SIKLUS BELAJAR
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Strategi Pembelajaran Biologi yang dibina
oleh Imam Bukhori M.Pd.
OLEH:
N NAMA NIM
O
1 ST SHOLEHA 1903402081052
2 Zaenab Nur Hafila 1903402081025
3 Suci Amalia Ramadhana 1903402081046
4 MERY MARIYATUL HASANAH 1903402081059
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai
strategis bagi kelangsungan peradapan manusia di dunia. Salah satu komponen penting dalam
dunia pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar
sehingga menuntut guru mempunyai strategi dan kreativitas dalam proses belajar mengajar.
Salah satu ilmu dalam pendidikan adalah sains, salah satu bagian dari ilmu sains yaitu Biologi.
Biologi merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam yang mengkaji tentang
kehidupan, lingkungan sekitar, interaksi antara kehidupan dengan lingkungan sekitar dan
fenomena yang berkaitan dengannya. Tujuan dari pembelajaran biologi menurut Anonimus
(2008) adalah agar siswa mampu melakukan pengamatan, percobaan sederhana dan diskusi
untuk memahami konsep serta mampu menginterpretasikan data yang dikumpulkan dan
melaporkannya. Untuk mencapai tujuan seperti yang diharapkan tentu saja dibutuhkan adanya
kerjasama yang baik antara guru dan siswa. Siswa harus memiliki keaktifan tinggi dalam proses
belajar mengajar, sedangkan guru harus mampu mengadakan pembelajaran yang melibatkan
siswa. Biologi memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan, untuk itu dibutuhkan guru
yang kreatif dalam memilih model pembelajaran agar proses belajar mengajar menjadi lebih
efektif dan efisien sehingga siswa mampu memahami konsep-konsep dalam pelajaran Biologi.
Model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar memiliki peranan penting
dalam menentukan keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu guru dituntut agar dapat
menerapkan model pembelajaran yang efektif dan efisien yang dapat meningkatkan partisipasi
siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Manfaat dari model pembelajaran adalah untuk
meningkatkan suasana belajar yang lebih kondusif dengan lebih melibatkan aspek-aspek
kecerdasan siswa atau dengan kata lain siswa diarahkan untuk melakukan aktivitas pembelajaran
mandiri dengan pengawasan secara proposional oleh guru.
Berdasarkan informasi yang diperoleh tidak tercapainya ketuntasan belajar siswa karena
guru belum melaksanakan inovasi pembelajaran yaitu pada umumnya guru lebih banyak
menggunakan waktu untuk menjelaskan materi pelajaran, guru kurang membimbing siswa untuk
memperoleh pengetahuan secara mandiri. Oleh karena itu perlu usaha perbaikan agar siswa dapat
bersikap ilmiah dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Sikap ilmiah dan hasil belajar siswa dapat meningkat apabila guru dapat membangkitkan
minat siswa, meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam belajar dengan menggunakan berbagai
macam model pembelajaran, memberikan umpan balik kepada siswa. Salah satu alternative
untuk pemecahan masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran yaitu
model pembelajaran Learning Cycle.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SIKLUS BELAJAR
Siklus belajar adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pembelajar (student
centered). Model siklus belajar merupakan model pembelajaran yang memiliki fase-fase dalam
pembelajarannya. LC pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan
konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application) (Karplus dan Their
dalam Renner et al, 1988). Pada tahap eksplorasi, pebelajar diberi kesempatan untuk
memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan
melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel, mendiskusikan fenomena
alam, mengamati fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain. Dari kegiatan ini diharapkan
timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya (cognitive disequilibrium) yang ditandai
dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar
tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan
bagaimana (Dasna, 2005, Rahayu, 2005).
Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan
siswa untuk menempuh fase berikutnya, fase pengenalan konsep. Pada fase ini diharapkan terjadi
proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki pebelajar dengan
konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar
seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada tahap ini pebelajar mengenal istilah-istilah
yang berkaitan dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari. Pada fase terakhir, yakni
aplikasi konsep, pebelajar diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan
seperti problem solving (menyelesaikan problem-problem nyata yang berkaitan) atau melakukan
percobaan lebih lanjut.. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi
belajar, karena pebelajar mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari. LC tiga
fase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5 dan 6 fase. Pada LC 5 fase,
ditambahkan tahap engagement sebelum exploration dan ditambahkan pula tahap evaluation
pada bagian akhir siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept application
masing-masing diistilahkan menjadi explaination dan elaboration. Karena itu LC 5 fase sering
dijuluki LC 5E.
2.2 FASE-FASE SIKLUS BELAJAR
Kegiatan pada fase ini untuk bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa, mendorong
kemampuan berfikir, membantu mereka mengakses pengetahuan awal yang telah dimilikinya.
Timbulnya rasa ingin tahu sisewa tentang tema atau topic yang akan dipelajari dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa tentang fakta atau fenomena yang
berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Misalnya dalam mempelajari “Alat Pencernaan
Manusia” guru dapat mulai dengan pertanyaan: “Bagaimanakah makanan yang kita kita makan
dapat sampai ke perut?”
Pada fase ini siswa diberikan kesmpatan untuk bekerja baik secara mandiri maupun
kelompok tanpa instruksi secara langsung dari guru. Siswa bekerja memanipulasi suatu objek,
melakukan percobaan (secara ilmiah), melakukan pengamatan, mengumpulkan data, smpai pada
membuat suatu kesimpulan dari percobaan yang dilakukan. Guru sebagai fasilitator membatu
siswa agar bekerja pda ruang lingkup permasalahan.
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan, dan mengembangkan
konsep yang diperoleh siswa, Guru menjelaskan konsep yang dipahaminya dengan kata-katanya
sendiri, menunjukkan contoh-contoh yang berhubungan dengan konsep untuk melengkapu
penjelasannya, serta bias memperkenalkan istilah-istilah baru yang belum diketahui siswa. Pada
kegiatan yang berhubungan dengan percobaan, guru dapat memperdalam hubungan antar
variable atau kesimpulan yang diperoleh siswa. Sehingga siswa dapat meningkatkan pemahaman
konsep yang baru diperolehnya.
Ada 2 hal yang ingin diketahui pada kegiatan belajar ini yaitu pengalaman belajar yang telah
diperoleh siswa dan refleksi untuk melakukan sisklus lebih lanjut yaitu untuk pembelajaran pada
konsep berikutnya. Model siklus belajar ini merupakan salah satu model pembelajaran yang
mengembangkan potensi pada anak yang didapatnya pada kehidupan sehari-hari.
2.3 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SIKLUS BELAJAR
Ditinjau dari dimensi peserta didik, penerapan strategi ini memberi keuntungan sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi belajar karena pesetra didik dilibtkan secara aktif dalam proses
pembelajaran.
2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik.
3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah
pembelajaran.
2. Menurut kesungguhan dan kreatifitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran.
3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
4. Memerlikan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan
melaksanakan pembelajaran.
Agar tujuan pembelajaran tercapai, kegiatan-kegiatan dalam setiap fase-fase harus dirangkai
dengan baik. Kompetensi yang bersifat psikomotorik dan afektif misalnya akan lebih efektif bila
dikuasai melalui kegiatan semacam praktikum, lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar
siklus belajar berlangsung konstruktivistik menurut Hadojo (2001) adalah :
1. Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa.
2. Tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan.
3. Terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan lingkungan.
4. Tersedianya media pembelajaran.
5. Kaitan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat
secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan
menyenangkan
Anton Lawson (1988) telah mengidentifikasi tiga jenis pelajaran siklus belajar: (1)
deskriptif, (2) empiris-induktif (abductive) dan (3) hipotetis-deduktif. Perbedaan utama antara
masing-masing pelajaran adalah cara di mana siswa mengumpulkan data dan jenis pola
penalaran mereka gunakan selama pelajaran. Menurut Lawson, siswa pelajaran deskriptif hanya
menjelaskan apa yang mereka amati. Dalam empiris-induktif dan pelajaran hipotetis-deduktif,
siswa tidak hanya menjelaskan apa yang mereka amati, tetapi juga berusaha untuk menghasilkan
hipotesis untuk menjelaskan pengamatan mereka. Plus, di hipotetis-deduktif pelajaran siswa
merancang dan menjalankan percobaan untuk menguji hipotesis mereka. Oleh karena itu,
empiris-induktif dan deduktif hipotetis pelajaran penalaran membutuhkan lebih kompleks
daripada pelajaran deskriptif.
Siklus belajar Deskriptif hanya membutuhkan penggunaan keterampilan proses dasar
(observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, kesimpulan, & prediksi) sedangkan empiris-
induktif dan siklus pembelajaran hipotetis-deduktif melibatkan keterampilan proses dasar dan
terpadu (mengidentifikasi variabel, membangun tabel dan grafik, menggambarkan hubungan
antara variabel, membangun hipotesis, analisis penyelidikan, mendefinisikan variabel secara
operasional, merancang penyelidikan, & bereksperimen). Karena keterampilan penalaran terpadu
memerlukan lebih kompleks, tampak bahwa pelajaran deskriptif yang sesuai bagi siswa yang
mengembangkan kemampuan dalam keterampilan dasar. Siswa yang telah mendapatkan
kemahiran dalam keterampilan dasar dan mengembangkan kemampuan dalam keterampilan
yang terintegrasi tidak hanya akan mendapat manfaat dari pelajaran deskriptif, tetapi juga dari
pelajaran deduktif-induktif empiris dan hipotetis.
Terdapat tiga macam model siklus belajar yaitu:
1. Siklus belajar deskriptif, pada model ini siswa menemukan dan mendeskripsikan apa
yang telah ia dapatkan.
2. Siklus belajar empirikal-abduktif, pada siswa juga menemukan sesuatu dengan
mengeksplorasi, tetapi telah melangkah lebih jauh, yaitu dengan menciptakan sebab-sebab
yang mungkin ada pada pola tersebut.
3. Siklus belajar hipotetikal-deduktif, siswa mengemukakan pertanyaan-pertanyan sebab
akibat yang dapat menimbulkan beberapa macam penjelasan.
Dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan penerapan pendekatan
belajar, siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar, yang dapat diwujudkan dalam
bentuk aktivitas yang beragam seperti mendengar, melihat, mencium, meraba, merasakan dan
mengolah ide serta kegiatan lainnya. Semua aktivitas tersebut dapat dikembangkan melalui
penggunaan lembar kerja siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai alat bantu pengajaran akan
dapat mengaktifkan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Tim Instruktur Pemantapan Guru
Matematika (Tim Instruktur PKG Matematika dalam Nugrahawati, 2006: 17).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa siklus belajar adalah suatu model
pembelajaran yang berpusat pada pembelajar (student centered). Adapun 5 fase-fase siklus
belajar meliputi : Pendahuluan (engangement), Eksplorasi (exploration), Penjelasan
(explanation), Penerapan Konsep (elaboration), dan Evaluasi (evalution). Adapun mempelajari
siklus belajar yaitu : Pendekatan siklus belajar memberikan suatu format untuk perencanaan
pembelajaran yang dimulai dengan pengalaman langsung yang diakhiri dengan penguasaan
konsep ilmiah dan diakhiri dengan pengayaan konsep, Pendekatan siklus belajar memberikan
pengalaman konkrit pada siswa yang diperlukan untuk mengembangkan penguasaan konsep,
Pendekatan siklus belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan
teman-temannya, Pendekatan siklus belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan konsep atau gagasan yang telah mereka miliki.
3.2 SARAN
Saran penulis dalam siklus belajar sebagai kerangka untuk mencapai tujuan para calon
guru khususnya dan umumnya bagi para pembaca semoga dengan adanya makalah ini bisa
mendapatkan pengetahuan yang bisa diterapkan saat mengajar sehingga apa yang dicita-citakan
mengenai tujuan pendidikan bangsa Indonesia yaitu untuk mewujudkan kecerdasan bangsa dapat
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif ,Jakarta:
KENCANA, 2009
Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembalajaran, Jakarta:
Indeks, 2012
Made Wena, Strategi pembelajarn Inovatif Kontemporer , Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2011