Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

EKONOMI SUMBER DAYA PERAIRAN

(pengamatan kawasan mangrove mangga dua ternate)

KELAS MSP A

KELOMPOK 1

Fadhilah alwy b.s.a 05161911002

Indri adelia kulle 05161911021

Rindiani ahmad 05161911018

Nova muin 05161911010

Mariyanti muhtar 05161911001

Hifdatul Suharto 05161911022

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan laporan praktikum ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
kami dapat menyelesaikan laporan Pratikum yang berjudul“ pengamatan Kawasan
mangrove manga dua ternate”

Laporan praktikum ini susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi sumber
daya perairan Pada mata kuliah wajib dari Program studi manajemen sumber daya perairan.
Selain itu,kami juga berharap agar laporan praktikum ini dapat menambah wawasan bagi
kami dan pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami
ambil. Serta kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan laporan praktikum ini.

Kami membuat laporan praktikum dengan sebaik-baiknya sesuai dengan prosedur


yang di berika selaku dosen mata kuliah, kiranya ada kesalahan dalam penulisan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran semogah makalah ini
dapat di terima.

Ternate, 08 Desember 2021

Penyusun

Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya alam pulih yang tumbuh di sepanjang
pantai dan muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekosistem
mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan
daerah yang landai di daerah tropis serta sub tropis (FAO, 2007). Menurut Santos et. al,
(2012) ekosistem mangrove memiliki peranan penting bagi kelangsungan makhluk hidup
baik sebagai pemberi jasa lingkungan maupun pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
Ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologi sebagai penahan abrasi, breeding
ground, nursery ground (tempat pembesaran ikan) dan fungsi ekonomi sebagai sumber
mata pencaharian masyarakat pesisir, produksi berbagai hasil hutan (kayu, arang, obat
dan makanan), sumber bahan bangunan dan kerajinan, serta tempat obyek pendidikan,
wisata dan penelitian (Vo et. al, 2012; Barbier, 2003; Kaplowitz, 2001; Barbier, 2000;
Sathirathai, 1998; Barbier and Strand, 1998; Aksornkoae, 1993; Sathirathai dan Barbier,
2001). Kawasan ekosistem mangrove di Kabupaten Indramayu telah banyak mengalami
kerusakan yang disebabkan oleh konversi lahan menjadi tambak, area pertanian dan
perumahan. Luas ekosistem mangrove yang mengalami kerusakan hingga tahun 2013
adalah 13,489.35 ha (DKP Kabupaten Indramayu, 2011).
1.2 Tujuan praktikum
 Mengindetifikasi jenis mangrove yang ada di kawasan manga dua
 Mengetahui evalusia nilai ekonomi sumber daya pada mangrove
 Mengetahui manfaat langsung dan tidak langsung perhadap pemanfaatan
mangrove dikawasan manga dua ternate selatan
1.3 Kegunaan praktikum
Kegunaan dari Praktikum Ekonomi Sumberdaya Perikanan bagi mahasiswa adalah
sebagai informasi dikawasan mangrove yang hampir punah dikota ternate ini untuk
menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan serta kami dapat melestarikanya dan
menjaganya agak tidak punah..
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Identifikasi jenis mangrove yang ada dikawasan mangga dua
Hutan mangrove merupakan sumberdaya alam yang penting di lingkungan pesisir,
dan memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi fisik, biologis, dan ekonomis (Romimotarto,
2001). Fungsi fisik adalah sebagai penahan angin, penyaring bahan pencemar, penahan
ombak, pengendali banjir dan pencegah intrusi air laut ke daratan. Fungsi biologis adalah
sebagai daerah pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground), dan
sebagai daerah mencari makan (feeding ground) bagi ikan dan biota laut lainnya. Fungsi
ekonomis adalah sebagai penghasil kayu untuk bahan baku dan bahan bangunan, bahan
makanan dan obat-obatan. Selain itu, fungsi tersebut adalah strategis sebagai produsen
primer yang mampu mendukung dan menstabilkan ekosistem laut maupun daratan.
Kegiatan eksploitasi yang berlebihan dan alih fungsi hutan mangrove mengakibatkan
degradasi kawasan hutan mangrove yang ditunjukkan secara nyata dengan semakin
berkurangnya luasan hutan mangrove. Degradasi hutan mangrove mengakibatkan
terjadinya perubahan ekosistem kawasan pantai, seperti intrusi air laut, abrasi pantai,
punahnya beberapa jenis flora, fauna dan biota tertentu, menurunnya keanekaragaman
hayati serta kerusakan habitat yang meluas sampai daratan (Saparinto, 2007).
Jenis mangrove yang masih tersisa pada Kawasan manga dua kota ternate yaitu:
1. Soneratia alba atau pidada putih adalah sejenis pohon penyusun hutan bakau. Pohon
berbatang besar ini sering didapati di bagian hutan yang dasarnya berbatu karang atau
berpasir, langsung berhadapan dengan laut terbuka. Nama "perepat" juga sering
dipakai untuk pohon pantai lain yang agak serupa yang dikenal sebagai pidada.
Klasifikasi lebih tinggi: Pidada
Tingkatan takson: Spesies
Famili: Lythraceae
Spesies: S. alba
Ordo: Myrtales
Kelas: Magnoliopsida
Divisi: Magnoliophyt.
2. Bakau adalah sekelompok tumbuhan dari marga Rhizophora, suku Rhizophoraceae.
Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan
berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah yang
berkecambah serta berakar ketika masih di pohon (vivipar). Hutan bakau atau disebut
juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di air payau, dan dipengaruhi oleh
pasang-surut air laut.[1] Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana
terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung
dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan
mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang
mengakibatkan kurangnya abrasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur
penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup
di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah
melewati proses adaptasi dan evolusi.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malpighiales
Famili: Rhizophoraceae
Genus: Rhizophora
Spesies:Rhizophora apiculate,Rhizophora mangle,Rhizophora mucronate,
Rhizophora racemose, Rhizophora stylosa
2.2 Evaluasi nilai ekonomi yang pada kawasan manga dua
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara propotional stratified random
sampling, berdasarkan stratifikasi jenis kegiatan pemanfaatan sumberdaya ekosistem
mangrove. Jumlah sampel sebanyak 4 responden, terdiri dari 2 orang nelayan, 2 masyarakat
biasa.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengalokasian jumlah anggota sub
sampel dengan menerapkan pembagian secara proporsional. Setelah itu memilih secara acak
anggota sub sampel dari sub populasinya. Banyaknya sampel yang diambil menggunakan
rumus (Taro Yamane, 1998 dalam Riduwan, 2005).
N
n=
N . d ²+1
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populas
d² = Presisi yang ditetapkan
Jenis data yang dikumpulkan pada pengambilan data ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan dengan melakukan pengamatan (observasi) dan
wawancara terhadap masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya mangrove.
Data sekunder seperti keadaan umum lokasi pengamatan , perikanan, luasan mangrove.
2.3 Manfaat langsung dan tidak langsung perhadap pemanfaatan mangrove dikawasan
manga dua ternate selatan.
Dalam pelaksanaannya, pengamatan dilakukan melalui tiga tahap analisis, yaitu:
1. Identifikasi pemanfaatan sumberdaya mangrove
Proses identifikasi dilakukan dengan wawancara yang mendalam untuk menganalisis 4
komponen menurut Kovacs (1999) dalam Maedar (2008) diantaranya:
a) Identifikasi jenis mangrove yang dimanfaatkan
b) Pemanfaatan yang potensial
c) Pemanfaatan nyata yang sedang dilakukan
d) Pilihan untuk perbedaan lingkungan dan kesesuaian pemanfaatan dari mangrove
2. Identifikasi manfaat dan fungsi ekosistem mangrove sebagai berikut:
a) Mantaat Langsung (ML) (Direct Use Value)
Manfaat langsung adalah nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan langsung dari hutan
mangrove seperti perikanan, kayu bakar (Fauzi, 2002).
ML= ML1 + + ML2..... + MLn
Keterangan:
ML1 = Manfaat langsung, total dari hasil perikanan
ML2 = Manfaat langsung, total hasil bibit bakau
ML4 = Manfaat langsung, total dari hasil buah mangrove
b) Manfaat Tidak Langsung (MTL) (Indirect Use Value)
Manfaat tidak langsung adalah nilai yang dirasakan secara tidak langsung terhadap
barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya dan lingkungan (Fauzi, 2002). Manfaat tidak
langsung dari hutan mangrove diperoleh dari suatu ekosistem secara tidak langsung seperti
penahan abrasi pantai dan penyedia bahan organik bagi biota-biota yang hidup didalamnya
(Fahrudin, 1996).
MTL = MTLe + MTLb
Keterangan:
MTLe = Manfaat tidak langsung ekologis sebagai penahan abrasi pantai
MTLb = Manfaat tidak langsung biologis sebagai tempat pembesaran ikan
Estimasi manfaat tidak langsung ekologis hutan mangrove sebagai penahan abrasi pantai
didekati dengan pembuatan green belt yang setara dengan fungsi hutan mangrove sebagai penahan
abrasi pantai. Metode yang digunakan untuk mengukur nilai tersebut adalah replacement cost.
Estimasi manfaat tidak langsung biologis hutan mangrove sebagai nursery ground, spawning
ground dan feeding ground bagi biota perairan didekati dari hasil tangkapan nelayan untuk ikan di
wilayah perairan laut sekitarnya. Menurut Adrianto (2004) teknik pengukuran untuk menilai
manfaat tersebut adalah pendekatan produktivitas (productivity approach).
c) Manfaat Pilihan (MP) (Option Value)
Manfaat pilihan adalah suatu nilai yang menunjukkan kesediaan seseorang untuk
membayar guna melestarikan ekosistem mangrove bagi pemanfaatan di masa depan. Nilai
ini didekati dengan mengacu pada nilai keanekaragaman hayati (biodiversity) hutan
mangrove di Indonesia.
MP = MPb (Manfaat Pilihan biodiversity)
= US$ 15 per ha x Luas hutan mangrove
d) Manfaat Eksistensi (ME) (Exsistence Value)
Manfaat eksistensi adalah manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dari keberadaan
ekosistem yang diteliti setelah manfaat lainnya (manfaat langsung, tidak langsung dan
manfaat pilihan).
Pengukuran manfaat eksistensi tersebut didekati dengan pengukuran langsung
terhadap preferensi individu melalui Contingent Valuation Method (CVM), mengukur
seberapa besar keinginan membayar (Willingness to Pay, WTP) dari responden terhadap
keberadaan dan perbaikan ekosistem mangrove (Fauzi, 2004). Pengukuran nilai
keberadaan tersebut dilakukan kepada responden yang dipilih secara sengaja (purposive)
dengan memperhatikan karakteristik tingkat pendidikan dan mata pencaharian masyarakat
disekitar ekosistem mangrove. Wawancara langsung dengan responden dilakukan dengan
bantuan kuisioner maupun panduan pertanyaan, untuk memperoleh nilai keinginan
membayar (WTP) responden terhadap ekosistem hutan mangrove.
Nilai Manfaat Keberadaan di peroleh dengan cara mengalikan nilai rata-rata (Rp)
yang diberikan oleh responden terhadap keberadaan hutan mangrove per ha per tahun
dengan luas hutan mangrove secara keseluruhan. Menurut FAO (2000) dalam Adrianto
(2005). Formulasinya adalah sebagai berikut:
n
ME = ∑ (ME¿ ¿i)/n ¿
i=1
dimana:
MEi = Manfaat Eksistensi dari responden ke-i
n = Jumlah responden
a) Kuantifikasi seluruh manfaat
Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value) merupakan penjumlahan dari seluruh
manfaat yang telah diidentifikasi, yaitu:
NET = ML + MTL + MP + ME
Keterangan:
NET = Nilai ekonomi total (TEV) (Rp/ha/tahun atau Rp/tahun)
ML = Nilai manfaat langsung
MTL = Nilai manfaat tidak langsung
MP = Nilai manfaat pilihan
ME = Nilai manfaat keberadaan
3. Evaluasi kebijakan sumberdaya mangrove
Setelah penilaian ekonomi sumberdaya mangrove dilakukan, maka perlu menganalisis
suatu proyek dari segi ekonomi yaitu dengan menggunakan metode Analisis Biaya
Manfaat (Cost-Benefit Analysis atau CBA).
Dalam analisis ini terdapat beberapa asumsi yang dipakai:
1. Produksi ikan tetap karena adanya usaha untuk mempertahankan kelestarian
sumberdaya mangrove.
2. Pertambakan tetap karena adanya usaha untuk mempertahankan kondisi sumberdaya
mangrove yang baik.
3. Produksi buah mangrove tetap karena adanya usaha untuk memelihara kawasan
sumberdaya mangrove.
4. Jenis pemanfaatan sumberdaya mangrove tetap dan dikonversi menjadi satuan luasan.
5. Analisis biaya manfaat dilakukan melalui kondisi sumberdaya mangrove pada kondisi
awal dan pada kondisi yang sekarang.
6. Kehilangan manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat pilihan dan manfaat
keberadaan akibat konversi hutan mangrove menjadi biaya kehilangan bagi pengelolaan
hutan mangrove.
7. Tingkat suku bunga (discount rate) yang dipakai adalah 15%. Digunakan discount rate
15% atas dasar bahwa discount rate untuk analisis ekonomi dalam pemanfaatan
sumberdaya adalah 8% sampai 15% (Gittinger, 2008), dipilih 15% karena dalam
analisis ekonomi tidak ada nilai yang pasti untuk discount rate, sehingga diambil nilai
discount rate yang tertinggi.
Kriteria evaluasi kebijakan yang dipergunakan adalah Net Present Value (NPV). Nilai
NPV ini didekati dengan menggunakan pendekatan yang dikembangkan Abelson (2005),
dengan rumus sebagai berikut:
n
( B ¿ ¿ t−C t )
NPV = ∑ ¿
t =1 (1+r )t
dimana :
NPV = Net Present Value (nilai manfaat bersih sekarang)
Bt = Manfaat langsung yang diperoleh pada waktu t (Rp)
Ct = Biaya langsung yang dikeluarkan pada waktu t (Rp)
t = Kurun waktu penilaian (10 tahun)
r = Discount rate
Kriteria keputusan, sebuah proyek layak untuk dikembangkan dari segi ekonomi jika nilai
NPV > 0.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Nilai Ekonomi Pada Kawasan Mangrove Mangga Dua

Jenis data yang dikumpulkan pada pengambilan data ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan dengan melakukan pengamatan (observasi) dan
wawancara terhadap masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya Mangrove. Data
sekunder seperti keadaan umum lokasi pengamatan , perikanan, luasan mangrove.
N
n=
N . d ²+1
Keterangan:
n = Jumlah sampel (4)
N = Jumlah populasi (12)
d² = Presisi yang ditetapkan 0,05(5%)
12 12
n= = =11,65
12 . 0.05 +1 1,03
2

Nilai manfaat langsung (ML)

Manfaat langsung yang kami peroleh dari kawasan mangrove di Mangga dua seperti
nilai tangkap hasil perikanan meliputi ikan,udang, kepiting. Dan ada pula pemanfaatan
ekowisata dan bibit bakau.

ML= ML1 + + ML2..... + MLn


Keterangan:
ML1 = Manfaat langsung, total dari hasil perikanan (ikan,udang,kepiting)
ML2 = Manfaat langsung, total hasil Ekowisata
ML3 = Manfaat langsung, total dari Bibit bakau
Tabel perhitungan nilai manfaat langsung:
No Jenis manfaat langsung Rp per tahun Persentase
1 Ikan,udang,kepiting 28.500.000 65%
2 Ekowisata 1.800.000 10%
3 Bibit bakau 5.200.000 25%
Jumlah (ML) 35.500.000 100%

Jadi, dari tabel diatas telah diperoleh nilai manfaat langsung dari ketiga komponen tersebut
sebesar Rp 35.500.000/tahun.
Nilai Manfaat Tidak Langsung

Manfaat tidak langsung yang kami peroleh dari kawasan mangrove di Mangga dua
yaitu mangrove sebagai penahan abrasi dan mangrove sebagai tempat menicari makan.

MTL = MTL1+ MTL2


Keterangan:
MTL1 = Manfaat tidak langsung ekologis sebagai penahan abrasi pantai
MTL2 = Manfaat tidak langsung biologis sebagai tempat mencari makan
1.Penahan Abrasi (MTL1)
a. Panjang pantai = 19.650
b. Harga penahan abrasi = 4.000.000
c. Rumus A×B = 78.600.000
2. Penyedia pakan (MTL2)
a. Luas kawasan mangrove = 75,10 Ha
b. Produksi Rumah tangga nelayan/tahun = 50.151.229
c. Rumus A×B = 37,657,297
MTL = MTL1+ MTL2 = 116,257,297
Jadi, nilai manfaat tidak langsung sebesar 116,257,297

Manfaat pilihan (MP)


Rumus manfaat pilihan(MP) adalah sebagai berikut :
MP = MPb (Manfaat Pilihan biodiversity)
= US$ 15 per ha x Luas kawasan mangrove
Dimana:
 Luas kawasan mangrove = 75,10 Ha
 Nilai tukar dollar 2021 = Rp 14.400
MP = US$ 15 per Ha/tahun × Luas kawasan mangrove × nilai tukar dollar ke rupiah
MP = US$ 15×75,10×14.400
MP = 162,216,000
Jadi, nilai manfaat pilihan (MP) sebesar 162,216,000/tahun
Manfaat eksistensi ( Nilai Keberadaan)
Nilai Manfaat Keberadaan di peroleh dengan cara mengalikan nilai rata-rata (Rp) yang
diberikan oleh responden terhadap keberadaan Kawasan mangrove per Ha per tahun dengan
luas kawasan mangrove secara keseluruhan seperti berikut:
Dimana :
n = Jumlah responden
nilai rata-rata responden = 4.000.000
Luas kawasan mangrove = 75,10 Ha
400.000 ×75.1000 .000 3000.400.000
ME = = =75.100 .000
4 4
Nilai Ekonomi Total (NET)
Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value) merupakan penjumlahan dari seluruh
manfaat yang telah diidentifikasi, yaitu:
NET = ML+MTL+MP+ME
= 35.500.000+116,257,297+162,216,000+75,100,000
= Rp 389,073,297/tahun
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologi sebagai penahan abrasi, breeding ground,
nursery ground (tempat pembesaran ikan) dan fungsi ekonomi sebagai sumber mata
pencaharian masyarakat pesisir, produksi berbagai hasil hutan (kayu, arang, obat dan
makanan), sumber bahan bangunan dan kerajinan, serta tempat obyek pendidikan, wisata dan
penelitian
Jenis mangrove yang tersisa di kawasan mangga dua yaitu jenis mangrove Rhizopora
Apiculata dan Sonneratia Alba.
Jenis data yang dikumpulkan pada pengambilan data ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan dengan melakukan pengamatan (observasi) dan
wawancara terhadap masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya mangrove. Data sekunder
seperti keadaan umum lokasi pengamatan , perikanan, luasan mangrove.
Mangrove memiliki manfaat secara langsung dan manfaat tidak langsung,manfaat
pilihan,dan manfaat eksitensi.

Anda mungkin juga menyukai