Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

ADMINISTRASI ORGANISASI INTERNASIONAL

KERJASAMA KEMITRAAN FLEGT-VPA ANTARA INDONESIA DAN


UNI EROPA

OLEH

NAMA : ELOGIA M. D. NDUKONAK

NIM : 2003010100

SEMESTER :3

DOSEN PA : DRA. ERNAWATI DAENG, M.SI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk
mata kuliah Administrasi Organisasi Internasional, dengan judul “Kerjasama Kemitraan FLEGT-
VPA antara Indonesia dan Uni Eropa”.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun. Akhirnya saya berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Kupang, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 2 PEMBAHASAN

BAB 3 PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Uni Eropa dengan European Union Timber Regulation (EUTR) membangun instrumen
lisensi Forest Law Enforcement, Governance, and Trade (FLEG). Dimana negara yang
mendapati lisensi FLEGT akan mendapat greenline atau akses khusus Uni Eropa tanpa
melalui prosedur due diligent sebagaimana dimandatkan EUTR. Program ini dibuat dengan
tujuan merespon masalah illegal logging dan perdagangan hasil hutan. . Tujuan FLEGT
meliputi tiga hal, yaitu: membantu negara produsen kayu agar kemampuan tata kelola dan
pemberantasan illegal logging oleh negara tersebut meningkat,mencegah masuknya kayu
ilegal ke pasar UE melalui pengembangan VPA, mencegah penggunaan kayu ilegal dan
investasi UE pada kegiatan yang mendorong pencurian kayu (over cutting). Kehutanan
merupakan salah satu pemberi kontribusi penting kepada perekonomian Indonesia.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL)
KLHK, hasil pemantauan hutan Indonesia Tahun 2019, menunjukkan bahwa luas lahan
berhutan seluruh daratan Indonesia adalah 94,1 juta ha atau 50,1% dari total daratan. Dengan
adanya kerjasama kemitraan ini bertujuan untuk mendorong tata kelola hutan yang baik
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu FLEG-VPA ?
2. Apa saja prinsip – prinsip VPA ?
3. Bagaimana implementasi FLEG-VPA di Indonesia ?
C. Tujuan Makalah
Untuk mengatahui dan memahi mengenai kerjasama kemitraan yang dilakukan oleh
Indonesia dan Uni Eropa dalam sector kehutanan.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Forest Law Enforcement Governance and Trade – Voluntary Partneship Agreement
(FLEGT-VPA)

FLEGT-VPA (Kesepakatan Kemitraan Sukarela) adalah komponen kunci dari Kebijakan


Rencana Tindak Penegakan Hukum, Tata Kelola dan Perdagangan Sektor Kehutanan
(FLEGT) UE untuk menangani permasalahan pembalakan kayu ilegal. Setiap VPA adalah
kesepakatan perdagangan bilateral yang dirundingkan antara UE dengan negara-negara
pengekspor kayu diluar Uni Eropa. Meskipun para pihak memasuki VPA secara sukarela
namun kesepakatannya kemudian mengikat secara hukum ketika kedua pihak
meratifikasinya.

VPA ingin memastikan bahwa kayu dan produk-produk kayu yang diimpor ke dalam Uni
Eropa dari negara pengimpor telah memenuhi dan sesuai dengan hukum yang berlaku
dinegara tersebut. Untuk mencapai persyaratan ini, negara mitra pertama-tama harus
menentukan kerangka hukum yang mana yang akan digunakan dalam menentukan legalitas
untuk tujuan VPA. Negara mitra juga harus memiliki, serta menerangkannya dalam naskah
dan lampiran-lampiran, sebuah sistem untuk memastikan kepatuhan aturan dan keberadaan
produk hukum yang sesuai dengan lisensi FLEGT. Dalam sebagian besar kasus, sebuah
negara akan membangun sistem yang sudah ada untuk mencapai tujuan ini.

Sistem jaminan legalitas kayu VPA juga harus diperiksa secara independen untuk
memastikan bahwa sistem tersebut berfungsi sebagaimana yang digambarkan. Berdasarkan
ketentuan Peraturan Perkayuan di Uni Eropa, produk-produk yang mempunyai lisensi
FLEGT dapat memasuki pasar Uni Eropa secara otomatis. Untuk produk-produk kayu yang
tidak mempunyai lisensi FLEGT, para importer harus melakukan penilitian untuk
menunjukkan bahwa kayu-kayu tersebut legal.

Bersamaan dengan informasi ini dibuat, ada enam negara yang telah menandatangani
VPA dengan Uni Eropa yaitu Kamerun, Republik Afrika Tengah, Ghana, Indonesia, Liberia
dan Republik Kongo. Negara-negara tersebut saat ini sedang membangun sistem sesuai
dengan kesepakatan-kesepakatan dalam VPA. Perundingan berlanjut antara Uni Eropa dan
sembilan negara lainnya yaitu Ivory Coast, Republik Demokrasi Kongo, Gabon, Guyana,
Honduras, Laos, Malaysia, Thailand dan Vietnam. 11 negara lainnya di Afrika, Asia dan
Sentral Amerika dan Amerika Selatan telah menyatakan ketertarikannya untuk bergabung
dalam VPA.

Anda mungkin juga menyukai