Anda di halaman 1dari 7

RESUME ‘ULUMUL HADITS

Hadits Maudhu’
(Materi 10)
Dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah ‘Ulumul Hadits

Dosen Pengampu:
Dr. H. Maslani, M.Ag
Ahmad Nasrullah, M.Ag

Disusun Oleh:
Siti Sopiah Maspupah (1212020249)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Masalah hadits maudhu berawal dari pertentangan politik yang terjadi pada masa khalifah
Ali Bin Abi Thalib yang berujung pada pembuatan hadits-hadits palsu yang tujuannya adalah
untuk mengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-orang tertentu. Akibat perpecahan politik
ini, hampir setiap golongan membuat hadits maudhu untuk memperkuat golongannya masing-
masing.
Ulumul hadits merupakan suatu ilmu pengetahuan yang komplek dan sangat menarik untuk
diperbincangkan, salah satuanya adalah mengenai hadits maudhu yang menimbulkan kontrofersi
dalam keberadaannya. Suatu pihak menanggapnya dengan apa adanya, ada juga yang
menanggapinya dengan beberapa pertimbangan dan catatan, bahkan ada pihak yang menolaknya
secara langsung.
Kemudian kami sebagai Mahasiswa yang dituntut untuk mengkaji dan memahami polemik
problematika umat yang salah satunya ditimbulkan dari adanya hadits maudhu.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian hadits Maudu’
Maudu’ berasal dari isim maf’ul dari    ‫وضع يضع وضعا‬menurut bahasa seperti                           

(meletakan atau minyimpan)


Sedangkan menurut istilah hadits maudu’ adalah hadits yang dibuat-buatatau diciptakan atau
didustakan atas nama nabi. 1

Dan para ahli hadits mendifinisikan hadits maudu’ adalah:


‫ِ مِم‬ ِ ‫هو ما نُ ِسب إِىَل رسو ِل اللّه صلَّى اللّه علَي ِه وسلَّم‬
ُ‫ أ َْو َي ْف َعْلهُ أ َْو يُ َقَّره‬ ُ‫إختالَقًا َو ك ْذبًا َّا مَلْ َي ُقْله‬
ْ َ َ َ َْ َ ُْ َ َ َ َُ
“hadits yang disandarkan kepada Rasulullah SAW secara dibuat-buat dan dusta, padahal beliau
tidak mengatakan, memperbuat dan mengerjakan
ِ ِ ِ ‫هو الْمختلَع الْمصنوع الْمنسو‬
ً‫ك َع ْم ًدا اَْو َخطَأ‬ ْ ‫صلَّى اللّه َعلَْيه َو َسلَّ َم‬
َ ‫زو ًرا َوبُ ْهتَانًا َس َواءٌ َكا َن ذَل‬ َ ‫ب اىَل َر ُس ْو ُل اللَّه‬
ُ ْ ُ َْ ُ ْ ُْ َ ُ َْ ُ َ ُ
“hadits yang diciptakan dan dibuat oleh seorang (pendusta) yang ciptaan ini dinisbahkan
kepada Rasulullah secara paksa dan dusta, baik disengaja maupun tidak”
Dari pengertian diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa hadits maudhu’ adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik perbuatan, perkataan maupun
taqrirnya, secara rekaan atau dusta semata-mata.Dalam penggunaan masyarakat islam,hadits
maudhu’ disebut juga dengan Hadits palsu. 2

2. Sejarah Munculnya Hadits Maudhu


Masuknya secara masal penganut agama lain kedalam islam, yang merupakan dari
keberhasilan dakwah islamiyah keseluruh pelosok dunia, secara tidak langsung menjadi faktor
munculnya hadits-hadits palsu. Kita tidak bisa menafikan bahwa masuknya mereka
keislam,disamping ada yang benar-benar ikhlas, ada juga segolongan mereka yang mennganut
agama islam hanya karena terpaksa tnduk pada kekuasaan islam pada waktu itu. Golomngan ini
kita kenal dengan kaum Munafik. 3
Golongan tersebut senantiasa menyimpan dendam dan dengki terhadap islah dan senantiasa
menunggu peluang yang tepat untuk merusak dan menimbulkan keraguan dalam hati-hati orang-
1 Drs. Munzier suprapto. M. A, dan Drs. Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadits, raja grapindo persada, Jakarta, 1993, h,
191
2 Mahmud abu rayah, adlwa’ ‘ala sunnah al muhammadiyah, Dar al-Ma’arif, Mekah, h 199
3 Subhi as-Salih, ‘ulum al-hadits wa Mustalahahuh, Dar al-ilm al-malayin, 1997, h, 263
orang islam. Maka datanglah waktu yang ditunggu-tunggu oleh mereka, yaitu pada masa
pemerintahan Utsman bin Affan. Golongan inilah yang mulai menaburkan benih-benih fitnah
yang pertama. salah seorang tokoh yang berperan dalam upaya menghancurkan Islam pada masa
Utsman bin Affan adalah Abdullah bin Saba’, seorang yahudi  yang menyatakan telah memeluk
islam.
Dengan bertopengkan pembelaan kepada saydina Ali dan Ahli Bait, ia menabur fitnah untuk
fitnah kepada orang ramai. Ia menyatakan bahwa Ali lebih berhak menjadi khalifah dari pada
Utsman, bahkan lebih berhak daripada Abu Bakar dan Umar. Halitu karena, menurut Abdullah
bin Saba’, sesuai dengan wasiat dari Nabi Saw. Lalu, untuk mendukung propoganda tersebut, ia
membuat suatu haditds maudhu’ yang artinya “ setiap Nabi ada penerima wasiatnya dan
penerima mwasiatku dalahali”.4
Namun penyebaran hadits Maudhu’ pada masa ini belum begitu meluas karena masih
banyak sahabat utama yang masih hidup dan mengetahui dengan penuh yakin akan suatu
kepalsuan suatu hadits. Setelah zaman shahabat berlalu, penelitian terhadap hadits-hadits Nabi
SAW, mulai melemah. Ini menyebabkan bayaknya periwayatan dan penyebaran hadits secara
tidak langsung telah menyebabkan terjadunya pendustaan terhadap Rasulullah dan sebagian
shahabat. Ditambah lagi dengan adanya konflik politik antara umat Islam yang semakin hebat,
telah membuka peluang kepada golongan tertentu yang memcoba bersengkongkol dengan
penguasa untuk memalsukan hadits.5

3. Faktor-faktor penyebab munculnya Hadits maudhu’


a. Pertentangan politik dalamm soal pemilihan khalifah.
b. Adanya Kesengajaan dari pihak lain untuk merusak Ajaran Islam
c. Mempertahankan Mahzab dalam masalah Fiqh dan masalah Kalam
d. Membangkitkan gairah beribadah untuk Mendekatkan diri kepada Allah
e. Menjilat Para Penguasa untuk Mencari Kedudukan atau Hadiah.

4. Ciri-ciri Hadits Maudhu’

4 M. ‘Ajjaj  Al-Khatib. Ushul Al-Hadits. Terj. H. M. Qodirun dan Ahmad Musyafiq, Jakarta: Gaya Media Pratama.
Hlm, 352.
5 M. ‘Ajjaj  Al-Khatib. Ushul Al-Hadits. Terj. H. M. Qodirun dan Ahmad Musyafiq, Jakarta: Gaya Media Pratama.
Hlm, 352.
a) Ciri-ciri yang terdapat pada Sanad
 Rawi tersebut terkenal berdusta (seorang pendusta) dan tidak ada seorang
rawi yang terpercaya yang meriwayatkan hadits dari dia.
 Pengakuan dari sipembuat sendiri, seperti pengakuan seorang guru
tasawwuf, ketika ditanya oleh ibnu ismail tentang keutamaan ayat Al-
Qur’an, maka dijawab: “tidak seorang pun yang meriwayatkan hadits ini
kepadaku. Akan tetapi, kami melihat manusia membenci Al-qur’an, kami
ciptakan untuk mereka hadits ini (tentang keutamaan ayat-ayat Al-
Qur’an), agar mereka menaruh perhatian untuk mencintai Al-Qur’an.”
 Kenyataan sejarah, mereka tidak mungkin bertemu, misalnya ada
pengakuan seorang rawi bahwa ia menerima hadits dari seorang guru,
padahal ia tidak pernah bertemu dengan guru tersebut, atau ia lahir
sesudah guru tersebut meninggal, misalnya ketika Ma’mun ibn Ahmad
As-Sarawi mengaku bahwa ia menerima Hadits dari Hisyam ibn Amr
kepada Ibnu Hibban maka Ibnu Hibban bertanya, “kapan engkau pergi
keSyam?” Ma’mun menjawab, “ pada tahun 250 H.” Mendengar itu Ibnu
Hibban berkata, Hisyam meninggal dunia pada tahun 245 H.”
 Keadaan rawi dan faktor-faktor yang mendorongnya membuat hadits
maudhu’. Misalnya seperti yang dilakukan oleh Giyats bin Ibrahim, kala ia
berkunjung kerumah Al- Mahdi yang sedang bermain dengan burung
merpati yang berkata:
ٍ َ‫ف أ َْو َحافِ ٍر أ َْو َجن‬
‫اح‬ ْ َ‫الَ َسبَ َق إِالَّ ىِف ن‬
ٍّ ‫ص ٍل أ َْو ُخ‬

“Tidak sah perlombaan itu, selain mengadu anak panah, mengadu unta, mengadu kuda, atau
mengadu burung
Ia menambahkan kata, “au janahin” (atau mengadu burung), untuk menyenagkan Al-Mahdi, lalu
Al-Mahdi memberinya sepuluh ribu dirham. Setelah ia berpaling, sang Amir berkata: “ aku
bersaksi bahwa tengkukmu adalah tengkuk pendusta, atas Nama Rasulullah SAW, lalu ia
memerintahkan tentang kemaudhu’an suatu Hadits. 6
b) Ciri-ciri yang terdapat pada Matan

6 Fathur Rahman, Ikhtisar Musthalahahul Hadits, Bandung: Al-Ma’arif, 1974, hlm 177.
 Keburukan susunan lafadznya. Ciri ini akan diketahui setelah kita mendalami ilmu bayan.
Dengan mendalami ilmu bayan ini, kita akan merasakan susunan kata, mana yang keluar dari
mulut Rasulullah SAW, dan mana yang tidak mungkin keluar dari mulut Rasulullah SAW.
 Kerusakan maknanya karena berlawanan dengan akal sehat dan karena berlawanan dengan
hukum akhlak yang umum, atau menyalahi kenyataan, karena bertentangan dengan ilmu
kedokteran, Karena menyalahi undang-undang (ketentuan-ketentuan) yang ditetapkan akal
kepada Allah.  Akal menetapkan bahwa Allah suci dari serupa dengan makhluqnya.Karena
menyalahi hukum-hukum Allah dalam menciptakan alam, seperti hadits yang menerangkan
bahwa ‘Auj ibnu Unuq mempunyai panjang tigab ratus hasta. Ketika Nuh menakutinya
dengan air bah, ia berkata: “ketika topan terjadi, air hanya sampai ketumitnya saja. Kalu mau
makan, ia memasukan tangannya kedalam laut, lalu  membakar ikan yang diambilnya
kepanas matahari yang tidak seberapa jauh dari ujung tangannya. Karena mengandung
dongeng-dongeng yang tidak masuk akal sama sekali. Bertentangan dengan keterangan Al-
Qur’an, Hadits mutawatir, dan kaidah-kaidah. Serta menerangkan suatu pahala yang sangat
besar terhadap perbuatan-perbuatan yang sangat kecil, atau siksa yang sangat besar terhadap
perbuatan yang kecil. Contohnya:
‫ َكا َن ُه َو َو َم ْولُْو ُدهُ ىِف اجْلَن َِّة‬،‫َم ْن ُولِ َد لَهُ َولَ ٌد فَ َس َّماهُ حُمَ َّم ًدا‬

Barangsiapa mengucapkan tahlil (la ilaha illallh) maka Allah menciptakan dari kalimat itu
seekor burung yang mempunyai 70.000 lisan, dan setiap lisan yang mempunyai 70.000 bahasa
yang dapat memintakan ampun kepadanya.7

5. Cara mengetahui hadits maudhu


a. Adanya pengakuan dari pembuatannya
b. Maknanya rusak, dalam arti bertentangan dengan alqur’an, hadits mutawatir dan
hadits shahih
c. Matannya menyebutkan janji yang besar untuk perbuatan kecil.
d. Rawinya pendusta.
8

7 Khusniati Rofiah, studi ilmu Hadits, stain po prees, bandung, 2010

8 Mahmud At-Tahhan, Tafsir Musthalah Al-Hadits, Beirut: Dar Al-Qur’an Al-Karim, 1979

Anda mungkin juga menyukai