Anda di halaman 1dari 22

MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT DAN UPAYA PELAYANAN

KESEHATAN YANG DILAKUKAN OLEH PUKSESMAS DI PANGKEP

OLEH :

NAMA : TRIANA ANDINI PUTRI

NIM : 210304502070

KELAS : ADMINISTRASI KESEHATAN (A)

ADMINISTRASI KESEHATAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Masalah Kesehatan Masyarakat dan Pelayanan
Kesehatan yang Dilakukan oleh Puskesmas di Pangkep" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Pengantar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang masalah
kesehatan yang dialami masyarakat di pangkep dan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
puskesmas di Pangkep.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu A. Ulfiana Fitri. SKM., M.Kes selaku guru
Mata Pelajaran Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pangkep, 27 November 2021

Triana Andini Putri

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................... i
BAB I Pendahuluan................................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Masalah.................................................................................................... 2
D. Manfaat................................................................................................................ 2

BAB II Pembahasan................................................................................... 3
A. Masalah Kesehatan Masyarakat di Pangkep........................................................ 3
1. Penyakit Menular...................................................................................... 3
a) Penyakit Menular Langsung...........................................................4
1. Penyakit Diare........................................................................ 4
2. Penyakit TB Paru (TBC)........................................................ 4
3. Penyakit Kusta....................................................................... 5
b) Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) . 6
c) Penyakit Bersumber Binatang...................................................... 6
1) Malaria............................................................................. 7
2) Penyakit Demam Berdarah Dengue................................. 8
3) Penyakit Rabies................................................................ 8
d) Penyakit Tidak Menular............................................................... 9
2. Status Gizi................................................................................................ 11
a) Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah..................................... 11
b) Status Gizi Balita......................................................................... 11
c) Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronis................ 12
d) Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)....................... 12
B. UPAYA PELAYANAN KESEHATAN YANG DILAKUKAN DI
PUSKESMAS………………………………………………………………….. . 12
1. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa..…......
…………………………………………………………………………… 13
2. Pemberantasan Penyakit Polio................................................................. 13
3. Pemberantasan TB Paru (TBC)............................................................... 13
4. Pemberantasan Penyakit ISPA................................................................. 14
5. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS...................................... 14
6. Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)................... 15
7. Pemberatasan Penyakit Malaria............................................................... 15
8. Pemberantasan Penyakit Kusta................................................................ 15
9. Pemberian Kapsul Minyak Ber-Yodium ................................................ 16

iii
BAB III Penutup........................................................................................ 17
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 17
B. Saran..................................................................................................................... 17

Daftar Pustaka……………………………………………………………... 18

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan. Banyak faktor
yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah pengetahuan dan sikap
masyarakat dalam merespon suatu penyakit (Notoatmodjo, 2003).
Masalah kesehatan masyarakat sampai saat ini masih menjadi perhatian bagi
pemerintah. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan masih rendah. Tingkat
kesehatan masyarakat yang tidak merata dan sangat rendah khususnya terjadi pada
masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh. Perilaku masyarakat yang masih tidak
higenis ditambah lagi dengan tidak adanya sarana dan prasarana lingkungan yang
mendukung berdampak pada kesehatan masyarakat yang tinggal pada pemukiman
kumuh tersebut. Banyak kesehatan masyarakat yang mungkin timbul akibat perilaku
masyarakat dan kondisi lingkungan yang tidak baik.
Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di Indonesia
perlu dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah perilaku kesehatan,
lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan yang akan menimbulkan berbagai
masalah lanjutan seperti masalah kesehatan ibu dan anak, masalah gizi dan penyakit-
penyakit baik menular maupun tidak menular. Masalah kesehatan tersebut dapat
terjadi pada masyarakat secara umum atau komunitas tertentu seperti kelompok rawan
(bayi, balita dan ibu), kelompok lanjut usia dan kelompok pekerja.
Masalah kesehatan masyarakat biasanya sering terjadi di daerah-daerah karena
kurang pemahaman tentang kesehatan. Seperti di daerah Puskesmas Pangkep yang
masih terjadi beberapa masalah kesehatan pada masyarakatnya.
Dari masalah kesehatan yang di alami masyarakat, maka dari itu pemerintah
memberikan upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang dapat di peroleh di rumah
sakit dan puskesmas.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan visi : Masyarakat Sehat yang
Mandiri dan Berkeadilan, dengan misi ; (1) Meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat
mandiri, (2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan, (3) Menjamin
ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan, (4) Menciptakan tata
kelola kepemerintahan yang baik. Salah satu strategi pembangunan kesehatan adalah
meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti dengan mengutamakan pada upaya promotif
dan preventif. Untuk itu diperlukan informasi tentang keberhasilan pembangunan
kesehatan yang dapat memberikan gambaran status kesehatan masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH

5
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
:
1. Apa saja masalah kesehatan masyarakat Pangkep?
2. Bagaimana upaya pelayanan kesehatan puskesmas di Pangkep?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui apa saja masalah kesehatan masyarakat Pangkep.
2. Untuk mengetahui upaya pelayanan kesehatan puskesmas di Pangkep.
D. MANFAAT
1. Bagi penulis, mengetahui masalah kesehatan masyarakat dan upaya yang
dilakukan puskesmas di kampung sendiri.
2. Bagi masyarakat, sebagai sarana pembelajaran tentang masalah-masalh
kesehatan dan upaya yang harus dilakukan jika terkene masalah kesehatan.
3. Sebagai bahan dan sumber masukan bagi penulis lain yang mempelajari ilmu
kesehatan masyarakat.

6
BAB II

PEMBAHASAN
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkajene dan Kepulauan) terletak antara 110°
BT dan 4,40° LS sampai dengan 8.00° LS yang terletak di pantai Barat Sulawesi
Selatan dengan batas – batas administrasi sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Barru.


 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone.
 Sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Kalimantan, Jawa, Madura, Pulau Nusa
Tenggara dan Pulau Bali.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tahun
2012, wilayah administrasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terdiri dari 13 Kecamatan,
9 kecamatan terletak di daratan dan 4 kecamatan terletak di kepulauan, dengan luas
wilayah 1.112,29 Km dan berjarak 51 km dari Kota Makassar ibukota Propinsi Sulawesi
Selatan. Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terletak di pesisir pantai barat Sulawesi
Selatan yang terdiri dari dataran rendah dan pegunungan. Dataran rendah seluas 73.721
Ha, membentang dari garis pantai barat ke timur terdiri dari persawahan, tambak,
rawa-rawa, dan empang, sedang daerah pegunungan dengan ketinggian 100 – 1000
meter diatas permukaan laut terletak di sebelah timur batu cadas dan sebagian
mengandung batu bara serta berbagai jenis batu marmer.

A. Masalah Kesehatan Masyarakat di Pangkep


Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan. Banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah pengetahuan dan sikap masyarakat
dalam merespon suatu penyakit (Notoatmodjo, 2003).
Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari masyarakat
(community based data) yang diperoleh melalui survei, dan hasil pengumpulan
data dari Dinas Kesehatan serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data)
yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.
1. Penyakit Menular
Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kedokteran mendorong
para tenaga ahli selalu mengadakan riset terhadap berbagai penyakit termasuk
salah satunya adalah penyakit menular demi mengatasi kejadian penderitaan
dan kematian akibat penyakit.
Penyakit menular yang juga dikenal sebagai penyakit infeksi dalam istilah
medis adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi
(seperti virus, bakteri, atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti
luka bakar dan trauma benturan) atau kimia (seperti keracunan) yang
mana bisa ditularkan atau menular kepada orang lain melalui media tertentu
seperti udara (TBC, influenza, dll), tempat makan dan minum yang

7
kurang bersih pencuciannya (Hepatitis, Typhoid/Types, dll), jarum suntik
dan transfusi darah (HIV/AIDS, Hepatitis, dll). Penyakit menular yang
disajikan dalam bagian ini antara lain:
 Penyakit menular langsung: Diare, Pneumonia, Typhus, penyakit
HIV/AIDS, penyakit TB Paru dan Kusta.
 Panyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
 Penyakit bersumber binatang : Demam Berdarah Dengue, Rabies,
Filaria, Malaria.
a) Penyakit Menular Langsung
1. Penyakit Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek
atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih
sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari
(Depkes RI 2011).
Penyakit diare sampai kini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat walaupun secara umum angka kesakitan masih
berfluktuasi, dan kematian diare yang dilaporkan oleh sarana
pelayanan dan kader pelayanan mengalami penurunan namun
penyakit diare ini masih sering menimbulkan KLB yang cukup
banyak bahkan menimbulkan kematian.
Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan kasus diare dari
tahun ke tahun cenderung meningkat, hal dapat dilihat dari
data tahun 2005 terdapat 3689 kasus dengan 1528 kasus
terjadi pada balita dan pada tahun 2006 meningkat menjadi
7641 kasus dengan 3082 kasus pada balita. Tahun 2007
terjadi 11.116 kasus, tahun 2008 meningkat jadi 12.120 kasus
dan pada tahun 2009 cenderung menurun dengan 11.588 kasus
dengan kejadian terbanyak berada di wilayah kerja Puskesmas
Bonto Perak.
Pada tahun 2010 jumlah kasus diare di Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
yaitu tercatat 10.933 kasus. Pada tahun 2011 terdapat 12.031
kasus dan pada tahun 2012 terdapat 12.091 kasus yang ditangani
di sarana pelayanan kesehatan.

