Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan
atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau
keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain
motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang
mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan
dalam kehidupan..
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat
intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi,
orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena
rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan
hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar
pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat
seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
A. Faktor-Faktor Motivasi
Proses psikologis di dalam diri seseorang yang menimbulkan motivasi dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Adapun faktor-faktor motivasi adalah sebagai berikut:
1. Faktor Internal (Intern)
Faktor internal adalah faktor motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang.
Motivasi internal timbul karena adanya keinginan individu untuk memiliki prestasi dan
tanggungjawab di dalam hidupnya.Beberapa hal yang termasuk dalam faktor internal
adalah:Harga diri dan Prestasi, yaitu motivasi di dalam diri seseorang untuk
mengembangkan kreativitas dan mengerahkan energi untuk mencapai prestasi yang
meningkatkan harga dirinya.
Kebutuhan, setiap individu memiliki kebutuhan di dalam hidupnya sehingga orang
tersebut menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
a. Harapan, yaitu sesuatu yang ingin dicapai seseorang di masa mendatang yang
mempengaruhi sikap dan perasaan subjektif orang tersebut.
b. Tanggungjawab, yaitu motivasi di dalam diri seseorang agar bekerja dengan baik
dan hati-hati untuk menghasilkan sesuatu yang berkualitas.
Kepuasan kerja, yaitu motivasi dalam diri seseorang karena dapat melakukan
suatu pekerjaan tertentu.
2. Faktor Eksternal (Ekstern)
Faktor eksternal adalah faktor motivasi yang berasal dari luar diri seseorang.
Motivasi eksternal timbul karena adanya peran dari luar, misalnya organisai, yang turut
menentukan perilaku seseorang dalam kehidupannya.
Beberapa hal yang termasuk dalam faktor eksternal adalah:
a. Jenis dan sifat pekerjaan, yaitu dorongan di dalam diri seseorang untuk bekerja
pada jenis dan sifat pekerjaan tertentu. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh besar
imbalan yang didapatkan pada pekerjaan tersebut. Kelompok kerja, yaitu
organisasi dimana seseorang bekerja untuk mendapatkan penghasilan bagi
kebutuhan hidupnya.
b. Kondisi kerja, yaitu keadaan dimana seseorang bekerja sesuai dengan harapannya
(kondusif) sehingga dapat bekerja dengan baik. Keamanan dan keselamatan kerja,
yaitu perlindungan yang diberikan oleh organisasi terhadap jaminan kemanan dan
keselamatan seseorang dalam bekerja.
Hubungan interpersonal, yaitu hubungan antara teman sejawat, dengan atasan,
dan dengan bawahan. Dalam hal ini, setiap orang ingin dihargai dan menghargai dalam
organisasi sehingga tercipta suasana kerja yang harmonis.
B. Jenis-jenis Motivasi
Menurut Hasibuan (2010:150) ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan
motivasi negatif”.
1. Motivasi Positif (Insentif Positif)Motivasi positif maksudnya manajer memotivasi
(merangsang)bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang
berproduktivitas di atas produktivitas standar. Dengan motivasi positif, semangat
kerja bawahan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang
baik-baik saja.Alat motivasi (daya perangsang) yang diberikan kepada bawahan
adalah:
a. Insentif Nonmaterial
Insentif nonmaterial adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan
berbentuk penghargaan/pengukuhan berdasarkan prestasi kerjanya, seperti
piagam, piala, atau medali.
b. Insentif Sosial
Insentif sosial adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan
berdasarkan prestasi kerjanya, berupa fasilitas dan kesempatan untuk
mengembangkan kemampuannya, seperti promosi, mengikuti pendidikan,
atau naik haji.
c. Insentif Material
Insentif material adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan
berdasarkan prestasi kerjanya, berbentuk uang dan barang. Insentif material
ini bernilai ekonomis sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan
beserta keluarganya.
