Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KULIAH LAPANGAN MATA

KULIAH SIM & E-GOVERNMENT

DISUSUN OLEH :

ALFINDA JULIANDARI (S1A119002)

HILMA HALULANGA (S1A1A19023)

SITI KHADIJAH (S1A119046)

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS


ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITASHALUOLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan praktek kuliah lapangan yang berjudul

Laporan penerapan e government di pemerintahan kota Bau-Bau. Terima kasih kami ucapkan

kepada Bapak TAUFIK S,H,MPA yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami

sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan penerapan e government di pemerintahan kota Bau-Bau

yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun

penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga Laporan penerapan e government di pemerintahan kota Bau-Bau ini bisa

menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan

ilmu pengetahuan para penulis.


V. Bagaimana KONTEN atau isi dari Web Site Pemerintah Daerah? Dalam web site

lembaga pemerintah bau-bau terdapat konten yang dapat kami akses sehingga mempermudah

kami untuk melakukan penelitian pada website yang disediakan oleh pemerintah Bau-bau.

Apakah bisa diakses?Ya Apakah ada isinya? Ya Berada di level mana Publish, Interact, atau

Transact? Website yang disediakan oleh pemerintah Bau-bau tersebut berada pada level interact

karena web tersebut menyediakan kontak aduan konten sehingga pada skala ini terjadi

komunikasi 2 arah antara pengelola web site dengan pengguna layanan.

1. Profil Lembaga atau Pemerintah Daerah?

Jawab :

Kota Baubau berada di Pulau Buton yang terletak di sebelah tenggara jazirah

Pulau Sulawesi. Pulau ini diapit oleh lautan, yaitu Laut Banda di sebelah utara dan timur,

kemudian Laut Flores di sebelah selatannya, sedangkan di sebelah barat terdapat Selat

Buton dan Teluk Bone (Lihat Gambar 1. Peta Keletakan Pulau Buton).

Dari sisi letak secara nasional, Kota Baubau merupakan kota yang memiliki letak

strategis. Kota Baubau adalah daerah penghubung (connecting area) antara Kawasan

Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Selain itu bagi

masyarakat daerah hinterlandnya (Kabupaten Buton, Kabupaten Muna, Kabupaten

Wakatobi, Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton Tengah dan Kabupaten Buton

Selatan), Kota Baubau berperan sebagai daerah akumulator hasil produksi dan distributor

kebutuhan daerah tersebut. Kota Baubau yang berada pada Selat Baubau dan merupakan

mulut Tenggara dari wilayah Laut Teluk Bone berada pada pergeseran titik episentrum

ekonomi kelautan kawasan pasifik sebagai masa depan bagi pertumbuhan kawasan Timur

Indonesia.
Dalam rangka desentralisasi wewenang (otonomi daerah), maka pembangunan

Kota Baubau berbasis kepulauan untuk membangun masa depan dengan memanfaatkan

nilai strategis Kota Baubau yang terletak pada Kawasan Wallacea dan pusat segitiga

karang dunia (coral triangle). Posisi geografis yang stategis ini juga menjadikan Baubau

memiliki peranan penting dalam jalur pelayaran nasional dan berkembang sebagai pusat

aktifitas penduduk terutama di sektor perdagangan dan jasa. Pelabuhan di kota ini

berfungsi sebagai jalur transit atau persinggahan yang menghubungkan jalur pelayaran

antara Makassar, Maluku dan Papua. Bahkan peranannya sebagai pelabuhan transit telah

berlangsung sejak abad 16 pada masa Kesultanan Buton.

 Karakteristik Fisik

Karakteristik fisik diuraikan dalam bentuk penjelasan karakteristik fisik dasar Kota

Baubau sebagai bagian tinjauan fisik kota sebagai rujukan dalam pengambilan

kebijakan yang akan mempengaruhi tata ruang kota dimasa mendatang.

 Letak Geografis dan Wilayah Aministrasi

Kota Baubau secara geografis terletak di bagian Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara

yang berupa wilayah kepulauan. Kota Baubau berada di Pulau Buton, terletak pada

5021’ - 5030’ LS dan diantara 122030’ – 122045’ BT. Kota Baubau terletak pada

Selat Buton yang mempunyai aktifitas kelautan yang sangat tinggi dan

dikelilingi oleh kecamatan-kecamatan dari beberapa kabupaten yakni Kabupaten

Buton, Kabupaten Buton Selatan dan Kabupaten Buton Tengah. Menurut UU No 13

Tahun

2001, batas administrasi Kota Baubau adalah sebagai berikut :


1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kapuntori Kabupaten Buton.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batauga Kabupaten Buton

Selatan.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Buton.

Luas wilayah Kota Baubau berdasarkan Undang? Undang Nomor 13 Tahun 2001

tentang Pembentukan Kota Baubau adalah seluas 221 Km² atau 22.110 hektar, namun

berdasarkan hasil digitasi atas peta rupabumi Bakosurtanal luas wilayah adalah

293.10 Km² atau 29.310,99 hektar

2. Kebijakan dan produk hukum Pemerintah Daerah? Informasi terkait anggaran atau

keuangan daerah?

Jawab : Peraturan

Terkait Data Tidak

Tersedia Dokumen

Terkait Data belum

Tersedia Hasil Uji

Materi

Data belum Tersedia


3. Pelaksanaan program dan kegiatan lembaga Pemerintah Daerah?

Jawab :

 BERBAGI BERKAH RAMADHAN, TP PKK KOTA BAUBAU SANTUNI

KAUM DHUAFA

BAUBAU - Tim Penggerak Pemberdayaan

Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota

Baubau gelar kegiatan sosial yang disebut

dengan “Berbagi Berkah Ramadhan 1442

Hijriah/ 2021 Masehi. Dalam Berbagi

Berkah Ramadhan ini, TP PKK Kota

Baubau memberikan santunan kepada

sejumlah Kaum Dhuafa.

 SERAHKAN SEMBAKO PADA DHUAFA, WALI KOTA BAUBAU AJAK

MASYARAKAT LAWAN INTOLERANSI

Apakah informasinya disampaikan kepada masyarakat? Ya


4. Layanan aspirasi dan pengaduan?

Jawab : Ya, ada tertera tentang aduan konten dalam website tersebut.