2. Penyakit TB Paru (TBC)


TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah
penyakit paru-paru akibat kuman Mycobacterium tuberculosis.
TBC akan menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung
lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan terkadang
mengeluarkan darah.
Kuman TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa
menyerang tulang, usus, atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan dari

8
percikan ludah yang keluar penderita TBC, ketika berbicara,
batuk, atau bersin. Penyakit ini lebih rentan terkena pada
seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah, misalnya penderita
HIV.
Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan jumlah kasus TB
Paru yang dilaporkan Bidang P2M menunjukkan tahun 2007
ada 59 kasus TB Paru klinis dan 306 kasus TB Paru Positif.
Tahun 2008 tercatat TB Paru Klinis sebanyak 55 kasus dan yang
positif 254 kasus.
Data di Dinas Kesehatan Bidang P2M menunjukkan pada
tahun 2009 terdapat penderita TB Paru klinis sebanyak 81
penderita dan ada 303 yang positif, 305 yang diobati sebagian
penderita yang dari tahun 2008 dan ada 261 penderita yang
sembuh.
Tahun 2010 tercatat ada 66 kasus TB Paru Klinis dan 324
kasus TB Paru Positif ditambah 11 penderita yang kambuh
penyakit TB Parunya, dari data tersebut dapat dilihat bahwa
terjadi penurunan jumlah kasus TB Paru Klinis dari tahun
sebelumnya. Pada tahun 2011 tercatat ada 95 kasus TB Paru
Klinis dan 319 kasus TB Paru Positif. Dan pada tahun 2012
ada 84 kasusu TB Paru Klinis dan 452 kasus TB Paru
Positif.

3. Penyakit Kusta
Kusta atau lepra telah dikenal hampir 2000 tahun sebelum
Masehi. Penyakit ini merupakan salah satu contoh Neglected
Tropical Diseases (NTD). Kusta adalah suatu penyakit infeksius
yang disebabkan oleh bakteri: Mycobacterium leprae. Penyakit ini
menyerang berbagai bagian tubuh diantaranya saraf, kulit, dan
mukosa saluran pernafasan atas (World Health Organization
[WHO], 2019).
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami
peningkatan kasus baru kusta setiap tahunnya. Hal ini menjadikan
Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia setelah India dan
Brazil sebagai negara dengan jumlah kasus kusta tertinggi.
Prevalensi kusta di Indonesia sebesar 0.70 kasus/10.000 penduduk
dan angka penemuan kasus baru (NCDR) sebesar 8.08
kasus/10.000 penduduk pada tahun 2017. Berdasarkan data Profil
Kesehatan Indonesia 2015-2017 Kemeterian Kesehatan RI, semua
provinsi di Sulawesi, Maluku, dan Papua merupakan provinsi
dengan angka penemuan kasus baru yang tinggi (jumlah kasus
baru lebih dari 1.000). Jawa Timur sebagai satu-satunya provinsi
di wilayah barat Indonesia yang memiliki jumlah kasus baru yang
tinggi pada tahun 2015-2016 (Kementerian Kesehatan, 2018).

9
Bakteri penyebab kusta dapat ditularkan melalui droplet atau
percikan cairan dari hidung dan mulut pada saat kontak langsung
secara terus menerus dalam waktu yang lama dengan pasien kusta
(WHO, 2019). Bakteri Mycobacterium leprae mengalami
perkembangbiakan selama dua sampai dengan tiga minggu dan
masa inkubasi penyakit ini rata-rata lima tahun. Sehingga gejala
tidak langsung muncul jika seseorang terpapar oleh bakteri ini,
Gejala dapat muncul dalam satu tahun tapi juga bisa muncul
setelah lima tahun atau lebih. Tanda awal dari gejala kusta antara
lain, kulit mengalami bercak putih, merah, rasa kesemutan bagian
anggota tubuh hingga tidak bisa melakukan fungsinya
(Kementerian Kesehatan, 2018).
Kusta dikategorikan menjadi dua: kusta kering atau pausi
basiler (PB) dan kusta basah atau multi basiler (MB). Kusta PB
ditandai dengan adanya bercak putih seperti panu dan mati rasa,
permukaan bercak kering dan kasar, tidak tumbuh rambut, bercak
pada kulit antara satu sampai lima lokasi. Ada kerusakan saraf tepi
pada satu lokasi bercak, namun hasil pemeriksaan bakteriologis
negatif. Kusta PB tidak menular. Sementara itu, kusta MB
ditandai dengan bercak putih kemerahan yang tersebar di seluruh
kulit dari tubuh penderita, terjadi penebalan dan pembengkakan
pada bercak, bercak lebih dari lima lokasi, terdapat banyak
kerusakan saraf tepi, dan hasil pemeriksaan bakteriologi positif.
Kusta MB sangat mudah menular.
Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan jumlah penderita
kusta pada tahun 2006 ada 102 penderita. Tahun 2007 ada 59
penderita dengan RFT 46 orang. Dan pada tahun 2008 tercatat
ada 80 penderita kusta PB dan 116 MB. Dan data penderita
kusta di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tahun 2009 ada
49 penderita MB dan 8 penderita PB. Pada tahun 2010 jumlah
penderita kusta ada 57 orang, dengan PB sebanyak 13 orang
dan yang MB sebanyak 44 orang. Pada tahun 2011 jumlah
penderita kusta di Kab. Pangkajene dan Kepulauan ada 55
orang, dengan PB sebanyak 11 orang dan yang MB sebanyak
44 orang. Dan pada tahun 2012 jumlah penderita kusta di
Kab. Pangkajene dan Kepulauan ada 49 orang, dengan PB
sebanyak 11 orang dan yang MB sebanyak 38 orang.

b) Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)


PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan
dengan pelaksanaan program imunisasi. Diantaranya adalah :
1) Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum (TN) adalah tetanus pada bayi usia hari ke
3 dan 28 setelah lahir dan Tetanus maternal (TM) adalah

10
tetanus pada kehamilan dan dalam 6 minggu setelah
melahirkan. Bila tetanus terjadi angka kematian sangatlah
tinggi, terutama ketika perawatan kesehatan yang tepat tidak
tersedia. Saat ini kematian akibat tetanus pada maternal dan
neonatal dapat dengan mudah dicegah dengan persalinan dan
penanganan tali pusat yang higienis, dan / atau dengan
imunisasi ibu dengan vaksin tetanus.
2) Campak
Campak adalah infeksi pada bayi dan anak-anak yang
disebabkan oleh virus paramyxovirus. Biasanya ditularkan
lewat kontak langsung dan melalui udara. Campak atau tampek
menginfeksi saluran pernapasan lalu menyebar ke seluruh
tubuh.
3) Difteri
Difteri adalah infeksi bakteri pada hidung dan tenggorokan.
Meski tidak selalu menimbulkan gejala, penyakit ini biasanya
ditandai oleh munculnya selaput abu-abu yang melapisi
tenggorokan dan amandel.
4) Pertusis
Batuk rejan atau pertusis adalah penyakit pada saluran
pernapasan dan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Penyakit ini sangat mudah menular dan bisa mengancam
nyawa, khususnya bila terjadi pada bayi dan anak-anak.
5) Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit liver menular yang disebabkan oleh
infeksi virus hepatitis B (HBV). Penyakit ini dapat
menyebabkan infeksi akut dan infeksi kronis yang berkembang
menjadi sirosis dan kanker hati.

c) Penyakit Bersumber Binatang


1) Malaria
Malaria termasuk salah satu penyakit yang diamati di
puskesmas. Kasus malaria yang biasa ditemukan hanya
bersifat klinis karena pada waktu pemeriksaan hanya
memperhatikan gejala demam, yang apabila diberi obat
penurun panas demamnya sudah turun.
Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan untuk
menekan angka kesakitan tersebut adalah pengendalian vektor
di daerah endemis, pencegahan penyakit dengan memakai
kelambu berinsektisida, sosialisasi obat malaria ACT,
penemuan dan pengobatan penderita (active dan passive) serta
pengamatan vektor penyakit.
Selain itu dilakukan juga survei malariometrik yang
merupakan survei malariometrik dasar. Survei ini bertujuan

11
untuk mengetahui tingkat endemisitas penyakit malaria di suatu
wilayah, berdasarkan indikasi ditemukannya pembesaran limpa
atau kasus-kasus malaria yang berkunjung ke unit-unit
pelayanan kesehatan yang berasal dari suatu wilayah tertentu
dan evaluasi terhadap dampak pemberantasan vektor.
Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan jumlah
kasus malaria pada tahun 2006 ada 117 (+) dan malaria
klinis 3123. Tahun 2007 tercatat 963 kasus malaria klinis
dan 8 yang (+) dan pada tahun 2008 tercatat 1.176 kasus
malaria klinis dan 7 (+), pada tahun 2009 tercatat malaria
klinis sebanyak 1.611. Pada tahun 2010 jumlah kasus malaria
klinis sebanyak 592 dan malaria positif ada 275 kasus, pada
tahun 2011 jumlah kasus malaria klinis sebanyak 2.193 dan
malaria positif 746 kasus, dan pada tahun 2012 jumlah
kasus malaria positif sebanyak 194 kasus.

2) Penyakit Demam Berdarah Dengue


Demam berdarah dengue (DBD) atau yang disebut
dengan dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit
menular akibat virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes
aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit ini disebabkan oleh
salah satu dari empat jenis virus dengue.
Demam berdarah dulu sempat disebut penyakit “break-
bone“. Hal ini lantaran gejalanya yang kadang menyebabkan
nyeri sendi dan otot yang membuat tulang terasa retak.
Demam berdarah yang bersifat ringan akan
menyebabkan demam dan gejala-gejala lain yang menyerupai
flu. Namun, penyakit ini dapat berkembang menjadi demam
berdarah dengue dengan tingkat keparahan yang lebih serius.
Tanpa penanganan yang baik, DBD dapat mengakibatkan
sindrom syok dengue dengan risiko perdarahan serius.
Di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan pada tahun
2006 tercatat 85 kasus yang dilaporkan dari seluruh
puskesmas dan tahun 2007 meningkat jadi 357 kasus dari
puskesmas. Tahun 2008 tercatat ada 325 kasus puskesmas,
tahun 2009 terjadi 261 kasus, pada tahun 2010 terjadi 286
kasus, tahun 2011 ada 138 kasus yang dilaporkan dari semua
puskesmas yang ada di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan, dan pada tahun 2012 ada 278 kasus yang
dilaporkan.

3) Penyakit Rabies
Rabies adalah penyakit infeksi virus yang menular dari
hewan, salah satu cara penularannya adalah melalui gigitan.

12
Namun, gejala penyakit rabies pada manusia tidak langsung
muncul begitu Anda tergigit. Inilah sebabnya banyak yang
tidak mewaspadai bahaya penyakit ini. Padahal infeksi virus
rabies secara perlahan bisa menyebabkan gangguan pada sistem
saraf.
Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tahun 2009
dilaporkan bahwa jumlah kasus gigitan hewan tersangka
rabies sebanyak 30 kasus. Kasus tersebut dilaporkan oleh 8
puskesmas, dengan kasus terbanyak terjadi di wilayah kerja
Puskesmas Bantimala. Pada tahun 2010 berdasarkan laporan
dari Bidang P2P jumlah kasus gigitan hewan tersangka
rabies sebanayak 49 kasus, tahun 2011 terjadi penurunan
kasus gigitan hewan tersangka rabies yaitu 40 kasus, dan
pada tahun 2012 jumlah kasus gigitan hewan tersangka rabies
sebanyak 31 kasus.

d) Penyakit Tidak Menular


Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang,
telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup
masyarakat, termasuk dalam pola konsumsi makanan keluarga.
Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap
terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-
kasus penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes,
tumor, hipertensi, gagal ginjal dan sebagainya.
Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan jumlah penderita
penyakit jantung yang dilaporkan oleh RSUD Kab. Pangkajene dan
Kepulauan untuk tahun 2009 sebanyak 701 kasus dan tahun 2010
ada 99 kasus, sedangkan penyakit diabetes yang tidak bergantung
insulin tahun 2009 tercatat ada 1207 kasus dan tahun 2010 sebanyak
125 kasus di unit rawat jalan dan 127 kasus di unit rawat inap. Dan
penyakit hipertensi dilaporkan oleh RSUD sebanyak 2184 kasus tahun
2009 dan pada tahun 2010 sebanyak 311 kasus rawat jalan
sedangkan rawat inap sebanyak 195 kasus. Penyakit Hipertensi ini
adalah penyakit tidak menular terbanyak yang dilaporkan RSUD
Kab. Pangkajene dan Kepulauan untuk tahun
2009.
Secara umum berdasarkan laporan dari Bidang Bina Pelayanan
Kesehatan bahwa jumlah kesakitan pada tahun 2006 sebesar 211.866
meningkat menjadi 261.736 pada tahun 2007, dan tahun 2008
meningkat lagi menjadi 340.570 kesakitan. Dan pada tahun 2009
menurun menjadi 316.018 kesakitan. Pola penyakit pada semua
golongan umur dapat dikelompokkan pada 10 jenis penyakit
terbanyak, dengan Penyakit Infeksi Akut Lain pada saluran pernapasan
bagian atas menempati urutan pertama dengan persentase 13,4%,

13
kemudian diikuti pada urutan kedua adalah penyakit lain pada saluran
Pernapasan bagian Atas dengan 11,1%.
Pada tahun 2010 dan tahun 2011 berdasarkan laporan dari
Bidang Bina Pelayanan Kesehatan, infeksi saluran nafas bagian atas
masih berada pada urutan pertama pada 10 jenis penyakit terbanyak di
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Pada tahun 2011 jumlah
kesakitan mengalami penurunan sampai 171.236 kesakitan. Namun
pada tahun 2012 jumlah kesakitan kembali meningkat menjadi 225.752
kesakitan.

NO JENIS PENYAKIT TAHUN 2012


JUMLAH %
1. Influenza 24.073 10,66
2. Dermatitis dan Eksim 23.586 10,45
3. Infeksi saluran nafas bagian atas 21.113 9,35
4. Batuk 18.391 8,15
5. Hipertensi essensial (primer) 14.931 6,61
6. Gangguan Jaringan lunak lainnya 14.509 6,43
7. Demam yang tidak diketahui sebabnya 13.369 5,92
8. Gastritis 12.482 5,53
9. Sakit Kepala 9.520 4,22
10. Diare & Gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu 9.082 4,02
Penyakit Lain-Lain 64.696 28,66
TOTAL 225.752 100
Sumber : Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Kab.Pangkajene dan Kepulauan

14
2. Status Gizi
Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan
kesehatan secara umum, karena disamping merupakan faktor predisposisi
yang dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individual. Bahkan status
gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang
menyusui sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui.
Berikut ini akan disajikan gambaran mengenai indikator-indikator status gizi
masyarakat antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status
gizi balita, status gizi wanita usia subur, Kurang Energi Kronis (KEK),
Anemia Gizi Besi (AGB) pada ibu dan wanita pekerja dan Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) sebagaimana diuraikan berikut ini:

a) Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah


Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram)
merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap
kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori
yaitu BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37
minggu) atau BBLR karena Intra Uterine Growth Retardation
(IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya
kurang. Di negara berkembang, banyak BBLR dengan IUGR karena
ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria, dan menderita penyakit
menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil. Di
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan pada tahun 2005 tercatat
bahwa jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah sebanyak 40 bayi
(0,94 dari total bayi lahir), tahun 2006 tercatat 109 (2,00 %), tahun
2007 ada 150 bayi yang BBLR (2,79%), tahun 2008 tercatat 147
bayi (2,69 % dari 5.474 bayi lahir), pada tahun 2009 ada 126
bayi yang lahir BBLR dari 5615 bayi lahir hidup.
Pada tahun 2010 terjadi penurunan jumlah bayi lahir
dengan berat badan rendah dari tahun sebelumnya yaitu hanya tercatat
97 bayi yang BBLR dari 5806 bayi lahir hidup atau sekitar 1,67%.
Tahun 2011 jumlah bayi BBLR semakin menurun dari tahun
sebelumnya yaitu ada 82 bayi atau sekitar 1,36%.
Pada tahun 2012 jumlah bayi BBLR meningkat yaitu 196
bayi atau 3,07% dari 3.171 bayi lahir hidup. Peningkatan jumlah
bayi BBLR tersebut karena Sistem Pencatatan dan Pelaporan di
puskesmas sudah berjalan dengan baik. Disamping itu,
bertambahnya jumlah puskesmas di wilayah kepulauan dari 4
puskesmas kepulauan menjadi 7 puskesmas kepulauan juga
mempengaruhi peningkatan jumlah bayi BBLR.
b) Status Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hasil

15
pemantauan status gizi (PSG) oleh Bidang Bina Kesga bagian gizi
(Seksi Gizi), pada tahun 2006 tercatat 134 orang gizi buruk, 1227
gizi kurang, 8972 gizi baik dan 45 gizi lebih. Tahun 2007 tercatat
ada 290 (13 orang yang sangat buruk), 1.859 orang gizi kurang,
10.215 gizi baik dan ada 89 orang gizi lebih. Tahun 2008 terjadi
peningkatan kasus gizi buruk yaitu ada 221 kasus, 1260 gizi
kurang, 8055 gizi baik dan 76 gizi lebih,tahun 2009 tercatat ada 26
kasus gizi buruk.
Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan pada tahun 2010
terjadi penurunan kasus gizi buruk yaitu 18 kasus, dan jumlah gizi
lebih 158 orang, gizi baik 8.545 orang dan jumlah gizi kurang 616
orang. Tahun 2011 jumlah kasus gizi buruk semakin menurun yaitu
hanya ada 10 kasus (0,04%), jumlah gizi lebih 47 orang (0,20%), gizi
baik 21.586 orang (93,58%) dan gizi kurang 1.423 orang (6,17%). Dan
pada tahun 2012 jumlah kasus gizi buruk sebanyak 4 orang (0,02%),
jumlah gizi lebih 232 orang (0,97%), gizi baik 23.114 orang
(96,47%) dan gizi kurang 611 orang (2,55%).

c) Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronis


Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana
remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein)
yang berlangsung lama atau menahun. Pada tahun 2013
berdasarkan data riset kesehatan dasar prevalensi KEK di kabupaten
Gorontalo sebesar 12,5% pada wanita usia 15-49 tahun yang sedang
hamil dan 15,1% pada wanita usia 15-49 tahun yang tidak hamil.
Untuk mencegah risiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan,
wanita usia subur (WUS) sudah harus mempunyai gizi yang baik,
misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm.

d) Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)


Gangguan akibat kurang yodium (GAKY) merupakan
masalah gizi di Indonesia. Penyebab utama timbulnya masalah GAKY
adalah kekurangan yodium. Secara epidemiologi kebutuhan yodium
per orang per hari hanya 1-2 ug per kilogram berat badan. Apabila
tidak terpenuhi secara kontinyu dan berlangsung lama maka akan
menimbulkan gondok. Gondok dikatakan endemik apabila lebih dari
5% penduduk atau anak sekolah berusia 6-12 tahun menderita
gondok.

B. UPAYA PELAYANAN KESEHATAN YANG DILAKUKAN DI


PUSKESMAS
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan

16
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan/ atau masyarakat.
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan
pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian
besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi.
Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan
surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang
ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita.
Disamping itu pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan
pemberian Imunisasi,upaya pengurangan faktor risiko melalui kegiatan untuk
peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta masyarakat dalam
upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai
kegiatan. Uraian singkat berbagai upaya tersebut seperti berikut ini :
1. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
Upaya penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian
Luar Biasa (KLB) merupakan tindak lanjut dari penemuan dini kasus-kasus
penyakit berpotensi KL/wabah yang terjadi pada masyarakat. Upaya
penanggulangan yang dilakukan dimaksudkan untuk mencegah penyebaran
lebih luas dan mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Hasil pengumpulan data/indikator kinerja SPM bidang kesehatan
menunjukkan bahwa pada tahun 2011 jumlah desa/kelurahan yang mengalami
KLB dilaporkan sebanyak 8 desa/kelurahan.

2. Pemberantasan Penyakit Polio


Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio telah
dilakukan melalui gerakan imunisasi polio.Upaya ini juga ditindaklanjuti
dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus
Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur < 15 tahun hingga dalam
kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus polio liar
yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari
kasus AFP tinja yang dijumpai.
Adapun strategi dalam upaya pemberantasan polio yaitu 1). Imunisasi yang
meliputi peningkatan imunisasi rutin polio, PI dan Mop-Up, 2). Surveilans
AFP, 3). Sertifikasi bebas polio, dan 4). Pengamanan virus polio di
laboratorium. Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi
surveilans, akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui
ada tidaknya virus polio liar yang menyerang masyarakat.
Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan pada tahun 2012 ditemukan
2 kasus AFP (Non Polio).

3. Pemberantasan TB Paru (TBC)

17
Upaya pencegahan dan pemberantasan TB Paru dilakukan dengan
pendekatan Directly Oserve Tretment Shortcourse (DOTS) atau
pengobatan TB Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas
Menelan Obat (PMO). Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita
dengan pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang ditindak
lanjuti dengan pengobatan.
Dalam penanganan program, semua penderita TB yang ditemukan
ditindaklanjuti dengan paket-paket pengobatan intensif. Melalui paket
pengobatan yang diminum secara teratur dan lengkap diharapkan penderita
akan dapat disembuhkan dari penyakit TB yang dideritanya. Namun demikian
dalam proses selanjutnya tidak tertutup kemungkinan terjadinya kegagalan
pengobatan akibat dari paket pengobatan yang tidak terselesaikan atau drop
out (DO), terjadinya resistensi obat atau kegagalan dalam penegakan diagnosa
diakhir pengobatan.
Pada tahun 2010 berdasarkan laporan dari Bidang Bina P2P
jumlah kasus penyakit TB Paru sebanyak 324 kasus, dengan angka penemuan
kasus 50,55%. Adapun persentase tingkat kesembuhan penderita TB
BTA+ tahun 2010 mencapai 85,57 %. Tahun 2011 jumlah perkiraan kasus
baru sebanyak 686 kasus, dengan angka penemuan kasus sekitar 46,50%.
Dan persentase tingkat kesembuhan mencapai 90,21%. Dan pada tahun
2012 jumlah kasus penyakit TB Paru sebanyak 452 kasus, dengan angka
penemuan kasus 67,66%. Adapun persentase tingkat kesembuhan penderita
TB BTA+ tahun 2012 mencapai 92,88%.

4. Pemberantasan Penyakit ISPA


Upaya dalam rangka pemberantasan penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (P2 ISPA) lebih difokuskan pada upaya penemuan
secara dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita
Pneumonia Balita yang ditemukan. Upaya ini dikembangkan melalui suatu
manajemen terpadu dalam penanganan balita sakit yang datang ke unit
pelayanan kesehatan atau lebih dikenal dengan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS).

5. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS


Upaya pelayanan dalam rangka pemberantasan penyakit HIV/AIDS
disamping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga
diarahkan pada upaya pencegahan melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah
donor dan upaya pemantauan dan pengobatan penderita penyakit menular
seksual (PMS), penyalahgunaan obat dengan suntikan (IDUs), penghuni lapas
(lembaga pemasyarakatan), atau melakukan penelitian pada kelompok
berisiko rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya.

6. Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

18
Upaya pemberantasan DBD terdiri dari tiga hal yaitu 1)
Peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2)
Diagnosis dini dan pengobatan dini, 3) Peningkatan upaya pemberantasan
vektor penular penyakit DBD dan upaya pemberantasan dititikberatkan
pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam
pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3M), juru pemantauan jentik
(Jumantik) untuk memantau angka bebas jentik (ABJ), serta pengenalan gejala
DBD dan penanganannya di rumah tangga.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit
menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia, sering muncul sebagai KLB dan menimbulkan kepanikan di
masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menimbulkan kematian.
Penyebab DBD adalah virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus yang hidup di genangan air bersih di
sekitar rumah. Kasusnya umumnya mulai meningkat pada musim hujan yaitu
antara bulan Oktober-Mei.
Pada tahun 2010 tercatat ada 270 jumlah kasus yang dilaporkan
Bidang Bina P2P Dinas Kesehatan Kab. Pangkajene dan Kepulauan, tahun
2011 ditemukan 138 kasus, dan pada tahun 2012 ditemukan 278 kasus.

7. Pemberatasan Penyakit Malaria


Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber
daya manusia yang dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi,
bahkan berpengaruh pada keamanan dan pertahanan nasional. Penegakan
diagnosa penderita secara cepat dan pengobatan yang tepat merupakan salah
satu upaya penting dalam rangka pemberantasan penyakit Malaria disamping
pengendalian vektor potensial.

8. Pemberantasan Penyakit Kusta


Pemberantasan penyakit kusta dapat dilakukan dengan cara
penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak dan
pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan
keluhan atau kontak dengan penderita penyakit kusta.
Pada penderita kusta yang ditemukan, diberikan pengobatan paket MDT
yang terdiri atas Rifampicin, Lampren dan DS yang diberikan dalam
kurun waktu tertentu.
Pada tahun 2010 Jumlah kasus penyakit Kusta yang dilaporkan
Bidang Bina P2P sebanyak 56 kasus, tahun 2011 ada sekitar 55 kasus,
dan pada tahun 2012 terdapat 49 kasus yang tersebar di wilayah puskesmas
se-kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
9. Pemberian Kapsul Minyak Ber-Yodium
Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan
KIO3 (kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm. Kekurangan zat yodium

19
disebut juga GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium) merupakan
masalah gizi yang serius, karena dapat menyebabkan penyakit gondok
dan kretin. Kekurangan unsur yodium dalam makanan sehari-hari, dapat
pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang.
Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan kegiatan pemberian garam
beryodium pada Wanita Usia Subur sudah tidak dilaksanakan lagi.
10. Pemberian Tablet Besi
Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya
kesakitan ibu. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama
anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lainnya. Oleh
karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan
anemia gizi besi bahwa sekitar 70% ibu hamil di Indonesia menderita anemia
gizi. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling
lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Dengan
frekuensi yang masih cukup tinggi berkisar antara 10% dan 20%.
Pemberian tablet besi (Fe) dimaksudkan untuk mengatasi kasus anemia
serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang
dialami ibu hamil. Pemberian tablet Fe yang ketiga kalinya pada ibu
hamil di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan pada tahun 2008
mencapai 91,19 % dan pada tahun 2009 menurun menjadi 82,73 %.
Pada tahun 2010 berdasarkan laporan dari Bidang Bina Kesga
pemberian Fe1 pada ibu hamil mencapai 95,28% dan Fe3 sekitar
85,04%.
Tahun 2011 pemberian Fe1 pada ibu hamil mencapai 97,02% dan Fe3
mencapai 86,93%, terjadi peningkatan dibanding tahun lalu. Dan pada tahun
2012 pemberian Fe1 dan Fe3 pada ibu hamil semakin meningkat yaitu Fe1
mencapai 98,86% dan Fe3 mencapai 90,57%.

20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan. Banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah pengetahuan dan sikap masyarakat
dalam merespon suatu penyakit (Notoatmodjo, 2003).
Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari masyarakat
(community based data) yang diperoleh melalui survei, dan hasil pengumpulan
data dari Dinas Kesehatan serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data)
yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.
Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan
surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang
ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita.
Disamping itu pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan
pemberian Imunisasi,upaya pengurangan faktor risiko melalui kegiatan untuk
peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta masyarakat dalam
upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai
kegiatan.

B. SARAN
Saran yang penulis berikan agar pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
lebih meningkatkan pelayanan kesehatan yang sudah ada atau bahkan menabahkan
pelayanan kesehatan yang kurang agar dapat menanggulangi masalah-masalah
kesehatan masyarakat.

21
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dkk.2013. Profil Kesehatan Kab. Pangkep Tahun 2012.
Pangkep : Jl. Mawar No.1
Undang-Undang RI N0 36 Tahun 2009. Kesehatan,
https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/16799/UU0362009.htm,
diakses 1 Desember pukul 23.30
ArdayaniD.2018.Diare,http://repository.unimus.ac.id/1769/4/BAB
%20II.pdf ,diakses 1 Desembel pukul 23.31
Dokter,Alo.2019. Pengertian TBC (Tuberkulosis),
https://www.alodokter.com/tuberkulosis, diakses 1 Desember
23.32
Tropmed UGM.2020. Penyakit Kusta Bukanlah Penyakit Kutukan,
https://tropmed.fk.ugm.ac.id/2020/08/28/penyakit-kusta-
bukanlah-penyakit-kutukan/ , diakes 1 Desember pukul 23.34
Ums. Masalah kesehatan, http://eprints.ums.ac.id/26004/3/BAB_I.pdf ,
diakses 1 desember pukul 23.37
KementrianKesehatanRI.2012,Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal,
https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/13010200031/elimi
nasi-tetanus-maternal-dan-neonatal.html , diakses 1
Desember 23.40
Swari Candra Rizky. 2021. Memahami Penyakit Campak, Munculnya
Ruam Kulit Akibat Infeksi Virus
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/infeksi-
anak/penyakit-campak/ , diakses 1 Desember pukul 23.45
Swari Candra Rizky. 2021. Hepatitis B,
https://hellosehat.com/pencernaan/hati/hepatitis-b-adalah/ ,
diakses 1 Desember pukul 23.50
Rusdistyna Adinda. 2021, Cegah Kematian, Kenali Gejala Rabies pada
Manusia dari Awal, https://hellosehat.com/infeksi/infeksi-
virus/penyakit-rabies-pada-manusia/ diakses 1 Desember
pukul 23.55

22

Anda mungkin juga menyukai