Aktualisasi diri
penghargaan
sosial
keamanan
Faali
Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :
a. karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan
bermain.
b. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit
pada sasaran.
c. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
d. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.
Dalam teori struktural fungsional, terdapat dua perspektif utama tentang struktur
sosial. Pertama, perspektif institusional atau kultural. Dalam perspektif ini, elemen-
elemen dasarnya meliputi norma-norma, kepercayaan-kepercayaan, dan nilai-nilai yang
mengatur tindakan sosial. Dalam perspektif ini, struktur sosial merupakan sebuah struktur
institusional, yang terdiri dari seperangkat model kultural dan normatif yang
mendefinisikan harapan-harapan individu (aktor) dari perilakunya. Perspektif ini
dikembangkan secara teoretikus dalam kerangka teori struktural fungsional, terutama dari
karya-karya Talcott Parsons dan yang akhir-akhir ini berasal dari kalangan neo-
institusionalisme. Kedua, perspektif relasional. Dalam perspektif ini, elemen-elemen
yang membentuk struktur sosial utamanya adalah hubungan-hubungan sosial.
Berdasarkan perspektif ini, analisis struktur sosial terfokus pada jaringan hubungan sosial
yang menghubungkan individu, kelompok, organisasi, komunitas, dan masyarakat.
Padangan dalam teori struktural fungsional ini juga memawa manusia bahwa hidup ini
tidak bisa terpisah dari fakta sosial serta realitas sosial yang akan menjadi kesimbangan
sosial jika masyarakat mau bergabung menjadi satu, tanpa adanya persihan yang akan
mendorong konflik sosial masyarakat.masyarakat
Teori struktural fungsional juga mengutamakan pandangan harmonisasi dan
regulasi yang dapat dikembangkan lebih jauh sebagai berikut:
1. Masyarakat harus dilihat sebagai suatu sistem yang kompleks
2. Setiap bagian dari masyarakat memiliki fungsi penting dalam eksistensinya dan
stabilitas masyakat secara keseluruhan
3. Semua masyarakat mempunyai mekanisme untuk mengintegrasikan diri.
Salah satu program yang dlaksanakan oleh pemerintah dalam hal ini Badan
Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah melakukan pembinaan intensif
atas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) pada Inspektorat daerah, dengan
memfasilitasi pembinaan dan pembentukan Jabatan Fungsional Auditor, Pendidikan dan
Pelatihan, serta pemberian bantuan beasiswa untuk pendidikan bagi PNS (lingkup
inspektorat dan pengelola keuangan daerah). Namun, hal tersebut sangat ironis jika
dibandingkan dengan apa yang terjadi di tingkat kabupaten/kota, terjadinya pelemahan
akan fungsi pengawasan pada Inspektorat daerah dengan menjadikan aparat pengawas
dan pemeriksaan menjadi obyek politik, proses mutasi atau penempatan pada Inspektorat
daerah yang tidak sesuai dengan proporsinya, pemangkasan anggaran pemeriksaan dan
pengawasan pada program non fisik, sampai pada mengalihkan tugas dan peran APIP
pada Inspektorat daerah dengan alasan untuk memaksimalkan peran dan tugas SKPD
lainnya.
Dikhawatirkan hal tersebut jika berlanjut secara terus-menerus, akan
mengakibatkan kehilangan fungsi pada Inspektorat daerah, dan akan menjadikan kondisi
yang tidak seimbang pada pengelolaan pemerintahan di daerah. Fungsi Inspektorat yang
sarat dengan kepentingan pihak tertentu dan golongan tertentu akan mengurangi
obyektifitas dan independensinya sebagai organisasi yang vital dan strategis. Kurangnya
pemahaman dan kesadaran pihak-pihak tertentu yang menjadi pengambil kebijakan
menjadi tantangan bagi APIP sebagai profesi dan Inspektorat Daerah sebagai
organisasi/lembaga untuk meningkatkan perannya dan membuktikan bahwa keberadaan
Inspektorat Daerah tidak dapat dilepaskan dengan kepentingan instansi lainnya, bahkan
dibutuhkan sinergitas dan menjadikannya mitra strategis untuk memberi kontrol internal
sehingga tatanan pemerintahan dapat berjalan seimbang, baik, dan sesuai nilai-nilai yang
diharapkan.
