Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

ACARA V
TEKNIK PENGENCERAN LARUTAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : NUR ROHMAYANI ANGGELIKA PUTRI


NIM : M0820065

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
ACARA V
TEKNIK PENGENCERAN LARUTAN
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Percobaan ini bertujuan untuk memahami dan mempraktekkan teknik pengenceran larutan.

II. DASAR TEORI


Dalam laboratorium kimia, sering terdengar istilah pengenceran larutan. Pengenceran sendiri
dapat didefinisikan sebagai proses penambahan pelarut pada sejumlah tertentu larutan pekat
(konsentrasi tinggi) hingga didapatkan larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah (Rusman dkk.,
2018). Dalam pengenceran, volume akhir selalu lebih besar dari volume awal, namun konsentrasi
akhir lebih rendah dari konsentrasi awal (Tristantini dkk., 2016). Jumlah mol dalam pengenceran
akan selalu sama baik itu sebelum maupun sesudah pengenceran. Entalphi proses pengenceran
bernilai negatif dan hal ini menunjukkan bahwa pengenceran merupakan proses eksotermik serta
akan menjadi lebih negatif apabila konsentrasi zat terlarutnya meningkat (Romero et al., 2020).
Tingkat entalphi pengenceran juga bergantung pad sifat ionnya. Senyawa yang memiliki kepadatan
ion lebih rendah akan memiliki entalphi yang lebih kecil atau lebih negatif (Brünig et al., 2018).

Teknik pengenceran melibatkan pengukuran konsentrasi atau molaritas, volume, dan


pencampuran. Sebagaimana diketahui, bahwa molaritas suatu larutan dapat dibuat dari penmbangan
masa zat terlarut atau dapat pula dibuat dari pengenceran larutan pekatnya (Soebiyanto dan
Darmawan, 2017). Sedangkan dalam kaitannya dengan volume dan pencampuran, Muljani dkk.
(2018), menyatakan bahwa semakin besar volume pengenceran maka hasil pencampuran akan
semakin homogen. Adapun tahap – tahap pada proses pengenceran diawali dengan menyiapkan
larutan pekat yang hendak diencerkan, lalu dimasukkan dalam labu ukur. Setelah itu ditambahkan zat
pelarut perlahan hingga mencapai batas yang telah ditentukan. Dan tahap terakhir adalah
penghomogenan larutan agar tercampur sempurna.

III. METODE
A. Alat
1. Gelas beaker (2 buah)
2. Corong kaca
3. Gelas ukur
4. Pipet tetes
5. Labu ukur 10 mL
B. Bahan
1. Aquades
2. NaOH
C. Cara Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Konsentrasi yang dibutuhkan untuk pengenceran dihitung
3. Alat yang akan digunakan dicuci
4. Larutan NaOH 5 mL diukur
5. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur
6. Pengenceran dengan aquades 5 mL dilakukan dengan cara menambahkannya sampai titik
batas yang sudah ada di labu ukur
7. Larutan dihomogenkan atau dikocok
8. Pengenceran larutan sudah siap
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk memahami dan mempraktekkan teknik pengenceran larutan.
Teknik pengenceran larutan ini melibatkan molaritas dan volume dalam perhitungannya. Seperti
yang sudah dipelajari sebelumnya, perhitungan konsentrasi larutan akan sering digunakan dalam
praktik yang masih berkaitan dengan hubungan zat terlarut dengan pelarutnya. Hubungan
pengenceran dengan konsentrasi larutan sendiri terletak pada tujuan pengenceran, yaitu bertujuan
untuk mendapatkan konsentrasi larutan yang lebih rendah dari larutan yang berkonsentasi tinggi.
Setelah melaksanakan praktikum ini, diharapkan kedepannya dapat memahami keterkaitan antara
proses pengenceran dengan konsentrasi larutan, serta diharapkan dapat mempraktekkan teknik
pengenceran larutan sesuai dengan ketentuan.

