PERTEMUAN 5
MEMBANGUN PARADIGMA QUR’ANI
Padahal apa yang bisa dicapai oleh manusia itu tidaklah seberapa
apabila dibandingkan kebesaran alam semesta yang diciptakan
Allah Ta’ala. Allah berfirman yang artinya, “Allah lah yang
menciptakan kamu dan perbuatanmu.” (QS. Ash Shaffaat: 96)
6. Kebanyakan rumah tangga telah kehilangan bimbingan agama yang
benar. Padahal peranan orang tua sebagai pembina putra-putrinya
sangatlah besar. Hal ini sebagaimana telah digariskan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Setiap bayi dilahirkan dalam
keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya
Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari). Kita dapatkan anak-
anak telah besar di bawah asuhan sebuah mesin yang disebut
televisi. Mereka tiru busana artis idola, padahal busana sebagian
mereka itu ketat, tipis dan menonjolkan aurat yang harusnya
ditutupi. Setelah itu mereka pun lalai dari membaca Al Qur’an,
merenungkan makna-maknanya dan malas menuntut ilmu agama.
7. Kebanyakan media informasi dan penyiaran melalaikan tugas
penting yang mereka emban. Sebagian besar siaran dan acara yang
mereka tampilkan tidak memperhatikan aturan agama. Ini
menimbulkan fasilitas-fasilitas itu berubah menjadi sarana perusak
dan penghancur generasi umat Islam. Acara dan rubrik yang mereka
suguhkan sedikit sekali menyuguhkan bimbingan akhlak mulia dan
ajaran untuk menanamkan akidah yang benar. Hal itu muncul dalam
bentuk siaran, bacaan maupun tayangan yang merusak. Sehingga
hal ini menghasilkan tumbuhnya generasi penerus yang sangat asing
dari ajaran Islam dan justru menjadi antek kebudayaan musuh-
musuh Islam. Mereka berpikir dengan cara pikir aneh, mereka
agungkan akalnya yang cupet, dan mereka jadikan dalil-dalil Al
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |
12
Copyright © September 2021
ت َّ
ِ الط ِي َبا ََولَقَ ْد َك َّر ْمنَا َب ِني آَدَ َم َو َح َم ْلنَا ُه ْم فِي ْال َب ِر َو ْال َبحْ ِر َو َرزَ ْقنَا ُه ْم ِمن
ِ ير ِم َّم ْن َخلَ ْقنَا تَ ْف
ً ض
يل َ َوفَض َّْلنَا ُه ْم
ٍ علَى َك ِث
”Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak Adam, kami angkut
mereka didaratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik
dan Kami berikan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk, yang telah kami ciptakan”. (Qs. Al-Israa’ ayat 70)
Berdasarkan ayat ini, ada hal-hal spesifik yang hanya dipunyai manusia
dan tidak dipunyai binatang atau makhluk lain. Sebagaimana yang dijelaskan
dalam kitab ‘Idhdhatun Nasyi’in, bahwa ciri-ciri spesifik manusia itu antara
lain:
1. husn al-shurah (keelokan rupa). Manusia itu diciptakan dengan
seelok-elok rupa dan sebaik-baik bentuk (ahsan taqwim), tak seperti
binatang. Karenanya, manusia bisa berpenampilan necis dan selalu
ingin tampil menarik. Ini berbeda dengan binatang yang cenderung
sebaliknya.
2. al-mazaj al-a’dal (keistimewaan keseimbangan). Dalam hidupnya,
manusia senantiasa mementingkan keseimbangan. Tidak berat sebelah.
3. i’tidal al-qamah (keseimbangan postur). Manusia itu tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu rendah. Ini beda dengan binatang semisal
Jerapah, gajah, katak, dan lainnya.
4. al-‘aql (akal). Ini inti pokok pembeda antara manusia dengan binatang.
Menurut Mang Ubang, dengan perangkat akal ini, manusia bisa
memahami bahasa (al-ifham bi al-nuthq). Karenanya, para filosof
menyatakan, al-insan hayawan al-nathiq (manusia adalah hewan yang
dapat bercakap).
c. Sikap Manusia Dalam Mempertahankan Kemuliaaanya
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |
14
Copyright © September 2021
hakekat keberadaan benda itu sendiri adalah urusan ilmu Allah. Itu sebabnya
jika manusia ingin mengetahui dimana posisi martabatnya yang sebenarnya,
maka tak ada jalan lain kecuali mempelajarinya dari wahyu Allah.
Maha Suci Allah, yang telah menciptakan manusia dengan kondisi
yang terbaik, dari keseluruhan hakekatnya. Secara jelas, martabat manusia
telah diterangkan dalam Al Qur’an antara lain :
1. Sebagai Makhluk yang Terbaik
Difirmankan Allah dalam surat at-Tiin ayat 4, “Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik kejadian”. Harus kita sadari
bahwa tak akan pernah ada imajinasi hebat yang bisa menandingi
kesempurnaan kejadian manusia. Ada banyak seniman terkenal, yang
berusaha merekayasa bentuk makhluk lain selain manusia, katakanlah
sebagai makhluk angkasa luar. Sepandai-pandainya mereka berkreasi,
pernahkah ada gambaran yang lebih cantik dan gagah dari pada manusia?
Contohnya dengan gambaran makhluk dengan mata tiga, telinga runcing,
tangan empat, berekor panjang, bermuka dua depan dan belakang, atau
berbadan manusia berkaki hewan, bisakah ini menandingi kesempurnaan
bentuk manusia?
Sejak dulu, kini dan sampai kapanpun, tak akan pernah ada rekayasa
bentuk makhluk lain hasil pikiran manusia yang bisa menandingi
kesempurnaan hasil ciptaan Allah yang satu ini.
2. Sebagai Makhluk yang Termulia
Difirmankan pula oleh Allah Swt dalam Surat al-Isra’ ayat 70, “Dan
sesungguhnya Kami telah memuliakan Bani Adam dan telah Kami beri
mereka kendaraan di darat dan di laut, dan telah Kami beri mereka rezki
dari yang baik-baik serta telah Kami lebihkan mereka atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan dengan sebenar-benarnya lebih.”
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |
19
Copyright © September 2021
Jelas, kedudukan dan martabat manusia lebih mulia dari makhluk apapun,
walau malaikat sekalipun. Bahkan Allah Swt telah memilihnya sebagai
khalifah di atas bumi ini. Bukankah itu sebuah penunjukan yang mutlak
membuktikan ketinggian derajat manusia?
Malaikat sendiri pernah melakukan protes terhadap pengangkatan
jabatan khalifah kepada manusia ini, karena merasa dirinya pun mampu
menandingi kehebatan manusia. Dan secara bijaksana Allah telah memberi
kesempatan kedua makhluk ini untuk unjuk gigi, memperlihatkan
kemampuannya. Ternyata yang keluar sebagai pemenang dalam
pertandingan ini adalah manusia.Dan akhirnya dengan ikhlas malaikatpun
menerima keunggulan manusia tersebut, dan bersujudlah mereka sebagai
tanda hormat kepada Adam. Pembuktian ini diterangkan Allah dalam al-
Qur’an, surat al-Baqarah atay 30-34.
Begitu pula dikisahkan dalam al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 72,
bahwa pernah Allah menawarkan amanah besar kepada langit, bumi dan
gunung, namun semua menolak karena merasa tak mampu.Ternyata justru
manusialah yang mau menerima amanah tersebut. Dan Allah pun
memberikan amanah itu kepada manusia, karena tahu persis bahwa memang
manusia memiliki kemampuan untuk memikulnya. Allah tahu persis, bahwa
manusia memiliki kemampuan yang lebih dari pada gunung yang tinggi
besar menjulang, yang gejolak dan api panasnya bahkan mampu menghancur
leburkan ratusan kilometer lokasi di sekitarnya.
Sungguh manusia banyak diuntungkan dengan peristiwa itu, karena
bekas-bekas kehancuran gunung berapi tersebut bahkan sangat bermanfaat
bagi manusia, karena bermanfaat menjadi lahan yang amat subur. Ketinggian
dan kekokohan gunung pun bisa dikalahkan manusia hanya dengan ledakan
bom, sehingga manusia bisa menembus dan membuat jalur kereta api
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |
20
Copyright © September 2021
Membunuh adalah salah satu dosa besar yang diancam dengan balasan
neraka.
2. Hak kebebasan beragama
Dalam Islam, kebebasan dan kemerdekaan merupakan HAM,
termasuk di dalmnya kebebasan menganut agama sesuai dengan
keyakinannya. Oleh karena itu, Islam melarang keras adanya pemaksaan
keyakinan agama kepada orang yang telah menganut agama lain. Hal ini
dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 256, yang artinya: “Tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar dan jalan yang salah.”
3. Hak atas keadilan
Keadilan adalah dasar dari cita-cita Islam dan merupakan disiplin
mutlak untuk menegakkan kehormatan manusia. Dalam hal ini banyak ayat-
ayat Al-Qur’an maupun Sunnah ang mengajak untuk menegakkan keadilan,
di antaranya terlihat dalam Surat Al-Nahl ayat 90, yang artinya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji ,
kemungkaran dan permusuhan.”
4. Hak persamaan
Islam tidak hanya mengakui prinsip kesamaan derajat mutlak di
antara manusia tanpa memndang warna kulit, ras atau kebangsaan,
melainkan menjadikannya realitas yang penting. Ini berarti bahwa
pembagian umat manusia ke dalam bangsa-bangsa, ras-ras, kelompok-
kelompok dan suku-suku adalah demi untuk adanya pembedaan, sehingga
rakyat dari satu ras atau suku dapat bertemu dan berkenalan dengan rakyat
yang berasal dari ras atau suku lain.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |
22
Copyright © September 2021
dijelaskan Allah dalam Surat Asy-Syura ayat 38, yang artinya : “Dan urusan
mereka diputuskan dengan musyawarah di antara mereka.”
7. Hak kepemilikan
Islam menjamin hak kepemilikan yang sah dan mengharamkan
penggunaan cara apa pun untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan
haknya, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 188:
اط ِل َوت ُ ْدلُوا ِب َها ِإلَى ْال ُح َّك ِام ِلتَأ ْ ُكلُوا فَ ِريقًا ِم ْن
ِ َو َال تَأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِب ْال َب
َاْل ْث ِم َوأ َ ْنت ُ ْم تَ ْعلَ ُمون
ِ ْ اس ِب ِ أ َ ْم َوا ِل ال َّن
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di
antara kamu dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta itu
kepada hakim agar kamu dapat memakan harta benda orang lain itu dengan
jalan berbuat dosa padahal kamu mengetahuinya.”
8. Hak mendapatkan pekerjaan dan memperoleh Imbalan
Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak, tetapi juga
sebagai kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin,
sebagaimana sabda Nabi saw : “Tidak ada makanan yang lebih baik yang
dimakan seseorang dari pada makanan yang dihasilkan dari tangannya
sendiri.” (HR. Bukhari)