Anda di halaman 1dari 34

Jurnal 1

Lunturnya rasa nasionalisme pada anak milenial akibat arus modernisasi


Fany isti Fauzia Suryana, Dinie Anggraeni Dewi, universitas pendidikan Indonesia
Jurnal ilmu pendidikan vol 3 no 2 2021 598-602
DOI: https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i2.400
 Modernisasi  proses pergeseran dari arah perubahan kea rah yang lebih tinggi atau
lebih tinggi dalam semua aspek kehidupan masyarakat.
 Modernisasi  perubahan dari tradisional ke lebih maju, transformasi total kehidupan
bersama yang tradisional atau pra moderen dalam arti teknologi serta organisasi sosial
ke arah pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri2 negara barat yang stabil, dengan
ini banyak merubah masyarakat di Indonesia terutama pada anak muda zama sekarang
 Salah satu hal yang penting diperhatikan adalah bagaimana nilai sosial dan normal
sosial itu berubah diakibatkan dengan modernisasi
 Pengaruh meliputi dua aspek yaitu positif dan negative. Pengaruh negative akan
dibahas di jurnal ini.
 Metode penelitian
Pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus untuk mengetahui pemahaman anak
muda mengenai pemahaman jiwa nasionalisme dalam berbangsa dan bernegara.
Target penelitian anak muda di kota bandung di Ruang Bandung karena merupakana
anak muda yang moderen. Mengambil 7 orang anak muda sebagai informan dalam
proses pengumpulan data. Waktu selama 2 minggu, dengan observasi dan wawancara
terhadap informan mengenai jiwa nasionalisme. Hasil kemudian dianalisis secara
kualitatif. Data yang berhasil diperoleh kemudian divalidasi menggunakan
pengumpulan data.
 Hasil
 Kesadaran akan nasionalisme merupakan suatu sikap dan tingkah laku yang sesuai
dengan kepribadian bangsa.
 Penulisan jurnal menitikberatkan kepada dua aspek yang perlu dibahas dalam hal
berbangsa dan berengara. Karena penulis merasa hal tersebut menanamkan jiwa
nasionalisme dan kemampuan kita untuk menyikapi perkembangan zaman yang
semakin moderen.
 Modernisasi transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang
berkembang ke arah lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan
masyarakat yang lebih maju, berkembang dan makmur. Merupakant tantangan yg
harus dihadapi masyarakat yang bersangkutan karena prosesnya meliputi berbagai
bidang yang sangat luas. Modernisasi menimbulkan perubahan di berbagai bidang
nilai, sikap dan kepribadian.
 Globalisasi punya dua sisi yaitu positif, yang merupakan bidang sosial budaya
adalah meningkatkan pembelajaran menegenai tata nilai sosial budaya, cara hidup,
pola pikir yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain
yang telah maju dan meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras,
disiplin, mempunyai jiwa kemandirian, rasional, sportif dan lainnya (Suneki,
2021). Pengaruh negaitf, yaitu membuat banyak anak muda kehilangan kepribadian
diri sebagai bangsa Indonesia, seperti yang dikemukakan oleh Smith Antohony,
2003), memudarnya rasa nasionalisme dimulai dari gagasan mengenai suatu
budaya global yang didasarkan pada komunikasi massa elektronik
 Globalisasi tdk dapat dihindari, justru menjadi tantangan terhadap jiwa
nasionalisme. Saat ini banyak anak muda yang bangga menggunakan pakaian mini
dengan mengikuti perkembangan zaman. Mereka juga senang mendengar lagu luar
dibandingkan lagu dari negara sendiri. Lunturnya jiwa nasionalisme membaut anak
muda saat ini lupa akan kepribadian diri mereka sebagai bangsa Indonesia. Setelah
mereka mengenal modernisasi, mereka lebih menyukai dance dariapda tarian
tradisional daerah, malas ikut upacara, memeraiahkan kemerdekaan, tetapi mereka
tidak malasuntuk menonton artis luar melewati teknologi canggih yaitu handphone.
 Fakto utama lunturnya jiwa nasionalisme adalah internet dan teknologi, terkadang
tdk sedikit anak muda menganggap bahwa budaya negara kita yaitu indonesia
adalah budaya yang kuno. Maka dari itu mereka kurang tertarik, kita sbagai
generasi bangsa harus sadar akan keberagaman budaya dan kekayaan sumbe rdaya
alam di negara kita. Bela negara juga termasuk jiwa nasionalisme dan cinta tanah
air. Bela negara adalah sikap dan tindakan kecintaan warga negara dan kesadaran
akan negara dan negaranya. Setiap warga negara berhak dan berkewajiban untuk
ikut serta dalam upaya bela negara, itulah tugas UUD 1945. Nilai yang terkandugn
dalam bela negara :1) Cinta Tanah Air; 2) Kesadaran Berbangsa dan Bernegara; 3)
Yakin Pancasila sebagai Ideologi Negara; 4) Rela Berkorban untuk Bangsa dan
Negara; 5) Memiliki Kesiapan Fisik dan Psikis
 Pendidikan merupakan faktor penting untuk menumbuhkan nasionalisme
disamping Bahasa dan budaya. Pendidikan kewarganegaraan erat kaitannya dengan
nilai2 nasionalisme dan patriotisme. Hal tersebut bukan lah mitos, karena memang
secara substansif pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk warga
Negara yang baik. Dan menanamkan jiwa nasionalisme juga bisa dengan cara kita
mengikuti upacara setiap hari senin
 Kesimpulan
 Tantangan bagi nasionalisme yaitu lahir seiring dengan semakin moderenenya
kehidupan mansuia dimana jarak bukan lagi suatu halangan
 Modernisasi budaya dan adanya globalisasi telah menyebabkan terjadinya
transformasi nilai dan sikap sosial dari irasional menjadi rasional. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kegiatan sosial menjadi lebih rileks dan menstimulasi ide-ide yang lebih
maju

Jurnal 2
Degradasi moral sebagai dampak kejahatan siber pada generasi millenial di Indonesia
Nurbaiti Ma’rufah; Hayatul Khairul Rahmat; I Dewa Ketut Kerta Widana
Magister manajemen Bencana, Fakultan Keamanan Sosial, Universitas Pertahanan
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial vol 7 no 1 tahun 2020 hal 191-201
DOI : 10.31604/jips.v7i1.2020.191-201
 Pendahuluan
 perkembangan tidak dapat dipungkiri mampu membawa dampak negative yang
tidak kalah banyak dengan manfaat yang didapatkannnya. Dengna adanya
teknologi computer telah menciptakan ruang baru yang disebut dengan cyberspace
yang merupakan sebuah dunia komunikasi berbasis computer yang menawarkan
realitas yang baru yaitu realitas virtual. Ruang baru yang tercipta tersebut tentunya
tidak berdampak baik saja, ada beberapa pihak dari generasi milenial
memanfaatkan untuk melakukan suatu kejahatan yang dikenalkan dengan
kejahatan siber.
 Kejahatan siber merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan
dnegan menggunakan jaringan komputer sebagai sarana atau alat dengan menjadi
komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak dapat
merugikan pihak lain.
 Generasi milenial merupakan generasi lahir tahun 1982-2000. Generasi ini
merupakan generasi yang sangat menghargai perbedaan, lebih memilih bekerja
sama dari menerima perintah, dan sangat pragmatis ketika memecahkan persoalan
(Putra, 2016). Merupakan generasi yang berada pada usia produktif, seiring
perkembangan global tentunya moral terus mengalamai penurunan yang
disebabkan mudanya mengakses sesuatu baik dengan cara yang baik ataupun tidak.
 Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat yang kemudian
memunculkan kejahatan siber sehingga berdampak pada generasai milenial
terutama penurunan moral yang disebut degradasi moral.
 Degradasi moral ini terjadi banyak sekali faktor yang mempengaruhi, selain
pengaruh teknologi informasi dan komunikasi yang sangat kuat juga dipengaruhi
oleh kurangnya filter akan keterbukaan informasi sehingga membuat seorang bisa
mengakses informasi baik dewasa, remaja maupun anak-anak. faktor lain seperti
pergaulan bebas yang kian tidak terarah dengan acara televise yang tidak
berorientasi mendidik lagi turut mendukung degradasi moral (Cahyo, 2017)
 Penulis mengupas mengenai degradasi moral sebagai dampak dari cybercrime pada
generasi milenial Indonesia
 Metode penelitian
Studi literature
Library research  dengan mengumpulkan berbagai referensi bacaan yang relevan
dengan permasalahan yang diteliti kemudian dilakukan pemahaman cara teliti dan
careful sehingga mendapatkan sebuah temuan-temuan penelitian (Zed, 2003:3).
Penulisan menggunakan literature study secara mendalam untuk mendukung
penelitian ini
 Hasil dan pembahasan
 Degradasi moral: sebuah uraian ringkas
 Degradasi adalah penurunan mutu atau kemerosotan kedudukan (Daryanto
(dalam Maisari, 2013). Adapun degradasi yang dimaksud adalah penurunan
kualitas maupun perusakan moral
 Moral itu adalah ajaran baik dan buruk ttg perbuatan dan kelakuan (akhlak)
 Degradasi moral adalah turunnya kesadaran bertingkah laku sesuai dengan
aturan yang berlaku sebagai akibat dari kurangnya kesadaran taat kepada
hukum, sedangkan hukum itu tertulis di dalam hati masnusia yaitu berupa nilai
(value)
 Sepuluh tanda degradasi moral yang merupakan tanda kehancuran suatu bangsa
diantaranya meningkatkan kekerasan pada remaja, penggunaan kata-kata buruk,
pengaruh peer group atau rekan kelompok yang kuat dalam tindak kekerasan,
meningkatkan penggunaan narkoba, alcohol dan seks, kaburnya batasan moral
baik dan buruk, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat kepada guru dan
orang tua, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga Negara,
membudayakan ketidakjujuran, adanya saling curiga, dan kebencian diantara
sesame
 Karakter baik dapat membentengi diri dari degradasi moral
 3 komponen karakter baik (Lickona, )
1. Moral knowing (atau pengetahuan ttg moral  kesadaran serta
pengetahuan nilai-nilai moral
2. Moral feeling atau perasaan ttg moral
Dua ini merupakan aspek yang harus ditanamkan beruap sumber energy
dari diri manusia untuk bertindak sesuai dengan prinsip moral
3. Moral action atau perbuatan moral  bagaimana membuat pengetahuan
moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Diperlukan agar
generasi milenial mampu memahami, merasakan dan mengerjakan
sekaligus nilai-nilai kebaikan
 Faktor pendukung degradasi moral di era digital(Muthohar, 2013)
1. Tersebar luasnya pandangan materialistik tanpa spiritualitas, ukuran
kesuksesan lebih diukur pada kesuksesan materiil dan
mengenyampingkan moralitas
2. Konsep moralitas kesopanan menjadi longgar karena terpengaruh
budaya barat akibat dari mudahnya mencari informasi mellaui ICT
3. Budaya global menawarkan kenikmatan semu melalui 3F, yaitu food,
fashion dan fun
4. Tingkat persaingan semakin tinggi karena terbukanya sekat local dan
kebanyakn bersifat online
5. Masyarakat lebih bersifat individualistis dan kurang peduli dengan
lingkungannya sehingga control moral terutama pada generasi milenial
menjadi rendah
6. Keluarga kurang dapat member pengarahan, karena masing-masing
orang tua sudah mempunyai kesibukannya masing-masing bahkan
broken home
7. Sebagian besar sekolah tidak sepenuhnya mengontrol perilaku siswa
karena keterbatasan waktu, sumber daya, dan sumber dana, ataupun
kurang menakankan pentingnya moralitas

 Menemukenali makna cybercrime: kejahatan akibat pemanfaatan teknologi


informasi
 Cybercrime  bentuk2 kejahatan yang timbul karena pemanfaatan
teknologi informasi. Kuat kaitannya dengan computer crime
 Computer crime menurut United state department of justice  any illegal
act requiring knowledge of computer technology for it prepatration,
investigation, or prosecution.
 Cybercrime  perbuatan melawan hukum yang dilakukan dnegna
menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi,
computer, dan telekomunikasi, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun
tidak dengan merugikan pihak lain
 Cybercrime berdasarkan motifnya : (Hius, dkk, 2014)
1. Cybercrime sebagai tindakan kejahatan murni  orang yang
melakukan kejahatan secara sengaja dan terencana u/ melakukan
perusakan, pencurian, tindakan anarkis, terhadap suatu system
informasi atau system computer
2. Cybercrime sebagai tindakan kejahatan abu-abu  kejahatan ini
tidak jelas natara kejahatan criminal atau bukan karena dia
melakukan pembobolan tetapi tidak merusak, mencuri, ataupun
melakukan perbuatan anarkis terhadap system informasi atau system
computer tersebut
3. Cybercrime yang menyerang individu  kejahatan yang dilakuikan
oleh orang lain dengan motif dendam atau iseng yang bertujuan
untuk merusak nama baik, mencoba atau mempermainkan
seseorang untuk mendapatkan kepuasan pribadi
4. Cybercrime yang menyerang hak milik  kejahatan yang dilakukan
terhadap karya seseorang dengan motif menggandakan,
memasarkan, mengubah yang bertujuan untuk kepentingann
pribadi/umum ataupun demi materi/nonmateri
5. Cybercrime yg menyerang pemerintah  kejahatan yang dilakukan
dengan pemerintah sebagai objek dengan motif melakukan terror,
membajak, maupun merusak keamanan suatu pemerintahan yang
bertujuan untuk mengacaukan system pemerintahaan atau Negara
 Langkah-langkah untuk meningkatkan kesadaran akan bahay
penyalahgunaan internet Hius dkk (2014)
1. Modernisasi hukum pidana nasional beserta hiikum acaranya
diselaraskan dengan konvensi internasional yang terkait dengan
kejahatan tersebut
2. Peningkatan standa pengamanan sistem jaringan komputer nasional
sesuai dengan standar internasional
3. Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparat hukum mengenai
upaya pencegahan, investigasi dan penuntuntan perkara2 yang
berhubungan dengan cybercrime
4. Meningkatkan kesadaran warga negara mengenai bahaya
cybercrime dan pentingnya pencegahan kejahatan tersebut

 Apa itu generasi milenial ? sebuah kajian teoritis


 Milenial  istilah cohort dalam demgorafi, merupakan kata benda yang
berarti pengikut atau kelompok. Saat ini ada empat cohort demografi, yaitu
baby boomer (1946-1964), gen-x (1965-1980), millenial (1981-2000) dan
gen z (2001- sekarang).
 Generasi milenial kuat kaitannya dengan penggunaan alat komunikasi,
media dan teknologi, informasi yang digunakan seperti internet, mp2 player
dll
 Generasi milenial jga sering disebut Urban Middle-class Millenial memiliki
3 karakteristik utama yaitu 3 c : (fatmawati, 2010)
1. Connected  pribadi yang pandai bersosialisasi terutama dalam
komunitas yang mereka ikuti serta berkelana di media sosia.
2. Creative org2 yang berpikir out of the box, kaya akan ide dan
gagasan serta mampu mengkomunikasikannya secara cemerlang
yang dibuktikan dengan tumbuhnya industri yang dimotori oleh
anak muda
3. Confidence percaya diri, berani mengungkapkan pendapat, serta
tidak sungkan berdebat di depan public.

 Degradasi moral sebagai dampak trend cybercrime pada generasi milenial di


Indonesia
 Generasi milenial merupakan generasi yang hidup di mana internet dan
gadget sudah menjadi layaknya seorang kekasih. Tidak sedikit orang yang
terkena bius internet. virus gadget dan internet ini telah berpengaruh pada
perkembangan informasi dan komunikasi.
 Menurut data badan pusat statisti yang dikeluarkan pada tahun 2013,
jumlah milenial Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 33%
dari total penduduk Indonesia. (83 jta jiwa) pada tahun 2020 proporsi
mencapai 34% yang berada pada usia 20-40 tahun. Pada tahun tersebut
generasi milenial akan menjadi tulang punggung perekonomian indonesia
karena muali berkurangnya populasi gen-x dan baby boomer
 Kejahatan di internet muncul karena adanya komunikasi dan hubungan
antara satu komputer dengan komputer lain melalui suatu jaringan, satu
pihak dapat memberikan sesuati kepada pihak lain dan sebaliknya.
Peringkat indonesia dalam kejahatan siber itu merupakan peringkat pertama
menggnatikan ukraina.
 Penelitian verisign, perusahaan yang mmeberikan pelayanan intelijen di
dunia maya yang berpusat di california. Indonesia tercata memiliki
persentase paling tinggi cyberctime (danuri &suharwi, 2017)
 Kejahatan siber karakteritiknya tidak hanya nasional tetapi juga global yang
dapat menembus ruang dan waktu, tidak mengenal yurisdiksi, dan dapat
dilakukan dari mana saja dan kapan saja. Trend cybercrime di indonesia
terjadi dalam berbagai sektor seperti perbankan, pemerintahaan, pendidikan
dan bisnis.
 Salah satu bentuk contohnya dalam sektor pendidikan dimana para pelaku
menyelipkan konten pornografi dalam situs edukasi. Hal ini tentu telah
berusaha untuk diatasi oleh kementrian komunikasi dan informasi RI.
Akibatnya lambat lau generasi milenial khususnya remaja mengosumsi
konten tersebut mengalami kemerosotan karakter atau yang dikenal dengan
degradasi moral
 Perlu usaha sehingga kejahatan cybercrime tidak berdampak kepada
generasi milenial terutama dalam masalah degradasi moral. Dalam hal ini
bisa dengan mengamabkan sistem yg harus terintegrasi secara keseluruhan
sistem dengan tujuan mempersempit celah akses pengguna yang merugikan
dan dapat dilakukan dengan pemasangan sistem antivirus yang prefesional.
 Hal yang dapat pemerintah lakukan adalah adanya lemabga penanganan
cybercrime dan pembuatan UU ttg cybercrime. Adapun lembaga yang
meangani di indonesia adalah indonesian computer emergency response
team (IDCERT) yang merupakan unit sebagai point of contac bagi orag
yang melaporkan masalah keamanan komputer
 Untuk UU, ada KUHP pasal 363 dan UU informasi dan transaksi elektronik
*UU ITE) yang dsahkan 27 okt 2016
 Meminimalisir dampak dari generasi yang sudah terpapar degradasi moral
adalah dengan memberikan pendidikan agama untuk menanamkan benih2
nilai spiritual dan moral dalam kehidupan sehari-hari (lakarim. 2016).
Pendidikan agama dan spiritual yang kaut dapapt meminimalsir kejahatan
siber.
 Simpulan
1. Degradasi moral dan cyber crime merupakan dua hal yang saling berkaitan.
Ketika perkembangan ICT sangat pesat memunculkan celah untuk melakukan
suatu kegiatan yang dapat merugikan orang lain dan hanya menguntungkan
diri sendiri yang dibseut cybercrime
2. Generasi milenial yang hidup di era perkembangan ICT yang pesat perlu
membekali diri dengan nilai spiritual dan moral sehingga terbnetuk pribadi
yang kuat dan kemudian menjadi seorang professional sehingga bisa menekan
angka cybercrime
3. Untuk menekan trend cybercrime di Indonesia maka perlu sist4em yang
terintegrasi, lembaga yang mengurusi cybercrime dan pemebntukan UU
cybercrime serta menanamkan nilai spiriutual dan moral kepada generasi
milenial
Jurnal 3
Eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam upaya menghadapi generasi
milenial
Chintami Budi Pertiwi; FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (2019)
DOI:10.31227/osf.io/rg2ey

 Pendahuluan
 Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa
Indonesia.Artinya, bahwa kedudukan Bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa
nasional negara Indonesia. Hal ini sejalan dengan fungsi dari Bahasa Indonesia
yaitu: (a) bahasa resmi kenegaraan; (b) bahasa pengantar resmi di lembaga-
lembaga pendidikan; (c) bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional
untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah;
dan (d) bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern. (Masnur : 2010)
 Penggalakan Gerakan Disiplin Nasional pada tahun 1995 untuk mengutamakan
bahasa Indonesia tengah menemui masa redup. Redupnya pengutamaan bahasa
negara di ruang publik seolah-olah menunjukan tanda-tanda kekhasan identitas
bangsa ini mulai runtuh. Keruntuhan simbolik negara bangsa seperti itu tengah
terjadi oleh karena agenda globalisasi dan kemajuan teknologi informasi serta
komunikasi yang telah diproyeksi sebagai modernisasi era revolusi industri 4. 0.
 Sikap bangga pada bahasa asing seperti itu dianggap menjadi pilihan yang tepat
agar manusia Indonesia lebih berterima sebagai warga global.
 Sikap bangga akan budaya asing ini terus membuat penggunaan bahasa Indonesia
melalui media sosial cenderung lebih sebagai alat pengungkap kesenangan pada
hal instan dan kebiasaan merumpikan SARA daripada sebagai etos pengembangan
literasi sebagai baca tulis secara komprehensif. Tantangan linguistik, sejarah, dan
hokum itu makin besar pada zaman globalisasi, terutama pada era Revolusi
Industri 4,0.
 Pembahasan
 Menegakkan bahasa indonesia di ruang publik
 UU no 24 tahun 2009 mengatur mengenai kewajiban penggunaan bahasa
ndonesia di ruang publik dapat dibaca dalam 4 argumen yaitu:
1. Keinginan negara untuk mempertahankan identitas nasional, dalam hal ini
adalah bahasa Indonesia, yang bukan saja tuntutan konstitusi, namun juga
erat kaitannya dengan pemartabatan bahasa secara fungsional.
2. UU memberlakukan secara ektatan dengan menutup kemungkinan argumen
kemajemukan atau pola-pola dwibahasa tertentu
3. Pengaturan kewajiban dalam UU memiliki makna hokum dan lebih
menekankan kepada fungsi direksi dari UU.
4. Implementasi berujung pada pertimbangan kemanfaatan(doelmatigheid),
bukan kepastian hokum (rechmatigheid), sehinga masih melahirkan
kebijakan yang masih terbuka (open legal policy), sebagai cara-cara kreatif
negara untuk menjamin kehadiran undang-undang. (Saddhono 2014)
 Maka dengan hal itu perlu adanya pengawasan terhadap penggunaan bahasa
indonesia di ruang publik serta melakukan tindakan hukum atau memberi sanksi
bagi yang melanggarnya agar memiliki efek jera seperti yang telah dilakukan
oleh pemprov DKI yang menurunkan poster menggunakan bahasa asing.
 Pengutamaan penggunaan bahasa negara diatur pada peraturean menteri dalam
negeri (Pemendagri) No 40 thn 2007 tentang pedoman bagi kepala daerah dalam
pelestarian dan pengembangan bahasa negara dan bahasa daerah
 Kontur global dari konteks pluringual
 Lanskap linguistik juga terkait erat dengan persaoalan ruang berbahasa
antarbangsa.
 Munculnya ancaman terhadap eksistensi bahasa indonesia di ruang publik
merupakan fakta atas kehadiran bahasa Inggris. Bahasa indonesia yang ketika
ditempatkan pada posisi diatas bahasa asing akan menaikkan derajat harga diri
manusia indonesia di mata dunia global. Pada era globalisasi ini, melalui
lanskap bahasa negara di ruang publik itu, derajat harga diri manusia indonesia
ditinggikan hingga sejajar dengan manusia yang bermartabat di dunia global
 Peran bahasa dan sastra dalam pembangunan bangsa
 Kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa negara mampu memantapkan
perannya sebagai saran pembangunan nasional, penyelenggaraan negara,
pendidikan, kegiatan keagamaan, dan peningkatan partisipasi generasi muda
serta sebagai saran pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang pada gilirannya memperkuat ketahanan nasional. Dalam
perjuangan bangsa Indonesia menghadapi era lepas landas, peran bahasa dan
sastra Indonesia perlu dimantapkan dengan tujuan utama meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
 Kesadaran berbahasa merupakan modal penting dalam memwujudkan sikap
berbahasa yang postifi yang akan mengkukuhkan fungsi bahasa indonesia
sebagai lambant jati diri bangsa
 Penggunaan bahasa indonesia perlu dibina lebih lanjut untuk menghadapi
tantangan penggunaan bahasa inggris dan di dalam pergaulan internasional. Dan
juga perlu diarahkan sedemikian rupa hingga dapat berfungsi sebagai sarana
untuk memanifestasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa
 Perkembangan bahasa indonesia di luar negeri
 Tujuan pengajaran bahasa indonesia di luar negeri umunya bersifat
insntrumental, terutama untuk peneliti yg berencana melakukan penelitian di
indonesia dan para calon diplomat yang bertugas di indonesia
 Bahasa indonesia untuk pembelajar asing (BIPA) ditangani lebih serius antara
lain dengan menyusun kurikulum yang luwes yang dapat dengan mudah
disesuaikan dengan keperluan pembelajar; menyusun materi pengajaran dengan
format yang menarik dan memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, lisan maupun tulis, yang hidup di masyarakat, baik untuk
interaksi formal maupun interaksi informal; dan menggunakan metode
pengajaran yang berdasarkan pendekatan komunikatif. Oleh karena itu, guru
dan dosen BIPA seyogianya memahami kaidah-kaidah sosiolinguistik yang
mendasari pendekatan komunikatif. (Saddhono : 2012)
 Dampak globalisasi terhadap perkembangan bahasa indonesia
 Banyak orang indonesia yang lebih suka menggunakan kata-kata istilah dan
ungkapan asing. Meskipun sudah ada padanannya dalam bahasa indonesia
 Banyak orang indonesia menghargai bahasa asing secara berlebihan sehingga
ditemukan kata dan istilah asing yang „amat asing“. Hal ini terjadi karena salah
pengertian kata-kata tersebut
 Banyak orang Indonesia belajar dan menguasai bahasa asing dengan baik tetapi
menguasai bahasa Indonesia apa adanya. Terkait dengan itu banyak orang
Indonesia yang memiliki banyak kamus asing tetapi tidak memiliki kamus
bahasa indonesia
 Kedudukan bahasa dalam era globalisasi dan milenial
 Era ini ditandai dengan kontak bahasa, dan budaya yang tidak bisa terelakan.
Dalam hubungan itu kedudukan bahas ayang hidup dan diperlukan dalam
kegiatan berbangsa dan bernegara perlu dikukuhkan. Bahasa indonesia
ditempatkan sebagai alat pemersatu bangsa, pembentukan jati diri dan
kemandirian bangsa serta sebaqgai wahanai bagsa menuju kehidupan yang lebih
moderen dan beradab.
 Bahasa daerah merupakan bagian sarana pembinaan dan pengmebangan buday,
seni dan tradisi daerah yang dapat memperkuat jati diri bangsa dalam berbagai
kompetisi global.
 Bahasa asing merupakan sarana agar bangsa kita mampu berkompetisi aktif
dalam kontak antarbangsa. Untuk memperkukuh kedudukan bahasa dalam era
globalisasi itu, upaya-upaya yang sungguh-sungguh perlu dipersiapkan dan
dilakukan baik dalam berbagai aspek substansial kebahasaan maupun aspek
kelembagaan.
 Untuk menghadapi tantangan perkembangan sosial dan budaya, ilmu
pengethaun dan teknologi. Bahasa indonesia perlu ditingkatkan mutunya dan
dan dikembangkan kemampuan daya ungkapnya sehingga buku tata bahsa dan
kamus serta berbagai pedoman penggunaan bahasa menjadi profesional untuk
lebih mmeberdayakan sdm Indonesia. (marsudi. 2009)
 Kemudian tokoh publik diminta untuk dibina untuk menggunakan perilaku
bahasa yang baik sehingga menjadi panutan bagi masyarakat
 Saat ini merupakan era globalisasi dan era otonomi daerah. Kedua era ini
mempengngaruhi peran bahasa di indonesia. Peran bahasa indonesia dan bahasa
asing perlu dirumuskan kembali seiringi dengan otonomi daerah. Dalam
kaitannya, mutu bahasa terutama bahasa indonesia dan daerah perlu
ditingkatkan agar kedua bahasa tersebut disamping dapat terpelihara dngan
amanan UUDNKRI 1945 juga dapat menjalankan fungsingya untuk berbagai
keperluan.
 Hal yang terakhir adalah peningkatan mutu pembelaajran bahasa. Peningkatan
dapat dilakukan dengan pembaruan pengajaran bahasa sesuai dengan
perkemabngan teknologi informasi dan rekayasa bahasa sert dengan
meningkatkan permasyarakatan bahasa agar dapat diperoleh sikap positif
terhadap bahasa indonesia, bahasa daerah dan bahasa asing.
 Kesimpulan
Baik buruknya bahasa indonesia merupakan tanggungsjawab setiap warga negara
indonesia. Harus serta merta berperan dalam membina dan mengembangkan bahasa
Indonesia ke arah yang positif. Usaha-usaha ini, antara lain dengan meningkatkan
kedisiplinan berbahasa Indonesia pada era globalisasi yang sangat ketat dengan
persaingan di segala sektor kehidupan. Maju bahasa, majulah bangsa. Kacau bahasa,
kacau pulalah bangsa. Keadaan ini harus disadari benar oleh setiap warga negara
Indonesia sehingga akan ada rasa tangung jawab terhadap pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia akan tumbuh dengan subur di sanubari setiap
pemakai bahasa Indonesia. Rasa cinta terhadap bahasa Indonesia pun akan bertambah
besar dan bertambah mendalam. Sudah barang tentu, ini semuanya merupakan
harapan bersama, harapan setiap orang yang mengaku berbangsa Indonesia.

Dalam era globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia merupakan ciri bangsa Indonesia
yang perlu terus dipertahankan. Pergaulan antarbangsa memerlukan alat komunikasi
yang sederhana, mudah dipahami, dan mampu menyampaikan pemikiran yang
lengkap. Oleh karena itu, bahasa Indonesia harus terus dibina dan dikembangkan
sedemikian rupa sehingga menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia dalam
pergaulan antarbangsa pada era globalisasi ini.

Jurnal 4
Implementasi literasi budaya dan kewargaan sebagai solusi disinformasi pada generasi
milenial di Indonesia
Anggi pratiwi; eflinnida nurul komaril asyarotin
Progam studi ilmu perpustakaan unmalang
Jurnal Kajian Informasi & Perpustakaan Vol 7. No 1 (juni 2019) 65-80
 Pendahuluan
 Generasi yang lahir di era milenial menganggap teknologi sebagai kebutuhan primer
 Perkembangan teknologi ke arah maya atau internet of things (IoT) membuak pintu
arus informasi dan komunikasi secara global, lewat berbagai media internasionla
mudah sekali diakses infomrasi dari luar secara instan. Secara cepat masyarakat terseret
arus globalisasi di segala bidang, pertukaran budaya merupakan salah satu hal yang
mudah diambil masyarakat
 Setiap individu (generasi milenial) memiliki karakteristi berbeda yaitu tergantung latar
belakang, tempat tinggal, strata ekonomi, sosial keluarga, dan pola komunikasi yang
sangat terbuka dibandingkan generasi sebelumnya.
 Generasi milenial juga lebih terbuka dalam pandangan politik dan ekonomi karena
mereka pengguna media sosial yang fanatik dan terpengaruh perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi
 Perkembangan teknologi menyebabkan munculnya beberapa fenomena yaitu
permasalah disinformasi
 Disinformasi adalah dampak perdistribusian fake news yang beredar secara online di
dunia maya. Masyarakat mudah sekali menyerap informasi secara umum karena
penyebaran disinformasi sangat cepat dan mudah diterima
 Diinformasi  penyampaian informasi yang salah, baik yang dilakukan dengan sengaja
untuk membingungkan orang lain. Terjadi karena masyarakat mudah percaya dengan
ifnormasi yang diperoleh tanpa melihat atau mencari lagi dari mana sumber informasi
aslinya.
 Untuk mengatasi disinformasi perlu kemampuan literasi. Literasi tidak hanya sekadar
kemampuan membaca dan menulis, tetapi literasi bisa berarti melek teknologi, politik,
berpikir kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar (Irianto & Febrianti, 2017)
 Pentingnya kesadaran literasi mendukung keberhasilan seseorang dalam menangani
berbagai permasalahn
 Literasi budaya dan kewargaan adalah kemampuan seseorang dalam bersikap seabgai
bagian dari suatu budaya dan bangsa dalam lingkungan sosialnya. Pemerintah
memanfaatkan pendidikan literasi sebgai media penanaman nilai nasionalisme dan
patritotisme pada masayrakat di era milenial melalui gerakan literasi nasional di
Indonesia
 Kemampuan untuk memahami keberagaman dan tanggung jawab seabgai warga negara
dari suatu bangsa merupakan kecakapan yang harus dimiliki setiap individu di abad ke-
21. Oleh akran itu literasi budaya dan kewargaan penting diberikan di tingkat sekolah,
keluarga, dan masyarakat pada masyarakat terutama generasi milenial. Agar tetap
mencintai dan bisa melestarikan kebudayaan di indonesia baik secara nasional maupun
internasional.
 Literasi budaya dan kewargaan juga mengembangkan budaya lokal serta membangun
identitas bangsa indonesia di tengah masyarakat global, agar tetap mencintah dan bisa
melestarikan kebudayaan tersebut
 Literasi selalu dimaksudkan sebagai kemampuan dasar dalam hal membaca,
menghiturng dan menulis. Harus diperkenalkan sejak dini pa danak untuk membentuk
sikap yang baik. Namn seiring perkembangannya konsep literasi berubah menjaid
rangkaian keterampilan seperti literasi informasi, literasi kesehatan, teknologi, dan
lainnya.
 Artikel ini mengkaji tentang implementasi literasi budaya dan kewarganegaraan sebgai
solusi disinformasi pada generasi milenial. Misalnya pemahaman akan hate speech
syang disebabkan disinformasi serta bagaimana literasi budaya dan kewargaan dapat
bermanfaat bagi generasi milenial
 Penelitian ahmad (2013) mengenai beberapa media online yang memunculkan beberapa
meda online yang memucunkan situs islam yang telah digunakan sebagai media jihad
oleh para aktivis islam di seluruh dunia termasuk indonesia. Beberapa media online
terindentifikasi menyebarkan berita bohong mengenai ajaran islam. Maka umat islam
dianjutkan untuk menganalisis informasi ini lsebih lanjut
 Penelitian henriette dan windiani (2018) yang merupakan PKM di 5 SMA di kota
semarang. Penyuluhan ini menggunakan modul pembelajaran UNSECO 2018 yang
berisi materi:
1. Pemahaman hoaks sebagai penyimpangan informasi, baik itu misifnorasi,
disiinformasi, maupun malinformasi
2. Melawan disinformasi dan misinformasi melalui LMI,
3. Ex-post fact checking/ memeriksa fakta sebelum di publikasikan
Berdasarkan penyuluhan ini, siswa dapat menganalisis dengan cermat sebagai
pengguna media sosial
 Generasi milenial harus belajar menganalisis informaswi yang mereka terima agar tidak
menerima ifnormasi yangs alah. Dengan ini juga diharapakn generasi milenial juga
diharapakn dapat menambah wawasan intelektual pustakwan maupun guru di ruang
lingkup sekolah yang ingin memahami lebih jauh dalam penerapan literasi budaya dan
kewargaan secara kependidikan dan problematika disinformasi pada generasi milenial.

 Metode penelitian
Menggunakan metode studi literatur melalui pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk
memaparkan permasalah yang dikaji dan memberikan solusi untuk mengatasi masalah
tersebut secara terperinci dan mendalam sesuai dengan hasil analisis dan teori yang
digunakan. Jenis data yang digunakan melalui sumber data primer dan sekundar diperoleh
melalui berbagai literatur dalam 10 tahun terakhir. Literatur berjumla18 literatur yaitu
berupa.....
Teknik pengumpulan data dilkaukan analisis terahdap berabagai literautr yang
berhubungan dnegan topik permasalahn yang dikaji
Metode penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan deskriptif dalammemahamai
fenomena yang terjadi pada lingkungan sosial dengan memebrikan gambaran yang jelas
dari fakta yang ditemukan di lapangan
Studi litartura melalu pendekatan kualitatif menjelaskan fenomena disinformasi yangt
erjadi di kehidupan masayrakan terutama di generasi milenial sehingga dapat teratasi
melalui penerapan literasi budaya dan kebudayaan pada ranah kelaurga, masayraakat dan
sekolah.
 Hasil dan pembahasan
 Ketika era milenial, teknologi selalu digunakan untuk mendukung berbagai rutinitas
pengisi waktu luang, menyelesaikan pekerjaan dan komunikasi efekti falam menunjang
keseharian hidup
 Hal ini memungkinkan individu mendapatkan informasi terbau tingat global secara
instan dan kemudahan berkomnikasi tanpa batasan jarak
 Generasi milenial lebih menyukai lingkungan kerja dengan budaya terbuka dan waktu
yang fleksibel diman ahal terbsut membuat perilaku penelusuran informasi bersifat
instan
 Dengan semakin tinggi demand untuk beradapatasi, fenerasi milenial telah melakukan
akulturasi yaitu proses pembentukan budaya baru melalui pertukaran budaya setelah
adanya kontak antar budaya yang diambil dari bangsa lainnya tanpa membuang unsur
budaya asli. Dampak akulturasi ada yang berbentuk negatif, yaitu mengambilkan
usunfur buruk budaya lain
 (bisa copas saja ini) Salah satunya adalah bentuk budaya akan free-speech. Tidak
sedikit generasi milenial yang salah menginterpretasikan bentuk free-speech sebagai
bentuk pengungkapan pendapat semaunya di internet, terutama dalam media sosial.
Dampak buruk dari pengungkapan informasi sekehendak individu itu adalah rentannya
tingkat disinformasi dan juga tingkat keprovokatifan dari konten yang disebarkan oleh
individu di sosial medianya.
 Sagnat disayangkan, karena asal usul dari budaya free-speech adalah untuk kebebesan
berpendapat. Berpendapat disini itu tentunya juga harus didasari oleh fakta dan bukti,
tetapi pada kenyataannya, banyak pengguna media sosial yang menyebarkan informasi
hoaks dengan judul provokatif untuk menarik pembaca yang juga kemudian akan
menyebarkannya. Judul provokatif ini bukan hanya akan menarik pembaca tetapi juga
dapat membentuk opini negatif dalam diri pembaca, bahkan sebelum pembaca
membaca konten bacaan itu secara menyeluruh.
 Penyebarluasan konten negatif di sosial media dapat merugikan banyak pihak terutama
pihak yang diberitakan. Selain merugikan pihak yang diberitakan, penyebaran konten
negatif juga dapat menyebabkan kerugian terhadap masyarakat yang dimanipulasi oleh
kebohongan yang terdapat dalam konten tersebut. Terlebih lagi bila, awalnya informasi
konten tersebut awalnya merupakan informasi yang baik dan positif tetapi kemudian di
manipulasi menjadi hoaks oleh oknum tertentu untuk menggiring pembaca untuk
memiliki opini negatif terhadap pihak yang diberitakan.
 Fenomenan disinformasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Pengaruh IoT sebagai sumber informasi  struktur objek yang menyediakan
pemilik ke dalam identitas rahasia, dan kemampuan penyaluran data melalui
jaringan tanpa bertatap muka dengan orang melainkan langsung ke sumber tujuan,
yaitu interaksi manusia ke komputer jarak jauh dalam
2. Faktor hate-speech  hate speech adalah istilah yang berkaitan dengan pengaruh
berita atau ucapan kebencian terhadap individu atau kelompok tertentu yang berbeda
baik dari ras, agama, jenis kelamin dan suku. Adapun bentuk hate speech merupakan
penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, provokasi, penyebaran hoaks,
diskriminasi, konflik sosial dan penghasutan
Sarana yang sering digunakan untuk target pelaksanaan hate-speech adalah medi
ainformasi dan komunikasi massa, dimana respons atau feedback pembaca dan
sumber informasi sulit dilacak secar jelas jelas kebenarannya.
 Fenomena disinformasi akibat perkembangan teknologi membuktikan semakin sulitnya
prediksi pola pikir dan nilai moral generasi moderen. Perbedaan kehidupan kelompok
yang dapat menyeret semua golongan masyarakat tidak lagi terelakkan hingga
meningkat pada permasalah degradasi moral.
 Maka, seseorang harus mampu memposisikan diri dalam ketahanan mental, disiplin diri
yang adaptif, toleransi sosial, dan tatanan nilai dalam menghadapi dampak negatif yang
dibawa kemajuan teknologi untuk menghindari krisis tersebut.
 Pembentukkan karakter dapat dilakukan di tiga wilayah, yakni keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Hal ini melalui dukungan budaya yang dianut tiap individu di tempat
tinggalnya sendiri. Generasi millennial dapat membangun karakter yang positif melalui
peningkatan moral dalam memaknai hidup
 Orang yang terpelajar (literate) adalah individu yang telah siap untuk belajar sepanjang
hayat. Mereka membentuk sikap literate dari kebiasaan sehari-hari, yaitu kebijaksanaan
dalam pemanfaatan informasi dan kritis dalam pengambilan keputusan
 Literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan yang harus dimiliki individu
dan masyarakat untuk dapat bersikap di lingkungan sosial, sebagian bagian dari suatu
budaya bangsa Indonesia. Kemampuan literasi budaya dan kewargaan harus dimiliki
masyarakat terutama generasi millennial agar tetap mencintai serta dan bisa
melestarikan kebudayaan lokal yang ada sebagai bagian dari identitas bangsa Indonesia.
Selain itu, implementasi literasi budaya dan kewargaan juga dapat digunakan untuk
mengatasi disinformasi yang terjadi di dalam kehidupan berbangsa ini terutama pada
generasi millennial agar bisa mengolah informasi dengan lebih baik serta bisa tetap
mencintai dan melestarikan budaya lokal (lokal konten) yang dimiliki Indonesia.
 Implementasi literasi budaya dan kewargaan dalam mengatasi disinformasi pada
generasi millennial dapat dilakukan melalui, pertama, pelaksanaan program kegiatan
yang berisi tentang pengolahan informasi yang baik, dan kedua melalui penerapan
literasi budaya dan kewargaan pada ranah sekolah, keluarga dan masyarakat.
 Simpulan
Disinformasi merupakan penyampaian informasi yang secara disengaja bermaksud untuk
membingungkan orang lain. Fenomena disinformasi ini banyak terjadi di masyarakat,
terutama pada daerah yang tingkat melek informasinya masih kurang dan generasi yang
paling rentan adalah generasi millennial. Permasalahan ini harus bisa diminimalisir dengan
baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi fenomena disinformasi ini
diantaranya, pertama, pengolahan informasi dengan baik, dan kedua yaitu implementasi
literasi budaya dan kewargaan pada ranah sekolah, keluarga dan masyarakat. Implementasi
literasi budaya dan kewargaan sebagai solusi disinformasi pada generasi millennial ini
dilakukan agar generasi millennial terhindar dari disinformasi dan bisa mengatasi fenomena
tersebut dengan baik. Selain itu, generasi millennial agar tetap cinta dan dapat melestarikan
kebudayaan sebagai identitas bangsa Indonesia. Penelitian studi literatur ini akan berpotensi
untuk dikembangkan lagi pada penelitian selanjutnya, yakni meneliti konten budaya di
website atau media sosial yang digunakan generasi millennial. Implementasi literasi budaya
dan kewargaan sebagai solusi disinformasi pada generasi millennial sangat penting untuk
dilakukan. Selain itu, hasil penelitian ini juga berpotensi sebagai bahan rujukan untuk
penerapan literasi budaya dan kewargaan di sekolah, rumah dan masyarakat, dalam
membentuk generasi millennial yang lebih literate (terpelajar), tetap mencintai dan bisa
melestarikan sesuatu yang menjadi identitas bangsa ini.

Jurnal 5
Implementasi nilai pancasila pada generasi milenial di era serba modern
Angel dwi septianingrum; Dini Anggraeni Dewi
Jurnal Evaluasi dan Pembelajaran vol 3 no 1 tahun 2021
https://jepjurnal.stkipalitb.ac.id/index.php/hepi
 Pendahuluan
Nilai-nilai pancasila dalam diri bangsa Indonesia mulai luntur seiring berjalannya waktu.
Salah satu contohnya adalah sila pertama Indonesia yang menyebutkan “Ketuhanan
Yang Maha Esa” yang memiliki makna bahwa semua warga Negara Indonesia wajib dan
memiliki kebebasan untuk beragama. Tetapi hal ini mulai luntur dengan mulai
populernya kepercayaan atheist, yang semakin popular di kalangan muda.
 Pancasila merupakan landasan dari segala sesuatu yang dilakukan bangsa dan
dijadikan ideologi bagi bangsa Indonesia. Pancasila juga menjadi pemersatu bangsa
yang sudah jelas beraneka ragam suku,ras,bahasa,agama dari sabang hingga merauke.
 Nilai serta sila yang terdapat dalam pancasila mempunyai paham untuk warga
negaranya untuk terus mengingat isinya, selalu menerapkan dalam kehidupan, dan
akan dibawa terus hingga akhir. Adapun tiga nilai didalam ideologi pancasila yaitu
nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai prakis (Agus:2016). Nilai dasar, ialah sesuatu
yang sifatnya abstrak dan juga tetap, serta juga terlepas dari pengaruh perubahan
dalam waktu. Nilai dasar berprinsip absrak juga dengan sifatnya yang umum, tidak
terikat oleh waktu dan juga tempat.. Nilai Intrumental, ialah nilai yang bersifat
kontekstual. Nilai instrumental adalah sebuah jabaran dari pancasila, yang juga
merupakan arah kinerja dalan kurun waktu dan kondisi tertentu. Pada kandungan
nilainya, nilai instrumental ialah kebijakan, strategi, organisasi, rencana, dan program,
serta proyek yang dapat menindaklanjuti nilai dasar. Adapun lembaga yang mneyusun
nilai instrumental yaitu MPR, Presiden, dan DPR. Yang terakhir ada nilai Praksis
ialah nilai yang terdapat pada kehidupan sehari-hati.
 Implementasinya penerapan nilainilai Pancasila masih belum banyak mendapat
dukungan dari masyarakat termasuk kesadaran akan perilaku yang mencerminkan
nilai-nilai Pancasila sebagai penguatan karakter bangsa. Bahkan penelitian tersebut
mendorong adanya dukungan dari berbagai pihak yang berwenang di dalamnya untuk
lebih menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam semua sendi kehidupan.
 Dari sekian banyak generasi, generasi yang harus banyak ditanamkan nilai
pancasilanya adalah generasi milenial dan juga generasi setelahnya, karena generasi
itu ada beriringan dengan berkembangnya IPTEK. Banyak ahli juga menyatakan
bahwasanya generasi milenial ini lebih mementingkan kehidupan sosial medianya dari
pada menanamkan nilai pancasila dalam kehidupan sehari-harinya Sifat individunya
juga menjadi-jadi atau kurang bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar juga
 Hasil dan Pembahasan
 Perilaku generasi milenial
Sila kedua “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”. Kelunturan sila ini di perilaku
generasi milenial yang lebih sering memperhatikan ponselnya dibandingkan kepada
lingkungan sekitarnya. Fokus yang besar terhadap ponsel ini bahkan terjadi ketika
seorang milenial sedang berkumpul bersama di suatu tempat.
Sila ketiga “Persatuan Indonesia”, masyarakat sangat mudah untuk terhasut dari berita
hoaks akan kebencian yang disebarkan oleh oknum tertentu yang menyebabkan adanya
perperangan antar suku, ras, agama, dan bahkan antar lingkungan tempat tinggal.
Sila keempat “Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan”. Sila ini menekankan pada kebebasan berpendapat
tanpa adanya tekanan dari pihak tertentu. Bentuk kebebebasan berpendapat ini sudah
dapat terlihat tetapi adanya kecenderungan pendapat mayoritas berusaha untuk
menekan pendapat minoritas dengan melakukan peer-pressure yang menyebabnya
tertekannya pendapat atau opini dari suatu pihak tertentu. Hal ini sering terlihat di
lingkup komunitas kecil hingga lingkup pemerintahan.
Sila kelima, “Keadilan Sosial Bagi seluruh Rakyat Indonesia”. Sila ini menerapkan
keadilan bagi semua warga Negara Indonesia. Kelunturan sila ini mulai terlihat dengan
adanya eksklusivitas atau pembatasan terhadap sebuah instansi ataupun pertemanan
sehari-hari. Bentuk eksklusifitas ini pun dapat bejarak dari pilih-pilih teman hingga
bentuk diskriminasi kelompok tertentu akan suatu hal.
 Hubungan nilai pancasila di era milenial
 Oleh sebeb itu, amat sangat disayangkan bila sejarah Indonesia yang sudah tumbuh
begitu lamanya hancur karena adanya perebutan kekuasaan oleh kelompok yang
serakah. Perpecahan tersebut sangat tidak diingin kan oleh bangsa Indonesia.
Diperlukan adanya rasa tanggung jawab pada seluruh warganya, tentunya juga pada
generasi penerus khususnya generasi milenial. Generasi yang mempunyai usia
produktif antara 18-36 tahun, yang merupakan usia generasi produktif. Generasi
yang mempunyai peran penting untuk keberhasilan bangsa dan Negara. Namun,
kehidupan di era yang serba teknologi dan otomatis ini cenderung menjadi pribadi
yang sangat mudah di pengaruhi hal dari luar. Hal tersebut merupakan titik kritis
bagi pada penerus masa depan. Makanya generasi ini diharapkan tidak melupakan
nilai luhur yang ada pada pancasila seperti semangat bersatu, saling gotong royong,
percaya pada diri sendiri dan sebagainya. Pancasila pada hakikatnya harus dipelihara
dan diamalkan. Generasi milenial harus berada di titik terdepan, memengang teguh
nilai pancasila untuk mencegah hal yang bertentangan dari pancasila. Karena
bahwaasanya jalan bangsa ini juga ada ditangan generasi penerus seperti generasi
milenial ini.
 Upaya menanamkan nilai pancasila pada generasi milenial
 Mempunyai satu agama dan tekun terhadap agama tersebut, serta tidak memaksa
orang lain untuk masuk ke agama tertentu.
 Harus menanamkan jiwa menghargai perbedaan yang ada darinya banyaknya suku,
ras, agama. Dan menjaga adab dan kesopanan
 Mencintai tanah air dan turut serta menjaga kesatuan bangsa
 Mengandalkan musyawarah mufakat untuk mencapai tujuan bersama
 Selalu membantu orang lain yang sedang susah, menghormati hasil musyawarah,
serta memperjuangkan adanya keadilan.
 Simpulan
Pancasila dasar Negara yeng mempunyai makna dan nilai yang terkandung didalamnya
sebagai pedoman hidup. Nilai pancasila juga merupakan nilai filsafat uang dijadikan
aturan bagi norma di Indonesia. Pada zaman ini diperlukan adanya penegasan, penanaman
nilai pancasila agar kedudukannya sebagai dasar Negara tidak hilang. Maka dari itu
penerapannya harus ada kapan pun dan dimanapun lingkungannya. Harus diajarkan di
jenjang sekolah maupun perhuruan tinggi. Kita sebagai penerus bangsa harus menerapkan
nilai pancasila di kehidupan sehati-hari, agar sejalan dengan nilai dan norma pancasila.
Jangan juga sampai salah arah, kita harus menerapkan nilai serta norma tersebut juna
mengahrgai jasa para pahlawan yang telah berjuang tanpa mengenal lelah dan putus asa.
Jurnal 6
Implementasi nilai-nilai pancasila bagi generasi milenial di dalam kehidupan sehari-hari
Latifah Meynawati; Dinie Anggraeni Dewi
Jurnal Pendidikan Tambusal vol 5 no 1 (2021) 944-951
 Pendahuluan
 Dibutuhkan pengajaran ulang terhadap seluruh masyarakat di era saat ini menganai
pendidikan Pancasila karena tidak banyak yang sudah mampu melaksanakan
menerapkannya nilai nilai dari Pancasila khususnya didalam kehidupan sehari hari, saat
ini orang – orang sudah banyak mengkombinasikan budaya budaya luar yang serba
cepat atau instan (Yudistira, 2016).
 Pancasila merupakan landasan normative yang sudah pasti mendalam begitu kuat dan
merupakan ideologi didalam kegiatan berkehidupan masyarakat Indonesia yang
menjadikan Pancasila sebagai pedoman khususnya dalam jalinan sesame manusia yang
memiliki berbagai macam suku, ras, dan agama (Bhagaskoro, Utungga, syarifuddin,
2019). Dengan demikian Pancasila dapat mejadi landasan baik itu moral maupun norma
juga sebagai pengukur untuk baik dan buruknya atau benar dan salahnya suatu sikap,
tingkah laku masyarakat Indonesia. Bukan hanya itu saja, melainkan Pancasila mampu
sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia dan menjadi sumber landasan dalam
berkehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Shofa, 2016).
 Di dalam pancasia ada tiga nilai dalam ideologi Pancasila. Yang pertama adanya nilai
dasar, nilai dasar sudah tumbuh dengan baik dimulai dari perjuangan bangsa Indonesia
untuk meraih kemerekaan dari kesengsaraan masyarakat Indonesia dengan mempunyai
cita cita yang ditindas oleh para penjajah, nilai dasar yaitu suatu makna yang
hakikatnya terkadung didalam Pancasila yang bersifat hakiki dimana tudak akan pernah
lepas dari dampak berjalanya waktu. Kemudian nilai instrumental, nilai ini lebih
bersifat secara konteks, yang dapat menyesuaikan tuntunan suatu zaman, dengan
melihat suatu kondisi dan kurun waktu tertentu saja. Secara kandunganya nilai
instrumental merupakan yang memaparkan parameter dan cara untuk menggapai hal
yang sudah tertanam di nilai dasar, yang terkahir nilai praksis, nilai dari perwujudan
dari nilai dasar dan nilai instrumental didalam kehidupan sehari hari berbangsa dan
bernegara, nilai ini juga bersifat fleksibel dapat menyesuaikan perkembangan zaman
juga perkembangan yang berasal dari baik itu nilai dasar ataupum nilai instrumental.
Ketiga nilai ini saling berhubungan satu sama lain, maka dari itu jangan sampai adabya
pertentangan dan peyimpangann di setiap nilainya.
 Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian secara kualitatif atau pendekatan deskriptif,
yaitu studi literatur, studi literatur merupakan suatu proses mengkaji dan menganalisis
lebih dalam mengenai data, fakta, teori, konsep. Sumber data pendudkung literatur berupa,
ebook, jrnal, dan artikel yang berkaitan. Penulis yang menetapkan focus dari penelitian,
mencari sumber teori dan konsep, kemudian menganalisis teori tersebut dan Teknik
pengumpulan data yang diperoleh, dengan mencari variable dari berbagai sumber dimana
akhirnya akan ditafsirkan dan dibuat dari berbagai referensi yang sudah disebutkan
sebelumnya yang relevan dan adanya keterkaitan mengenai implementasi Pancasila dalam
kehiudpan sehari hari
 Hasil dan pembahasan
 Pancasila diimplementasikan dalam kehidupan dan perilaku sehari-hari. Salah satu
sikap Pancasila dalam berbangsa Indonesia adalah bertolak dari sudut pandang
kehidupan. Dengan kata lain, mengimplikasikan bahwa nilai-nilai Pancasila adalah
norma sikap dan perilaku, dan merupakan norma. Bangsa Indonesia harus menjunjung
tinggi nilai sejatinya dan menjunjungnya. Jika tidak dipraktekkan, maka pandangan
hidup ini akan menjadi sia-sia dalam kehidupan sehari-hari.
 Pancasila mempunyai tujuan supaya bangsa Indonesia mempunyai landasan dan pilar
yang kokoh untuk melaksankan pemerintahan, sehingga bangsa Indonesia ttidak mudah
terpengaruh aruh goyah oleh bangsa lain, sebagaimana Pancasila di prakarsai oleh para
tokoh pendiri bangsa Indonesia.
 Pancasila memiliki fungsi utama yaitu untuk mencapai tujuan dan cita cita secara
bersama – sama, yang kedua Pancasila merupakan pemersatu bangsa maka dari itu
Pancasila mampu menjadi solusi dalam konflik, Ada penidiri bangsa Indonesia
menyatakan pendapatnya mengenai Pancasila, yaitu Ir. Soekarno yaitu bangsa
Indonesia harus terus betjuang hingga turun temururn, maka Pancasila bukan hanya
sebagai falsafah negara melainkan lebih dari itu yaitu falsafah bangsa Indonesia, jika
kita kembali memperhatikan proses dari pembuatan dasar negara yaitu Pancasila dan
UUD 1945, para pemimpin rakyat agar bangsa Indonesia mampu menopang seluruh
anak bangsa, apalagi buka hanya agama yang mayoritas yaitu Islam.
 Simpulan
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila
juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia. Maka
manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam
kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan. Disaat ini generasi millennial
harus melaksankan pengimplementasian kembali dari kedudukan nilai luhur Pancasila
sebagai dasar negara, hal ini sangat wajib karena sudah terlalu banyak dan sering
terjadinya kesalah pahaman tentang Pancasila, juga lunturnya sikap yang meenerapkan
nilai nilai Pancasila. Maka dari itu, adanya Pendidikan Pancasila didalam sekolah maupun
perguruan tinggi sangat penting, supaya masyarakat khususnya generasi millennial mampu
mengimplementasikan kedalam kehidupan sehari hari, juga dapat sejalur dengan norma
yang berlaku. Serta secara tidak langsung kita telah menghargai dan meneruskan jasa jasa
pahlawan yang tidak tau arti putus asa dan menghadapi tantangan luar biasa untuk dapat
merumuskan Pancasila.

Jurnal 7
Pemicu lunturnya nilai pancasila pada generasi milenial
Devyanne Oktari; Dinie Anggraeni Dewi
Jurnal PEKAN vol 6. No 1 2021 93-103
 Pendahuluan
 Secara spesifik, penyebab turunnya nasionalisme juga patriotism pada generasi penerus
bangsa yakni salah satunya karena berkembangnya era globalisasi, yang menyimpan
dampak negatif disamping dampak positif yang diperoleh. Nasionalisme juga
patriotisme merupakan bagian penting bagi negara juga bagi kehidupannya.
 Globalisasi berasal dari kata globe yang bermakna bola dunia atau universal, namun
makna dan arti globalisasi adalah suatu proses terbentuknya system organisasi dan
komunikasi antar masyarakat dunia dalam mengikuti system juga kaidah tertentu
 Hal tertentu sangat mengkhawatirkan untuk kelangsungan hidup para generasi penerus
bangsa yang akhir-akhir ini sedang tergerus oleh dilemma perubahan moral dan sikap
karena terbelengu oleh arliran arus globalisasi maka dari itu perkemabngan karakter itu
penting.
 Hasil dan pembahasan
 Lunturnya nilai pancasila pada generasi milenial ini sangat berpengaruh kepada
kemajuan bangsa dan juga kelangsungan hidup warga Negara Indonesia hingga beberap
tahun kedepan
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga tidak terlepas dari nilai budaya
dan agama yang menjadi moral bangsa.
 Pancasila yang mengandung sederet nilai-nilai dasar idela merupaakn komitmen kepada
Negara, pengakuan Negara dan menjadi dasar pengembangan karakter bangsa
Indonesia.
 Berdasarkan pandangan fungsionalisme structural, Negara multietnis yang dapat
dijadikan sebgai nilai yang komprehensif, kesamaan denominator, identitas bangsa, dan
nilai-nilai yang dianggap mudah dicapai (nilai ideal) (kariyadi dan suprapto 2017)
 Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang di Indonesia,
menjadikan terlena nya bangsa yang menjadikan jiwa nilai-nilai Pancasila juga
memudar, yang akan membawa hal-hal buruk bagi negara yakni kemerosotan generasi
muda di era milenium ini.
 Budaya Indonesia juga ikut terpengaruh oleh tren globalisasi mnejadi lemahnya
keinginan masyarkat dalam upaya melestarikan budaya Negara sendiri
 Seringnya terjadi sikap individualitas saat berkumpul di satu tempat, dimana semua
orang hanya fokus terhadap gadget yang dimilikinya.
 kesadaran akan rasa tanggung jawab menjaga lingkungan sekitar sudah memudar, rasa
gotong royong berangsur-angsur melemah, kelompok yang merusak fasilitas umum,
terjadinya KKN, dan seringnya terjadi pelanggaran peraturan lalu lintas.
 Karakter bangsa yang menjadi fondasi yang kokoh bagi modernisasi dan pembangunan,
tidak tunduk pada penetrasi dan kekalahan nilai-nilai budaya asing, melainkan menjadi
kekuatan transformatif yang kuat untuk kemajuan.
 Sikap nasionalisme harus dibarengi dengan upaya memahami Pancasila yang
mengandung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Pancasila merupakan landasan dan
gaya hidup bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai kebangsaan yang harus
ditanamkan sebagai penerus bangsa di kalangan anak-anak. Dengan memahami
Pancasila maka ciri kebangsaan dapat dikembangkan. Nasionalisme tidak terlepas dari
dorongan untuk mencintai tanah air dan negerinya sendiri, karena dibutuhkan
pendidikan plant personality dari semua kalangan, terutama generasi milenial yang
merupakan generasi penerus bangsa.
 Menurut Rencana Aksi Pendidikan Karakter Nasional 2010- 2014 oleh Kementerian
Pendidikan, penekanan pada pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan
karakter, dan pendidikan moral. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
siswa agar setiap hari dapat mengambil keputusan baik dan buruk dengan sepenuh hati,
menjaga keputusan yang baik, dan menyadari indahnya hidup.
 Hal tersebut juga mempengaruhi karakter para generasi penerus bangsa, yang
seharusnya memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme namun berubah menjadi
generasi yang acuh pada negara nya sendiri, tidak luput dari peran pendidikan dan juga
lingkungan sekitar.
 Dengan memahami Pancasila maka ciri kebangsaan dapat dikembangkan. Nasionalisme
tidak terlepas dari keinginan untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, karena
diperlukan untuk menanamkan pendidikan karakter pada setiap orang. Indonesia saat
ini menghadapi era globalisasi ekonomi yang kompleks.
 Pentingnya penddikan karakter dapat diuji
 Simpulan

Jurnal 8
Pentingnya pendidikan kewarganegaraan di era globalisasi dalam mencegah degradasi moral
Siti fadia nurul fitri; dinie anggraeni dewi
Ensiklopedia of Journal vol 3 no 3 edisi 1. April 2021
 Pendahuluan
 Degradasi moral itu dapat diartikan lunturnya nilai dan moral yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, untuk mencegah adanya degradasi moral
pada era globalisasi ini, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Dengan
adanya kemajuan dalam berbagai aspek seperti utamanya dalam aspek teknologi,
haruslah diikuti oleh pendidikan yang maju.
 Pendidikan merupakan sarana untuk manusia agar dapat mengembangkan potensi diri
melalui pembelajaran yang di dapat Dengan adanya pendidikan diharapkan dapat
tercipta generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkualitas yang artinya generasi
yang mampu memanfaatkan kemajuan yang ada dengan sebaik mungkin.
 Menurut H.A.R. Tilar (2000: 19- 23) untuk menghadapi adanya globalisasi dan
degradasi nilai moral, diperlukan paradigma baru dalam pendidikan. Hal ini dapat
membantu menghindari adanya degradasi nilai-nilai moral pada bangsa Indonesia yang
diakibatkan oleh globalisasi.
 Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan yang ditujukan untuk menciptakan
generasi bangsa yang memiliki pola pikir kritis dan mampu bertindak demokratis.
Pendidikan kewarganegaraan juga membanu dalam pembentukan generasi penerus
bangsa yangmemiliki nilai-nilaiyang sesuai dengan tujuan dari bangsa Indonesia.
 Dalam penerapannya, Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan mengenai nilai-nilai
kewarganegaraan dan juga sebagai upaya pembentukan karakter pada siswa. Untuk
mewujudkan pendidikan kewarganegaraan sebagai upaya menanamkan nilainilai
kewarganegaraan dan upaya pembentukan karakter siswa, haruslah kita menciptakan
kondisi lingkungan sekolah yang kondusif terlebih dahulu. Sehingga pembelajaran
yang berlangsung akan berhasil diserap dengan baik oleh para peserta didik dan juga
dapat mencapai tujuan dari pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
 Hasil dan pembahasan
 Globalisasi adalah terbentuknya organisasi dan komunikasi antara masyarakat di
seluruh dunia untuk mengikuti system dan kaidah yang sama. Munculnya globalisasi
ditandai dngan adanya kemajuan dalam segala bidang, terutama ilmu pengethuan dan
teknologi
 Globalisasi membaw dampak positif dengan menyediakan segalah kemudahan bagi kita
 Globalisasi membuat setiap Negara dan setiap bangsa yang ada didunia bukan hanya
saling terbuka satu sama lain, tetapi ada ketergantungan antara Negara yang satu dan
Negara lainnya.
 Ketergantungan ini bersifat asimetris, artinya berbeda untuk setiap Negara. Negara
berkembang cenderung lebih terbuka terhadap dampak globalisasi dibandingakn negara
maju karena negara maju biasanya menjadi pelaku atau atau subjek yang menimbulkan
globalisasi. Sedangkan negara berkembang akan menjadi sasaran atau objek dari
globalisasi. Jadi, dapat di prediksi bahwa dampak dari globalisasi itu akan lebih besar
dampaknya kepada negara-negara berkembang.
 Globalisasi yang menimbulkan gaya hidup baru, yaitu gaya hidup kebaratbaratan
cenderung menghilangkan nilai-nilai lokal dan budaya lokal. Seharusnya, globalisasi itu
bertumpu pada nilai-nilai lokal yang sudah ada dan relevan dengan perkembangan
zaman. Tetapi hal itu kembali lagi pada setiap individu bangsa Indonesia. Jika bangsa
Indonesia itu memegang teguh nilai-nilai budaya lokal Indonesia, maka tidak akan
mudah terbawa oleh setiap gaya hidup baru yng ditimbulkan oleh globalisasi
 Globalisasi juga dapat menyebabkan munculnya degradasi moral. Degradasi moral ini
biasanya terjadi pada kaum-kaum remaja masa kini yang biasa disebut kaum milenial.
Hal ini terjadi karena kaum remaja biasanya lebih melek teknologi.
 hedonisme dan gaya hidup apatis atau gaya hidup yang acuh tak acuh terhadap
lingkungan sekitarnya. Faktor dari degradasi moral sendiri ada dua faktor, yaitu :
1. Faktor internal. Faktor internal ini berarti faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang. Hal itu contohnya seperti kepribadian yang dimiliki oleh orang tersebut,
kebiasaan hidup dari orang tersebut, dan juga kelabilan jiwa yang terdapat pada
seseorang, yang seperti kita ketahui pada saat usia muda jiwa seseorang masih
mengalami perkembangan yang menimbulkan sebuah kelabilan dalam bertindak.
2. Faktor Eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri
seseorang atau dapat dikatakan faktor dari lingkungan sekitar. Contohnya seperti,
Pengaruh di lingkungan keluarga, pengaruh di lingkungan sekolah, pengaruh di
lingkungan masyarakat, dan juga pengaruh dari kemajuan teknologi. Degradasi moral
pun termasuk ke dalam ancaman yang berakibat kehancuran
 globalisasi akan membawa dampak negatif apabila tidak disertai dengan adanya
pendidikan. Dengan pendidikan, kita akan memiliki pengetahuan dan mampu memilah-
milah mana hasil globalisasi yang harus diambil dan mana yang harus dihindari. Jika
kita lihat sistem pendidikan di Indonesia pada saat ini, masih memfokuskan pada
penguasaan akademis dari peserta didik daripada memfokuskan pada pendidikan dari
karakter peserta didik tersebut. Dan pada akhirnya menyebabkan terbentuknya peserta
didik yang miskin tata krama, sopan santun, dan etika moral.
 Paradigm baru yang perlu ada di pendidikan
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola pendidikan. Seperti yang kita
ketahui,masih banyak masyarakat Indonesia yang kurang paham akan pentingnya
pendidkan. Terutama di daerah-daerah terpencil yang jauh dari perkotaan. Kebanyakan
masyarakatnya berpikir bahwa lebih baik bekerja dari pada bersekolah. Oleh karena itu,
diharuskan adanya gerakan yang mengkampanyekan pentingnya pendidikan. 2. Sumber
daya pendidikan yang professional. Untuk menopang lancarnya kegiatan pembelajaran,
dibutuhkan tenaga pengajar yang profesional. Karena jika tenaga pengajarnya tidak
memiliki kompetensi itu, bagaimana ilmu akan tersampaikan dengan baik kepada
murid? Jadi, hal tersebut harus diubah agar pendidikan di Indonesia dapat lebih maju. 3.
Sumber daya penunjang yang memadai. Sumber daya penunjang disini, dapat diartikan
sebagai sarana dan prasana pendidikan yang memadai. Seperti yang kita ketahui, sarana
dan prasarana dari pendidikan di Indonesia masih banyak yang belum memadai.
Terutama di daerah-daerah terpencil. Oleh karena itu, agar terselenggara pendidikan
yang efektif harus diadakan pelengkapan sarana dan prasarana pendidikan.
 tanggung jawab pendidikan bukan hanya tanggung jawab pihak sekolah saja. Namun,
semua elemen masyarakat pun turut bertanggung jawab atas terlaksananya sebuah
pendidikan. Selain membangun paradigma baru pendidikan untuk mencegah adanya
degradasi moral, diperlukan juga adanya pemberian pendidikan karakter pada anak.
Pemberian pendidikan karakter ini dapat diberikan melalui adanya Pendidikan
Kewarganegaraan.
 Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan, yaitu: 1) Menampilkan karakter warga
negara yang paham akan nilai dan moral Pancasila; 2) Memiliki komitmen sikap positif
dan memiliki pemahaman utuh mengenai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; 3) Menciptakan warga negara yang berpikir kritis dan rasional
serta memiliki sifat cinta tanah air; dam 4) Menciptakan warga negara yang mampu
berpartisipasi aktif sebagai warga negara sesuai dengan harkat dan martabatnya.
 Ada tiga komponen utama dalam Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge), yang meliputi bidang politik, hukum, dan moral.
Secara lebih rincinya, pendidikan kewarganegaraan meliputi prinsip dan proses
demokrasi pemerintahan yang berdasarkan hukum (rule of law). Keterampilan
kewarganegaraan (civic skills) meliputi komponen-komponen yang harus dimiliki oleh
warga negara, seperti keterampilan intelektual, keterampilan sosial, keterampilan
partisipatif. Lalu ada sikap kewarganegaraan (civic disposition). Hal ini merujuk pada
watak pribadi dan watak kemasyarakatan yang diperlukan dalam perbaikan demokrasi
konstitusional. Ketiga komponen ini akan lebih mudah diresapi dan dipahami oleh
kaum-kaum milenial saat ini apabila disertai dengan contoh nyata dan realistis. Karena
pembelajarannya bukan hanya sekedar ceramah yang membuat kantuk. Generasi yang
memiliki banyak pengetahuan mengenai sikap kewarganegaraan yang baik, maka akan
menjadi warga negara yang memiliki sikap percaya diri (civic competence) dan juga
akan menjadi warga negara yang memiliki komitmen (civic commitment).
 Pendidikan Kewarganegaraan memberikan pendidikan tentang seputar
kewarganegaraan dan juga sebagai sarana untuk membangun karakter peserta didik
yang sesuai dengan Pancasila
 Melek kewarganegaraan juga sangat penting karena dengan hal itu, kita sebagai warga
negara menjadi paham akan hak-hak dan kewajiban kita sebagai warga negara . Dan
dengan melek kewarganegaraan diharapkan setiap warga negara dapat berpartisipasi
secara efektif dalam kehidupan warga negara. Selain itu, menurut Surya Dharma
urgensi dari Pendidikan Kewarganegaraan itu adalah pada dasarnya Pendidikan
Kewarganegaraan itu membentuk moral warga negara yang kuat. Pendidikan
kewarganegaraan juga sangat penting utnuk menanamkan nilai cinta tanah air, dan juga
Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan menjadi dasar yang kuat dan kokoh untung
mengembangkan kepribadian yang baik pada setiap warga negara.

Jurnal 9
Pentingnya pernerapan pendidikan moral di Indonesia
Dian rahmawati
TY - JOUR
AU - Rahmawati, Dian
PY - 2019/06/14
SP -
T1 - Pentingnya Penerapan Pendidikan Moral di Indonesia
ER -

 bangsa ini memperbaiki moral generasi milenial yang sudah mulai luntur dengan
menerapkan pendidikan moral sejak dini. Namun pendidikan moral bukan hanya untuk
generasi muda melainkan untuk semua kalangan, akan tetapi dititik beratkan pada generasi
milenial yang tidak lain adalah generasi yang menentukan akan dibawa kemana bangsa
ini.
 Pendidikan moral dapat diterapkan sejak dini dan dilakukan di lingkungan paling kecil
eluarga merupakan peranan paling penting dalam penanaman karakter anak agar lebih baik
dan sudah seharusnya anggota-anggota keluarga yang ada di dalamnnya turut campur
tangan dalam pembentukan karakter anak agar memiliki moral yang baik dan bukan
lembaga sekolah maupun lembaga lainnya, namun lembaga diluar keluarga dapat
dibutuhkan apabila keluarga tersebut terdapat masalah(Fahrudin, 2014)
 Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kemerosotan moral, yaitu:
1. Kurangnya tertanamnya nilai-nilai keimanan dalam individu
Keimanan seseorang sangatlah penting. Keimanan seseorang dapat timbul karena
menyakini suatu agama dan mempercayai ada sang Maha Kuasa.
2. Pengaruh lingkungan yang kurang sehat
Lingkungan sangat berpengaruh dalam terbentuknya moral. Apabila lingkungan
tersebut sehat maka ia akan terjauhi dari hal-hal negatif yang dapat merusak moral
namun apabila lingkungan itu buruk dan menganggap hal yang buruk menjadi hal
yang biasa maka rusaklah moral orang tersebut.
3. Pendidikan moral tidak terlaksana dengan baik di lingkungan keluarga, sekolah
dan lainnya
Pendidikan moral bukanlah sebuah ilmu pengetahuan melainkan sebuah kebiasaan
baik yang selalu diterapkan. Dengan begitu peranan orang tua, guru dan orang-
orang di sekitar sangat mempengaruhi moral anak. Apabila orang tua tidak
bermoral dan tidak mendidik anaknya dengan baik maka anak tersebut tidak
bermoral juga,
4. Suasana keluarga yang tidak baik
Keluarga yang harmonis sangat menentukan moral anaknya karena dengan hal itu
seorang anak akan mendapatkan kasih sayang yang cukup, perhatian dari orang tua
serta didikan orang tua terhadap anaknya pun baik. Apabila seorang anak tidak
mendapatkan itu semua maka seorang anak akan mencari perhatian orang tua nya
dengan bertindak hal-hal negatif dan mencari kasih sayang dari hal yang lain dan
tak jarang akan berakibat buruk terhadap anak tersebut.
5. Diperkenalkannya obat-obatan terlarang dan alat-alat anti kehamilan
Jika seorang anak sudah mengenal obat-obatan terlarang maka anak tmersebut
dapat berbuat hal-hal negatif yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dan
anakanak mulai melakukan seks bebas pada saat ini karena telah mengetahui alat-
alat yang dapat menghindari kehamilan dengan begitu anak-anak tidak cemas akan
resiko kehamilan yang akan ia dapatkan.
6. Banyaknya tulisan-tulisan, gambar-gambar, kesenian-kesenian dan tontonan-
tontonan yang tidak mengindahkan nilai-nilai dan tuntunan moral
Hal tersebut sangat berdampak buruk terhadap anak karena apa yang mereka baca,
dengar dan lihat akan sangat mempengaruhi moralnya.
7. Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang baik
dan yang membawanya ke pembinaan moral
Mengisi waktu luang dengan hal-hal positif sangat baik, namun apabila anak
tersebut kurang bimbingan dan mengisi waktu luang dengan kegiatan negative
maka semakin rusaklah moral anak tersebut.
8. Tidak adanya wadah untuk anak-anak maupun pemuda-pemuda untuk mendapat
penyuluhan terhadap moral
Wadah atau lembaga penyuluhan moral sangat dibutuhkan pada saat ini. Apabila seorang
anak atau pemuda merasa gelisah, kacau maupun stress sangat membutuhkan sebuah
bimbingan. Karena sangat bahaya ketika anak atau pemuda itu membuat suatu perkumpulan
dan mencari kesenangan sesaat yang akan mengakibatkan dirinya terjerumus ke dalam
lingkungan pergaulan yang sangat buruk
9. Pengaruh westernisasi
Sudah seharusnya kita melakukan filterisasi atau menyaring budaya tersebut mana
yang cocok dengan budaya timur mana yang tidak. Apabila semua budaya kita
terima tanpa menyaringnya maka anak-anak dapat merasakan akibatnya yaitu sikap
dan perilakunya tidak mengindahkan moral.
Perkembangan arus globalisasi dan arus modernisasi telah terjadi sangat lama, dan
tidak dapat dipungkiri bahwa ada dampak positif, serta dampak negatif dari
perkembangan arus ini. Bentuk dampak negatif yang seiring waktu mulai
menampakkan efek dalam jangka panjang terhadap jiwa nasionalisme dan jiwa
patrioritas bangsa Indonesia. Terutama untuk generasi yang saat ini merupakan
generasi yang paling bergantung terhadap keuntungan yang dibawa oleh arus
globalisasi dan modernisasi, yaitu generasi milenial. Salah satunya adalah gaya
hidup yang hedonis dan apatis yang semakin menjadi umum diantara generasi
milenial. Gaya hidup yang cenderung materialistis dan individualis ini berlawanan
dengan nilai-nilai prinsip dasar bangsa Indonesia yang terdapat di Pancasila. Selain
dari nilai dasar, aspek budaya tradisional Indonesia lainnya juga yang tergeser dan
digantikan oleh budaya kebaratan. Aspek nilai dasar dan budaya yang semakin
tergeser menandakan penurunan terhadap jiwa nasionalisme dan patriotisme dari
generasi milenial dan akhirnya terjadi degredasi moral. Beberapa faktor pendukung
yang menyebabkan degredasi moral adalah kejahatan di dunia siber. Bentuk
degradasi moral terhadap generasi milenial dapat ditekan dengan peningkatan
literasi budaya dan kewargaan, literasi media sosial, pengimplementasian langsung
nilai Pancasila didalam kehidupan sehari-hari, peningkatan mutu pelajaran
kewarganegaraan, serta adanya kerjasama orang tua dan guru untuk dalam
menanamkan nilai kewarganegaraan dan nilai moral terhadap anaknya.
The development of the current of globalization and the flow of modernization has
occurred for a very long time, and it cannot be denied that there are positive
impacts, as well as negative impacts from the development of these currents. The
form of negative impacts that over time began to show effects in the long term on
the spirit of nationalism and the spirit of patriotism of the Indonesian nation.
Especially for the generation that is currently the generation that is most dependent
on the benefits brought by globalization and modernization, namely the millennial
generation. One of them is the hedonistic and apathetic lifestyle that is increasingly
becoming common among the millennial generation. This lifestyle that tends to be
materialistic and individualistic is contrary to the values of the basic principles of
the Indonesian nation contained in Pancasila. Apart from basic values, other
aspects of traditional Indonesian culture have also been displaced and replaced by
western culture. Aspects of basic values and culture that are increasingly being
displaced indicate a decline in the spirit of nationalism and patriotism of the
millennial generation and eventually moral degradation occurs. Some of the
supporting factors that cause moral degradation are cybercrimes. The form of
moral degradation of the millennials can be suppressed by increasing cultural and
civic literacy, social media literacy, direct implementation of Pancasila values in
daily life, improving the quality of civic lessons, as well as the cooperation
between parents and teachers to instill civic values and moral values to children

Jurnal 10
Cara pandang pancasila dalam generasi milenial
Septiana indahayu wulandari 2019
DOI:10.31227/osf.io/6jzt3
Program studi d3 farmasi
 Isi

Anda mungkin juga menyukai