Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SIKLUS BELAJAR

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Strategi Pembelajaran Biologi yang dibina
oleh Imam Bukhori M.Pd.

OLEH:
N NAMA NIM
O
1 ST SHOLEHA 1903402081052
2 Zaenab Nur Hafila 1903402081025
3 Suci Amalia Ramadhana 1903402081046
4 MERY MARIYATUL HASANAH 1903402081059

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karuniaNya kami diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan tugas ini dalam bentuk Makalah.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Interaksi dan Strategi Belajar Mengajar. Makalah ini memuat
tentang Siklus Belajar yang disajikan secara sistematis berdasarkan literatur dari beberapa
sumber.
Terimakasih disampaikan kepada Bapak Imam Bukhori .M.Pd selaku dosen pengampuh
mata kuliah Interaksi Dan Strategi Belajar Mengajar yang telah membimbing dan memberikan
materi demi kelancaran tugas ini.
Namun demikian, kami sebagai penulis dalam hal ini sangat menyadari  bahwa penulisan
makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sebagai penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para pembaca. Kiranya para pembaca dapat
memberikan kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan mamfaat kepada kita semua. Aamin.
 
Jember, 2 Juni 2021
DAFTAR ISI
 
KATA PENGANTAR.. ii
DAFTAR ISI. iii
BAB I. 1
1.1 Latar Belakang. 1
1.2 Rumusan Masalah. 2
1.3 Tujuan. 2
BAB II. 3
2.1 Pengertian Siklus Belajar 3
2.2 Fase-Fase Siklus Belajar 4
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Siklus Belajar 5
2.4 Cara Mengupayakan Lingkungan Belajar Agar Siklus Belajar Berjalan Optimal 6
2.5 Macam-Macam Siklus Belajar (Learning Cycle) 6
2.6 Manfaat Pendekatan Siklus Belajar 7
BAB III. 9
3.1 Kesimpulan. 9
3.2 Saran. 9
DAFTAR PUSTAKA.. 10
 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai
strategis bagi kelangsungan peradapan manusia di dunia. Salah satu komponen penting dalam
dunia pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar
sehingga menuntut guru mempunyai strategi dan kreativitas dalam proses belajar mengajar.
Salah satu ilmu dalam pendidikan adalah sains, salah satu bagian dari ilmu sains yaitu Biologi.
Biologi merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam yang mengkaji tentang
kehidupan, lingkungan sekitar, interaksi antara kehidupan dengan lingkungan sekitar dan
fenomena yang berkaitan dengannya. Tujuan dari pembelajaran biologi menurut Anonimus
(2008) adalah agar siswa mampu melakukan pengamatan, percobaan sederhana dan diskusi
untuk memahami konsep serta mampu menginterpretasikan data yang dikumpulkan dan
melaporkannya. Untuk mencapai tujuan seperti yang diharapkan tentu saja dibutuhkan adanya
kerjasama yang baik antara guru dan siswa. Siswa harus memiliki keaktifan tinggi dalam proses
belajar mengajar, sedangkan guru harus mampu mengadakan pembelajaran yang melibatkan
siswa. Biologi memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan, untuk itu dibutuhkan guru
yang kreatif dalam memilih model pembelajaran agar proses belajar mengajar menjadi lebih
efektif dan efisien sehingga siswa mampu memahami konsep-konsep dalam pelajaran Biologi.
Model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar memiliki peranan penting
dalam menentukan keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu guru dituntut agar dapat
menerapkan model pembelajaran yang efektif dan efisien yang dapat meningkatkan partisipasi
siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Manfaat dari model pembelajaran adalah untuk
meningkatkan suasana belajar yang lebih kondusif dengan lebih melibatkan aspek-aspek
kecerdasan siswa atau dengan kata lain siswa diarahkan untuk melakukan aktivitas pembelajaran
mandiri dengan pengawasan secara proposional oleh guru.
Berdasarkan informasi yang diperoleh tidak tercapainya ketuntasan belajar siswa karena
guru belum melaksanakan inovasi pembelajaran yaitu pada umumnya guru lebih banyak
menggunakan waktu untuk menjelaskan materi pelajaran, guru kurang membimbing siswa untuk
memperoleh pengetahuan secara mandiri. Oleh karena itu perlu usaha perbaikan agar siswa dapat
bersikap ilmiah dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Sikap ilmiah dan hasil belajar siswa dapat meningkat apabila guru dapat membangkitkan
minat siswa, meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam belajar dengan menggunakan berbagai
macam model pembelajaran, memberikan umpan balik kepada siswa. Salah satu alternative
untuk pemecahan masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran yaitu
model pembelajaran Learning Cycle.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang Dimaksud dengan siklus belajar?


2. Apa Fase-fase Siklus Belajar?
3. Apa Kelebihan Dan Kekurangan Siklus Belajar?
4. Bagaimana Cara Mengupayakan Lingkungan Belajar Agar Siklus Belajar
Berjalan Optimal
5. Apa Macam-macam Siklus Belajar
6. Apa Manfaat Siklus Belajar

1.3 TUJUAN

1. Untuk Mengetahui Pengertian Siklus Belajar


2. Untuk Mengetahui Fase-fase Siklus Belajar
3. Untuk Mengetahui Kelebihan Dan Kekurangan Siklus Belajar
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Mengupayakan Lingkungan Belajar Agar Siklus
Belajar Berjalan Optimal
5. Untuk Mengetahui Macam-macam Siklus Belajar
6. Untuk Mengetahui Manfaat Siklus Belajar

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SIKLUS BELAJAR

Siklus belajar adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pembelajar (student
centered). Model siklus belajar merupakan model pembelajaran yang memiliki fase-fase dalam
pembelajarannya. LC pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan
konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application) (Karplus dan Their
dalam Renner et al, 1988). Pada tahap eksplorasi, pebelajar diberi kesempatan untuk
memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan
melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel, mendiskusikan fenomena
alam, mengamati fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain. Dari kegiatan ini diharapkan
timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya (cognitive disequilibrium) yang ditandai
dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar
tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan
bagaimana (Dasna, 2005, Rahayu, 2005).
Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan
siswa untuk menempuh fase berikutnya, fase pengenalan konsep. Pada fase ini diharapkan terjadi
proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki pebelajar dengan
konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar
seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada tahap ini pebelajar mengenal istilah-istilah
yang berkaitan dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari. Pada fase terakhir, yakni
aplikasi konsep, pebelajar diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan
seperti problem solving (menyelesaikan problem-problem nyata yang berkaitan) atau melakukan
percobaan lebih lanjut.. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi
belajar, karena pebelajar mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari. LC tiga
fase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5 dan 6 fase. Pada LC 5 fase,
ditambahkan tahap engagement sebelum exploration dan ditambahkan pula tahap evaluation
pada bagian akhir siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept application
masing-masing diistilahkan menjadi explaination dan elaboration. Karena itu LC 5 fase sering
dijuluki LC 5E.
2.2  FASE-FASE SIKLUS BELAJAR   

Adapun 5 fase tersebut meliputi: Pendahuluan (engangement), Eksplorasi (exploration),


Penjelasan (explanation), Penerapan Konsep (elaboration), dan Evaluasi (evaluation).

1. Fase Pendahuluan (Engangement)

Kegiatan pada fase ini untuk bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa, mendorong
kemampuan berfikir, membantu mereka mengakses pengetahuan awal yang telah dimilikinya.
Timbulnya rasa ingin tahu sisewa tentang tema atau topic yang akan dipelajari dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa tentang fakta atau fenomena yang
berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Misalnya dalam mempelajari “Alat Pencernaan
Manusia” guru dapat mulai dengan pertanyaan: “Bagaimanakah makanan yang kita kita makan
dapat sampai ke perut?”

2. Fase Eksplorasi (Exploration)

       Pada fase ini siswa diberikan kesmpatan untuk bekerja baik secara mandiri maupun
kelompok tanpa instruksi secara langsung dari guru. Siswa bekerja memanipulasi suatu objek,
melakukan percobaan (secara ilmiah), melakukan pengamatan, mengumpulkan data, smpai pada
membuat suatu kesimpulan dari percobaan yang dilakukan. Guru sebagai fasilitator membatu
siswa agar bekerja pda ruang lingkup permasalahan.

3. Fase Penjelasan (Explanation)

       Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan, dan mengembangkan
konsep yang diperoleh siswa, Guru menjelaskan konsep yang dipahaminya dengan kata-katanya
sendiri, menunjukkan contoh-contoh yang berhubungan dengan konsep untuk melengkapu
penjelasannya, serta bias memperkenalkan istilah-istilah baru yang belum diketahui siswa. Pada
kegiatan yang berhubungan dengan percobaan, guru dapat memperdalam hubungan antar
variable atau kesimpulan yang diperoleh siswa. Sehingga siswa dapat meningkatkan pemahaman
konsep yang baru diperolehnya.

4. Fase Penerapan Konsep (Elaborating)


       Kegiatan belajar ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep yang telah dipahami
dan keterampilan yang telah dimiliki pada situasi baru. Kegiatan fase ini bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang telah mereka ketahui, sehingga siswa dapat
melakukan akomodasi melalui hubungan antar konsep dan pemahaman siswa menjadi lebuh
mantap.

5. Fase Evaluasi (Evaluation)

       Ada 2 hal yang ingin diketahui pada kegiatan belajar ini yaitu pengalaman belajar yang telah
diperoleh siswa dan refleksi untuk melakukan sisklus lebih lanjut yaitu untuk pembelajaran pada
konsep berikutnya. Model siklus belajar ini merupakan salah satu model pembelajaran yang
mengembangkan potensi pada anak yang didapatnya pada kehidupan sehari-hari.
2.3  KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SIKLUS BELAJAR

Ditinjau dari dimensi peserta didik, penerapan strategi ini memberi keuntungan sebagai berikut:

1. Meningkatkan motivasi belajar karena pesetra didik dilibtkan secara aktif dalam proses
pembelajaran.
2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik.
3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Adapun kekurangan dari penerapan strategi ini:

1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah
pembelajaran.
2. Menurut kesungguhan dan kreatifitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran.
3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
4. Memerlikan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan
melaksanakan pembelajaran.

2.4  CARA MENGUPAYAKAN LINGKUNGAN BELAJAR AGAR SIKLUS BELAJAR


BERJALAN OPTIMAL

Agar tujuan pembelajaran tercapai, kegiatan-kegiatan dalam setiap fase-fase harus dirangkai
dengan baik. Kompetensi yang bersifat psikomotorik dan afektif misalnya akan lebih efektif bila
dikuasai melalui kegiatan  semacam praktikum, lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar
siklus belajar berlangsung konstruktivistik menurut Hadojo (2001) adalah :

1. Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa.
2. Tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan.
3. Terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan lingkungan.
4. Tersedianya media pembelajaran.
5. Kaitan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat
secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan
menyenangkan

2.5  MACAM-MACAM SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE)

Anton Lawson (1988) telah mengidentifikasi tiga jenis pelajaran siklus belajar: (1)
deskriptif, (2) empiris-induktif (abductive) dan (3) hipotetis-deduktif. Perbedaan utama antara
masing-masing pelajaran adalah cara di mana siswa mengumpulkan data dan jenis pola
penalaran mereka gunakan selama pelajaran. Menurut Lawson, siswa pelajaran deskriptif hanya
menjelaskan apa yang mereka amati. Dalam empiris-induktif dan pelajaran hipotetis-deduktif,
siswa tidak hanya menjelaskan apa yang mereka amati, tetapi juga berusaha untuk menghasilkan
hipotesis untuk menjelaskan pengamatan mereka. Plus, di hipotetis-deduktif pelajaran siswa
merancang dan menjalankan percobaan untuk menguji hipotesis mereka. Oleh karena itu,
empiris-induktif dan deduktif hipotetis pelajaran penalaran membutuhkan lebih kompleks
daripada pelajaran deskriptif.
Siklus belajar Deskriptif hanya membutuhkan penggunaan keterampilan proses dasar
(observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, kesimpulan, & prediksi) sedangkan empiris-
induktif dan siklus pembelajaran hipotetis-deduktif melibatkan keterampilan proses dasar dan
terpadu (mengidentifikasi variabel, membangun tabel dan grafik, menggambarkan hubungan
antara variabel, membangun hipotesis, analisis penyelidikan, mendefinisikan variabel secara
operasional, merancang penyelidikan, & bereksperimen). Karena keterampilan penalaran terpadu
memerlukan lebih kompleks, tampak bahwa pelajaran deskriptif yang sesuai bagi siswa yang
mengembangkan kemampuan dalam keterampilan dasar. Siswa yang telah mendapatkan
kemahiran dalam keterampilan dasar dan mengembangkan kemampuan dalam keterampilan
yang terintegrasi tidak hanya akan mendapat manfaat dari pelajaran deskriptif, tetapi juga dari
pelajaran deduktif-induktif empiris dan hipotetis.
Terdapat tiga macam model siklus belajar yaitu:

1. Siklus belajar deskriptif, pada model ini siswa menemukan dan mendeskripsikan apa
yang telah ia dapatkan.
2. Siklus belajar empirikal-abduktif, pada siswa juga menemukan sesuatu dengan
mengeksplorasi, tetapi telah melangkah lebih jauh, yaitu dengan menciptakan sebab-sebab
yang mungkin ada pada pola tersebut.
3. Siklus belajar hipotetikal-deduktif, siswa mengemukakan pertanyaan-pertanyan sebab
akibat yang dapat menimbulkan beberapa macam penjelasan.

2.6  MANFAAT PENDEKATAN SIKLUS BELAJAR

Adapun manfaat pendekatan siklus belajar adalah:

1. Pendekatan siklus belajar memberikan suatu format untuk perencanaan pembelajaran


yang dimulai dengan pengalaman langsung yang diakhiri dengan penguasaan konsep ilmiah
dan diakhiri dengan pengayaan konsep.
2. Pendekatan siklus belajar menggunakan tipe empirik-induktif dalam pengajaran yang
menggambarkan sebuah strategi yang dapat memberi siswa kesinambungan terhadap
konsep-konsep yang menjembatani disiplin IPA dan teknologi.
3. Pendekatan siklus belajar memberikan pengalaman konkrit pada siswa yang diperlukan
untuk mengembangkan penguasaan konsep.
4. Pendekatan siklus belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama
dengan teman-temannya.
5. dan menguji serta mendiskusikan gagasan tersebut secara terbuka.
6. Pendekatan siklus belajar memudahkan siswa memahami konsep yang diajarkan. Mereka
memperoleh pengalaman nyata yang diperlukan untuk mengembangkan konsep tersebut
lebih lanjut.

Dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan penerapan pendekatan
belajar, siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar, yang dapat diwujudkan dalam
bentuk aktivitas yang beragam seperti mendengar, melihat, mencium, meraba, merasakan dan
mengolah ide serta kegiatan lainnya. Semua aktivitas tersebut dapat dikembangkan melalui
penggunaan lembar kerja siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai alat bantu pengajaran akan
dapat mengaktifkan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Tim Instruktur Pemantapan Guru
Matematika (Tim Instruktur PKG Matematika dalam Nugrahawati, 2006: 17).
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa siklus belajar adalah suatu model
pembelajaran yang berpusat pada pembelajar (student centered). Adapun 5 fase-fase siklus
belajar meliputi : Pendahuluan (engangement), Eksplorasi (exploration), Penjelasan
(explanation), Penerapan Konsep (elaboration), dan Evaluasi (evalution). Adapun mempelajari
siklus belajar yaitu : Pendekatan siklus belajar memberikan suatu format untuk perencanaan
pembelajaran yang dimulai dengan pengalaman langsung yang diakhiri dengan penguasaan
konsep ilmiah dan diakhiri dengan pengayaan konsep, Pendekatan siklus belajar memberikan
pengalaman konkrit pada siswa yang diperlukan untuk mengembangkan penguasaan konsep,
Pendekatan siklus belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan
teman-temannya, Pendekatan siklus belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan konsep atau gagasan yang telah mereka miliki.
3.2 SARAN

Saran penulis dalam siklus belajar sebagai kerangka untuk mencapai tujuan para calon
guru khususnya dan umumnya bagi para pembaca semoga dengan adanya makalah ini bisa
mendapatkan pengetahuan yang bisa diterapkan saat mengajar sehingga apa yang dicita-citakan
mengenai tujuan pendidikan bangsa Indonesia yaitu untuk mewujudkan kecerdasan bangsa dapat
tercapai.
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA
 
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif ,Jakarta:
KENCANA, 2009
Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembalajaran, Jakarta:
Indeks, 2012
Made Wena, Strategi pembelajarn Inovatif Kontemporer , Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2011

Anda mungkin juga menyukai