Perkembangan dunia abad ke-21 ditandai dengan pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dalam segala segi kehidupan. Menyikapi kemajuan teknologi ini
pemerintah menetapkan kembali standar kompetensi lulusan yang berbasis pada kompetensi
abad 21, yang mencakup kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, berkomunikasi,
dan berkolaborasi. Untuk itu, sekolah-sekolah dituntut mampu menyiapkan siswa/peserta
didik untuk memasuki abad 21.
Salah satu bentuk peningkatan kompetensi lulusan yang bisa dikembangkan dari awal proses
pembelajaran adalah Computational Thinking (CT). CT adalah metode menyelesaikan
persoalan dengan menerapkan teknik Ilmu Komputer (Informatika). Berpikir secara
komputasi mengajarkan untuk memahami suatu permasalahan secara logis dan mencari solusi
yang mana solusi tersebut dapat dipahami oleh manusia maupun komputer. CT banyak
digunakan untuk pemecahan masalah di semua disiplin ilmu; siswa diajak untuk melatih
kemampuan otak untuk membiasakan diri berpikir secara logis, terstruktur, dan kreatif.
Dengan adanya computational thingking tentu saja akan lebih menjadikan seseorang dapat
dengan mudah meraih kesuksesan dalam kehidupannya. The World Economic Forum
menggambarkan bahwa pada tahun 2020, lebih dari 7,1 juta pekerjaan akan hilang karena
digantikan oleh robot dan automasi pada bidang industri termasuk pada wilayah-wilayah
geografis. Namun demikian, timbul pula jenis-jenis pekerjaan baru pada bidang yang
berbeda, yaitu komputasi, matematika, arsitektur dan mekanik/teknisi. Pekerjaan baru
tersebut, menurut World Economic Forum jumlahnya mencapai 2,1 juta jenis pekerjaan yang
tentu saja akan diperebutkan oleh populasi dunia yang terus bertambah.