5. Akun resmi media sosial Pemerintah Daerah?


Jawab : https://portal.baubaukota.go.id/?mod=portal

6. Kontak pengelola Situs Web?


Jawab : Jl. Raya Palagimata, Lipu, Betoambari, Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara
93724 Phone: 6240421011 , Fax: 04022825717 baubau@baubaukota.go.id

7. Apakah Web Site Pemerintah Daerah menggunakan NAVIGASI (web navigation) yang
mengutamakan kemudahan bagi semua pengguna? YA
Apakah ada fitur pencarian (search bar) konten dalam web site? YA,ADA

5. Apakah web site menyediakan tautan ke Portal Nasional?


Jawab : TIDAK ADA

Khusus Kelompok yang hanya Analisis Website :

1. Jelaskan secara lengkap dan detail Profil aplikasi-aplikasi yang digunakan

dalam pelayanan publik pada Web Site Pemerintah Daerah?

ORI DIKBU BAPERTARU ANRI


D M

BMKG KOMINFO KASN BKN

POLRI KPU
SETNEG BPKP

KEMENKEU BAWASLU
SETKAB LAN
SEKRETARIAT POLHUKAM

BAPPENAS DAGRI

NASIONAL
ASEAN
BPN
1. ORI

Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman adalah

Lembaga Negara yang mempunyai kewenangan mengawasi Penyelenggaraan Pelayanan

Publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara Negara dan pemerintahan termasuk

yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Miliki Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan

Badan Hukum milik Negara serta Badan Swasta atau perseorangan yang diberi tugas

menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber

dari anggaran pendapatan dan belanja Negara dan/atau anggran pendapatan dan belanja daerah

(Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang

Ombudsman Republik Indonesia) Ombudsman merupakan Lembaga Negara yang bersifat

mandiri dan tidak memiliki hubungan organik dengan Lembaga Negara dan instansi

pemerintahan lainnya, serta dalam menjalankan tugas dan


wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya (pasal 2 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia)

Ombudsman dalam menjalankan tugas dan wewenangnya berasaskan (pasal 3 Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia) :

1. Kepatutan
2. Keadilan
3. Non-diskriminasi
4. Tidak memihak
5. Akuntabilitas
6. Keseimbangan
7. Keterbukaan dan
8. Kerahasiaan

Tugas dan Fungsi

Tugas Ombudsman bertugas :

1. Menerima laporan atas dugaan Maladministrasi dalam penyelenggaraan Pelayanan Publik


2. Melakukan pemeriksaan subtansi atas Laporan
3. Menindak lanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan ombudsman
4. Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan Maladministrasi dalam
penyelenggaraan Pelayanan Publik
5. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga Negara atau lembaga
pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan
6. Membangun jaringan kerja
7. Melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaraan Pelayanan
Publik dan
8. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Undang-Undang.
Fungsi

Ombudsman berfungsi mengawasi penyelenggaraan Pelayanan Publik yang


diselenggarakan oleh Penyelenggara Negara dan Pemerintah baik Pusat maupun derah termasuk
yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara serta badan Swasta atau perseorangan
yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu.

2. BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

a. Sejarah

Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841
diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah
Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin
diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika.

Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia
Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch
Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma.

Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun pengamatan di
Jawa. Pada tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi dipindahkan dari Jakarta ke Bogor.
Pengamatan gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan pemasangan komponen horisontal
seismograf Wiechert di Jakarta, sedangkan pemasangan komponen vertikal dilaksanakan pada
tahun 1928.

Pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan meteorologi dengan menambah


jaringan sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai digunakan untuk penerangan pada tahun
1930.

Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945, nama instansi
meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut dipecah
menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di lingkungan Markas
Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani kepentingan Angkatan Udara. Di
Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum
dan Tenaga.

Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih oleh
Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en Geofisiche Dienst.
Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang dipertahankan oleh Pemerintah
Republik Indonesia, kedudukan instansi tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta.

Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia dari Belanda,
Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika
dibawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum. Selanjutnya, pada tahun 1950
Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World
Meteorological Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika
menjadi Permanent Representative of Indonesia with WMO.

Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya menjadi Lembaga
Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1960 namanya
dikembalikan menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan
Udara.

Pada tahun 1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika,
kedudukannya tetap di bawah Departemen Perhubungan Udara.Pada tahun 1972, Direktorat
Meteorologi dan Geofisika diganti namanya menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu
instansi setingkat eselon II di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya
dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan
Geofisika, dengan kedudukan tetap berada di bawah Departemen Perhubungan.Pada tahun 2002,
dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah
menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi
dan Geofisika.
Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan
Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen.Pada tanggal 1 Oktober 2009
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. (unduh
Penjelasan UU RI Nomor 31 Tahun 2009).

b. Tugas dan Fungsi

Tugas

BMKG mempunyai tugas : melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi,


Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

Fungsi

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika menyelenggarakan fungsi :

 Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang meteorologi, klimatologi,


dan geofisika;
 Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
 Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
 Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan data dan informasi
di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
 Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
 Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan
dengan perubahan iklim;
 Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta
masyarakat berkenaan dengan bencana karena faktor meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
 Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
 Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
 Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan
komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
 Koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
 Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen pemerintahan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
 Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
 Pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
 Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan BMKG;
 Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab BMKG;
 Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;
 Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BMKG dikoordinasikan oleh Menteri


yang bertanggung jawab di bidang perhubungan.

3. POLRI

Visi
Terwujudnya pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat yang prima, tegaknya hukum
dan keamanan dalam negeri yang mantap serta terjalinnya sinergi polisional yang proaktif.

Misi

1. Melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini melalui kegiatan/operasi penyelidikan,


pengamanan dan penggalangan;
2. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah, responsif
dan tidak diskriminatif;
3. Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas untuk menjamin keselamatan
dan kelancaran arus orang dan barang;
4. Menjamin keberhasilan penanggulangan gangguan keamanan dalam negeri;
5. Mengembangkan perpolisian masyarakat yang berbasis pada masyarakat patuh hukum;
6. Menegakkan hukum secara profesional, objektif, proporsional, transparan dan akuntabel
untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan;
7. Mengelola secara profesional, transparan, akuntabel dan modern seluruh sumber daya
Polri guna mendukung operasional tugas Polri;
8. Membangun sistem sinergi polisional interdepartemen dan lembaga internasional maupun
komponen masyarakat dalam rangka membangun kemitraan dan jejaring kerja
(partnership building/networking).

4. Kementerian Keuangan Republik Indonesia (KEMENKEU)

Tugas : Menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara untuk membantu


Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara

Fungsi :

a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang penganggaran, penerimaan


negara bukan pajak, pajak, kepabeanan dan cukai, perbendaharaan negara, kekayaan
negara, perimbangan keuangan, dan pengelolaan pembiayaan dan risiko keuangan
negara;

b. perumusan dan pemberian rekomendasi kebijakan fiskal dan sektor keuangan;

c. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada


seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan

d. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian


Keuangan;

e. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Keuangan;

f. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian


Keuangan di daerah;
g. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah;

h. pelaksanaan pendidikan, pelatihan, sertifikasi kompetensi di bidang keuangan negara, dan


manajemen pengetahuan; dan

i. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di


lingkungan Kementerian Keuangan.

Dasar hukum:

Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2020 Tentang Kementerian Keuangan.


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan.

5. Sekretariat Nasional ASEAN

Sekretariat Nasional (Setnas) ASEAN Indonesia dibentuk berdasarkan amanat Undang-


Undang Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of the Association of
Southeast Asian Nations (Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) sebagai
implementasi dari pengesahan Indonesia terhadap Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara (ASEAN Charter).
Setnas ASEAN Indonesia pada awalnya dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No.
23 Tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Setnas ASEAN Indonesia. Guna mengakomodasi
perubahan nomenklatur Kementerian/Lembaga yang merupakan anggota Setnas ASEAN
Indonesia serta memastikan agar Setnas ASEAN Indonesia dapat mendukung dan memberikan
kontribusi yang lebih baik terhadap pencapaian program-program strategis nasional pada ketiga
pilar kerja sama ASEAN yaitu; bidang politik dan keamanan; ekonomi; dan sosial budaya, maka
regulasi mengenai Setnas ASEAN Indonesia kemudian diriviu kembali.
Pada perkembangannya, hal-hal yang berkaitan dengan Setnas ASEAN Indonesia saat ini
tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2020 tent ang Sekretariat Nasional
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (The Association of Southeast Asian Nations)
Peraturan Presiden ini kemudian mencabut Keputusan Presiden No. 23 Tahun 2012.
Sekretariat Nasional ASEAN-Indonesia mempunyai tugas dan Fungsi sebagai berikut :
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2020 tentang Sekretariat Nasional
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (The Association of Southeast Asian Nations),
Setnas ASEAN Indonesia mempunyai tugas untuk mengoordinasikan urusan ASEAN di tingkat
nasional dan memfasilitasi penyusunan rekomendasi kebijakan nasional di forum ASEAN.

Pada Pasal 3 dalam Peraturan Presiden dimaksud termaktub pula bahwa Sekretariat Nasional
ASEAN-Indonesia menyelenggarakan fungsi:

 pumpunan pada tingkat nasional;

 penyimpan informasi mengenai semua urusan ASEAN pada tingkat nasional;

 pengoordinasian pelaksanaan keputusan ASEAN pada tingkat nasional;

 pengoordinasian dan pemberian dukungan dalam persiapan nasional untuk pertemuan


ASEAN;

 pemajuan identitas dan kesadaran ASEAN pada tingkat nasional; dan

 pemberian kontribusi pada pembentukan Masyarakat ASEAN.

Masyarakat ASEAN adalah suatu masyarakat yang berlandaskan pada Visi ASEAN untuk
menciptakan masyarakat yang terintegrasi, damai, dan stabil dengan kesejahteraan bersama yang
dibangun melalui aspirasi dan komitmen terhadap Piagam ASEAN.

6. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (DIKBUD)

Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Awal Kemerdekaan (1945-1950)

Pada prakemerdekaan pendidikan bukan untuk mencerdaskan kaum pribumi, melainkan


lebih pada kepentingan kolonial penjajah. Pada bagian ini, semangat menggeloraan ke-
Indonesia-an begitu kental sebagai bagian dari membangun identitas diri sebagai bangsa
merdeka. Karena itu tidaklah berlebihan jika instruksi menteri saat itu pun berkait dengan upaya
memompa semangat perjuangan dengan mewajibkan bagi sekolah untuk mengibarkan sang
merah putih setiap hari di halaman sekolah, menyanyikan lagu Indonesia Raya, hingga
menghapuskan nyanyian Jepang Kimigayo.

Organisasi kementerian yang saat itu masih bernama Kementerian Pengajaran pun masih
sangat sederhana. Tapi kesadaran untuk menyiapkan kurikulum sudah dilakukan. Menteri
Pengajaran yang pertama dalam sejarah Republik Indonesia adalah Ki Hadjar Dewantara. Pada
Kabinet Syahrir I, Menteri Pengajaran dipercayakan kepada Mr. Mulia. Mr. Mulia melakukan
berbagai langkah seperti meneruskan kebijakan menteri sebelumnya di bidang kurikulum
berwawasan kebangsaan, memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan, serta menambah jumlah
pengajar.

Pada Kabinet Syahrir II, Menteri Pengajaran dijabat Muhammad Sjafei sampai tanggal 2
Oktober 1946. Selanjutnya Menteri Pengajaran dipercayakan kepada Mr. Soewandi hingga
27
Juni 1947. Pada era kepemimpinan Mr. Soewandi ini terbentuk Panitia Penyelidik Pengajaran
Republik Indonesia yang diketuai Ki Hadjar Dewantara. Panitia ini bertujuan meletakkan dasar-
dasar dan susunan pengajaran baru.

Era Demokrasi Liberal (1951-1959)

Dapat dikatakan pada masa ini stabilitas politik menjadi sesuatu yang langka, demikian
halnya dengan program yang bisa dijadikan tonggak, tidak bisa dideskripsikan dengan baik.
Selama masa demokrasi liberal, sekitar sembilan tahun, telah terjadi tujuh kali pergantian
kabinet. Kabinet Natsir yang terbentuk tanggal 6 September 1950, menunjuk Dr. Bahder Johan
sebagai Menteri Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan (PP dan K). Mulai bulan April 1951
Kabinet Natsir digantikan Kabinet Sukiman yang menunjuk Mr. Wongsonegoro sebagai Menteri
PP dan K. Selanjutnya Dr. Bahder Johan menjabat Menteri PP dan K sekali lagi, kemudian
digantikan Mr. Mohammad Yamin, RM. Soewandi, Ki Sarino Mangunpranoto, dan Prof. Dr.
Prijono.

Pada periode ini, kebijakan pendidikan merupakan kelanjutan kebijakan menteri periode
sebelumnya. Yang menonjol pada era ini adalah lahirnya payung hukum legal formal di bidang
pendidikan yaitu UU Pokok Pendidikan Nomor 4 Tahun 1950.
Era Demokrasi Terpimpin (1959-1966)

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 mengakhiri era demokrasi parlementer, digantikan era
demokrasi terpimpin. Di era demokrasi terpimpin banyak ujian yang menimpa bangsa Indonesia.
Konfrontasi dengan Belanda dalam masalah Irian Barat, sampai peristiwa G30S/PKI menjadi
ujian berat bagi bangsa Indonesia.

Dalam Kabinet Kerja I, 10 Juli 1959 – 18 Februari 1960, status kementerian diubah
menjadi menteri muda. Kementerian yang mengurusi pendidikan dibagi menjadi tiga menteri
muda. Menteri Muda Bidang Sosial Kulturil dipegang Dr. Prijono, Menteri Muda PP dan K
dipegang Sudibjo, dan Menteri Muda Urusan Pengerahan Tenaga Rakyat dipegang Sujono.

Era Orde Baru (1966-1998)

Setelah Pemberontakan G30S/PKI berhasil dipadamkan, terjadilah peralihan dari


demokrasi terpimpin ke demokrasi Pancasila. Era tersebut dikenal dengan nama Orde Baru yang
dipimpin Presiden Soeharto. Kebijakan di bidang pendidikan di era Orde Baru cukup banyak dan
beragam mengingat orde ini memegang kekuasaan cukup lama yaitu 32 tahun. Kebijakan-
kebijakan tersebut antara lain kewajiban penataran P4 bagi peserta didik, normalisasi kehidupan
kampus, bina siswa melalui OSIS, ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan atau
EYD, kuliah kerja nyata (KKN) bagi mahasiswa, merintis sekolah pembangunan, dan lain-
lain. Pada era ini tepatnya tahun 1978 tahun ajaran baru digeser ke bulan Juni. Pembangunan
infrastruktur pendidikan juga berkembang pesat pada era Orde Baru tersebut.

Menteri pendidikan dan kebudayaan di era Orde Baru antara lain Dr. Daud Joesoef, Prof.
Dr. Nugroho Notosusanto, Prof. Dr. Faud Hassan, Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro, dan
Prof. Dr. Wiranto Aris Munandar

Era Reformasi (1998-2011)

Setelah berjaya memenangkan enam kali Pemilu, Orde Baru pada akhirnya sampai pada
akhir perjalanannya. Pada tahun 1998 Indonesia diterpa krisis politik dan ekonomi. Demonstrasi
besar-besaran di tahun tersebut berhasil memaksa Presiden Soeharto meletakkan jabatannya.
Kabinet pertama di era reformasi adalah kabinet hasil Pemilu 1999 yang dipimpin Presiden
Abdurrahman Wahid. Pada masa ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan diubah menjadi
Departemen Pendidikan Nasional dengan menunjuk Dr. Yahya Muhaimin sebagai Menteri
Pendidikan Nasional.

Pada tahun 2001 MPR menurunkan Presiden Abdurrahman Wahid dalam sidang
istimewa MPR dan mengangkat Megawati Soekarnoputri sebagai presiden. Di era pemerintahan
Presiden Megawati, Mendiknas dijabat Prof. Drs. A. Malik Fadjar, M.Sc. Pemilihan Umum 2004
dan 2009 rakyat Indonesia memilih presiden secara langsung. Pada dua pemilu tersebut Susilo
Bambang Yudhoyono berhasil terpilih menjadi presiden. Selama kepemimpinan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, Mendiknas dijabat Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA. Dan Prof. Dr. Ir.
Mohammad Nuh.

Pada tahun 2011 istilah departemen diganti menjadi kementerian dan pada tahun 2012
bidang pendidikan dan kebudayaan disatukan kembali menjadi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Kebijakan pendidikan di era reformasi antara lain perubahan IKIP menjadi
universitas, reformasi undang-undang pendidikan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003, Ujian Nasional (UN), sertifikasi guru dan dosen, Bantuan Operasional Sekolah
(BOS), pendidikan karakter, dan lain-lain.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2019 tentang


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), berikut ini tugas dan fungsi
Kemendikbud:

Tugas Kemendikbud:
Kemendikbud mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan
dan kebudayaan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan
negara.

Fungsi Kemendikbud:

1. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pendidik dan tenaga kependidikan,


pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan vokasi,
pendidikan tinggi, dan pengelolaan kebudayaan;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian formasi pendidik, pemindahan pendidik,
dan pengembangan karir pendidik, serta pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan
lintas daerah provinsi;
3. Penetapan standar nasional pendidikan dan kurikulum nasional pendidikan menengah,
pendidikan dasar, pendidikan anak usia dini, dan pendidikan nonformal;
4. Pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan tinggi;
5. Pelaksanaan fasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan dan penyelenggaraan pendidikan
anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan vokasi, dan
pendidikan tinggi, serta pengelolaan kebudayaan;
6. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pendidik dan tenaga kependidikan,
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan vokasi,
pendidikan tinggi, dan pengelolaan kebudayaan;
7. Pelaksanaan kebijakan di bidang pelestarian cagar budaya dan pemajuan kebudayaan;
8. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan perfilman nasional;
9. Pelaksanaan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra Indonesia;
10. Pelaksanaan pengelolaan sistem perbukuan;
11. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian di
daerah;
12. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian;
13. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian;
14. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian; dan
15. Pelaksanaan dukungan substantif untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran
strategis Kementerian.
7. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (KOMINFO)

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo RI)


adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi
urusan komunikasi dan informatika. Kementerian Komunikasi dan Informatika sebelumnya
bernama Departemen Penerangan (1945-1999), Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi
(2001-2005), dan Departemen Komunikasi dan Informatika (2005-2009). Kementerian
Komunikasi dan Informatika dipimpin oleh seorang Menteri Komunikasi dan
Informatika (Menkominfo) yang sejak tanggal 23 Oktober 2019 dijabat oleh Johnny G. Plate.

Tugas dan Fungsi

Kementerian Komunikasi dan Informatika mempunyai tugas menyelenggarakan


urusan di bidang komunikasi, dan informatika dalam pemerintahan untuk membantu Presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian
Komunikasi dan Informatika menyelenggarakan fungsi:

1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang komunikasi, dan


informatika;
2. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Komunikasi, dan Informatika;
3. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Komunikasi, dan
Informatika;
4. pelaksanaan bimbingan teknis, dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Komunikasi, dan Informatika di daerah; dan
5. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

8. Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia (SETNEG RI)

Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia (dahulu Sekretariat Negara Republik


Indonesia, disingkat Setneg RI) adalah kementerian Indonesia yang berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab kepada presiden dan mempunyai tugas menyelenggarakan dukungan
teknis dan administrasi serta analisis urusan pemerintahan di bidang kesekretariatan negara
untuk
membantu Presiden dan Wakil Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan
negara.Kementerian Sekretariat Negara dipimpin oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg)
yang sejak 27 Oktober 2014 dijabat oleh Pratikno.

Tugas dan fungsi

Kementerian Sekretariat Negara mempunyai tugas menyelenggarakan dukungan teknis dan


administrasi serta analisis urusan pemerintahan di bidang kesekretariatan negara untuk
membantu Presiden dan Wakil Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam
melaksanakan tugas dimaksud, Kementerian Sekretariat Negara menyelenggarakan fungsi:

1. Pemberian dukungan teknis dan administrasi kerumahtanggaan, keprotokolan, pers, dan


media kepada Presiden;
2. Pemberian dukungan teknis dan administrasi kerumahtanggaan dan keprotokolan, serta
analisis kebijakan kepada Wakil Presiden dalam membantu Presiden menyelenggarakan
pemerintahan negara;
3. Pemberian dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden dalam menyelenggarakan
kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara,
dalam hal pengangkatan dan pemberhentian perwira Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, penganugerahan gelar, tanda jasa, dan tanda
kehormatan, yang wewenang penetapannya berada pada Presiden, serta koordinasi
pengamanan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarga termasuk Tamu Negara
setingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan negara asing;
4. Pemberian dukungan teknis, administrasi, dan analisis dalam penyiapan izin prakarsa dan
penyelesaian Rancangan Peraturan Perundang-undangan, penyelesaian dan penanganan
terkait dengan litigasi, permasalahan hukum, penyelesaian Rancangan Keputusan
Presiden mengenai grasi, amnesti, abolisi, rehabilitasi, remisi perubahan dari pidana
penjara seumur hidup menjadi pidana sementara, kewarganegaraan Republik Indonesia,
ekstradisi, dan keanggotaan Indonesia pada organisasi internasional;
5. Pemberian dukungan teknis, administrasi, dan analisis dalam penyelenggaraan hubungan
dengan lembaga negara, lembaga nonstruktural, lembaga daerah, organisasi
kemasyarakatan, organisasi politik, dan penanganan pengaduan masyarakat
kepada
Presiden, Wakil Presiden dan/atau Menteri, serta penyiapan dan analisis bahan kebijakan
Menteri;
6. Pemberian dukungan teknis, administrasi, dan analisis dalam pengangkatan,
pemberhentian, dan pensiun pejabat negara, pejabat pemerintahan, pejabat lainnya, dan
Aparatur Sipil Negara yang wewenang penetapannya berada pada Presiden;
7. Pembinaan, penataan, dan pengembangan Aparatur Sipil Negara, organisasi, tata laksana,
dan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara;
8. Koordinasi dan perumusan peraturan perundangundangan serta pelaksanaan advokasi
hukum dan litigasi di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara;
9. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi di
lingkungan Kementerian Sekretariat Negara, serta pengelolaan arsip Kepresidenan,
pemberian dukungan prasarana dan sarana untuk mantan Presiden, mantan Wakil
Presiden, dan pejabat negara tertentu, serta dukungan administrasi kepada Dokter
Kepresidenan;
10.Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Sekretariat Negara;
11.Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi kerja sama teknik antara Pemerintah Indonesia
dengan Mitra Pembangunan, dan penanganan administrasi perjalanan dinas luar negeri;
12.Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara; dan
13.Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden dan Wakil Presiden serta oleh
peraturan perundang-undangan.
9. Sekretariat Kabinet RI
Berdasarkan Peraturan Sekretaris Kabinet Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020
tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet, dijelaskan bahwa Sekretariat Kabinet
adalah Lembaga Pemerintah yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Presiden. Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Sekretariat
Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabinet kepada
Presiden dan Wakil Presiden dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Visi & Misi

“Sekretariat Kabinet yang berwibawa dan andal dalam membantu Presiden dan Wakil Presiden
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong
royong.”

“Sekretariat Kabinet melaksanakan misi Presiden dan Wakil presiden dengan memberikan
dukungan manajemen kabinet yang berkualitas melalui:

 Pemberian rekomendasi yang tepat, cepat, dan aman atas


penyelenggaraan pemerintahan;
 Pemberian dukungan kerja kabinet yang efektif, efisien, dan responsif; dan
 Peningkatan kualitas pelayanan administrasi, sumber daya manusia dan
sarana/prasarana dilingkungan Sekretariat Kabinet.”

Sekretariat Kabinet menyelenggarakan fungsi:

1. Pengkajian dan pemberian rekomendasi atas rencana kebijakan dan program pemerintah;
2. Penyelesaian masalah atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah yang
mengalami hambatan;
3. Pemantauan, evaluasi, dan pengendalian atas pelaksanaan kebijakan dan program
pemerintah;
4. Pengkajian dan pemberian rekomendasi atas rencana kebijakan kementerian/lembaga
dalam bentuk peraturan menteri/kepala lembaga yang perlu mendapatkan persetujuan
Presiden;
5. Penyampaian rekomendasi atas hasil pengamatan dan penyerapan pandangan terhadap
perkembangan umum;
6. Penyiapan, pengadministrasian, penyelenggaraan, dan pengelolaan sidang kabinet, rapat,
atau pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden,
penyiapan naskah bagi Presiden dan/atau Wakil Presiden, pelaksanaan
penerjemahan, serta penyelenggaraan hubungan kemasyarakatan dan keprotokolan;
7. Penyelenggaraan dukungan teknis dan administrasi dalam pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian Jabatan Pimpinan Tinggi Utama, Jabatan Pimpinan
Tinggi Madya, dan Pejabat lainnya melalui Tim Penilai Akhir;
8. Penyelenggaraan pembinaan Jabatan Fungsional Penerjemah;
9. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia di lingkungan Sekretariat Kabinet;
10. Pemberian pelayanan dan dukungan administrasi perencanaan, keuangan, penyediaan
sarana dan prasarana, pengelolaan barang milik negara, serta pelayanan dan dukungan
administrasi lainnya di lingkungan Sekretariat Kabinet;
11. Pengumpulan, pengolahan, dan pemberian dukungan data dan informasi serta penyediaan
sarana dan prasarana pengembangan teknologi informasi di lingkungan Sekretariat
Kabinet;
12. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Sekretariat Kabinet; dan
13. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden.
10. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas)

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan


Perencanaan Pembangunan Nasional (disingkat Kementerian PPN/Bappenas)

adalah kementerian yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang


perencanaan pembangunan nasional untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional menggunakan unit organisasi dan sumber daya di lingkungan Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional.

Kementerian PPN/Bappenas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada


Presiden. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dipimpin oleh seorang Menteri yang
juga menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Sejak 2019, Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dijabat
oleh Suharso Monoarfa.

Tugas dan Fungsi

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tugas menyelenggarakan


urusan pemerintah di bidang perencanaan pembangunan nasional untuk membantu Presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional menyelenggarakan fungsi:

1. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan nasional,


strategi pembangunan nasional, arah kebijakan sektoral, lintas sektor, dan lintas wilayah,
serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara
menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, kerangka regulasi, kelembagaan, dan
pendanaan;
2. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan dan
penganggaran pembangunan nasional;
3. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional;
4. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional; dan
5. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional.

11. Bapertarum

Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan Pegawai Negeri


Sipil disingkat BAPERTARUM-PNS (sering disebut TAPERUM) adalah salah satu lembaga
pemerintah non kementerian khusus untuk melayani bantuan Tabungan Perumahanan
bagi Pegawai Negeri Sipil..

Sejarah

BAPERTARUM-PNS di dirikan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 14


Tahun 1993 tentang "Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil", sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 1994. Latar belakang berdirinya BAPERTARUM-
PNS, antara lain:

1. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil untuk memiliki
rumah yang layak.
2. Terbatasnya kemampuan Pegawai Negeri Sipil untuk membayar uangmuka pembelian
rumah dengan fasilitas Kredit Kepemilikan Rumah atau KPR
3. Tabungan perumahan PNS dapat membentuk dana untuk mengatasi kendala tersebut
yang merupakan kegotong-royongan di antara Pegawai Negeri Sipil dalam upaya
peningkatan kesejahteraan antara Pegawai Negeri Sipil.

Sejak didirikan tahun 1993 BAPERTARUM-PNS telah melakukan beberapa kebijakan dan
upaya yang bertujuan untuk semakin meningkatkan kelayanannya kepada
PNS.
12. Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN)

Komisi Aparatur Sipil Negara (disingkat KASN) adalah lembaga nonstruktural yang
mandiri dan bebas dari intervensi politik untuk menciptakan Pegawai ASN yang profesional dan
berkinerja, memberikan pelayanan secara adil dan netral, serta menjadi perekat dan pemersatu
bangs. KASN dibentuk berdasarkan undang-undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara. KASN terdiri atas tujuh orang anggota yang dua orang diantaranya merangkap sebagai
ketua dan wakil ketua. KASN melaporkan pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenangnya,
termasuk yang berkaitan dengan kebijakan dan kinerja ASN paling kurang 1 (satu) kali pada
akhir tahun kepada Presiden.

Fungsi

KASN berfungsi mengawasi pelaksanaan norma dasar, kode etik dan kode perilaku ASN,
serta penerapan Sistem Merit dalam kebijakan dan Manajemen ASN pada Instansi Pemerintah.

Tugas

KASN bertugas:

1. menjaga netralitas Pegawai ASN


2. melakukan pengawasan atas pembinaan profesi ASN
3. melaporkan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Manajemen ASN kepada
Presiden
13. Komisi Pemilihan Umum

Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (disingkat KPU RI) adalah lembaga
negara yang menyelenggarakan pemilih an umum di Indonesia.

Tugas dan kewenangan

Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum dan
Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan
Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum,
dijelaskan bahwa untuk melaksanakan Pemilihan Umum, KPU mempunyai tugas kewenangan
sebagai berikut:

 Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum;


 Menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhak sebagai peserta
Pemilihan Umum;
 Membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan
mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat sampai di Tempat
Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS;
 Menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk setiap daerah
pemilihan;
 Menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah pemilihan untuk DPR,
DPRD I dan DPRD II;
 Mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil Pemilihan Umum;
 Memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum.

Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 terdapat tambahan huruf:

1. Tugas dan kewenangan lainnya yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun
1999 tentang Pemilihan Umum.

Sedangkan dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tersebut juga ditambahkan,
bahwa selain tugas dan kewenangan KPU sebagai dimaksud dalam Pasal 10, selambat-lambatnya
3 (tiga) tahun setelah Pemilihan Umum dilaksanakan, KPU mengevaluasi sistem Pemilihan
Umum.
14. Badan Pengawas Pemilihan Umum (BAWASLU)

Badan Pengawas Pemilihan Umum (disingkat Bawaslu) adalah lembaga


penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bawaslu diatur dalam bab IV Undang-Undang
Nomor 15
Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Jumlah anggota Bawaslu sebanyak
5 (lima) orang. Keanggotaan Bawaslu terdiri atas kalangan professional yang mempunyai
kemampuan dalam melakukan pengawasan dan tidak menjadi anggota partai politik. Dalam
melaksanakan tugasnya anggota Bawaslu didukung oleh Sekretariat Jenderal Badan Pengawas
Pemilihan Umum.

Tugas, wewenang, dan kewajiban Bawaslu Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun


2011

1. Bawaslu menyusun standar tata laksana kerja pengawasan tahapan penyelenggaraan


Pemilu sebagai pedoman kerja bagi pengawas Pemilu di setiap tingkatan.
2. Bawaslu bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu dalam rangka pencegahan
dan penindakan pelanggaran untuk terwujudnya Pemilu yang demokratis yang meliputi:

 Mengawasi persiapan penyelenggaraan Pemilu


 Mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemilu
 Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta melaksanakan
penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip yang disusun oleh Bawaslu dan
ANRI;
 Memantau atas pelaksanaan tindak lanjut penanganan pelanggaran pidana Pemilu
oleh instansi yang berwenang; e. mengawasi atas pelaksanaan putusan pelanggaran
Pemilu;
 Evaluasi pengawasan Pemilu;
 Menyusun laporan hasil pengawasan penyelenggaraan Pemilu; dan
 Melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas, Bawaslu berwenang:

 menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan ketentuan peraturan


perundang-undangan mengenai Pemilu;
 menerima laporan adanya dugaan pelanggaran administrasi Pemilu dan mengkaji laporan
dan temuan, serta merekomendasikannya kepada yang berwenang;
 menyelesaikan sengketa Pemilu;
 membentuk Bawaslu Provinsi;
 mengangkat dan memberhentikan anggota Bawaslu Provinsi; dan
 melaksanakan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Bawaslu berkewajiban:
 bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan wewenangnya;
 melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Pengawas Pemilu
pada semua tingkatan;
 menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan
adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai
Pemilu;
 menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Presiden, Dewan Perwakilan
Rakyat, dan KPU sesuai dengan tahapan Pemilu secara periodik dan/atau berdasarkan
kebutuhan; dan
 melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.
15. POLHUKAM

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan


Keamanan (disingkat KemenkoPolhukam)adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang
membidangi koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakan, serta sinkronisasi pelaksanaan
kebijakan di bidang politik, hukum, dan keamanan. Kemenko Polhukam dipimpin oleh
seorang Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam)
yang sejak tanggal 23 Oktober 2019 dijabat oleh Mahfud MD.

Tugas dan Fungsi

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mempunyai tugas membantu
Presiden dalam menyinkronkan dan mengoordinasikan perencanaan, penyusunan, dan
pelaksanaan kebijakan di bidang politik, hukum, dan keamanan. Dalam melaksanakan tugas,
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menyelenggarakan fungsi:

1. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan


Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang politik, hukum, dan keamanan;
2. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga terkait dengan isu di bidang
politik, hukum, dan keamanan;
3. pengelolaan dan penanganan isu yang terkait dengan bidang politik, hukum, dan
keamanan;
4. pengawalan program prioritas nasional dan kebijakan lain yang telah diputuskan oleh
Presiden dalam Sidang Kabinet;
5. penyelesaian isu di bidang politik, hukum, dan keamanan yang tidak dapat diselesaikan
atau disepakati antar Kementerian/Lembaga dan memastikan terlaksananya keputusan
dimaksud;
6. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kemenko
Polhukam;
7. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kemenko Polhukam;
8. pengawasan atas pelaksanaan fungsi di lingkungan Kemenko Polhukam; dan
16. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)

Arsip Nasional Republik Indonesia (disingkat ANRI) merupakan salah satu lembaga
pemerintah nonkementerian yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.7/1971
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan yang kemudian diubah menjadi Undang-
Undang No. 43/2009 Tentang Kearsipan dalam rangka melaksanakan
tugas pemerintahan dibidang kearsipan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

ANRI mempunyai tugas yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan


saat ini karena Arsip sendiri memiliki fungsi yang sangat vital sebagai memori kolektif bangsa,
selain itu ANRI juga berperan sebagai pembina Kearsipan Nasional sesuai dengan Pasal 8
Ayat
1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009.

Melalui arsip dapat tergambar perjalanan sejarah bangsa dari masa ke masa. Memori
kolektif tersebut adalah juga identitas dan harkat sebuah bangsa. Kesadaran akademis yang
dilandasi oleh beban moral untuk menyelamatkan arsip sebagai bukti
pertanggungjawaban nasional sekaligus sebagai warisan budaya bangsa, dapat
menghindari hilangnya informasi sejarah perjalanan sebuah bangsa serta harkat
sebagai bangsa yang berbudaya.

Tugas

Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang kearsipan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan yang berlaku.

Fungsi

 Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kearsipan


 Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas lembaga
 Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kearsipan
 Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan
umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan,
kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
17. Badan Kepegawaian Negara (BKN)

Badan Kepegawaian Negara, disingkat BKN, adalah Lem b aga Pem er i n t ah


Non Kementerian Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang manajemen kepegawaian negara.

Tugas BKN

BKN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen


kepegawaian negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Fungsi BKN

Dalam melaksanakan tugas, BKN menyelenggarakan fungsi:

 penyusunan dan penetapan kebijakan teknis di bidang manajemen kepegawaian;


 penyelenggaraan pengadaan, mutasi, pemberhentian dan pensiun, serta status dan kedudukan
hukum Pegawai Negeri Sipil;
 penyelenggaraan administrasi pensiun, Pejabat Negara dan mantan Pejabat Negara;
 penyelenggaraan sistem informasi manajemen kepegawaian;
 penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan manajemen kepegawaian;
 penyelenggaraan pemetaan potensi dan penilaian kompetensi Pegawai Negeri Sipil;
 penyelenggaraan dan pengembangan sistem rekrutmen Pegawai Negeri Sipil;
 penelitian dan pengembangan di bidang manajemen kepegawaian;
 pelaksanaan bantuan hukum;
 penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di bidang manajemen kepegawaian;
 pembinaan dan penyelenggaraan dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
lingkungan BKN; dan
 pengawasan atas pelaksanaan tugasnya.
18. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, atau yang disingkat BPKP,


adalah Lembaga pemerintah nonkementerian Indonesia yang melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan yang berupa Audit, Konsultasi,
Asistensi, Evaluasi, Pemberantasan KKN serta Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

Hasil pengawasan keuangan dan pembangunan dilaporkan kepada Presiden selaku kepala
pemerintahan sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan-kebijakan dalam
menjalankan pemerintahan dan memenuhi kewajiban akuntabilitasnya. Hasil pengawasan BPKP
juga diperlukan oleh para penyelenggara pemerintahan lainnya termasuk pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota dalam pencapaian dan peningkatan kinerja instansi yang
dipimpinnya.

Tugas dan fungsi serta kegiatan yang dilakukan

BPKP melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas, BPKP menyelenggarakan fungsi:

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan keuangan dan


pembangunan;
2. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keuangan dan
pembangunan;
3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPKP;
4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan
keuangan dan pembangunan;
5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan
umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,
hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga
Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BPKP mempunyai kewenangan:

1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;


2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro;
3. Penetapan sistem informasi di bidangnya;
4. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang
meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi di bidangnya;
5. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga
profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidangnya;
6. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
seperti memasuki semua kantor, bengkel, gudang, bangunan, tempat-tempat
penimbunan, dan sebagainya; meneliti semua catatan, data elektronik, dokumen, buku
perhitungan, surat-surat bukti, notulen rapat panitia dan sejenisnya, hasil survei laporan-
laporan pengelolaan, dan surat-surat lainnya yang diperlukan dalam pengawasan;
pengawasan kas, surat-surat berharga, gudang persediaan dan lain-lain; meminta
keterangan tentang tindak lanjut hasil pengawasan, baik hasil pengawasan BPKP sendiri
maupun hasil pengawasan Badan Pemeriksa Keuangan, dan lembaga pengawasan
lainnya.

Kegiatan yang dilakukan oleh BPKP antara lain:

1. Pembinaan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah pada instansi pemerintah baik


Kementerian/LPNK maupun Pemerintah Daerah serta lembaga lainnya
2. Audit atas berbagai kegiatan unit kerja di lingkungan Departemen/LPND maupun
Pemerintah Daerah
3. Policy Evaluation
4. Fraud Control Plan
5. Optimalisasi penerimaan negara
6. Asistensi penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah
7. Asistensi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
8. Asistensi penerapan Good Corporate Governance
9. Risk Management Based Audit
10.Audit Investigatif atas kasus berindikasi korupsi
11.Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor dari Inspektorat Daerah maupun Inspektorat
Jenderal
12.Review Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

19. Lembaga Administrasi Negara (LAN)

Lembaga Administrasi Negara (LAN) merupakan salah satu Lembaga Pemerintah


Nonkementerian yang didirikan pada tahun 1957 untuk melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang administrasi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kantor pusat LAN berlokasi di Jakarta Pusat dan memiliki 4 Kantor yang berlokasi
diluar Jakarta Pusat, yaitu Pusat Pelatihan dan Pengembangan dan Pemetaan Kompetensi
Aparatur Sipil Negara di Jatinangor, Pusat Pelatihan dan Pengembangan dan Kajian Manajemen
Pemerintahan di Makassar, Pusat Pelatihan dan Pengembangan dan Kajian Desentralisasi dan
Otonomi Daerah di Samarinda, dan Pusat Pelatihan dan Pengembangan dan Kajian Hukum
Administrasi Negara di Banda Aceh. LAN juga memiliki STIA (Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi) dengan jenjang, S1 & S2 yang terdapat di Jakarta, Bandung dan Makassar.

Tugas dan fungsi

Lembaga Administrasi Negara berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 57 tahun 2013


mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang administrasi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, LAN
menyelenggarakan fungsi:

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional tertentu di bidang administrasi negara;


2. Pengkajian administrasi negara di bidang kebijakan reformasi administrasi, desentralisasi
dan otonomi daerah, sistem administrasi negara dan hukum administrasi negara;
3. Pengembangan inovasi administrasi Negara di bidang tata pemerintahan,
pelayanan publik, serta kelembagaan dan sumber daya aparatur;
4. Pemberian fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang
administrasi negara;
5. Pembinaan, penjaminan mutu dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber
daya aparatur negara;
6. Pembinaan jabatan fungsional tertentu yang menjadi kewenangan LAN sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-udangan;
7. Pengembangan kapasitas administrasi negara; dan
8. Pembinaan dan penyelenggaraan dukungan administrasi dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya.

20. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri RI)

Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri RI)


adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan dalam
negeri. Kementerian Dalam Negeri berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
presiden. Kementerian Dalam Negeri dipimpin oleh seorang Menteri Dalam Negeri (Mendagri)
yang sejak
23 Oktober 2019 dijabat oleh Tito Karnavian.

Kementerian Dalam Negeri merupakan salah satu dari tiga kementerian


(bersama Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan) yang disebutkan secara
eksplisit dalam UUD 1945. Kementerian Dalam Negeri tidak dapat diubah atau dibubarkan oleh
presiden.

Menteri Dalam Negeri secara bersama-sama dengan Menteri Luar Negeri dan Menteri
Pertahanan bertindak sebagai pelaksana tugas kepresidenan jika Presiden dan Wakil Presiden
mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya secara bersamaan.
Tugas dan fungsi

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Dalam Negeri mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang pemerintahan
dalam negeri untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Dalam Negeri menyelenggarakan fungsi:

1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang politik dan pemerintahan


umum, otonomi daerah, pembinaan administrasi kewilayahan, pembinaan pemerintahan
desa, pembinaan urusan pemerintahan dan pembangunan daerah, pembinaan keuangan
daerah, serta kependudukan dan pencatatan sipil, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Dalam Negeri;
3. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Dalam Negeri;
4. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Dalam Negeri;
5. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Dalam
Negeri di daerah;
6. pengoordinasian, pembinaan dan pengawasan umum, fasilitasi, dan evaluasi atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
7. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pemerintahan dalam negeri;
8. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pemerintahan dalam negeri;
9. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah; dan
10.pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Dalam Negeri.
21. Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Badan Pertanahan Nasional (disingkat BPN) adalah lembaga pemerintah


nonkementerian di Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang Pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BPN dahulu
dikenal dengan sebutan Kantor Agraria. BPN diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 20
Tahun
[1]
2015.

Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo fungsi dan tugas dari organisasi Badan
Pertanahan Nasional dan Direktorat Jenderal Tata Ruang Kementerian
Pekerjaan Umum digabung dalam satu lembaga kementerian yang bernama Kementerian
Agraria dan Tata Ruang. Sejak 23 Oktober 2019 jabatan Kepala BPN dipangku oleh Menteri
Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil.

Tugas dan Fungsi

BPN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas, BPN menyelenggarakan
fungsi:

1. penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan;


2. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan;
3. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak tanah, pendaftaran tanah,
dan pemberdayaan masyarakat;
4. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penataan dan pengendalian
kebijakan pertanahan;
5. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah;
6. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan penanganan sengketa
dan perkara pertanahan;
7. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN;
8. pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unit organisasi di lingkungan BPN;
9. pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan
informasi di bidang pertanahan;
10.pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan; dan
11.pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan.

Anda mungkin juga menyukai