Anda di halaman 1dari 19

KONSERVASI ALAM DALAM AL-QURAN

(STUDI TAFSIR AL-AZHAR KARYA HAMKA)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I


pada Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Agama Islam

Oleh:

RIKA TRI AMALIA

G100170035

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2021

i
i
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa publikasi ilmiah ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara

tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di

atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 17 Juni 2021

Penulis

Rika Tri Amalia


G100170035

iii
KONSERVASI ALAM DALAM AL-QURAN
(STUDI TAFSIR AL-AZHAR KARYA HAMKA)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai konservasi alam dalam
tafsir Al-Azhar karya Hamka. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan strategi
deskriptif. Data dari penelitian ini berupa Kitab-kitab Tafsir al-Azhar karya
Hamka serta buku-buku berkaitan dengan konservasi alam. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini berupa dokumentasi. Metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif.
Bencana alam sering terjadi di bumi ini antaranya banjir, kebakaran hutan dan
lahan, tanah longsor, kekeringan, dsb. Banyak kerusakan lingkungan yang
diakibatkan dari ulah tangan manusia. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
bahwa konservasi alam dapat dilakukan dengan menjaga, melestarikan, dan
memanfaatkan bumi sesuai dengan ajaran Islam, mengolah bumi menjadi tempat
yang dapat menghasilkan manfaat, tidak berlebihan dalam mengeksploitasi alam,
karena bumi dan segala isinya sudah diciptakan Allah sesuai dengan takarannya.
Kedua, mengenai konservasi alam dalam tafsir al-Azhar oleh Hamka, manusia
dilarang berbuat kerusakan di muka bumi karena bumi sudah diciptakan dengan
baik untuk dimanfaatkan manusia. Konservasi alam harus selalu sejalan
mengikuti perkembangan kecanggihan pengrusakan pada lingkungan itu sendiri.
Konservasi menghendaki pemanfaatan sumber daya alam yang bijaksana dalam
mengembangkan kemajuan manusia namun dengan memperhitungkan
dampaknya pada keberlangsungan hidup masyarakat sekitar.
Kata Kunci: Konservasi Alam, Tafsir al-Azhar, Hamka.

Abstract
This study aims to explain nature conservation in Hamka's interpretation of Al-
Azhar. This type of research is library research. This research is a qualitative
research, using a descriptive strategy. The data from this research are the Tafsir
al-Azhar books by Hamka and books related to nature conservation. The data
collection method in this research is in the form of documentation. The data
analysis method used in this research is qualitative data analysis.
Natural disasters often occur on this earth including floods, forest and land fires,
landslides, droughts, etc. A lot of environmental damage is caused by human
activities. Based on the results of the study, it was found that nature conservation
can be done by maintaining, preserving, and utilizing the earth in accordance with
Islamic teachings, processing the earth into a place that can produce benefits, not
excessively in exploiting nature, because the earth and everything in it has been
created by God according to the measure
Nature conservation in the interpretation of al-Azhar by Hamka, humans are
prohibited from doing damage on earth because the earth has been created well
for human use. Nature conservation must always be in line with the development
of sophistication in the destruction of the environment itself. Conservation

1
requires the wise use of natural resources in developing human progress but
taking into account the impact on the survival of the surrounding community.
Keywords: Nature conservation, Tafsir al-Azhar, Hamka.

1. PENDAHULUAN
Kerusakan pada lingkungan hidup dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pada
sifat-sifat lingkungan serta unsur-unsur lingkungan yang dapat berakibat pada
fungsi lingkungan dan arti penting lingkungan bagi kehidupan menjadi terganggu,
bahkan tak lagi dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Lingkungan merupakan tempat tinggal bagi makhluk hidup yang harus
dijaga kelestariannya, banyak manfaat yang dapat diambil dari lingkungan dan tak
ada sesuatu yang Allah ciptakan di bumi dan di langit itu sia-sia. Namun manusia
merupakan makhluk sosial yang langsung berinterasksi dengan makhluk yang lain
sekelilingnya seringkali ulah manusia yang tidak bertanggung jawab merusak apa-
apa yang disiapkan Allah untuk kepentingan manusia itu sendiri.
Pada saat ini, kerusakan dalam lingkungan dengan mudah dapat ditemukan
dan kini sudah memasuki kondisi darurat. Di tengah kemajuannya yang semakin
pesat dengan ditandai semakin banyak dan canggihnya penemuan-penemuan baru,
ulah manusia terhadap lingkungan semakin tidak tepat. Di tengah kegandrungan
manusia untuk berlomba-lomba menciptakan teknologi yang semakin canggih
justru manusia malah melupakan agama dalam mengelola lingkungan. Usaha ini
memberikan dampak kerugian bagi kelestarian lingkungan sehingga menjadikan
udara rusak akibat polusi dari berbagai aktivitas industri. Jika udara dihirup terus
menerus akan mengancam kesehatan dan keselamatan dari manusia, tumbuhan dan
hewan, terjadi perubahan iklim global.
Salah satu tujuan manusia diciptakan adalah untuk memakmurkan bumi,
namun perilaku manusia yang mengedepankan kepentingan pribadi dan
mengeksploitasi alam terus-menerus secara berlebihan tanpa adanya upaya untuk
melestarikannya kembali sering kali menjadikan lingkungan hidup tak seimbang.
Gejala itu merupakan cerminan dari menurunnya moralitas manusia pada alam.
Padahal dalam Al-Quran, Allah telah mengingatkan hal tersebut.

2
Dalam QS. Ibrahim (14):32-34 dijelaskan bahwa Allah telah menciptakan
bumi serta isinya, langit, dan udara yang terpancar dari gumpalan awan yaitu
berfungsi untuk mengeluarkan dan memberikan rezeki manusia dalam bentuk
buah-buahan yang berasal dari tumbuhan di taman dan di pepohonan. Konservasi
Alam dapat dilaksanakan melalui suaka margasatwa, cagar alam, taman laut, taman
nasional, taman hutan raya (Tahura), kebun raya, hutan bakau, konservasi tanah,
dan konservasi air.
Al-Quran merupakan kitab yang paling sempurna, membahas berbagai
aspek kehidupan, begitu pula tentang alam. Al- Quran menjelaskannya dalam ayat-
ayat tentang alam. Untuk membahas ayat-ayat alam sangat dibutuhkan penafsiran
mufasir. Penelitian ini akan mengkaji penafsiran dari Hamka, pentafsiran ini
bercorak al-adab al-ijtima’i dengan membawa pandangan hidup penafsir, haluan,
dan madzhabnya.
Dari permasalahan diatas, maka penelitian ini akan terfokus pada
konservasi alam dalam Islam dan dalam tafsir Al-Azhar karya Hamka. Penelitian
ini diharapkan mampu memberikan informasi, memperluas wawasan dan
meningkatkan motivasi masyarakat dalam menjaga serta melestarikan lingkungan
alam sesuai dengan isi kandungan Al-Quran.
1.1 Pengertian Konservasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konservasi merupakan
pemeliharaan dan pelindungan sesuatu dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan
mencegah terjadinya kerusakan dan juga kemusnahan dengan berbagai cara untuk
melindunginya. mengawetkan; simpan. Konservasi juga disebut proses menutupi
interior mobil, perahu, dll untuk mencegah karat.
Menurut Piagam Burra, konservasi merupakan keseluruhan proses
pengelolaan pada suatu lokasi, sehingga diperlukan perlindungan atas makna
budaya yang terkandung di dalam lokasi tersebut. Menurut Peter Salim dan Yenny
Salim konservasi merupakan pekerjaan pemelihara dan perlindungan yang
dilakukan dengan teratur dalam jangka waktu tertentu untuk mencegah kerusakan
dan kehancuran melalui pengawetan.

3
Sementara, berdasarkan pada Undang-undang (UU) Republik Indonesia
No.32 Tahun 2009 mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Konservasi merupakan upaya secara sistematis dan pengawasan untuk melindungi
berbagai fungsi dari lingkungan dan upaya pencegahan yang dapat menjadikan
pencemaran atau perusakan pada lingkungan, termasuk perencanaan, pengelolaan,
pengawasan, pengawasan, dan penegakan hukum
Dari beberapa pengertian diatas, konservasi dapat diartikan sebagai upaya
bijak untuk keanekaragaman hayati dan lingkungan sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya agar manusia dan alam dapat lestari. Konservasi juga dapat diartikan
sebagai upaya dalam pengelolaan berbagai sumber daya untuk jaminan
kelangsungan hidup pada manusia saat ini dan masa yang akan datang.
1.2 Pengertian Alam
Menurut KBBI, Alam adalah segala yang ada di langit dan di bumi (seperti bumi,
bintang, dan kekuatan). Menurut Otto Soemarwoto, alam adalah jumlah seluruh
benda dan keadaan yang terdapat didalam ruang yang ditempat dimana
mempengaruhi kehidupan kita.
Dari beberapa pendapat konservasi dan alam diatas, dapat disimpulkan
bahwa konsevasi alam merupakan suatu bentuk perlindungan lingkungan agar
terhindar dari pelbagai kerusakan lingkungan sehingga tetap berjalan sesuai dengan
fungsinya. Lingkungan hidup merupakan satu kesatuan ruang dengan segala
bentuk benda, kondisi, kekuatan, dan makhluk hidup, termasuk juga manusia dan
perilakunya, yang dapat mempengaruhi alam, kelangsungan hidup manusia, serta
kesejahteraan manusia dan makhluk hidup yang lain.
1.3 Asas Konservasi Alam
Asas konservasi tentunya identik dengan asas pelestarian kemampuan lingkungan.
Koesnadi Hardjasoemantri (1993: 35) menyatakan bahwa prinsip menempatkan
kemampuan lingkungan yang tepat dan benar-benar harus menerapkan dan
melaporkan dengan memperbaiki (permanen tanpa mengubah) kemampuan
lingkungan.
Menurut Pasal 2 Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UUPPLH), perlindungan serta pengelolaan lingkungan hidup

4
harus berdasar pada asas-asas berikut: tanggung jawab negara; manfaat; kelestarian
dan berkelanjutan; keterpaduan; tata kelola pemerintah yang baik; kehati-hatian;
ekoregion; keadilan; keserasian dan keseimbangan; keanekaragaman hayati;
partisipatif; pencemar membayar; kearifan lokal; dan otonomi daerah.
1.4 Tujuan Konservasi Alam
Tujuan dasar konservasi adalah untuk melindungi lingkungan dan sumber daya
agar manusia tetap dapat memanfaatkannya. Melindungi kawasan dari kerusakan
dan pencemaran lingkungan; Menjamin kesehatan, keselamatan, dan kehidupan
makhluk hidup; Menjamin kelangsungan hidup organisme dan perlindungan
ekosistem; melindungi warisan budaya melalui berbagai pemeliharaan;
melindungi berbagai benda peninggalan sejarah; menjaga fungsi
lingkungan; mewujudkan keselarasan, keserasian, serta keseimbangan lingkungan
hidup; dapat menjamin terwujudnya keadilan bagi generasi sekarang dan generasi
mendatang; menjamin realisasi dan perlindungan lingkungan sebagai salah satu
bagian hak asasi manusia; untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, tekankan
penggunaan kembali bangunan-bangunan yang sudah tua agar tidak
terlewatkan, dengan mengembalikan fungsi lama, atau dengan merubah fungsi
bangunan lama menjadi fungsi baru sesuai dengan kebutuhan; Mengantisipasi
masalah lingkungan global.
1.5 Sasaran Konservasi Alam
Sasaran dalam konservasi, untuk mengembalikan wajah dari obyek pelestarian
serta memanfaatkan obyek pelestarian untuk menopang kehidupan saat ini.
Sasarannya yaitu tercapainya keserasian, keselarasan, keseimbangan, antara
manusia dengan lingkungan hidupnya, Realisasi terwujudnya manusia dalam
melindungi dan memajukan lingkungan, Menjamin kepentingan generasi masa kini
dan generasi yang akan datang, Tercapainya fungsi kelestarian pada lingkungan
hidup, Mengendalikan penggunaan sumber daya alam secara wajar, Melindungi
Indonesia dari berbagai pengaruh perusahaan atau kegiatan yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan dan kerusakan pada lingkungan.
1.6 Manfaat Konservasi Alam

5
Manfaat dari konservasi secara umum dibagi menjadi dua manfaat, yaitu manfaat
yang dirasakan manusia dan manfaat yang dirasakan komponen di dalam kawasan
yang dijaga keberlangsungannya, diantara adalah; manfaat terhadap iklim, sebagai
media pendidikan, sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan, menciptakan
lingkungan sehat.
1.7 Metode Konservasi Alam
Terdapat dua metode konservasi alam, yaitu In-situ (Di dalam kawasan
konservasi)dan Ex-situ (Di luar kawasan konservasi).
1.8 Bentuk Konservasi Alam
Konservasi alam dapat dilaksanakan melalui suaka margasatwa, cagar alam, taman
laut, taman nasional, taman hutan raya, kebun raya, hutan bakau, konservasi tanah,
dan konservasi air.
1.9 Strategi Konservasi Alam
Konservasi dapat dilaksanakan melalui beberapa strategi, yaitu menetapkan
persyaratan prioritas untuk mencapai masing-masing tujuan. Meninjau kembali
peraturan-peraturan undang-undang mengenai sumber daya, menyarankan
masyarakat dalam perencanaan dan pengambil keputusan mengenai penggunaan
sumber daya, menyarankan tindakan membantu masyarakat pedesaan dalam
mengkonservasi sumber daya, Perlindungan daerah pegunungan yang curam yaitu
dengan membentuk hutan lindung, melindungi kawasan pengelolaan dengan
pengelolaan kawasan mangrove dan kawasan terumbu karang, melindungi hutan
dengan mengubah kawasan hutan menjadi taman nasional, suaka margasatwa dan
cagar alam, analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) merupakan prasyarat
mutlak untuk dapat melaksanakan semua rencana-rencana pembangunan.

2. METODE
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library reaserch) karena datanya yang
diambil dari pelbagai literatur kepustakaan, seperti kitab-kitab tafsir, berbagai
buku, biografi, artikel dan jurnal yang berkaitan dengan objek penelitian.
Sumber data primer dalam penelitian ini merujuk pada Al-Quran dan Kitab
Tafsir al-Azhar karya Hamka. Sumber data sekunder penelitian ini merujuk pada

6
buku yang membahas tentang tema alam diantaranya: Al-Quran dan Ilmu
Pengetahuan Kealaman karya Achmad Baiquni, Hak Alam dan Hukum
Lingkungan Dalam Islam karya Bahagia, dan Konservasi Alam Dalam Islam karya
Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan karya
Hadi S. Alikodra, Hukum Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya karya Abdullah Marlang dan Rina Maryana.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif.
Dari data yang diperoleh dan disusun, penulis akan menggambarkan (deskriptif)
dan menganalisa data

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Kerusakan didalam lingkungan hidup terjadi dikarenakan adanya anggapan yang
salah mengenai pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya untuk meningkatkan
ekonomi. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan karunia Allah
yang mempunyai fungsi dan juga peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia, baik dimasa kini maupun masa mendatang. Kegiatan pelaksanaa
konservasi SDA dan ekosistemnya yang merupakan upaya dari konservasi alam
harusnya berjalan seimbang dengan kegiatan pembangunan lainnya. Konservasi
tersebut berfungsi sebagai penyangga terhadap dampak yang ditimbulkan oleh
kegiatan pembangunan.
Ajaran agama Islam yang mempunyai sumber berupa Al-Quran dan Hadits
menjelaskan segala urusan terkait hukum atau aturan agama. Apabila hukum
agama mengatur perilaku manusia yang ada di muka bumi dalam melestarikan dan
menjaga lingkungan, maka aturan agama tak dapat dipisahkan dari pengelolaan
alam berkelanjutan yang sesuai dengan aturan agama. Sebagai contoh kerusakan
lingkungan yaitu hilangnya kesuburan tanah di gunung merupakan akibat dari
hutan yang ditebang secara sewenang-wenang hingga habis, dan juga berdampak
ketika musim hujan tiba akan mengakibatkan banjir dan ketika musim kemarau
akan mengakibatkan kekurangan air atau kekeringan.
Manusia hendaknya mampu mengendalikan dirinya agar tidak berbuat
kerusakan di bumi baik terhadap sumber alam maupun lingkungan hidup. Agar

7
tetap terjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup, manusia harus
berusaha semampu mungkin untuk menjaga dan memelihara agar tetap terjaga
kelestariannya.
Penanganan kerusakan alam untuk menangani arus permasalahan
lingkungan yang global. Dalam mengantisipasi kerusakan lingkungan hidup tak
hanya melalui penanganan teori alam saja, melainkan perlu didekati teknologi yang
mumpuni, alam Islam, dan juga spiritualitas religius. Tindakan-tindakan tersebut
sebaiknya dilakukan secara bersama dalam memelihara dan melestarikan alam.
Dalam QS. Al-Baqarah (2) :29
َ ‫س َُّا ٌُ َّه‬
‫س ْب َع‬ َ َ‫اء ف‬
ِ ‫س َم‬ ِ ‫ٌُ َُ اىَّذِْ َخيَقَ ىَنُم َّما فِٓ ْاْل َ ْر‬
َّ ‫ض َج ِمٕعًا ث ُ َّم ا ْست ََُ ِٰ إِىَّ اى‬
‫ع ِيٕ ٌم‬
َ ٍ‫ش ْٓء‬ ٍ ٍۚ ‫اَا‬
َ ‫ت ََ ٌُ َُ بِ ُن ِّو‬ َ ‫س َم‬
َ
Dialah Allah, yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu
dan kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya
menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Hamka menjelaskan bahwa, Allah Maha Besar dan Maha Agung. Allah
menciptakan alam dan isinya melainkan untuk manusia. Sehingga air yang
mengalir, lautan yang terbentang, kayu yang tumbuh di hutan, batu di sungai, pasir
di pantai, binatang ternak hanya untuk manusia. Apabila manusia gali bumi selapis
dua lapis, bertemulah kekayaan, entah minyak tanah, besi, uranium, dan segala
macam logam. Allah-lah Pemberi rahmat, nikmat, dan karunia berupa akal ilmu,
dan pengalaman.
Dapat diketahui bahwa proses pembuatan alam termasuk hewan, tumbuhan,
kejadian langit dan lain sebagainya memerlukan zaman dan waktu dan juga
memerlukan perhitungan. Hitungan yang dapat manusia ketahui terbatas hanya
peredaran bumi mengelilingi matahari dan bulan mengelilingi bumi. Hanya Allah-
lah yang mengetahui berapa banyak matahari dengan peredarannya sendiri dan
hitungannya sendiri. Maksud dari ayat ini yakni memberi peringatan kepada
manusia bahwa bumi dan seisinya disediakan untuk manusia.
Berdasarkan penafsiran yang ada pada QS. Al-Baqarah (2): 29 yang
menjelaskan tentang kekuasaan Allah SWT, ayat ini memiliki keterkaitan dengan
ayat sebelumnya, QS. Al-Baqarah (2): 28 juga menjelaskan mengenai kekuasaan

8
Allah. Asbabun nuzul pada QS. Al-Baqarah (2): 29 berdasarkan apa yang terjadi
dalam ayat sebelumnya yaitu QS. Al-Baqarah (2): 28. Keduanya menjelaskan
mengenai kekuasaan Allah yang Maha Kuasa, Allah mampu menghidupkan
kembali orang yang sudah mati dan Allahlah yang menciptakan langit dan bumi
beserta isinya.
Pada QS. Al-Baqarah (2): 29 peringatan Allah SWT bahwa Dia telah
menganugerahkan karunia yang besar kepada manusia, maka sudah seharusnya
manusia bersyukur karena langit dan bumi diciptakan untuk manusia dan untuk
diambil manfaatnya, sehingga manusia dapat menjaga kelangsungan hidupnya dan
agar manusia berbakti kepada Allah Penciptanya, orang lain, dan lingkungannya.
Konservasi alam harus sejalan sesuai dengan perkembangan kecanggihan
perusakan pada lingkungan. Pada QS. Al-Baqarah (2): 29, bumi dan seisinya
diciptakan oleh Allah untuk manusia, sehingga manusia dapat memanfaatkan air,
kayu, batu, pasir, binatang ternak, dan lainnya untuk kelangsungan hidupnya.
Konservasi menghendaki pemanfaatan sumber daya alam yang bijaksana
dalam mengembangkan kemajuan manusia namun dengan memperhitungkan
dampaknya pada keberlangsungan hidup masyarakat sekitar. Pada ayat ini manusia
dianjurkan untuk menikmati apa yang telah Allah berikan di bumi dengan
memanfaatkan yang ada dengan secukupnya tanpa berlebihan.
Penafsiran Hamka dapat digaris bawahi bahwa bumi ini diciptakan Allah
dengan segala kelengkapannya agar dapat diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya untuk kesejahteraan manusia. Campur tangan manusia pada dunia ini
sudah sangat berlebihan sehingga membuat situasi ini semakin memburuk.
Manusia harus menyadari jika dirinya memiliki tanggung jawab terhadap
keseimbangan alam ini. Manusia sebagai khalifah Allah diharapkan dapat menjaga
dengan baik supaya bumi ini tidak rusak dan berdampak pada manusia itu sendiri.
Sikap dan perilaku yang dapat menjaga bumi yaitu; tidak berbuat
kerusakan, rajin berdoa kepada Allah, suka berbuat kebaikan, Selalu mengambil
pelajaran dan merasa jera dari peristiwa alam yang telah terjadi, selalu bersyukur
kepada Allah. Peduli terhadap kelestarian alam, berbuat sesuatu disertai rasa
tanggung jawab, serta banyak berdoa kepada Allah SWT dengan rasa takut

9
(khawatir tidak diterima) dan berharap (agar doanya dikabulkan), sehingga
terhindar dari perbuatan yang tidak baik apalagi merugikan pihak lain, selalu
berhati-hati, karena sekecil apapun yang dibuat, kelak akan diminta tanggung
jawabnya di akhirat.
Dalam QS. al-A’rāf (7) :56
ٌ ‫َّللا قَ ِز‬
‫ٔب‬ ِ َّ ‫ت‬َ ‫ط َمعً ٍۚا إِ َّن َرحْ َم‬
َ ََ ‫عُيُ خ َُْفًا‬
ُ ْ‫ص ََل ِح ٍَا ََاد‬ ِ ‫ََ ََل ت ُ ْف ِسذَُا فِٓ ْاْل َ ْر‬
ْ ِ‫ض بَ ْعذَ إ‬

َ‫ِ ّمهَ ْاى ُم ْح ِسىِٕه‬

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan)


dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harapan.
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat
kebaikan.

Membuat kerusakan setelah diperbaiki jauh lebih buruk daripada membuat


kerusakan terhadap sesuatu yang telah rusak. Maka, jika tidak sanggup untuk
memperbaiki, janganlah merusak yang telah baik. Puncak segala kekacauan dan
kerusakan ialah zalim, takabur, dan semena-mena. Ini berdampak pada bangsa
yang maju ilmu pengetahuannya di masa modern ini, manusia telah banyak
membawa kemajuan dalam perihal kehidupan. Perbaikan pada pabrik, perbaikan
hubungan lalu lintas, perbaikan pada hidup yang lebih mewah, tapi sangat sedikit
ikhtiar manusia kepada perbaikan jiwanya hingga kian lama di bumi ini rasa
permusuhan dan dendam tumbuh dimana-mana. Maka, seorang muslim yang sadar
pada agamanya mempunyai kewajiban supaya tidak menambah kerusakan sesuatu
yang telah rusak.
“Sesungguhnya rahmat Allah adalah dekat kepada orang-orang yang
berbuat kebajikan”

Ihsan berarti selalu berbuat baik dan memperbaiki untuk diri dan orang lain.
Nabi Muhammad bersabda:

َ‫َّللاَ َمأَوَّلَ ت َ َزايُ فَإِ ْن ىَ ْم ت َ ُن ْه ت َ َزايُ فَإِوًَُّ َٔ َزاك‬


َّ َ‫ان قَا َه أ َ ْن ت َ ْعبُذ‬
ُ ‫س‬َ ْ‫اإلح‬
ِ

Nabi Saw ditanya tentang Ihsan, beliau menjawab:” Engkau beribadah

10
kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak bisa
melihatnya, sesungguhnya Ia melihatmu” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
Maka diperintahkan manusia untuk berbuat ihsan terutama dalam hal
ibadah. Berbuatlah ihsan dalam segala hal sehingga menyembelih binatang ternak
yang akan dimakan, berbuat ihsanlah dengan memakai pisau yang sangat tajam
supaya binatang tersebut tidak lama kesakitan.dalam peperangan, apabila musuh
telah mati maka berbuat ihsanlah, jangan diikat ataupun ditikam lagi mayat itu.
Oleh karena itu sampai dikatakan menyuruh menggunakan pedang yang tajam, dan
negeri yang telah diminta damai, hendaklah segera menghentikan peperangan.
Inilah contoh ihsan dan inilah yang dijanjikan Allah bahwa rahmat Allah
selalu dekat kepada orang-orang yang mempunyai jiwa ihsan itu. Itulah sebabnya,
terdapat pokok dasar pandangan hidup seorang Muslim, pertama iman, kedua
Islam, dan ketiga ihsan, sebagai kunci dari iman dan Islam itu.
Larangan merusak lingkungan alam dalam QS. al-A’rāf (7) :56
diungkapkan dengan “lā tufsidu fi al-ardh ba’d ishlhahiha”, Janganlah kamu
berbuat kerusakan di bumi, setelah Allah perbaiki. Yang dimaksud dengan Fasād
adalah keluarnya sesuatu dari batas keseimbangan. Kerusakan lingkungan
merupakan suatu perubahan yang dapat mengakibatkan lingkungan menjadi kurang
atau tidak berfungsi lagi baik di darat maupun di laut. Perilaku pengrusakan bumi
diantaranya menyekutukan Allah, mencuri, mengikuti hawa nafsu, pengacauan
orang-orang munafik diikuti dengan perusakan binatang ternak dan tanaman.
Ba’da Ishlahiha, perubahan yang dilakukan oleh Allah terjadi ada
kaitannya dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah. Hukum yang
ditetapkan di masyarakat, hukum alam seperti peredaran matahari. Perubahan atau
perbaikan yang dimaksud dalam konteks ini adalah perubahan positif. Upaya
perbaikan tak sebatas hanya memanfaatkan alam dengan teknologi, melainkan juga
rekayasa yang dapat meningkatkan kualitas keseimbangan alam.
Larangan melakukan pengrusakan bumi dalam QS. al-A’rāf (7) :56 diikuti
dengan perintah berbuat baik (Ihsan), dalam ujung ayat ini disebutkan
bahwasannya rahmat Allah dekat dengan orang-orang yang melakukan perbuatan

11
baik “Inna rahmat Allah qarib min al-muhsinin”. Perintah melakukan perbuatan
baik dalam ayat ini sejalan dalam pembicaraan perusakan lingkungan, dalam
berbuat baik tidak hanya sebatas kepada manusia, melainkan kepada segala hal
termasuk kepada lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi rusaknya lingkungan yaitu perilaku manusia
yang berlebihan sehingga lingkungan sebagai sumber daya alam dieksploitasi
sebanyak mungkin untuk kepentingan dirinya sendiri. Kemudian kesulitan dalam
mencari teknologi yang ramah lingkungan, sehingga bayak memutuskan
penggunaan teknologi yang tidak ramah lingkungan. Allah melarang manusia
melakukan kerusakan di bumi karena Allah menciptakan bumi ini sudah seimbang
sesuai dengan takarannya agar dapat memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup,
maka sudah seharusnya manusia melestarikan setelah perbaikan.
Dalam QS. Ar-Raḥmān (55): 7-9.
‫ْط‬ ِ َ‫ أ َ ََّل ت َْطغ َُْا ِفٓ ْاى ِمٕش‬, َ‫ض َع ْاى ِمٕشَ ان‬
ِ ‫ ََأ َ ِقٕ ُمُا ْاى َُ ْسنَ ِب ْاى ِقس‬,‫ان‬ َ ََ ََ ‫س َما َء َرفَعَ ٍَا‬
َّ ‫ََاى‬

َ‫ََ ََل ت ُ ْخس ُِزَا ْاى ِمٕشَ ان‬

7. Dan langit telah Allah tinggikan dan Dia ciptakan keseimbangan;


8. Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu;
9. Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah
kamu mengurangi keseimbangan itu.

Sebagian besar isi dari QS. Ar-Raḥmān adalah mengungkapkan nikmat


Allah yang banyak memberikan manfaat bagi hamba-Nya. QS. Ar-Raḥmān terdiri
dari 78 ayat, hampir setengah dari jumlah ayat tersebut Allah mempertanyakan
kepada manusia tentu untuk mengingatkan, tentang nikmat-nikmat yang telah
diberikan yang masih manusia ingkari.
Hamka menafsirkan bahwa semuanya yang telah diciptakan sudah ada
takaran dan timbangannya. Sudah berjuta tahun manusia hidup di bumi, belum
pernah ada bintang yang bertabrakan. Letak bintang itu tetap teratur, padahal
sangat banyak bintang hingga berjuta-juta. Mereka tidak saling bertabrakan karena
semuanya telah diperhitungkan dan dipertimbangkan, ditentukan oleh jarak antara
satu dengan lainnya, dan gerak itu tidak berubah-ubah dari masa ke masa.

12
Dalam hal ini Allah memberi peringatan kepada manusia, agar manusia
berusaha meniru dan meneladani ciptaan alam dari perbuatan Allah. Manusia
melihat adanya pertimbangan dan perimbangan, sehingga semuanya menjadi
teratur. Manusia harusnya teratur dan meletakkan sesuatu sesuai pada tempatnya,
kemudian dijelaskan lagi.
“Janganlah kamu melanggar aturan neraca.”
Pada ayat 8, Hamka menafsirkan bahwa ayat ini sudah memberikan
tuntunan lebih jauh kepada manusia, agar manusia jangan sampai melanggar aturan
timbangan, keseimbangan dan perimbangan. Bangunan-bangunan yang besar dan
megah piramida di Mesir yang berusia ribuan tahun, namun sampai sekarang masih
terasa usaha manusia dalam membangun itu jangan sampai manusia melanggar
timbangan. Diantara keindahan bagunan, teknologi yang mengagumkan dan
semuanya itu nampak sebagai hasil usaha manusia mendekati kebenaran, keadilan
dan keindahan ciptaan Allah.
“Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu
mengurangi keseimbangan itu”
Ayat 9 memperkuat ayat-ayat sebelumnya. Apabila kesadaran manusia
telah tumbuh, lalu manusia melihat alam yang ada di sekeliling, niscaya manusia
akan merasakan betapa sifat rahman Allah tampak dimana-mana. Semua yang
Allah ciptakan benar dan adil dan tidak ada yang cacat. Namun mengapa manusia
membuat timbangan untuk merugikan orang lain hanya karena ingin mendapat
untung untuk dirinya sendiri, padahal Allah tidak pernah melakukan kezaliman itu.
Semuanya adil, tidak ada yang cacat dan tidak ada pula yang dapat dicela. Sebab
itu maka manusia harus menanamkan sifat Rahman itu, berakhlak dengan akhlak
dalam kesanggupan dan kemampuan sebagai manusia. Jika Allah menciptakan
alam dan sifat-Nya yang rahman, kasih sayang, santun, dan murah, mengapa
manusia tidak berusaha untuk berbuat demikian pula.
Bumi ini diciptakan Allah sesuai dengan takarannya sesuai dalam QS. Ar-
Raḥmān (55): 7-9, melihat penafsiran Hamka pada kata َ‫ ْاى ِمٕشَ ان‬ditafsirkan dengan
pertimbangan atau perimbangan. Ayat ini berbicara mengenai keseimbangan yang
telah Allah tetapkan dalam mengatur alam agar tidak ada selisih.

13
Pada ayat 8 “Agar kalian jangan melampaui batas tentang neraca itu.”
Maksud ayat tersebut adalah Dia sudah menciptakan bumi dan langit dengan adil
yang sebenar-benarnya agar semuanya berjalan dengan benar dan juga berjalan
dengan adil. Ayat ini seolah-olah menyeru manusia agar berlaku adil sebagaimana
menyenangi orang lain berlaku adil kepada diri sendiri, Hamka mengatakan bahwa
larangan tidak merusak bumi sama seperti ilmu arsitektur atau ilmu membangun
yang harus ada ukuran, teknik, dan juga estetika. Contohnya bangunan-bangunan
megah dan kuat seperti Piramida di Mesir yang berusia ratusan bahkan ribuan
tahun. Oleh karenanya Allah berfirman, pada ayat 9 “Dan tegakkanlah timbangan
itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.”
Ayat ini menegaskan kembali dua ayat sebelumnya, yakni agar manusia
dapat menumbuhkan kesadaran ketika melihat alam sekitarnya. janganlah manusia
mengurangi timbangan atau takaran, akan tetapi timbanglah dengan adil, lurus, dan
juga benar. Semuanya merupakan penyempurna kasih sayang Allah SWT.

4. PENUTUP
Dari pembahasan di atas selanjutnya dapat ditarik simpulan bahwa, konservasi
alam yaitu menjaga, melestarikan dan memanfaatkan bumi sesuai dengan ajaran
Al-Quran, mengolah bumi menjadi tempat yang dapat menghasilkan manfaat tidak
berlebihan dalam mengeksploitasi alam, karena bumi dan segala isinya sudah
diciptakan Allah sesuai dengan takarannya.
Konservasi alam dalam tafsir al-Azhar oleh Hamka, bahwa, manusia
dilarang berbuat kerusakan di muka bumi karena bumi sudah diciptakan dengan
baik untuk manusia. Konservasi alam harus selalu sejalan mengikuti
perkembangan kecanggihan pengrusakan pada lingkungan itu sendiri. Konservasi
menghendaki pemanfaatan sumber daya alam yang bijaksana dalam
mengembangkan kemajuan manusia dengan memperhitungkan dampaknya pada
keberlangsungan hidup masyarakat. Manusia dituntut untuk berusaha meneladani
penciptaan alam oleh Allah. Dengan pertimbangan dan perimbangan, Hamka
mengatakan bahwa manusia sudah semestinya menjalankan keteraturan dan
meletakkan sesuatu sesuai dengan tempatnya dan takarannya.

14
Dari bahasan tentang konservasi alam dalam tafsir al-Azhar, selanjutnya
dikemukakan saran-saran: Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini sebagai
permulaan mengenai konservasi alam. Kemudian dapat dijadikan penelitian
lanjutan bagi para mahasiwa yang sedang menyusun skripsi. Bagi masyarakat
untuk tetap menjaga lingkungan alam serta tidak melakukan kerusakan terhadap
lingkungan supaya tetap terjaga keseimbangannya dan keasriannya. Bagi
pemerintah untuk tetap mendukung dan melindungi segala bentuk konservasi alam
dengan peraturan atau kebijakan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, Haji Abdul Malik Karim. 2015. Tafsir al-Azhar Jilid 1. Jakarta: Gema
Insani.
____________________________. 2015. Tafsir al-Azhar Jilid 3. Jakarta: Gema
Insani.
____________________________. 2015. Tafsir al-Azhar Jilid 8. Jakarta: Gema
Insani.
Bahagia. 2013. Hak Alam dan Hukum Lingkungan dalam Islam. Yogyakarta:
SUKA-Press
Christianto, Joko. “Ruang Lingkup Konservasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan” Modul 1 PKWL4220-M1. Penerbit Universitas Terbuka.
Departemen Agama RI. 2017. Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: Cordoba.
http://repository.unpas.ac.id/41758/3/BAB%201%20SKRIPSI.pdf.
Jdih.kemenkeu.go.id
Kbbi.kemendikbud.go.id
Layli, Eka Nurul Elda. Ayu Nabila Al Juffri. “Etika Dalam Pemanfaatan Sumber
Daya Alam Dan Pengaruhnyaterhadap Keseimbangan Alam”.
Marlang, Abdullah, Riana Maryana. 2015. Hukum Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Soemarwoto, Otto. 1994. Alam Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:
Djambatan.

15

Anda mungkin juga menyukai