Pengenceran larutan yaitu proses mengurangi konsentrasi suatu larutan. Konsentrasi larutan
sendiri adalah besaran yang menunjukkan kepekatan suatu larutan melalui perbandingan antara
pelarut dan zat terlarut. Jika zat terlarutnya banyak, maka larutan yang dibentuk memiliki
konsentrasi tinggi (pekat). Sebaliknya, jika zat terlarutnya sedikit, larutan yang dibentuk memiliki
konsentrasi rendah (encer). Suatu larutan dapat diencerkan dengan cara menambahkan zat pelarut ke
dalam larutan yang pekat sehingga volumenya bertambah dan konsentrasinya menurun (encer).
Jumlah mol zat terlaut yang ada dalam larutan tidak akan berubah alias sama saja baik sebelum
maupun sesudah pengenceran. Perlakuan pengenceran ini terdapat pada laboratorium kimia untuk
mengencerkan senyawa kimia yang biasanya dibeli dalam bentuk larutan pekat agar lebih ekonomis
dan tidak membutuhkan jumlah volume yang besar. Contohnya yaitu seperti NaCl yang memiliki
konsentrasi awal 1 M dan hendak mengubahnya menjadi 0,1 M, maka yang harus dilakukan adalah
proses pengenceran. Selain itu, contoh pengenceran juga dapat ditemukan dalam kehidupan sehari –
hari, misalnya ketika membuat susu atau sirop. Hal pertama yang dilakukan adalah melarutkannya
dalam air. Ketika larutan susu atau sirop tersebut dirasa masih terlalu manis, atau dalam hal ini yang
dilihat adalah kepekatannya, maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah menambahkan air ke
dalamnya agar larutan susu atau sirop tersebut menjadi lebih encer dan tidak terlalu manis.

Dalam proses pengenceran, dikenal dengan istilah faktor pengenceran atau faktor dilusi.
Faktor pengenceran adalah angka yang menunjukkan waktu suatu larutan harus diencerkan untuk
mendapatkan konsentrasi yang lebih rendah. Rumus dari faktor pengencer sendiri yaitu jumlah
volume labu takar dibagi dengan volume sampel. Dalam praktikum ini, cara menghitung faktor
pengencerannya yaitu dengan melihat volume labu takar yang digunakan dan volume sampel. Dalam
cara kerja, diketahui bahwa volume labu takarnya sebesar 10 mL dan volume sampel NaOH sebenar
5 mL. Dari sini dapat diketahui besar faktor pengencernya, yaitu sebesar 10 mL/5mL, hasilnya yaitu
2. Sehingga pada perhitungan kadar faktor pengencer yang harus dimasukkan yaitu 2. Untuk
kecepatan pengenceran sendiri dapat diengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu suhu, ukuran
zat terlarut, dan volume pelarut. Semakin tinggi suhu pelarut maka akan semakin cepat laju
pengenceran terjadi. Hal ini dikarenakan partikel – partikel bergerak lebih cepat pada suhu tinggi.
Untuk ukuran zat terlarut, pengaruhnya adalah semakin kecil ukuran zat terlarut maka akan semakin
cepat pula laju pengenceran. Volume pelarut juga berpengaruh, yaitu apabila volume pelarut semakin
besar maka akan semakin cepat pula proses pengenceran.

Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, teknik pengenceran larutan melibatkan konsentrasi
larutan, volume, dan pencampurannya. Dalam melakukan pengenceran ada beberapa hal yang perlu
untuk diperhatikan, yaitu mengenai teknik pengenceran cairan pekat dan pengenceran cairan kurang
pekat. Pengenceran dari cairan pekat yaitu pengenceran yang menggunakan cairan pekat dalam
prosesnya. Teknik ini harus dilakukan di lemari asam dan pembacaan skala volume cairan sebaiknya
dilakukan sesegera mungkin. Teknik pencampurannya yaitu dengan mengalirkan cairan pekat atau
larutan yang hendak diencerkan melalui batang pengaduk ke dalam gelas kimia yang telah diisi zat
pelarut. Prosedur ini disebut juga dekantasi. Proses ini tidak boleh dibalik dengan menambahkan zat
pelarut dalam larutan, hal ini karena ketika senyawa kimia pekat diencerkan maka sejumlah panas
akan dilepaskan, sehingga akan beresiko jika larutan yang ditambahkan ke dalam pelarut. Resiko ini
terjadi jika panas yang dihasilkan terlalu besar sehingga dapat menyebabkan zat pelarut mendidih.
Teknik pengenceran yang kedua adalah pengenceran dari cairan kurang pekat. Proses pengenceran
teknik ini tidak memerlukan perlakuan khusus dan dapat dilakukan tanpa menggunakan lemari asam.

Dalam cara kerja disebutkan bahwa perlu adanya perhitungan untuk menentukan konsentrasi
larutan yang dibutuhkan. Dengan menggunakan konsep pengenceran, yaitu jumlah mol zat akan
selalu sama baik sebelum maupun sesudah pengenceran, maka didapatkan rumus :

n 1=n2

Karena rumus n dapat dicari dengan mengalikan molaritas (M) dengan volume (V), maka persamaan
untuk menghitng pengenceran adalah sebagai berikut.

V1 × M1 = V2 × M2

Di mana, V1 = Volume awal (L) ; V2 = Volume akhir (L) ; M1 = Molaritas awal (mol/L) ; M2 =
Molaritas akhir (mol/L). Dalam praktikum ini, perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

M1 = 0,5 M ; M2 = 0, 25 M ; V2 = 10 mL ; V1 = ?

V 1× M 1=V 2 × M 2
V 1× 0,5=10 × 0,25

10× 0,25
V 1=
0,5

V 1=5 mL

Itu artinya dalam praktikum ini NaOh sebanyak 5 mL diambil dari stok NaOH dengan konsentrasi
0,5 M. Dan aquades yang diperlukan sebanyak 10 mL – 5 mL = 5 mL. Lalu tahap pengenceran
selanjutnya adalah dengan memasukkan NaOH ke labu ukur, setelah itu ditambah aquades sampai
tanda batas yang ditentukan. Dan langkah terakhir yaitu penghomogenan larutan.

V. KESIMPULAN
Teknik pengenceran larutan merupakan teknik yang dilakukan untuk mengurangi konsentrasi
suatu larutan tanpa mengubah jumlah mol zat terlarutnya. Pengenceran berkaitan dengan konsentrasi,
volume, dan pencampuran. Di mana, larutan dengan konsentrasi tinggi membutuhkan perlakuan
khusus dalam proses pengencerannya yaitu dengan menggunakan kamar asam dan teknik
pencampurannya pun dengan cara menambahkan larutan ke dalam pelarut, bukan sebaliknya.
Sedangkan pengenceran larutan dengan konsentrasi yang tidak terlalu pekat tidak membutuhkan
perlakuan khusus. Volume larutan juga merupakan faktor penting dalam pengenceran yang dalam
menentukannya membutuhkan perhitungan terlebih dahulu menggunakan persamaan V1 × M1 = V2
× M2.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Brünig, T., K. Krekić, and R.Pietschnig. 2018. Survey of Dilution or Adsorption Enthalpies of A
Series of Hygroscopic Sorption Materials. Journal of Energy Storage. 18 : 171-174.
Muljani, S., K. A. Kusuma, L. Nofitasari , A.R. Amalia, dan N. Hapsari. 2018. Sintesis Membran
Kitosan Silika dari Geothermal Sludge. Jurnal Teknik Kimia. 13 (1) : 22-26.
Romero, C. M., Y.P. Cruz, and S.Perez-Casas. 2020. Enthalpies of Dilution of Amino Alcohols in
Aqueous Solutions at 298.15 K. Thermochimica Acta. 684 :1-5.
Rusman, R.F. I. Rahmayani, dan Mukhlis. 2018. Buku Ajar Kimia Larutan. Banda Aceh : Syiah
Kuala University Press.
Soebiyanto dan P. Darmawan. 2017. Meninjau Ulang Penggunaan Besaran Konsentrasi Normalitas
pada Kimia Larutan. Biomedika. 10 (1) : 67-71.
Tristantini, D., A. Ismawati, B. T. Pradana, dan J. G. Jonathan. 2017. Pengujian Aktivitas
Antioksidan Menggunakan Metode DPPH pada Daun Tanjung (Mimusops elengi L).
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”. 17 : 1-7.

VII.LAMPIRAN
Abstrak Jurnal : 5 halaman

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai