2. TONIARTA (099)
Coba jelaskan mengapa peristiwa Bom Bali 2 dapat menyebabkan Capital Flight pada
saat itu?
Jawab:
Peristiwa Bom Bali 2 dapat menyebabkan Capital Flight karena peristiwa Bom Bali 2
yang terjadi pada tahun 2005 memberikan citra buruk terhadap keamanan di dalam negeri
karena peristiwa Bom Bali 2 ini menelan banyak korban jiwa yang berasal dari
wisatawan mancanegara. Sehingga hal tersebut berdampak pada terjadinya krisis pasokan
minyak dunia yang mendorong lonjakan kenaikan harga minyak mentah dunia hingga
mencapai USD 126/barel pada tahun 2005 yang telah mempengaruhi kemampuan dalam
negeri untuk mengantisipasi kebutuhan bahan bakar minyak yang diperlukan dalam
hampir sebagian besar kegiatan perekonomian Indonesia sampai dengan level konsumen
rumah tangga. Pemerintah mengeluarkan kebijakan kenaikan harga BBM hingga 2 (dua)
kali yakni pada bulan Maret 2005 dan Oktober 2005, yang kemudian diikuti oleh
kenaikan berbagai harga kebutuhan pokok dan memicu terjadinya peningkatan inflasi
dalam negeri. Sektor-sektor perekonomian yang dalam kegiatan produksinya sangat
tergantung pada minyak semakin terpuruk. Berbagai hal inilah yang direspon secara
negatif oleh pemilik dana dengan pemindahan aset ke luar negeri (capital outflow).
3. LILIA (069)
Bagaimana cara pemerintah menekan inflasi dengan menggunakan kebijakan moneter di
masa order baru & lama. Dan kebijakan moneter apa yang sering digunakan di indonesia
jelaskan dan berikan contoh?
Jawab:
Cara pemerintah orde lama menekan inflasi dengan melakukan devaluasi,
redenominasi, membekukan giro serta deposito, dan senering. Pada langkah Devaluasi,
pemerintah pada 25 Agustus 1959 kemudian menurunkan nilai tukar rupiah terhadap
Dolar AS dengan nilai Rp11,4 / US$ menjadi Rp45/ US$. Untuk kebijakan Redominasi
pemerintah pada 13 Desember 1965 menurunkan nilai mata uang dan mengeluarkan uang
baru dari
Rp.1.000 menjadi Rp1. Sementara dengan kebijakan membekukan Giro dan Deposito,
pemerintah pada 25 Agustus 1959 membekukan sebanyak 90 persen giro dan deposito
diatas Rp25 ribu. Sedangkan untuk kebijakan Senering atau pemotongan nilai mata uang,
pemerintah pada 19 Desember 1965 menurunkan nilai uang kertas dari Rp500 menjadi
Rp50 dan Rp1000 menjadi Rp100.
Cara pemerintah orde baru menekan inflasi dengan devaluasi rupiah terhadap nilai
USD sebesar 31% dari 1USD = Rp 970 menjadi 1USD = Rp 1.270 dan tidak menaikkan
suku bunga instrument moneter untuk mendorong kegiatan ekonomi dan pengerahan
dana serta memperbaiki posisi neraca pembayaran.
1. SINTYA (075)
Di antara beberapa instrumen kebijakan moneter yang telah disebutkan tadi, instrumen
kebijakan mana yang paling penting dan efektif untuk diterapkan? (mungkin bisa disertai
dengan alasannya)
Jawab:
Menurut pendapat kami diantara beberapa instrument kebijakan moneter yang telah
disebutkan tadi, instrument kebijakan moneter yang paling penting dan efektif untuk
diterapkan adalah Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (OPT). Kebijakan Operasi Pasar
Terbuka (OPT) ini merupakan instrument tidak langsung yang sangat penting karena
sangat fleksibel dibandingkan dengan instrument lainnya. Terdapat beberapa hal yang
menyebabkan OPT ini sangat penting dan efektif untuk diterapkan, yaitu:
OPT dapat dilakukan atas inisiatif bank sentral dengan frekuensi dan kuantitas
sesuai dengan yang diinginkan
OPT dapat dilakukan di pasar primer atau pasar sekunder dengan menggunakan
berbagai instrument pasar uang, seperti surat berharga bank sentral, surat berharga
pemerintah atau surat berharga pasar uang
Dengan OPT, bank sentral dapat mentargetkan suku bunganya atau
jumlah/kuantitas dan dapat bervariasi jangka waktunya.
2. LARAS (168)
Dalam penerapan kebijakan moneter di Indonesia, hal-hal apa saja yang akan mendukung
terdorongnya efektivitas kebijakan moneter tersebut? Lalu terkait dengan kebijakan
ekonomi makro lainnya, bagaimana kebijakan moneter itu saling berhubungan satu sama
lain?
Jawab:
Efektivitas penerapan kebijakan moneter tersebut tergantung pada hubungan antara uang
beredar dengan variabel ekonomi utama seperti output dan inflasi. Dari sejumlah
literatur, temuan utama yang menarik mengenai hubungan antara uang beredar, inflasi,
dan output adalah bahwa dalam jangka panjang, hubungan antara pertumbuhan uang
beredar dan inflasi adalah sempurna, sementara hubungan antara pertumbuhan uang atau
inflasi dengan pertumbuhan output riil mungkin mendekati nol. Namun umumnya
kalangan praktisi maupun akademisi meyakini bahwa dalam jangka pendek kebijakan
moneter ekspansif dapat mendorong kegiatan ekonomi yang sedang mengalami resesi
yang berkepanjangan. Sebaliknya, kebijakan moneter kontraktif dapat memperlambat laju
inflasi yang umumnya terjadi pada saat kegiatan perekonomian yang sedang mengalami
pertumbuhan.
4. ISTA (074)
Disebutkan bahwa upaya penanganan krisis moneter melalui pemberian BLBI mengalami
banyak penyimpangan. Pertanyaannya penyimpangan seperti apa yang terjadi dan
bagaimana upaya penyelesaiannya?
Jawab:
Penyimpangan dalam upaya penanganan krisis moneter melalui pemberian BLBI, yaitu:
Pertama, BLBI yang diperuntukkan menutup saldo debet dan fasilitas saldo debet.
BI tidak mengindahkan ketentuan yang berlaku dalam pemberian fasilitas BLBI,
yaitu ada bank yang tetap menerima bantuan likuiditas, meskipun jelas telah
mengalami saldo debet selama lima hari berturut-turut. Seharusnya bank seperti
ini tidak diperbolehkan melakukan kliring dan saldo debetnya dikonversi menjadi
fasilitas diskonto I.
Kedua, skema BLBI yang berasal dari fasilitas diskonto. Dalam skema ini jumlah
BLBI yang bisa dialihkan sebagai tanggung jawab pemerintah masih dibawah
catatan BI. BI menetapkan bunga diskonto yang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, juga perpanjangan fasilitas diskonto kepada sebuah bank yang dianggap
tidak wajar.
Ketiga, Fasilitas Surat Berharga Pasar Uang Khusus (FSBPUK). Dalam skema ini
penyaluran BLBI tidak merujuk pada ketentuan BI, seperti promes yang
diserahkan Bank tidak mencukupi, juga pemberian FSBPUK pada bank yang
CAR-nya sudah dibawah 2 %. Pemberian dana tersebut lebih cenderung
didasarkan pada kebijakan direksi BI pada waktu itu.
Keempat, BLBI sebagai dana talangan untuk membayar kewajiban luar negeri
dan dalam rangka penjaminan oleh pemerintah. Dalam skema ini ditemukan
perbedaan angka antara yang dibayarkan BI dengan catatan kreditur di luar negeri
dan BI belum memverifikasi kebenaran transaksi sehingga memunculkan
kewajiban tersebut.