pengukuran langsung di dalam silinder.
Bab III
Metode penelitian
Pengujian ini dilakukan pada sebuah mesin diesel, 4-tak, silinder tunggal. Diameter (bore) dan
langkah (stroke) masing-masing adalah 92 dan 96 mm. Periode injeksi solar dapat dibuat dengan
variasi yang sangat luas, dari mulai 60˚ sebelum titik mati atas (Before Top Dead Centre atau
BTDC) sampai 5˚ setelah titik mati atas (After Top Dead Centre, atau ATDC). Rasio kompresi
adalah 17,7, dan tipe silinder bakar adalah cekungan dalam (deep dish) pada bagian piston atas.
Spesifikasi mesin yang digunakan adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1, dan skematik
piston di dalam silinder bakar serta tipenya adalah seperti Gambar. 1. Pada kop silinder (cylinder
head) diperlengkapi dengan pengukur tekanan (pressure transducer) yaitu untuk pengukuran
tekanan pada proses pembakaran berlangsung, yang akan dipergunakan untuk perhitungan
parameter- parameter yang dibutuhkan untuk menghitung laju pelepasan panas dan temperatur
dalam silinder. Sinyal tekanan dalam silinder, sinyal TDC (top dead centre), dan sinyal bukaan
katup (valve lift) dideteksi oleh sebuah gap sensor yang direkam pada sebuah perekam digital
Gas propana dan hidrogen dialirkan ke dalam silinder bakar setelah melalui sebuah mixer udara
dan BBG. Thermocouple digunakan untuk mengukur temperatur udara dan BBG, dan flowmeter
digunakan untuk mengukur debit udara dan BBG yang ditempatkan di dalam intake port.
Pengukuran kadar emisi gas buang yaitu, hidrokarbon (HC) yang diterjemahkan sebagai hexana,
CO, dan CO2 menggunakan Horiba-MEXA 554J. NOx diukur dengan tipe analisis
Chemiluminescent (Shimadzu, NOA-305). Asap diukur dengan Bosch tipe meter (Zexel, DSM-
10). Temperatur air pendingin dan oli pelumas mesin masing-masing sama, 60˚C.
Bab IV
Hasil dan Pembahasan
Laju pelepasan panas dihitung dan dianalisis dari hasil penurunan tekanan dari pengukuran
langsung selama proses pembakaran di dalam silinder dengan menggunakan model one-
region[18] dari hukum I thermodinamika. Laju pelepasan panas dQ/dθ diperoleh dengan asumsi
mengabaikan kehilangan panas dan gas di dalam silinder bakar tersebar merata.
Gambar 2 menunjukkan grafik dari tekanan P dan laju pelepasan panas dQ/dθ pada proses
pembakaran di dalam silinder mesin terhadap periode injeksi solar yang berubah, pada kondisi
pengoperasian dengan bahan bakar solar 100% (single-fuel t adalah 0.40 (pada kondisi operasi
sebagai dual-fuel g.o.= 0.08) dan kecepatan mesin n adalah 1000 rpm. Perioda injeksi solar, θinj
dibuat bervariasi dari mulai 60˚ BTDC sampai dengan 5 ˚ATDC. Sejajar dengan perioda injeksi
solar dipercepat, nilai dari puncak ke-dua dari laju pelepasan panas menjadi lebih kecil sebab
komulasi (laju) pembakaran secara premixed meningkat. Pada periode injeksi θinj = 11.7˚BTDC,
nilai puncak pertama adalah yang terbesar.
Pada periode injeksi lebih awal dari 30.4 ˚BTDC, nilai dari puncak pertama lebih kecil dan tanpa
puncak ke-dua, dan laju pelepasan panas menunjukkan karakteristik pembakaran yang secara
premixed. Hal ini disebabkan oleh wilayah campuran sangat tipis (ultra lean mixture)
mendominasi pembakaran di dalam silinder mesin. Sesuai dengan dipercepatnya periode injeksi
solar maka semakin panjang pula tenggang waktu sampai terjadi titik api atau ignition delay,
seperti ditunjukkan oleh Gambar 2. Gambar 4 menunjukkan laju pelepasan panas pada kondisi
campuran udara dan hidrogen dan Gambar 2 campuran udara dan propana yang dimasukkan dari
intake port, terhadap periode injeksi solar θinj. Jumlah solar mg.o yang diinjeksikan,. pada
kondisi ini adalah 4㎎/cycle yang berarti dengan rasio equivalensi setara dengan 0.08.
Secara keseluruhan, termasuk propana dan hidrogen masing- tot = 0.4. Periode injeksi solar θinj;
pada kondisi campuran udara+ propana diubah dari antara 41.4˚ BTDC dan 1.8˚ BTDC,
sedangkan untuk campuran udara dan hidrogen diubah antara 62.7˚ BTDC dan 3.2˚ ATDC.
Secara keseluruhan bentuk grafik pada kondisi kedua bahan bakar gas yang berbeda tersebut
memiliki kesamaan, tetapi nilai puncak dari laju pelepasan panas dengan kondisi periode injeksi
solar θinj yang berdekatan memiliki perberbedaan. Di antara kedua campuran tersebut, nilai
puncak campuran udara dan hidrogen lebih besar dari pada campuran udara dan propana. Hal ini
disebabkan sifat hidrogen yang lebih mudah dan lebih cepat terbakar dibandingkan dengan
propana.
Untuk membandingkan karakteristik antara kondisi mesin berbahan bakar solar 100%
(singlefuel) dan berbahan bakar gas (dual-fuel) maka dipilih hidrogen mewakili kondisi berbahan
bakar ganda, karena hidrogen adalah BBG tanpa kandungan karbon, dan ramah lingkungan. Dari
analisis yang dilakukan seperti pada Gambar 3 dan 4 diperoleh hasil sebagai berikut: Nilai
puncak tekanan lebih besar. Secara keseluruhan nilai puncak dan gradien dari laju pelepasan
panas adalah lebih kecil.
(1) Laju pelepasan panas mirip dengan pengoperasian dengan solar 100%, pada periode injeksi
solar θinj antara 23.7˚ dan 2.5˚ BTDC, yang mana; puncak ke-duanya adalah pembakaran
hidrogen yang mulai dari pemicu api yang diakibatkan oleh solar.
(2) Pada θinj = 3.2˚ ATDC, laju pelepasan panas menunjukkan hanya satu puncak yang landai.
Tenggang waktu selama ignition delay membuat solar ber-difusi dan kemudian membuat
pembakaran secara premixed.
(3) Pada periode injeksi solar yang lebih awal dari pada 33.6˚ BTDC, injeksi solar ke dalam
campuran udara+hidrogen dapat bercampur dengan waktu yang lebih longgar, membuat
campuran tipis mendominasi isi silinder dan solar menjadi sumber pemicu api di seluruh wilayah
di dalam silinder.
Oleh karena itu, pembakaran menjadi sangat lambat dan laju pelepasan panas menunjukkan
hanya satu puncak. Analisis Emisi Gas Buang Emisi gas buang, seperti, asap (smoke atau soot),
oksida nitrogen (NOx), HC, dan CO, dan efisiensi panas, ηe telah didapatkan pada periode
injeksi solar yang bervariasi sangat luas. Pada pengujian ini dibuat rasio ekuivalensi
(Equivalence Ratio, ER t= 0.3; 0.4, dan 0.5 pada kondisi ini jumlah injeksi solar adalah 0.4
mg/cycle atau setara g.o.=0.08.
Pada kondisi campuran udara dan hidrogen dan udara dan propana, yang masing-masing
dialirkan dari intake port, baik pada kondisi dengan propana maupun kondisi dengan hidrogen
tidak didapati asap seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5 dan 6. Hal ini disebabkan; yang
berlaku untuk kedua campuran bahwa, masing-masing campuran bercampur dengan baik dengan
udara membentuk campuran tipis (lean mixtured) sehingga tidak ada wilayah di dalam silinder
yang miskin oksigen. Khusus untuk campuran udaradan hidrogen, karena bahwa tidak terdapat
unsur karbon pada struktur molekulnya, sehingga tidak menghasilkan asap. Jadi asap yang
ditemukan pada kondisi pengoperasian mesin tanpa gas (solar 100%) adalah yang dihasilkan
oleh solar.
Bab V
Kesimpulan
Telah dilakukan penelitian pada sebuah mesin diesel konvensional, dengan menginjeksikan
sedikit solar sebagai pemicu api (pilot autoignition) ke dalam silinder bakar yang diisi campuran
udara dan BBG (propana dan hidrogen) yang dialirkan dari intake port sebagai bahan bakar
pokok (dual-fuel). Dari hasil pengujian ini telah didapatkan kesimpulan performa mesin dan
karakteristik emisi gas buangnya, sebagai berikut: Apabila periode injeksi solar dipercepat maka
NOx akan menurun, oleh sebab temperatur bakar menurun akibat campuran udara dan BBG
(propana, hidrogen) dan solar bercampur baik menjadi campuran merata dan tipis (lean
premixed). Khususnya pada kondisi dual-fuel dengan gas hidrogen 80% dari total bahan bakar,
maka HC, CO, dan CO2 menurun dan tanpa asap, akan tetapi efisiensi panas menurun sedikit
dibandingkan dengan pada pengoperasian standar (100% solar), Pada satu keadaan yang
istimewa, yaitu pada kondisi periode injeksi solar dipercepat signifikan baik asap maupun NOx
hampir tidak didapati, dan HC rendah.
PENERAPAN KONSEP TERMODINAMIKA PADA MESIN
PENDINGIN (KULKAS)
Bab I
Pendahuluan
Termodinamika (bahasa Yunani: thermos = 'panas' and dynamic = 'perubahan') adalah fisika
energi , panas, kerja, entropidan kespontanan proses. Termodinamika berhubungan dekat dengan
mekanika statistik di mana hubungan termodinamika berasal.
Hukum termodinamika kebenarannya sangat umum, dan hukum-hukum ini tidak bergantung
kepada rincian dari interaksi atau sistem yang diteliti. Ini berarti mereka dapat diterapkan ke
sistem di mana seseorang tidak tahu apa pun kecuali perimbangan transfer energi dan wujud di
antara mereka dan lingkungan.
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Tidak ada bunyi untuk hukum kedua
termodinamika yang ada hanyalah pernyataan kenyataan eksperimental yang dikeluarkan oleh
kelvin-plank dan clausius. Pernyataan clausius: tidak mungkin suatu sistem apapun bekerja
sedemikian rupa sehingga hasil satu-satunya adalah perpindahan energi sebagai panas dari sistem
dengan temperatur tertentu ke sistem dengan temperatur yang lebih tinggi.
Pernyataan kelvinplanck: tidak mungkin suatu sistem beroperasi dalam siklus termodinamika
dan memberikan sejumlah netto kerja kesekeliling sambil menerima energi panas dari satu
reservoir termal.(sumber Fundamentals of engineering thermodynamics (Moran J., Shapiro N.M.
- 6th ed. - 2007 - Wiley) Bab5). "total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi
cenderung untuk meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya
hal ini disebut dengan prinsip kenaikan entropi" merupakan korolari dari kedua pernyataan diatas
(analisis Hukum kedua termodinamika untuk proses dengan menggunakan sifat entropi).
Di masa sekarang ini hukum kedua termodinamika banyak diterapkan di bidang teknologi,
khususnya pada mesin pendingin (refrigator), contohnya kulkas.
Bab II
Tinjauan Literatur
1. Rumusan Kelvin–Planck
Menyatakan bahwa tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus secara terus
menerus, menerima kalor dari suatu reservoir dan mengubah kalor tersebut seluruhnya menjadi
usaha luar.
2. Rumusan Clausius
Menyatakan bahwa tidak mungkin membuat mesin yang bekerja menurut satu siklus, mengambil
kalor dari reservoir bersuhu rendah dan memberikannya pada tandon bersuhu tinggi tanpa
dilakukan kerja dari luar.
Jika ∆ S as ialah perubahan entropi yangterjadi di alam semesta, maka bagi setiap proses spontan
berlaku, ∆S as > 0. Dengan memandang alam semesta itu sebagai sistem dan lingkungan, maka
dapat pula dikatakan bahwa untuk semua proses spontan berlaku, ∆S Sistem + ∆S lingkungan >
0 dengan ∆S sistem ialah perubahan entropi sistem dan ∆S lingkungan ialah perubahan entropi
lingkungan.
Ukuran penampilan dari sebuah mesin pendingin disebut koefisien performansi (diberi lambang
Cp). Koefisien performansi merupakan hasil bagi kalor Q2 yang dipindahkan dari reservoir
dingin dengan usaha W yang dibutuhkan untuk memindahkan kalor ini. Sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Bab III
Metode penelitian
Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas tentang hubungan
antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi didalam alam dapat
terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu energi kimia, energi listrik,
energi nuklir, energi gelombang elektromagnit, energi akibat gaya magnit, dan lain-lain .
Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa
tehnologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau
dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada
pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan
energi. Prinsip thermodinamika tersebut sebenarnya telah terjadi secara alami dalam kehidupan
sehari-hari. Bumi setiap hari menerima energi gelombang elektromagnetik dari matahari, dan
dibumi energi tersebut berubah menjadi energi panas, energi angin, gelombang laut, proses
pertumbuhan berbagai tumbuh-tumbuhan dan banyak proses alam lainnya.
Proses didalam diri manusia juga merupakan proses konversi energi yang kompleks, dari input
energi kimia dalam maka nan menjadi energi gerak berupa segala kegiatan fisik manusia, dan
energi yang sangat bernilai yaitu energi pikiran kita. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, maka prinsip alamiah dalam berbagai proses thermodinamika direkayasa menjadi
berbagai bentuk mekanisme untuk membantu manusia dalam menjalankan kegiatannya.
Terdapat empat proses dalam gas pada bahasan termodinamika. Usaha yang terdapat pada gas
yang mengalami proses-proses termodinamika tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
1. Proses isotermal
Proses isotermal adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada suhu tetap. Menurut Hukum
Boyle, proses isotermal dapat dinyatakan dengan persamaan :
pV = konstan atau p1V1 = p2V2
Dalam proses ini, tekanan dan volume sistem berubah sehingga persamaan W = p ΔV tidak dapat
langsung digunakan. Untuk menghitung usaha sistem dalam proses isotermal ini digunakan cara
integral. Misalkan, pada sistem terjadi perubahan yang sangat kecil sehingga persamaan
usahanya dapat dituliskan sebagai Jika konstanta n R, dan besaran suhu (T) yang nilainya tetap
dikeluarkan dari integral, akan diperoleh :
W = nR T (lnV2 – lnV1) W = n RT ln (V2/V1) atau W = n RT ln (p2/p1)
2. Proses isokhorik
Proses isokhorik adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada volume tetap. Menurut Hukum
Gay-Lussac proses isokhorik pada gas dapat dinyatakan dengan persamaan :
3. Proses isobarik
Proses isobarik adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada tekanan tetap. Menurut Hukum
Charles, persamaan keadaan gas pada proses isobarik dinyatakan dengan persamaan :
8 V/T = konstan atau V1/T1 = V2/T2
Oleh karena volume sistem berubah, sedangkan tekanannya tetap, usaha yang dilakukan oleh
sistem dinyatakan dengan persamaan :
W = pΔV = p (V2 – V1)
4. Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah suatu proses perubahan keadaan gas di mana tidak ada kalor (Q) yang
masuk atau keluar dari sistem (gas). Proses ini dapat dilakukan dengan cara mengisolasi sistem
menggunakan bahan yang tidak mudah menghantarkan kalor atau disebut juga bahan adiabatik.
Adapun, bahan-bahan yang bersifat mudah menghantarkan kalor disebut bahan diatermik Proses
adiabatik ini mengikuti persamaan Poisson sebagai berikut :
p Vγ = konstan atau p1 V1γ = p2 V2γ (1–6)
Oleh karena persamaan gas ideal dinyatakan sebagai pV = nRT maka Persamaan (9–4) dapat
ditulis :
T1V1(γ –1) = T2 V2(γ –1) (1–7)
Dengan γ = CP/CV = konstanta Laplace, dan CP/CV > 1. CP adalah kapasitas kalor gas pada
tekanan tetap dan CV adalah kalor gas pada volume tetap.
Kulkas menjadi salah satu kebutuhan yang krusial bagi rumah tangga masyarakat Indonesia di
masa sekarang. Kulkas umumnya digunakan untuk menyimpan bahan makanan mentah,
sayursayuran, buah-buahan, minuman kaleng, dan es krim agar tidak membusuk, tahan lama, dan
tetap terjaga awet di dalam suhu yang telah dikondisikan.
Kulkas adalah suatu unit mesin pendingin di pergunakan dalam rumah tangga, untuk menyimpan
bahan makanan atau minuman. Untuk menguapkan bahan pendingin di perlukan panas. Lemari
es memanfaatkan sifat ini. Bahan pendingin yang digunakan sudah menguap pada suhu -200C.
panas yang diperlukan untuk penguapan ini diambil dari ruang pendingin, karena itu suhu dalam
ruangan ini akan turun.
Penguapan berlangsung dalam evaporator yang ditempatkan dalam ruang pendingin. Karena
sirkulasi udara, ruang pendingin ini akan menjadi dingin seluruhnya. Lemari Es merupakan
kebalikan mesin kalor. Lemari Es beroperasi untuk mentransfer kalor keluar dari lingkungan
yang sejuk kelingkungn yang hangat. Dengan melakukan kerja W, kalor diambil dari daerah
temperatur rendah TL (katakanlah, di dalam lemari Es), dan kalor yang jumlahnya lebih besar
dikeluarkan pada temperature tinggi Th (ruangan).
Sistem lemari Es yang khas, motor kompresor memaksa gas pada temperatur tinggi melalui
penukar kalor (kondensor) di dinding luar lemari Es dimana Qh dikeluarkan dan gas mendingin
untuk menjadi cair. Cairan lewat dari daerah yang bertekanan tinggi , melalui katup, ke tabung
tekanan rendah di dinding dalam lemari es, cairan tersebut 15 menguap pada tekanan yang lebih
rendah ini dan kemudian menyerap kalor (QL) dari bagian dalam lemari es. Fluida kembali ke
kompresor dimana siklus dimulai kembali. Lemari Es yang sempurna (yang tidak membutuhkan
kerja untuk mengambil kalor dari daerah temperatur rendah ke temperatur tinggi) tidak
mungkina ada. Ini merupakan pernyataan Clausius mengenai hukum Termodinamika kedua.
Kalor tidak mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas. Dengan demikian tidak
akan ada lemari Es yang sempurna.
Jadi kesimpulannya, kulkas menggunakan penerapan Hukum kedua Termodinamika, dan bisa
dikatakan kulkas menggunakan salah satu konsep Termodinamika.
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas tentang hubungan
antara energi panas dengan kerja.
2. Hukum-hukum termodinamika pada prinsipnya menjelaskan peristiwa perpindahan panas dan
kerja pada proses termodinamika.
3. Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Tidak ada bunyi untuk hukum kedua
termodinamika yang ada hanyalah pernyataan kenyataan eksperimental yang dikeluarkan oleh
kelvin-plank dan clausius.
4. Klasifikasi pada sistem dibagi 3, yaitu : sistem terbuka, sistem tertutum, dan sistem terisolasi
5. Kulkas adalah salah satu contoh penerapan termodinamika di bidang teknologi yang dapat kita
temukan sehari-hari.
6. Prinsip kerja kulkas menerapkan hukum kedua termodinamika.
KAJIAN EFISIENSI TERMAL DARI BOILER DI PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA UAP AMURANG
Bab I
Pendahuluan
Merupakan suatu kenyataan bahwa kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia,
makin berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari
seiring dengan pesatnya peningkatan pembangunan di bidang teknologi, industri dan informasi.
Namun pelaksanaan penyediaan energi listrik yang dilakukan oleh PT.PLN (Persero), selaku
lembaga resmi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola masalah kelistrikan di Indonesia,
sampai saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik secara
keseluruhan.
Kondisi geografis negara Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau dan kepulauan, tersebar dan
tidak meratanya pusat-pusat beban listrik, rendahnya tingkat permintaan listrik di beberapa
wilayah, tingginya biaya marginal pembangunan sistem suplai energi listrik, serta terbatasnya
kemampuan finansial, merupakan faktor-faktor penghambat penyediaan energi listrik dalam
skala nasional.
Ketel uap (boiler) adalah sebuah alat untuk menghasilkan uap, dimana terdiri dari dua bagian
yang penting yaitu: dapur pemanasan, menghasilkan panas yang didapat dari pembakaran bahan
bakar dan boiler proper, sebuah alat yang mengubah air menjadi uap.
Uap atau fluida panas kemudian disirkulasikan dari ketel ke turbin uap atau perangkat lainnya
untuk berbagai Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 2 98 proses dalam aplikasi
pemanasan. Ketel atau pembangkit uap adalah salah satu dari sekian banyak peralatan dalam
siklus energi thermal yang bertujuan untuk merubah air menjadi uap yang berguna.
Siklus Rankine setelah diciptakan langsung diterima sebagai standar untuk pembangkit daya
yang menggunakan uap (steam). Siklus Rankine nyata yang digunakan dalam instalasi
pembangkit daya jauh lebih rumit dari pada siklus Rankine ideal asli yang sederhana. Siklus ini
merupakan siklus yang paling banyak digunakan untuk pembangkit daya listrik sekarang ini.
Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengkaji penelitian ini.
Bab II
Tinjauan Literatur
Penelitian harus dibatasi agar tidak meluas dalam proses analisis dan perhitungan, pembatasan
penelitian ini adalah:
1. Boiler yang digunakan sebagai objek penelitian adalah boiler PLTU Amurang unit 1 di Desa
Moinit, Kecamatan Tenga, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawei Utara.
2. Proses yang dianalisis adalah proses siklus produksi uap berdasarkan data operasional di
PLTU Amurang unit 1.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan efisiensi termal dari boiler di PLTU
Amurang unit 1 berdasarkan data operasional.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini sangat bermanfaat antara lain:
1. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dan masukan
kepada pihak PLTU Amurang untuk melihat efisiensi dari termal PLTU. Jurnal Online Poros
Teknik Mesin Volume 4 Nomor 2 99 tidak
2. Sebagai acuan atau pengetahuan praktis mengenai pembangkit listrik dengan tenaga uap.
Bab III
Metode penelitian
Prosedur Penelitian
Proses penelitian dimulai dengan studi literatur mengenai boiler (ketel uap), teori termodinamika
tentang siklus Rankine, dan cara kerja PLTU Amurang unit 1.
Proses selanjutnya adalah pengumpulan data. Data yang dikumpulkan diperoleh langsung dari
petugas PLTU Amurang. Setelah data dikumpulkan, data selanjutnya diolah untuk menentukan
efisiesi termal dari boiler unit 1.
Tahap selanjutnya adalah pembahasan dan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan
yang telah dilakukan.
Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian di PLTU Amurang Unit 1 didapatkan data eksperimen. Penelitian
dilaksanakan pada tanggal 15 Juni – 16 Juli 2014 Identifikasi Masalah Pengumpulan Data
Analisis Data Efisiensi termal normal ? Hasil dan Pembahasan Mulai Selesai ya Jurnal Online
Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 2 100 di PLTU Amurang unit 1. Data yang digunakan
dalam pengambilan data penelitain ini ialah Spesifikasi Boiler PLTU Amurang Unit 1.
Pengambilan data eksperimen ini dilakukan dengan cara data dikumpulkan dan diperoleh dari
penelitian di PLTU Amurang. Data yang diambil meliputi spesifikasi boiler dan turbin uap di
PLTU Amurang. Data operasional boiler tidak dapat diambil tanpa izin khusus dari pihak
operator dan petugas yang mendampingi peneliti, karena pada saat itu boiler masih dalam tahap
uji coba.
Pembahasan
Proses pengambilan data dilakukan dengan melihat spesifikasi boiler yang diberikan oleh pihak
PLTU Amurang dan proses perhitungan data dilakukan dengan 3 metode: Siklus Rankine,
Metode Langsung, Metode Tidak langsung. Setelah itu dilakukan perbandingan antara lain:
Perbandingan efisiensi termal siklus Rankine dengan efisiensi termal spesifikasi pabrik
Hasil pengamatan dan perhitungan menunjukkan efisiensi termal siklus Rankine pada siklus
Rankine dengan menggunakan persamaan 2.6 adalah 41,168 %. Sedangkan pada spesifikasi
boiler efisiensi termal adalah 92,14 %. 4.3.3. Perbandingan efisiensi termal metode langsung
dengan efisiensi termal spesifikasi pabrik Hasil pengamatan dan perhitungan dengan
menggunakan metode langsung yaitu melalui persamaan 2.8 menunjukkan besar efisiensi boiler
adalah 91,73%. Sedangkan pada spesifikasi boiler efisiensi termal adalah 92,14 %.
Perbandingan efisiensi termal metode tidak langsung dengan efisiensi termal spesifikasi pabrik
Hasil pengamatan dan perhitungan dengan menggunakan metode tidak langsung yaitu melalui
persamaan 2.9 menunjukkan besar efisiensi boiler adalah 92,33%. Sedangkan pada spesifikasi
boiler efisiensi termal adalah 92,14 %
Bab V
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan, berdasarkan data operasional maka
didapatkan efisiensi boiler PLTU Amurang unit 1 dengan menggunakan metode langsung
diperoleh sebesar 91,73 %. Hasil analisis efisiensi boiler PLTU Amurang unit 1 dengan
menggunakan metode tidak langsung diperoleh sebesar 92,33 %.
Jika diolah dengan siklus Rankine maka efisiensi termal siklus sebesar 41,17 % pada T = 540 Co
, P = 9,8 MPa dan Pc = 0,0085 MPa. Hasil efisiensi termal siklus lebih rendah dari efisiensi
termal spesifikasi dikarenakan efisiensi termal siklus adalah gabungan efisiensi termal boiler,
turbin, kondenser dan feedwater pump.
Daftar Pustaka
1. Henein, N.A. and Bolt, J.A., Correlation of Air Charge Temperature and Ignition Delay for
Saveral Fuels in a Diesel Engine, SAE Paper, No. 690252, 1969.
2. Tesarek, H., Investigation Concerning the Employment Possibilities of Diesel-Gas Process for
Reducing Exhaust Emission, Especially Soot (Particulate Matter), SAE Paper, No. 831197,
1983.
3. Karim, G.A., The Dual Fuel Engine of the compression Ignition Type–Prospects, Problem and
Solution–A Review, SAE Paper, No. 831073, 1983.
4. Varde, K.S., Propane Fumigation in a Direct Injection Type Diesel Engine, SAE Paper, No.
831354, 1983.
6. Micheal E. Browne, “Theory and Problem of Physics for Engineering and Scince” Schaum’s
Outline Series
8. Tim Fisika SMK Teknik. 2005 “ Fisika Tingkat 2” Jakarta : PT Galaxy Puspa Mega
9. Putri, Intania. 2015 “Ringkasan Pintar Fisika SMA” Jakarta : Pustaka Ilmu Semesta
11. Asmudi. Analisa Unjuk Kerja Boiler Terhadap Penurunan Daya Pada PLTU PT.
INDONESIA POWER UBP PERAK. http://digilib.its.ac.id/public/I TS-Undergraduate-9765-
Paper.pdf 10 Agustus 2014