Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI

FARMASI FISIKA
JUDUL LAPORAN: KOLOID

DISUSUN OLEH:

LIM LIE SIEN 201148201125

NOVIANA MONICA NGAYANG 201148201131

YOSA FITRA 201148201142

Dosen Pembimbing
MARIA ELVINA TRESIA BUTAR-BUTAR, M.Farm.

LABORATORIUM FARMASETIKA II

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA

TAHUN AKADEMIK 2021


I. TUJUAN
Untuk mempelajari sifat-sifat koloid
II. TINJAUAN PUSTAKA
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar
secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/pemecah). Ukuran partikel
koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter,
panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Keadaan koloid merupakan keadaan
antara suatu larutan dan suatu suspensi. Bila suatu bahan berada dalam keadaan
subdifisi ini. Bahan itu memperagakan sifat-sifat yang menarik dan penting yang tidak
merupakan cirri dari bahan dalam agregat yang lebih besar (Keenan, 1984).

Partikel-partikel dalam suatu koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan mata atau
dengan mikroskop biasa, walaupun demikian, partikel ini dapat mempengaruhi
cahaya tampak, ukuran partikelnya yang cocok untuk menyebabkan cahaya tersebar
dengan sudut-sudut yang besar. Bila konsentrasi koloidnya besar, penyebaran
cahayanya ini akan menyebabkan larutan koloid kelihatan jenuh. Jadi, cahaya tak
diteruskan, contohnya susu. Sinar yang datang pada susu disebarkan oleh partikel-
partikel koloid. Susu kemudian diadsorpsi, sehingga tak diteruskan. Bila konsentrasi
lebih kecil, dispensi koloidnya kelihatan seperti awan dan bila diencerkan lagi bisa
lebih terang (transparan) misalnya saja larutan kanji yang encer akan kelihatan terang
(Syukri, 1999).

Ciri penting dari partikel koloid adalah tingginya nisbah antara luas permukaan
dengan volumenya. Telah diketahui bahwa atom, ion, atau molekul pada permukaan
zat agak berbeda dengan di bagian dalamnya. Hal inidisebabkan karena spesies di
permukaan mempunyai gaya-gaya yang berbeda dengan spesies di bagian dalam.
Untuk bahan biasa perbandingan atom, ion, atau molekul pada permukaan sangat
kecil dibandingkan di bagian dalam, sehingga gejala istimewa yang terdapat di
permukaan tidak menonjol. Dalam bahan koloid gejala permukaan sering sangat
menonjol (Petrucci, 1987).

Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda, mungkin berupa gas,
cair, atau padat. Pengertian fasa di sini tidak sama dengan wujud, karena ada wujud
sama tetapi fasanya berbeda, contohnya campuran air dan minyak bila dikocok akan
terlihat butiran minyak dalam air. Butiran itumempunyai fasa berbeda dengan air
walaupun keduanya cair. Oleh karena itu, suatu koloid selalu mempunyai fasa
terdispersi dan fasa pendisfersi. Fasa terdisfersi dan fasa pendisfersi mirip dengan
pelarut dan zat terlarut pada suatu larutan. Partikel koloid yang telah mengadsorpsi
ion akan bermuatan listrik sesuai dengan muatan ion yang diserapnya. Muatan
partikel ini dapat positif atau negatif. Contohnya koloid Fe2O3 bermuatan positif
setelah mengadsorpsi Fe3+ pada koloid Fe2O3 x H2O. Koloid bila dibiarkan dalam
waktu tertentu akan terpengaruh oleh gaya gravitasi, sehingga partikelnya turun
perlahan ke

dasar bejana yang disebut koagulasi atau penggumpalan. Waktu penggumpalan


bervariasi antara satu dengan yang lain, koagulasi dapat dibantu dengan alat
sentrifugal ultra (Syukri, 1999).

Baik zat terdispersi maupun pendispersi dapat berbentuk gas, cairan ataupun
padatan (kecuali keduanya berbentuk gas, karena molekul gas tidaklah sebesar
koloid), berikut jenis-jenis dari koloid:

1. Sol (Fase terdispersi padat)

a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat. Contoh : paduan logam,
gelas warna, intan hitam.

b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair. Contoh: cat, tinta, tepung dalam
air.

c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas. Contoh: debu di udara, asap
pembakaran.

2. Emulsi (Fase terdispersi cair)

a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat. Contoh: jelly, keju,
mentega, nasi.

b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair. Contoh : susu,
mayonais, krim tangan.

c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas. Contoh : hairspray, obat
nyamuk.
3. Buih (Fase terdispersi gas)

a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat. Contoh: batu apung,
marshmallow, karet busa, styrofoam.

b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair. Contoh: putih telor yang
dikocok, busa sabun. (Brady, 1986).

Sol adalah partikel berukuran koloid 0,001-0,1 ¼m yang tidak dapat membentuk
dispersi koloid dalam air dan karena ukuran partikelnya sol koloid ini cenderung tidak
stabil. Gel merupakan sistem padatan yang bersifat elastis karena terbentuknya suatu
jalinan antara partikel-partikel koloid sol. Transformasi koloid sol menjadi gel apabila
tercipta beberapa kondisi seperti perubahan suhu, perubahan agensia pembentuk gel,
pengurangan jumlah gugus bermuatan akibat perubahan derajat keasaman atau
penambahan garam (Lesmana dkk, 2008).

Selain dari jenis-jenis koloid, terdapat juga sifat-sifat koloid:

1. Efek Tyndall

Untuk menentukan apakah suatu campuran merupakan larutan sejati atau koloid,
sering digunakan metode Efek Tyndall, jika cahaya melewati larutan sejati. Pengamat
yang melihatnya dari arah tegak lurus terhadap sinar tidak melihat cahaya. Tetapi
dalam suspensi koloid cahayanya dibaurkan ke segala arah dan dapat dilihat dengan
mudah. Sifat ini mula-mula dipelajari oleh Tyndall pada tahun 1869, dan dikenal
sebagai efek Tyndall. Contoh lain mengenai pembauran ialah oleh partikel debu
dalam cahaya dari proyektor film dalam ruang gelap (Petrucci, 1987).

Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutantersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan.
Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif
besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikelpartikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan
sangat sulit diamati (Petrucci, 1987).

2. Gerak Brown Partikel-partikel koloid hanya dapat bergerak dengan sedikit, tetapi
karena adanya tumbukan dengan molekul-molekul fasa pendispersinya
gerakannya akan berbentuk zig-zag ni disebut gerakan Brown. (Petrucci, 1987).

3. Muatan Koloid (Sifat Listrik) Partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan
bermuatan listrik sesuai dengan muatan ion yang diserapnya. Muatan koloid dapat
diketahui dengan mencelupkan batang elektroda. Yang bermuatan positif akan
tertarik (berkumpul) ke elektroda negatif, sedangkan yang bermuatan negatif
tertarik ke elektroda positif (Syukri, 1999).

III. ALAT DAN BAHAN

 ALAT

1. Gelas beker 500 ml

2. Gelas beker 200 ml

3. Tabung sentrifugasi

4. Senter

5. Kertas saring

6. Tengaduk

7. Neraca.

 BAHAN

1. 10 gram garam dapur

2. 400 ml air

3. 5 gram tawas

4. 100 ml susu cair Indomilk

IV. PROSEDUR KERJA

1. Menyiapkan 10 gram garam dapur, kemudian melarutkannya dalam 100 ml


akuades. Larutan ini disebut sebagai campuran (A).

2. Menyiapkan 100 ml susu Indomilk cair. Larutan ini disebut sebagai campuran
(B).
3. Melakukan penyinaran dengan menggunakan lampu senter terhadap (A).
Mengamati jalannya sinar. Kemudian melakukan hal yang sama untuk campuran
(B).

4. Mengambil sebanyak 20 ml campuran (A) dan (B). Melakukan penyaringan


terhadap masing-masing campuran secara terpisah dengan menggunakan kertas
saring biasa. Mengamati filtrat yang diperoleh dari masing-masing campuran.

5. Menyiapkan dua buah tabung sentrifugasi. Mengisi tabung pertama dengan


campuran (A) dan tabung yang lain dengan campuran (B) hingga tabung terisi
dua pertiganya. Melakukan sentrifugasi pada kedua tabung selama 15 menit pada
kecepatan 2000-3000 rpm. Mengamati apakah ada perubahan yang terjadi pada
setiap tabung.

6. Mengukur pH campuran (A) dan (B). Menurunkan pH dari masing -masing


campuran sebanyak 2 satuan dengan cara menambahkan HCl pekat. Mengamati
apakah ada perubahan yang terjadi.

7. Mengambil sebanyak 20 ml campuran (A) dan (B), menempatkannya dalam gelas


beker terpisah. Menambahkan 1-2 gram tawas ke dalam setiap campuran, dan
mendiamkannya selama 20 menit. Mengamati apakah ada perubahan yang terjadi.

V. PEMBAHASAN

Pembahasan Yosa :

Pada praktikum ini, dilakukan percobaan untuk mengetahui sifat-sifat koloid.


Percobaan yang dilakukan adalah dengan menggunakan larutan garam dapur dan susu
cair. Kemudian dilakukan lima perlakuan terhadap campuran A (larutan garam dapur)
dan campuran B (susu cair). Perlakuan yang pertama adalah dengan menyinari kedua
campuran menggunakan senter. Campuran yang pertama (A) yaitu 10 gram garam
dapur yang dilarutkan dalam 100 ml akuades, dan campuran (B) 100 ml susu cair.
Masing-masing campuran tersebut dimasukkan ke dalam gelas beker terpisah.
Kemudian kedua campuran ini disinari dengan senter. Pada saat dilakukan
penyinaran, terlihat bahwa sinar dari lampu senter terhadap campuran A diteruskan
dalam satu arah. Sedangkan sinar pada campuran B diserap atau dihamburkan dalam
mediumnya sendiri sehingga pada campuran B tidak tembus cahaya. Hal ini
dikarenakan campuran (B) merupakan larutan koloid yang mempunyai partikel yang
lebih besar dan acak sehingga sinar datang dipantulkan oleh partikelnya ke segala
arah yang disebut efek Tyndall. Pada percobaan selanjutnya, 20 mL dari campuran
(A) dan campuran (B) disaring secara terpisah menggunakan kertas saring. Kemudian
setelah disaring dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara keduanya, yaitu pada
campuran (A) tidak terdapat endapan, sedangkan pada campuran (B)terdapat sedikit
endapan. Pada penyaringan yang dilakukan, dapat terlihat jelas bahwa larutan garam
(campuran A) lebih cepat tersaring dibandingkan dengan susu cair (campuran B). Hal
ini dikarenakan oleh adanya gaya berat partikel – partikel koloid yang terdapat pada
larutan susu tersebut. Pada larutan garam, tidak terdapat endapan ketika larutan
tersebut disaring dengan kertas saring. Hal ini disebabkan karena garam telah
bercampur secara homogen dengan pelarutnya yaitu akuades. Hingga garam dapat
larut dengan sempurna. Sedangkan pada larutan susu terdapat endapan yang berupa
filtrat putih, yang disebabkan karena adanya gaya berat pada partikel-partikel koloid
yang terdapat pada larutan susu tersebut. Selanjutnya dilakukan percobaan dengan
alat sentrifugasi. Campuran (A) dan campuran (B) dimasukkan ke dalam tabung
sentrifugasi terpisah dan diisi hingga dua pertiganya. Kemudian kedua campuran di
sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 2000-3000 rpm. Setelah 15 menit,
ternyata tidak terjadi perubahan apa-apa karena alat yang digunakan untuk
sentrifugasi error, sehingga pada percobaan ini tidak menghasilkan apa-apa.

Pembahasan Noviana :

Pembahasan Sien :
VII. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini ialah :

1. Besar pH larutan garam dan susu berturut-turut adalah 7 dan 7. Setelah


ditambahkan HCl, diturunkan dua satuan menjadi 5, tetapi yang dihasilkan adalah
pH 3 untuk campuran (A) dan (B).

2. Campuran (A) yang ditambahkan tawas menjadi keruh tanpa terjadinya


perubahan lain. Tetapi ketika campuran (B) ditambahkan dengan tawas, larutan
menjadi lebih kental dan terdapat gumpalan serta agregat.

3. Campuran A (larutan garam) bukan koloid, sedangkan campuran B (susu cair)


adalah koloid.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E. 1986. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina Purna
Aksara.

Keenan, C.W.1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga. Lesmana, S. Novita,


Thomas Indarto P. S dan Netty Kusumawati. 2008. Pengaruh Penambahan
Kalsium Karbonat sebagai Fortifikan Kalsium terhadap Sifat Fisikokimia dan
Organoleptik Permen Jeli Susu. Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi. Vol. 7 No. 1
April 2008.

Petrucci,Ralph H.1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga.

Syukri.S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai