Anda di halaman 1dari 5

KONFLIK KEPENTINGAN YANG DAPAT MEMPENGARUHI LEGITIMASI

KEKUASAAN PEMERINTAH DAN BAGAIMANA CARA MENGATASI KONFLIK


POLITIK YANG TERJADI AGAR TIDAK MENGGANGGU KINERJA PEMERINTAH
DAN STABILITAS SISTEM POLITIK INDONESIA

PENDAHULUAN

Legitimasi adalah kesesuaian suatu tindakan perbuatan dengan hukum yang berlaku
atau peraturan yang ada, baik peraturan hukum formal, etis, adat istiadat maupun hukum
kemasyarakatan yang sudah lama tercipta secara sah. Legitimasi kekuasaan dalam
pemerintahan, yang merupakan pengejawantahan legalitas kekuasaan dalam pelaksanaan
pemerintahan negara.

Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, dalam arti bahwa ada satu pihak yang
memerintah dan ada pihak yang diperintah; satu pihak yang memberi perintah dan satu pihak
yang mematuhi perintah.Tidak ada persamaan martabat, selalu yang satu lebih tinggi
daripada yang lain dan selalu ada unsur paksaan dalam hubungan kekuasaan. Paksaan tidak
selalu dipakai secara gamblang, tetapi adanya kemungkinan untuk mempergunakan paksaan,
sudah cukup memberikan legitimasi.

TINJAUAN TEORITIK

Etimologi Legitimasi berasal dari bahasa Latin Lex yang berarti Hukum. Kata
legitimasi identik dengan munculnya kata-kata seperti legalitas, Legal dan Legitim. Sesuatu
yang tidak legal dianggap di luar peraturan yang sah, kendati peraturan itu sendiri bisa
diciptakan oleh pembuatnya, kecuali hukum Allah yang sudah terpatri.

Karena hal-hal yang dikemukakan tersebut di atas itulah legitimasi kekuasaan sangat
penting karena seorang perebut kekuasaan lalu selanjutnya akan membuat hukum dan
melaksanakan segala sesuatunya. Legitimasi juga mesti dikaitkan dengn norma dan agama.
Dalam pendemokrasian pemerintahan,legitimasi kekuasaan diimbangi dengan adanya
pembagian kekuasaan.

Robert M. Mac Iver mengemukakan bahwa kekuasaan dalam suatu masyarakat selalu
berbentuk piramida, karena kenyataan bahwa kekuasaan yang satu membuktikan dirinya
lebih unggul daripada yang lainnya, berarti bahwa yang satu lebih kuat dengan
mensubordinasikan kekuasaan lain.
PEMBAHASAN

Lembaga Legislatif

Lembaga Legislatif adalah lembaga yang ditetapkan membuat peraturan perundang-


undangan, tetapi sudah barang tentu berbeda bentuknya pada masing-masing negara.

Lembaga Eksekutif

Lembaga Eksekutif adalah lembaga yang ditetapkan menjadi pelaksana dari peraturan
perundang-undangan yang telah dibuat oleh pihak legislatif. Eksekutif berasal dari kata
eksekusi yang berarti pelaksana.

Eksekutif adalah pemerintah dalam arti sempit yang melaksanakan pemerintahan,


pembangunan, dan kemasyarakatan berdasarkan perundang-undangan dan haluan negara,
untuk mencapai tujuan negara yang telah ditetapkan sebelumnya. Organisasinya adalah
kabinet atau dewan menteri-menteri, dimana masing-masing menteri memimpin departemen
dalam melaksanakan tugas , wewenang dan tanggung jawabnya.

Lembaga Yudikatif

Lembaga Yudikatif adalah lembaga peradilan, yang memiliki kekuasaan kehakiman.

“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung (MA) dan lain-lain badan
kehakiman menurut Undang-Undang. Susunan dan kekuasaan badan-badan kehakiman itu
diatur dengan undang-undang. Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai
hakim ditetapkan dengan undang-undang”.

Lembaga Konsultatif

Lembaga Konsultatif adalah lembaga pertimbangan yang memberikan usulan dan tanggapan
kepada kepala negara serta menjawab pertanyaan yang disampaikan kepala negara.

Lembaga Inspektif

Lembaga Inspektif adalah lembaga pengawasan yang mengontrol dan memeriksa


penggunaan serta pertanggungjawaban keuangan negara. Hasil pemeriksaan oleh badan atau
lembaga inspektif tersebut diberitahukan kepada lembaga legislatif.

Lembaga Federatif
Lembaga Federatif adalah lembaga yang memiliki kewenangan dalam politik luar negeri
suatu negara.

Lembaga Konstitutif

Lembaga yang disebut Majelis Permusyawaratan Rakyat ini memiliki kekuasaan memilih,
mengangkat, melantik dan memberhentikan presiden serta wakil presiden.

Suatu sistem sosial senantiasa terdapat orang-orang yang memiliki tanggung jawa yang lebih
besar dalam bertindak, termasuk untuk hal-hal yang menyangkut kehidupan orang-orang
lainnya.

1. Adanya Pembagian Kekuasaan


2. Adanya Pemilihan Umum yang bebas
3. Adanya manajemen yang terbuka
4. Adanya kebebasan individu
5. Adanya peradilan yang bebas
6. Adanya pengakuan hak minoritas
7. Adanya Pemerintahan yang berdasarkan hukum
8. Adanya Pers yang bebas
9. Adanya beberapa partai politik
10. Adanya konsensus
11. Adanya Persetujuan
12. Adanya Pemerintahan yang Konstitusional
13. Adanya ketentuan tentang pendemokrasian
14. Adanya pengawasan terhadap administrasi negara
15. Adanya perlindungan hak asasi
16. Adanya pemerintahan yang mayoritas
17. Adanya persaingan keahlian
18. Adanya mekanisme politik
19. Adanya kebebasan kebijaksanaan negara
20. Adanya Pemerintah yang mengutamakan musyawarah
KESIMPULAN

Dalam melaksanakan kekuasaan negara tidak bisa bertindak sewenang-wenang.


Tindakan negara harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara sosiologis maupun secara
etis. Beberapa pemikiran dari filsuf dan ahli kenegaraan mengenai persoalan kekuasaan
negara, dikemukakan oleh plato, Thomas Aquinas, Niccolo Machiavelli, Thomas Hobes, dan
Jean-Jacques Rousseau.

Legitimasi adalah kesesuaian suatu tindakan perbuatan dengan hukum yang berlaku
atau peraturan yang ada, baik peraturan hukum formal, etis, adat istiadat maupun hukum
kemasyarakatan yang sudah lama tercipta secara sah. Seorang pimpinan menduduki jabatan
dan memiliki kekuasaan secara legitimasi.

Kekuasaan politik adalah bentuk kekuasaan yang penting karena menyangkut


kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan umum (Pemerintah) baik dalam hal
terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan pemegang kekuasaan sendiri.
Kekuasaan politik tidaklah mungkin tanpa penggunaan kekuasaan. Kekuasaan itu harus
digunakan dan harus dijalankan.

REFERENSI

Adrain, Charles F. (1992). Kehidupan politik dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara
Wacana.

Alfian, Pemikiran Umum dan Prospek Demokrasi Pancasila dalam Muchtar Masoed,
Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Asshiddiqie, Jimly, Prof. Dr. SH. (2006). Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara
Pasca Reformasi. Jakarta: Konstitusi Press.

Budiardjo, Miriam. (1977). Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta: Gramedia.

Handayaningrat, Soewarno. (1983). Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan


Nasional. Jakarta: Gunung Agung.

Harjosatoto, Suhartoyo, Perwakilan dan Demokrasi Pancasila di dalam Sistem Undang-


Undang Dasar 1945. Yogyakarta: Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada.
Hicks, Herbert G. & G. Ray Gullet. (1987). Organisasi, Teori dan Tingkah Laku: Jakarta:
Bina Aksara.

Kansil. Cst. (2005). Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Edisi Revisi. Jakarta:
Pradnya Paramita.

Kumorotomo, Wahyudi. (1994). Etika Administrasi Negara. Jakarta: Rajawali Press.

Mas’ed, Mochtar. (1994). Politik Birokrasi dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Agustus.

Musanef. (1983). Sistem Pemerintahan di Indonesia. Jakarta: Haji masagung.

Anda mungkin juga menyukai