FARMASI FISIKA
JUDUL LAPORAN: KOLOID
DISUSUN OLEH:
Dosen Pembimbing
MARIA ELVINA TRESIA BUTAR-BUTAR, M.Farm.
LABORATORIUM FARMASETIKA II
Partikel-partikel dalam suatu koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan mata atau
dengan mikroskop biasa, walaupun demikian, partikel ini dapat mempengaruhi
cahaya tampak, ukuran partikelnya yang cocok untuk menyebabkan cahaya tersebar
dengan sudut-sudut yang besar. Bila konsentrasi koloidnya besar, penyebaran
cahayanya ini akan menyebabkan larutan koloid kelihatan jenuh. Jadi, cahaya tak
diteruskan, contohnya susu. Sinar yang datang pada susu disebarkan oleh partikel-
partikel koloid. Susu kemudian diadsorpsi, sehingga tak diteruskan. Bila konsentrasi
lebih kecil, dispensi koloidnya kelihatan seperti awan dan bila diencerkan lagi bisa
lebih terang (transparan) misalnya saja larutan kanji yang encer akan kelihatan terang
(Syukri, 1999).
Ciri penting dari partikel koloid adalah tingginya nisbah antara luas permukaan
dengan volumenya. Telah diketahui bahwa atom, ion, atau molekul pada permukaan
zat agak berbeda dengan di bagian dalamnya. Hal inidisebabkan karena spesies di
permukaan mempunyai gaya-gaya yang berbeda dengan spesies di bagian dalam.
Untuk bahan biasa perbandingan atom, ion, atau molekul pada permukaan sangat
kecil dibandingkan di bagian dalam, sehingga gejala istimewa yang terdapat di
permukaan tidak menonjol. Dalam bahan koloid gejala permukaan sering sangat
menonjol (Petrucci, 1987).
Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda, mungkin berupa gas,
cair, atau padat. Pengertian fasa di sini tidak sama dengan wujud, karena ada wujud
sama tetapi fasanya berbeda, contohnya campuran air dan minyak bila dikocok akan
terlihat butiran minyak dalam air. Butiran itumempunyai fasa berbeda dengan air
walaupun keduanya cair. Oleh karena itu, suatu koloid selalu mempunyai fasa
terdispersi dan fasa pendisfersi. Fasa terdisfersi dan fasa pendisfersi mirip dengan
pelarut dan zat terlarut pada suatu larutan. Partikel koloid yang telah mengadsorpsi
ion akan bermuatan listrik sesuai dengan muatan ion yang diserapnya. Muatan
partikel ini dapat positif atau negatif. Contohnya koloid Fe2O3 bermuatan positif
setelah mengadsorpsi Fe3+ pada koloid Fe2O3 x H2O. Koloid bila dibiarkan dalam
waktu tertentu akan terpengaruh oleh gaya gravitasi, sehingga partikelnya turun
perlahan ke
Baik zat terdispersi maupun pendispersi dapat berbentuk gas, cairan ataupun
padatan (kecuali keduanya berbentuk gas, karena molekul gas tidaklah sebesar
koloid), berikut jenis-jenis dari koloid:
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat. Contoh : paduan logam,
gelas warna, intan hitam.
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair. Contoh: cat, tinta, tepung dalam
air.
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas. Contoh: debu di udara, asap
pembakaran.
a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat. Contoh: jelly, keju,
mentega, nasi.
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair. Contoh : susu,
mayonais, krim tangan.
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas. Contoh : hairspray, obat
nyamuk.
3. Buih (Fase terdispersi gas)
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat. Contoh: batu apung,
marshmallow, karet busa, styrofoam.
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair. Contoh: putih telor yang
dikocok, busa sabun. (Brady, 1986).
Sol adalah partikel berukuran koloid 0,001-0,1 ¼m yang tidak dapat membentuk
dispersi koloid dalam air dan karena ukuran partikelnya sol koloid ini cenderung tidak
stabil. Gel merupakan sistem padatan yang bersifat elastis karena terbentuknya suatu
jalinan antara partikel-partikel koloid sol. Transformasi koloid sol menjadi gel apabila
tercipta beberapa kondisi seperti perubahan suhu, perubahan agensia pembentuk gel,
pengurangan jumlah gugus bermuatan akibat perubahan derajat keasaman atau
penambahan garam (Lesmana dkk, 2008).
1. Efek Tyndall
Untuk menentukan apakah suatu campuran merupakan larutan sejati atau koloid,
sering digunakan metode Efek Tyndall, jika cahaya melewati larutan sejati. Pengamat
yang melihatnya dari arah tegak lurus terhadap sinar tidak melihat cahaya. Tetapi
dalam suspensi koloid cahayanya dibaurkan ke segala arah dan dapat dilihat dengan
mudah. Sifat ini mula-mula dipelajari oleh Tyndall pada tahun 1869, dan dikenal
sebagai efek Tyndall. Contoh lain mengenai pembauran ialah oleh partikel debu
dalam cahaya dari proyektor film dalam ruang gelap (Petrucci, 1987).
Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutantersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan.
Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif
besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikelpartikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan
sangat sulit diamati (Petrucci, 1987).
2. Gerak Brown Partikel-partikel koloid hanya dapat bergerak dengan sedikit, tetapi
karena adanya tumbukan dengan molekul-molekul fasa pendispersinya
gerakannya akan berbentuk zig-zag ni disebut gerakan Brown. (Petrucci, 1987).
3. Muatan Koloid (Sifat Listrik) Partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan
bermuatan listrik sesuai dengan muatan ion yang diserapnya. Muatan koloid dapat
diketahui dengan mencelupkan batang elektroda. Yang bermuatan positif akan
tertarik (berkumpul) ke elektroda negatif, sedangkan yang bermuatan negatif
tertarik ke elektroda positif (Syukri, 1999).
ALAT
3. Tabung sentrifugasi
4. Senter
5. Kertas saring
6. Tengaduk
7. Neraca.
BAHAN
2. 400 ml air
3. 5 gram tawas
2. Menyiapkan 100 ml susu Indomilk cair. Larutan ini disebut sebagai campuran
(B).
3. Melakukan penyinaran dengan menggunakan lampu senter terhadap (A).
Mengamati jalannya sinar. Kemudian melakukan hal yang sama untuk campuran
(B).
V. PEMBAHASAN
Pembahasan Yosa :
Pembahasan Noviana :
Pembahasan Sien :
VII. KESIMPULAN
Brady, James E. 1986. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina Purna
Aksara.
Petrucci,Ralph H.1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga.