Anda di halaman 1dari 33

PERENCANAAN DRAINASE PADA JALAN TAMBANG DI

CV.HUMBANG JAYA, KABUPATEN KEEROM

PROPOSAL TUGAS AKHIR

DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU PERSYARATAN


DALAM MENYELESAIKAN PENDIDIKAN DI PROGRAM STUDI S1

Disusun oleh:

ALOISIUS PABETTING

NIM 20170611044069

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN DAN MINERAL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Permasalahan...............................................................................................................2
1.2.1 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.2.2 Batasan masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................................................2
1.3.1 Tujuan Penelitian.................................................................................................2
1.3.2 Manfaat Penelitian...............................................................................................2
1.4 Lokasi Dan Kesampaian Daerah.................................................................................3
1.4.1 Lokasi Penelitian..................................................................................................3
1.4.2 Kesampaian daerah penelitian..............................................................................4
BAB II DASAR TEORI............................................................................................................5
2.1 Hidrologi Dan Siklus Hidrologi..................................................................................5
2.2 Analisis Hujan Wilayah...............................................................................................7
2.3 Analisis Distribusi Curah Hujan..................................................................................9
2.4 Pengujian Kesesuaian Distribusi Frekuensi..............................................................12
2.5 Intensitas Hujan Dan Grafik Intensitas Durasi Frekuensi.........................................12
2.6 Debit Limpasan.........................................................................................................15
2.7 Waktu Konsentrasi....................................................................................................15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................................17
3.1 Pengertian Drainase...................................................................................................17
3.1.1 Fungsi Dan Kegunaan Drainase.........................................................................17
3.1.2 Jenis-Jenis Drainase...........................................................................................18
3.1.3 Jenis-jenis geometri drainase.............................................................................19
3.2 Rencana Penelitian....................................................................................................22
3.3 Alat Dan Bahan.........................................................................................................23
3.3.1 Alat.....................................................................................................................23
3.3.2 Bahan..................................................................................................................23

i
3.4 Metode Penelitian......................................................................................................23
3.4.1 Studi Literature...................................................................................................23
3.4.2 Orientasi Lapangan............................................................................................23
3.4.3 Pengambilan Data..............................................................................................24
3.4.4 Pengolahan Data.................................................................................................24
3.4.5 Kesimpulan........................................................................................................24
3.5 Diagram Alir..............................................................................................................25
3.6 Jadwal Penelitian.......................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................27

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batu Gamping merupakan salah satu mineral industri yang cadangannya cukup
melimpah dan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Batu gamping, atau biasa dikenal
juga dengan batu kapur adalah jenis batuan sedimen berwarna putih yang tersusun dari
kalsium karbonat. Batu gamping sekarang banyak dimanfaatkan untuk bahan baku semen,
pondasi rumah, dan campuran bahan bangunan. Sehingga, batu gamping mempunyai peran
yang cukup penting sebagai bahan baku dalam pembangunan infrastruktur.

Proses penambangan batu gamping dilakukan dengan system tambang terbuka dengan
metode penambangan quarry. Quarry adalah system tambang terbuka yang diterapkan untuk
menambang endapan-endapan bahan galian industri atau mineral industri, antara lain:
penambangan batu gamping, marmer, granit, andesit dan sebagainya.

Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam proses penambangan adalah masalah
penanganan air, atau lebih umum disebut dengan istilah penyaliran tambang. Metode
penambangan yang terpapar langsung dengan udara luar adalah metode tambang terbuka.
Dimana sangat dipengaruhi oleh iklim seperti cuaca hujan, cuaca panas, dan lain-lain akan
mempengaruhi kondisi tempat kerja alat dan kondisi pekerja, yang selanjutnya dapat
mempengaruhi produktivitas penambangan.

CV Humbang Jaya merupakan perusahaan tambang yang menjadikan batuan gamping


sebagai bahan galian utama perusahaan tersebut. Sistem penambangan yang dipakai pada
perusahaan yaitu tambang terbuka (Quarry), pada jalan tambang CV. Humbang Jaya sering
tergenang air pada saat musim penghujan sehingga mengakibatkan proses pengangkutan
bahan galian terganggu.

Oleh sebab itu perlu dilakukan perencanaan drainase pada jalan tambang di CV.
Humbang Jaya agar proses penambangan tidak terganggu dan produktivitas alat pada saat
pengangkutan dapat berjalan dengan baik.

1
1.2 Permasalahan

1.2.1 Rumusan Masalah


Masalah-masalah yang ada di lokasi penelitian:

1. Bagaimana mengetahui debit air limpasan yang masuk ke atea


penambangan?
2. Bagaimana cara mengalirkan air limpasan di daerah penelitian?
3. Bagaimana cara merencanakan geometri drainase yang akan
dilakukan pada daerah penelitian?

1.2.2 Batasan masalah


Adapun batasan-batasan dalam penelitian ini

1. Perencanaan drainase di CV.Humbang Jaya


2. Penelitian dilakukan di area CV. Humbang Jaya.
3. Penelitian tidak dilakukan perhitngan biaya
4. Penelitian dibatasi curah hujan selama 10 tahun

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini yakni:

1. Mengetahui data curah hujan di wilayah penelitian


2. Mengetahui panjang jalan tambang cv. Humbang jaya
3. Mengetahui debit limpaan di wilayah penambangan CV. Humbang
Jaya
4. Melakukan perencanaan drainase pada jalan tambang di
cv.humbang jaya

1.3.2 Manfaat Penelitian


Penelitian dimaksudkan untuk melakukan perencanaan drainase di
Cv. Humbang Jaya kabupaten kerom

2
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam merancang drainase di Cv.
Humbang Jaya
2. Sebagai data untuk peningkatan produktivitas alat angkut dalam
kegiatan penambangan di Cv. Humbang Jaya
3. Sebagai referensi terhadap pembuatan drainase bagi penelitian
yang berkaitan dengan perencanaan drainase.

1.4 Lokasi Dan Kesampaian Daerah

1.4.1 Lokasi Penelitian


CV Humbang Jaya merupakan perusahaan tambang yang
menjadikan batuan gamping sebagai bahan galian utama perusahaan
tersebut. Sistem penambangan yang dipakai pada perusahaan yaitu
tambang terbuka (Quarry) dengan alur penambangan pembongkaran,
pemuatan, dan pengangkutan.Salah satu aspek yang perlu diketahui dalam
pertimbangan ekonomi adalah cadangan.CV Humbang Jaya berlokasi di
Arso 1, Kabupaten Keerom. Secara Geografis terletak pada 140°44'25.38"
- 140°44'40.78" Bujur Timur dan 2°47'48.77" - 2°48'21.49 Lintang
Selatan.

Secara administrasi, Lokasi penelitian berada di distrik Arso I. dimana


distrik ini berada di antara:

- Kearah barat dari Arso Kota

- Karah Timur dari Arso Kota/ Dukwia

- Karah Utara dari Arso VI/ Yamua

- Karah Selatan dari Arso VII/ Warbo

3
1.4.2 Kesampaian daerah penelitian
Cv. Humbang Jaya Arso 1, Kabupaten Keerom dapat ditempuh
menggunakan jalan darat. Dari kota Universitas Cenderawasih menuju lokasi
penelitian dapat ditempuh selama kurang lebih 1 jam 9 menit dengan
menggunakan kendaraan. CV. Humbang Jaya Arso 1, Kabupaten Keerom
berdekatan dengan 3 perusahaan batugamping. CV. Humbang Jaya, Arso 1
Berada di sebelah Utara CV. Sanggaria dan Di sebelah Timur laut dari CV.
Pratiwi.

4
BAB II DASAR TEORI

2.1 Hidrologi Dan Siklus Hidrologi


Hidrologi adalah Cabang ilmu geografi yang mempelajari seputar
pergerakan, distribusi, dan kualitas air yang ada dibumi. Ilmu hidrologi
dikenal sejak zaman 1608 M. Hidrologi merupakan ilmu yang mengkaji
kehadiran dan pergerakan air dibumi. Dalam kajian hidrologi meliputih
potamalog (aliran permukaan), geohidroligi (air tanah), hidrometeorologi
(air yang ada di udara dan berwujud gas), limnologi (air permukaan yang
relatif tenang seperti danau, dan waduk), kriologi (air berwujud padat
seperti es dan salju). Orang yang mempelajari hidrologi disebut dengan
hidrologist.

Pengertian Hidrologi Secara Umum adalah Cabang ilmu geografi


yang mempelajari seputar pergerakan, distribusi, dan kualitas air yang ada
dibumi serta siklus hidrologi dan sumber daya air. Sedangkan Pengertian
Siklus Hidrologi Secara Umum adalah sirkulasi air dari laut ke atmosfer
lalu ke bumi dan kembali lagi ke laut dan seterusnya. Hidrologi berasal
dari kata “Hidrologia” artinya “ilmu air” Lihat pembahasan dari hidrologi
dan siklus hidrologi dibawah ini.

Pengertian hidrologi menurut definisi Singh (1992),


mengatakan bahwa pengertian hidrologi adalah ilmu yang membahas
karakteristik menurut waktu dan ruang tentang kuantitas dan kualitas air
dibumi termasuk proses hidrologi, pergerakan, penyebaran, sirkulasi
tampungan, eksplorasi, pengembangan dan manajemen. Menurut definisi
Marta dan Adidarma (1983) dalam pengertian hidrologi yang mengatakan
bahwa hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya
pergerakan dan distribusi air di bumi baik diatas maupun di bahwa
permukaan bumi, tentang sifat kimia dan fisika air dengan reaksi terhadap
lingkungan dan hubungannya dengan kehidupan. Sedangkan menurut Ray

5
K. Linsley dalam Yandi Hermawan (1986) pengertian
hidrologi adalah ilmu yang membicarakan tentang air yang ada dibumi
yaitu mengenai kejadian, perputaran dan pembagiannya, sifat fisika dan
kimia serta reaksinya terhadap lingkungan termasuk hubungan dengan
kehidupan.

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air tanpa henti dari atmosfer ke


bumi dan kembali lagi ke atmosfer melalui proses kondensasi, presipitasi,
evaporasi, dan transpirasi. Siklus hidrologi dapat juga berarti lebih
sederhana yaitu peredaran air dari laut ke atmosfer melalui penguapan,
kemudian akan jatuh pada permukaan bumi dalam bentuk hujan, yang
mengalir didalam tanah dan diatas permukaan tanah sebagai sungai yang
menuju ke laut. Panasnya air laut didukung oleh sinar matahari karna
matahari merupakan kunci sukses dari siklus hidrologi sehingga mampu
berjalan secara terus menerus kemudian dalam terjadinya air berevoporasi,
lalu akan jatuh ke bumi sebagai prespitasi dengan bentuk salju, gerimis
atau atau kabut, hujan, hujan es dan salju, dan hujan batu.

Setelah prespitasi, pada perjalanannya kebumi akan berevoporasi


kembali keatas atau langsung jatuh yang diinterepsi oleh tanaman disaat
sebelum mencapai tanah. Apabila telah mencapai tanah, siklus hidrologi

6
akan terus bergerak secara terus menerus dengan 3 cara yang berbeda yaitu
sebagai berikut…

1. Evaporasi (Transpirasi) – Air di laut, sungai, daratan, tanaman. sbb.


kemudian akan kembali menguap ke atmosfer menjadi awan lalu
menjadi bintik-bintik air yang akan jatuh dalam bentuk es, hujan,
salju.
2. Infiltrasi (Perkolasi ke dalam Tanah) – Air bergerak melalui celah-
celah dan pori-pori serta batuan yang ada dibawah tanah yang dapat
bergerak secara vertikal dan horzontal dibawah permukaan tanah
hingga ke sistem air permukaan.
3. Air Permukaan – Air yang bergerak diatas permukaan tanah yang
dapat kita lihat pada daerah urban.

Macam-Macam Siklus Hidrologi – Proses terjadinya siklus hidrologi dibedakan


menjadi 3 jenis atau macam siklus hidrologi seperti yang ada dibawah ini..

1. Siklus Pendek : Menguapnya air laut menjadi uap gas karna panas dari
matahari lalu terjadi kondensasi membentuk awan yang pada akhirnya
jatuh ke permukaan laut.
2. Siklus Sedang : Menguapnya air laut menjadi uap gas karna panas dari
matahari lalu terjadi evaporasi yang terbawa angin lalu membentuk awan
yang pada akhirnya jatuh ke permukaan daratan dan kembali ke lautan.
3. Siklus Panjang : Menguapnya air laut menjadi uap gas karena panas dari
matahari lalu uap air mengalami sublimasi membentuk awan yang
mengandung kristal es dan pada akhirnya jatuh dalam bentuk salju
kemudian akan membentuk gletser yang mencair membentuk aliran sungai
dan kembali kelaut.

2.2 Analisis Hujan Wilayah


Curah hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul
dalam penakar hujan pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak
meresap dan tidak mengalir (BMKG, 2016). Menurut Triatmodjo (2008),

7
stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik dimana
stasiun berada, sehingga hujan pada suatu luasan harus diperkirakan dari
titik pengukuran tersebut. Apabila pada suatu daerah terdapat lebih dari
stasiun pengukuran yang ditempatkan secara terpencar, hujan yang tercatat
di masing-masing stasiun dapat tidak sama. Dalam analisis hidrologi
sering diperlukan untuk menentukan hujan rerata pada daerah tersebut,
yang dapat dilakukan dengan tiga metode berikut yaitu :

a. Metode Rerata Aritmatik (Aljabar)

Metode ini adalah yang paling sederhana untuk menghitung hujan rerata
pada suatu daerah. Pengukuran dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu
yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun.
Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan biasanya adalah yang
berada di dalam DAS, tetapi stasiun di luar DAS yang masih berdekatan
juga bisa diperhitungkan

p 1+ p 2+ p 3+…+ Pn
p=
n

keterangan:

p = cutah hujan rata-rata (mm/bulan)

p1 = curah hujan ke-1 (mm/bulan)

n = banyak data

b. Metode thiessen

Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang


mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap
bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun terdekat,

8
sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut.
Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang
ditinjau tidak merata. Perhitungan polygon Thiessenseperti pada
persamaan

A 1 P 1+ A 2 P 2+…+ AnPn
p=
A 1+ A 2+…+ An

keterangan:

p = hujan rerata kawasan

P1,P2,…,Pn = hujan pada stasiun 1,2,..,n

A1,A2,…An = luas daerah yang mewakili stasiun 1,2,..,n

2.3 Analisis Distribusi Curah Hujan


Analisa frekuensi curah hujan adalah berulangnya curah hujan baik
jumlah frekuensi persatuan waktu maupun periode ulangnya. Ada
beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya curah
hujan pada kala ulang tertentu. Analisa frekuensi ini untuk menentukan
jenis distribusi yang sesuai dalam mendapatkan curah hujan yang
didasarkan pada nilai-nilai koefisien asimetri, koefisien variasi dan
koefisien kurtosis yang didapat dari parameter-parameter statistic

a. Distribusi normal
Dalam analisis hidrologi distribusi normal sering digunakan untuk
menganalisis
frekuensi curah hujan, analisis statistik dari distribusi curah hujan tahunan,
debit
rata-rata tahunan. Sebaran normal atau kurva normal disebut pula sebaran
Gauss.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan adalah :

9
Xt = x  z.Sx

Keterangan :

Xt = Curah Hujan Rencana (mm/hari)

X = Curah Hujan Maksimum rata-rata (mm/hari)

Sx = Standar deviasi

Z = Faktor frekuensi

b. Metode Distribusi Log Normal


Distribusi Log Normal, merupakan hasil transformasi dari distribusi
normal, yaitu
dengan mengubah varian X menjadi nilai logaritmik varian X. Rumus
yang
digunakan dalam perhitungan metode ini adalah sebagai berikut :

Xt = x  Kt.Sx

Keterangan :

Xt = Besarnya curah hujan yang mungkin terjadi pada periode ulang T

tahun (mm/hari)

10
x = Curah Hujan rata-rata (mm/hari)

Sx = Standar deviasi

2.3.1 Distribusi Gumbel


Analisi hujan rencana tahunan menggunakan metode distribusi Gumbel.
Cara yang di gunakan untuk menentukan besarnya hujan rencana pada
metode ini biasanya digunakan untuk analisis limpasan permukaan dan
frekuensi banjir pada suatu DAS. Data yang dihasilkan menggunakan
metode ini berupa data curah hujan maksimum periode tahunan. Hujan
maksimum merupakan data yang penting diketahui karena merupakan
salah satu karakteristik faktor yang dapat menyebabkan banjir maksimum
pada suatu DAS. Data curah hujan maksimum juga dapat digunakan untuk
menentukan rencana bangunan pengendali hujan pada suatu sungai. Data
hujan periode tahunan juga bermanfaat untuk perancangan desain
bendungan, jaringan irigasi, saluran drainase dan sebagainya.Berikut ini
merupakan rumus perhitungan analisis hujan rencana dengan metode
distribusi Gumbel
 Menghitung standar deviasi dari data curah hujan yang terekam di
stasiun hujan setempat dengan rumus sebagai beriku
n

Sx=
√ ∑ ¿ 1(Xi− Xr)2

Keterangan:
i
n−1

Sx = standard deviasi
Xi = curah hujan rata-rata
Xr = rata-rata curah hujan maksimum
N = jumlah data

11
 Menghitung nilai faktor frekuensi (K) dari data curah hujan yang
terekam di stasiun hujan setempat dengan rumus sebagai berikut
Yt −Yn
K=
Sn
Keterangan:
K = factor frekuensi
Yn = harga rata-rata reduce variate
Sr = reduced standard deviation
Yt = reduced variated
 Menghitung hujan menggunakan rencana periode ulang tahunan
dengan rumus sebagai berikut ini
Xt = Xr + (K.Sx)
Keterangan:
Xt = terncana curah hujan tahunan
Xr = rata-rata curah hujan maksimum
K = factor frekuensi
Sx = standar deviasi

Distribusi Gumbel Tipe - I digunakan untuk analisis data maksimum,


misal untuk
analisis frekuensi banjir menurut Gumbel:
( Yt −Yn )
Xt =X + xSx
Sn
Keterangan :
Xt = Curah hujan rencana dalam periode ulang T tahun (mm/hari)
X = Curah hujan rata-rata hasil pengamatan (mm/hari)
Sx = Standar deviasi
Yt = Reduced variable, parameter Gumbel untuk untuk periode T
tahun

12
2.4 Pengujian Kesesuaian Distribusi Frekuensi
Pemeriksaan uji kesesuaian distribusi frekuensi (The Goodness of
Fit Test) ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa
distribusi frekuensi.

Dengan pemeriksaan uji ini akan diketahui :

1. Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang


diharapkan atau yang diperoleh secara teoritis.
2. Kebenaran hipotesa secara teoritis. Dalam penelitian ini menggunakan dua
macam uji, yaitu secara Metode Smirnov Kolmogorov dan Metode Chi-
square.

2.5 Intensitas Hujan Dan Grafik Intensitas Durasi Frekuensi


Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan
dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada
satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi (Wesli, 2008). Besarnya
intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan
dan frekuensi kejadiannya. Durasi adalah lamanya suatu kejadian hujan.
Intensitas hujan yang tinggi pada umumnya terjadi dengan durasi
pendek dan meliputi daerah yang tidak terlalu luas.

Hubungan intensitas hujan dan durasi kejadian dapat dicari


dengan menggunakan rumus pendekatan secara empiris, seperti rumus
Sherman, Kimijima, Haspers dan Mononobe. Seandainya data curah
hujan yang tersedia merupakan data curah hujan harian, maka untuk
menghitung intensitas hujan dapat digunakan rumus Mononobe dan
Haspers.

1. Rumus Mononobe
Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data
hujan harian, maka intensitas dapat dihitung dengan rumus Mononobe
R 24 24
I=
24 t ( )
2/3

13
dimana :
I = intensitas curah hujan (mm/jam),
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
T = lamanya curah hujan (mm)
2. Rumus haspers
Untuk durasi hujan (0<t<2 jam

R (120−t ) 2
=0,06(t +0,0008 ( 260−R ) )
q 60

dimana:

q = intensitas hujan (mm),

R = hujan harian rancangan dengan kala ulang T tahun.

Koefisien Limpasan

Koefisien limpasan adalah nilai (konstanta) yang menunjukkan


tingkat infiltrasi dan penguapan air di suatu daerah, dan dipengaruhi
beberapa faktor seperti kemiringan, tutupan tanah (land use), intensitas dan
lamanya hujan. Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang
terjadi pada suatu kurun waktu di mana air tersebut terkonsentrasi.
Intensitas curah hujan dinotasikan dengan satuan mm/jam, nilai intensitas
curah hujan sangat diperlukan dalam perhitungan curah

hujan rencana dan debit air limpasan.

Saluran / paritan pada tambang digunakan untuk menampung


limpasan permukaan pada suatu daerah dan mengalirkannya ke tempat
penampungan air seperti dump, sediment pond, dan lain-lain. Dalam
merancang dimensi saluran perlu dilakukan analisis pada daerah lokasi
penambangan sehingga saluran air tersebut dapat memenuhi hal-hal
sebagai berikut yaitu dapat mengalirkan debit air yang direncanakan,

14
kecepatan airnya yang tidak merusak saluran dan tidak menyebabkan
terjadinya pengendapan, serta dalam hal pemeliharaannya.

Untuk mengestimasi jumlah debit maksimum air limpasan yang


masuk pada suatu daerah tambang dapat ditentukan dengan metode
rasional, dengan syarat daerah yang diteliti memiliki luasan kurang dari
300 Ha dan kondisi permukaan yang relatif homogen. Persyaratan tersebut
dibenarkan untuk daerah tambang terbuka. Debit puncak dari air limpasan
dapat dihitung dengan rumus :

Q=C x I Xa

Dimana:

Q = debit puncak air limpasan (m3/detik)

C = koefisien limpasan

I = intensitas cutah hujan (m/detik)

A = luas daerah tangkapan air hujan (m 2)

2.6 Debit Limpasan


Debit Limpasan permukaan adalah Besarnya debit air yang
mencapai sungai tanpa mencapai permukaan air tanah yakni curah hujan
yang dikurangi sebagian infiltrasi, besarnya air yang tertahan dan besarnya
genangan. Besarnya debit limpasan dapat dihitung dengan rumus:

1
Qr= xC X I X A
3.6

Keterangan :

C = Koefisien pengaliran (m3/detik)


I = Intensitas Hujan (mm/jam)
A = Luas daerah pengaliran (km2)

15
permukaan tanah, kemiringan medan, jenis tanah, dan lamanya hujan di
daerah pengaliran. daerah yang mempunyai karakteristik permukaan tanah
yang berbeda sehingga koefisien pengaliran untuk masing-masing sub area
nilainya berbeda dan untuk menentukan koefisien pengaliran pada wilayah
tersebut dilakukan penggabungan dari masing-masing sub area.

2.7 Waktu Konsentrasi


Waktu konsentrasi, Tc adalah waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan air hujan dari titik terjauh menuju suatu titik tertentu ditinjau
pada daerah pengaliran. Umumnya waktu konsentrasi terdiri dari waktu
yang diperlukan oleh air untuk mengalir pada permukaan tanah menuju
saluran terdekat (To) dan waktu untuk mengalir dalam saluran ke suatu
tempat yang ditinjau (Td).

Tc = To + Td

Dengan metode Rasional, waktu konsentrasi To dapat pula didekati


dengan

Rumus Kirpich sebagai berikut :

To = 56,7. L 1,156 D–0,385


Td = L/60.V

Di mana :

Tc = Waktu konsentrasi durasi hujan (menit)

Td = Waktu pengaliran dalam saluran (menit)

To = Waktu pengaliran pada permukaan saluran (menit)

L = Panjang saluran (m)

D = Beda tinggi antara titik terjauh (m)

V = Kecepatan aliran air dalam saluran (m/dt)

16
17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pengertian Drainase


Drainase dapat diartikan sebagai pembuangan massa air secara
alamiah maupun buatan dari permukaan maupun bawah permukaan suatu
tempat. Menurut pengertian para ahli, drainase secara umum didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang
berlebihan.

Drainase sendiri terbagi menjadi 2, yaitu drainase buatan dan


alami. Drainase buatan adalah drainase yang dibangun seperti selokan di
bahu jalan. Sedangkan drainase alami misalnya tanah, ini karena tanah
memiliki kemampuan menyerap air di bawah sebuah permukaan.
Idealnya, jika saluran air besar dan luas maka aliran air akan lancar dan
banjir bisa dihindari.

Sistem penyaliran tambang adalah suatu upaya yang diterapkan


pada kegiatan penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau
mengalirkan air yang masuk ke bukaan tambang. Upaya ini dimaksudkan
untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air
dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hujan.

3.1.1 Fungsi Dan Kegunaan Drainase


Drainase memiliki tujuan penting dalam pembangunannya yaitu
untuk mengurangi dan membuang kelebihan air dari suatu kawasan agar
lahan tersebut bisa berfungsi secara optimal sesuai dengan kegunaannya.
Sistem ini juga dapat mengendalikan erosi tanah serta kerusakan pada
jalanan dan bangunan yang ada di sekitarnya. Banjir juga dapat dicegah
dengan adanya sistem pengaliran air ini.

18
Selain itu dapat meminimalkan dampak negatif dari aliran limpasan
untuk kualitas air sungai. Mengurangi genangan yang dapat menjadi
sarang nyamuk-nyamuk penyebab penyakit juga merupakan fungsi penting

19
adanya drainase. Dengan ini kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat sekitar dapat terjamin

3.1.2 Jenis-Jenis Drainase


Secara garis besar terdapat 4 jenis drainase yang perlu kamu
ketahui. Jenis-jenis ini dikelompokkan berdasarkan pembentukan,
peletakan nya, dan kegunaannya.

1. Drainase alami

Drainase yang dibentuk secara alamiah tanpa adanya bangunan


pendukung di dalamnya. Saluran ini terbentuk dari gerusan air dari waktu
ke waktu hingga membentuk saluran air permanen seperti sungai.

2. Drainase buatan

Drainase yang dibangun dengan tujuan tertentu. Dibutuhkan


pembangunan khusus seperti selokan, gorong-gorong menggunakan beton,
pipa maupun batu.

3. Drainase permukaan tanah

Saluran air yang berada di atas permukaan tanah untuk mengalirkan


aliran curah hujan yang berada di atas permukaan sebuah kawasan. Open
Chanel Flow adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui nilainya.

4. Dainase bawah tanah

Seperti namanya, drainase ini dibuat di bawah tanah karena ada


alasan tertentu. Alasan yang paling umum adalah alasan artistik. Drainase
dipasang di bawah tanah agar tatanan pembangunan terlihat lebih rapi.

5. Single purpose

Saluran ini berfungsi hanya untuk mengalirkan satu jenis air pada
saluran pembuangan. Seperti saluran yang hanya membuang aliran air
hujan atau hanya membuang aliran air limbah

20
6. Multi purpose

Saluran ini digunakan untuk membuang beberapa aliran air


sekaligus. Pembuangannya bisa secara langsung sehingga airnya bercampur
menjadi satu atau bergantian. Contohnya saluran air yang digunakan untuk
membuang limbah rumah tangga sekaligus air hujan.

7. Terbuka

Drainase ini digunakan untuk menyalurkan air hujan pada wilayah


yang luas. Fungsi lainnya adalah sebagai media untuk mengalirkan air yang
tidak berbahaya pada kelestarian lingkungan.

8. Tertutup

Drainase ini dibuat tertutup karena mengalirkan air yang


mengandung limbah berbahaya. Jika tidak ditutup maka akan
membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar. Drainase ini
juga difungsikan sebagai saluran dalam kota

Dalam pertambangan merancang bentuk saluran penyaliran,


beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain, dapat mengalirkan debit
air yang direncanakan dan mudah dalam penggalian saluran serta tidak
lepas dari penyesuaian dengan bentuk topografi dan jenis tanah. Bentuk dan
dimensi saluran juga harus memperhitungkan efektifitas dan ekonomisnya.
Dalam sistem penyaliran itu sendiri terdapat beberapa bentuk penampang
penyaliran yang dapat digunakan. Bentuk penampang penyaliran
diantaranya bentuk segi empat, bentuk segi tiga dan bentuk trapesium.

3.1.3 Jenis-jenis geometri drainase


Penampang saluran alam umumnya sangat tidak beraturan, biasanya
bervariasi dari bentuk seperti parabola sampai trapesium. Untuk saluran
pengatur banjir , dapat terdiri dari satu penampang saluran utama yang

21
mengalirkan normal dan satu atau lebih penampang saluran tepi untuk
menampung kelebihan air. Penampang saluran buatan biasanya dirancang
berdasarkan bentuk geometris yang umum. Bentuk yang paling umum
dipakai untuk saluran berdinding tanah adalah bentuk trapesium, sebab
stabilitas kemiringan dindingnya dapat disesuaikan. Untuk saluran
berbentuk persegi panjang yang mempunyai sisi tegak, biasanya dipakai
untuk saluran yang dibangun dengan bahan yang stabil, seperti pasangan
batu, padas, logam atau kayu (Chow, 1959). tampak jelas bahwa untuk luas
penampang melintang tetap, debit maksimum dicapai jika kecepatan aliran
maksimum. Dari rumus Manning maupun Chezy dapat dilihat bahwa untuk
kemiringan dasar dan kekasaran tetap, kecepatan maksimum dicapai jika
jari-jari hidraulik R maksimum. Selanjutnya, untuk luas penampang tetap,
jari-jari hidraulik maksimum jika keliling basah P minimum. Beberapa
bentuk saluran melintang yang sering digunakan adalah sebagai berikut ;
(Bambang Triadmojo, 2003)

1. Persamaan pada bentuk saluran empat persegi panjang

Keterangan:
W = tinggi jagaan
H = tinggi muka air
B = lebar dasar saluran
 Persamaan untuk menghitung saluran (Q)
Q=A x V
Q
A=
V
Dimana:

22
Q = debit rencana (m3/dt)
A = luas penampang m2
V = kecepatan alitan (m/dt)
 Persamaan untuk menghitung luas penampang saluran (A)
A= B x h
Keterangan:
A = luas penampang basah (m2)
B = lebar bawah (m)
H = kedalaman saluran (m)
 Persamaan untuk menghitung keliling basah saluran (p)
P= B x 2 x h
Keterangan:
B = lebar bawah(m)
H = kedalaman saluran(m)
P = keliling basah(m)
 Persamaan untukmenghitung jari-jari hidrolis (R)
A
R=
P
Keterangan:
R = jari-jari hidrolis (m)
A = luas penampang (m2)
P = keliling basah(m)
 Persamaan untuk menghitung kecepatan aliran(V)
1
V = ( R)2/3 (S)1/2
n
Dimana:
V = kecepatan aliran
R = jari-jari hiderolis
S = kemiringan dasar saluran
N = kekasaran manning

23
2. Persamaan pada bentuk saluran trapezium

Keterangan:
W = tinggi jagaan
h = tinggi muka air
B = lebar dasar saluran
m = kemiringan dinding
 Persamaan untuk menghitung luas penampang basah(A)
A= (B + mh)h
 Persamaan untuk menghitung keliling basah (p)
P= B +2h (m2 +1)0,5
 Persamaan untuk menghitung jari-jar hidrolis (R)
A
R=
p
Dimana:
A = luas penampang basah (m2)
B = lebar dasar saluran(m)
H = tinggi muka air(m)
m = kemiringan dinding saluran
R = jari-jari hidrolis(m)
P = keliling basah saluran

3.2 Rencana Penelitian


Penelitian akan dilakukan di CV Humbang Jaya yang berada di kabupaten
keerom, dengan melakukan perencanaan drainase jalan tambang, penelitian akan

24
dilakukan pada awal bulan oktober, untuk pengambilan data akan dilakukan
dalam beberapa hari, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data.

3.3 Alat Dan Bahan

3.3.1 Alat
Adapun alat yang dibutuhkan dalam pengambilan data ini adalah :

- Laptop yang terkoneksi internet


- Theodolite
- Meter
- Pulpen
- Paying

3.3.2 Bahan
Adapun bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data ini adalah :

- Tabel pengukuran
- Kayu

3.4 Metode Penelitian

3.4.1 Studi Literature


1. Membaca penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang
akan dilakukan sebagai landasan berfikir dengan refrensi dalam kerangka
penyusunan penelitian ini
2. Membaca buku buku kepustakaan untuk menambah wawasan agar dapat
mengembangkan penelitian dan dapat memperoleh gambaran manfaat dari
penelitian ini.

3.4.2 Orientasi Lapangan


1. Lokasi penelitian merupakan perusahaan yang beroperasi dalam
menambang batu Gamping.

25
2. Lokasi daerah penelitian merupakan perbukitan yang mana batuannya
merupakan batu gamping.
3. Kondisi vegetasi di daerah penelitian cenderung homogen. Dimana
pepohonan dengan jenis yang sama dapat diamati pada daerah penelitian.

3.4.3 Pengambilan Data


Peroses pengambilan data memiliki tahap tahap sebagai berikut :

1. Meminta ijin ke Cv. Humbang Jaya dengan membawa surat pengantar


untuk melakukan penelitian.
2. Melakukan persiapan pengumpulan alat.
3. Melakukan pengukuran
4. Mengolah data hasil pengukuran dilapangan
5. Menyimpulkan hasil analisis

3.4.4 Pengolahan Data


Pengolahan data dimulai dengan pengimputan hasil pengukuran dilapangan ke
dalam software microsoft excel, tujuannya untuk mempermudah dalam
perhitungan data. Data data yang diimput berupa data koordinat topografi, curah
hujan, panjang jalan.

Setelah pengumpulan data selesai dilakukan maka tahapan selanjutnya adalah


menghitung data-data tersebut dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan
pada penelitian ini. Kemudian hasil perhitungan di excel dikumpulkan dengan
menggunakan software mocrosoft word untuk dibuat menjadi laporan.

Untuk design drainase yang telah diperoleh dengan menggunakan rumus pada
penelitian ini, makan akan digunakan software autocad 2016 untuk menampilkan
geometri dari drainase tersebut, dan akan divisualkan menjadi 3D sesuai kondisi
dilapangan menggunakan infraworks.

26
3.4.5 Kesimpulan
Pada tahapan ini kesimpulan yang akan diperoleh berupa hasil perhitungan dari
rumus rumus drainase yang digunakan. Untuk penyajian data geometri
drainasenya akan disajikan dalam bentuk gambar.

3.5 Diagram Alir

27
28
3.6 Jadwal Penelitian
Adapun jadwal penelitian yang akan dilaksanakan:

Agustus September Oktober November


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Pustaka
2 Ujian Komprehensif
3 Penyusunan Proposal
4 Seminar Proposal
5 Pengantaran Surat
6 Ambil Data
7 Pengolahan Data
8 sidang
9 wisuda

29
DAFTAR PUSTAKA
Ramadan, M.R., Ashari, Y., & Zaenal., (2013). Perencanaan Sistem
Penyaliran Tambang pada Penambangan Sirtu di PT Radian Delta Wijaya
Desa Sadu Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat.,
jurnal prosiding teknik pertambangan, 1(1), 10

Andini, M.P., Pujiastuti, D., (2019). Estimasi Periode Ulang Gempa


Pulau Mentawai Menggunakan Disribusi Weibull dan Gumebll., Jurnal
Fisika Unand, 8 (4), 7

Syarifuddin., Widodo, S & Nurwaskito, A., (2017). Kajian Sistem


Penyaliran Pada Tambang Terbuka Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi
Kalimantan Selatan., Jurnal Geomine, 5(2), 6

Andriani, P.S., (2016). Analisa Distribusi Curah Hujan Di Area


Merapi Menggunakan Metode Aritmatika Atau Rata-Rata Aljabar Dan
Isohyet., skripsi. Universitas Negeri Semarang

Handajani, N., (2005). Analisa Distribusi Curah Hujan Dengan Kala


Ulang Tertentu., Jurnal Rekayasa Perencanaan, 1(3), 13

Lubis, F., (2016). Analisa Frekuensi Curah Hujan Terhadap


Kemampuan Drainase Pemukiman Di Kecamatan Kandis., Jurnal Teknik
Sipil Siklus, 2(1), 13

30

Anda mungkin juga menyukai