Teori fungsional struktural yang banyak dijadikan pandangan bagi pengelolaan
sebuah negara dan pemerintahannya untuk mengatur suatu pola interaksi maupun relasi
antar lembaga/organisasi maupun antar masyarakatnya bukanlah hal yang baru lagi
didalam dunia sosiologi modern, teori ini pun telah berkembang secara meluas dan
merata. Secara singkat dan sederhana teori sosial ini merupakan rantai sosiologi manusia,
didalam hubungannya terdapat suatu keterkaitan dan saling berhubungan. Juga adanya
saling ketergantungan, layaknya suatu jasad maka apabila salah satu bagian tubuh jasad
tersebut ada yang sakit ataupun melemah sangat ber-implikasi pula pada bagian yang
lain.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Fungsional
Berbagai konsep mengenai fungsional bahasa tentunya mengandung kelebihan
dan kekurangan sebagaimana pepatah Tiada gading yang tak retak". Kelebihan
dankekurangan itu perlu dikemukakan sebagai bahan pertimbangan.
A. Kelebihan teori fungsional
Adalah memperlakukan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan danmemahami
transmit maksud pertuturan. Pengguna bahasadiutamakan secara lisan dan
kontekstual.Proses komunikasi akan berlangsung jika antarpenutur saling emahami
makna tuturan berdasarkankonteks yang ada, yaitu melibatkan lokasi (where), waktu
(when), dan kepada siapa tuturan ditujukan(whom). Selain itu, teori fungsional lebih
berkaitan dengan faktor-faktor sosial daripada proses-proses psikologis yang rumit dalam
bahasa.Dengan demikian, bahasa memiliki ketergantungan terhadapmasyarakat penutur
bahasa dan sama sekali bukan tergantung pada sistem yang terkandung didalamnya.
B. Kelemahan teori fungsional
1. keyakinan bahwa bahasa sekedar alat untuk berkomunikasi menggunakan
fungsi-fungsi bahasa target, tidak bersifat universal, karena tidak mampu
menembus sasaranbahasa isyaratyang diperlukan oleh orang tunarungu. Jenis
bahasa ini tidak memerlukan penguasaan bunyi-bunyi bahasa (language
sounds) dan pengucapannya;
2. penggunaan bahasanya hanya terbatas untuk kepentingan berkomunkasi
secara lisan (spokenlanguage) bagi kalangan penutur level pemula;
3. bahasa tidak hanya memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi, tetapi
juga memiliki fungsidaya pikir (mental functions) yang sangat diperlukan
untuk memahami sekaligus merefleksi duniasekelilingnya. Oleh karena itu,
kinerja pembelajarannya tidak sesuai dengan tuntunan pembelajaran bahasa
mutakhir, yaitu penguasaan empat ketrampilan ber bahasa;
4. nosi penutur hanya terbatas pada kepentingan komunikasi lisan.
Tidak dapat disangsikan Parsons telah merubah sejarah sosiolog dunia dan
berkontribusi besar terhadap perkembangan teori-teori sosiologi. Bahkan Horton dan
Tumer mengatakan bahwa karya Parsons mencerminkan sumbangan yang lebih
berpengaruh terhadap teori sosiologi dibanding Marx, Weber, Durkheim.
Salah satu teori yang paling terkenal dalam teori Fungsionalisme Struktural
adalah Stratifikasi Fungsional. Berkenaan dengan ini, Kingsley Davis dan Wilbert Moore
menjelaskan bahwa stratifikasi sosial merupakan fenomena yang bersifat universal dan
penting karena secara nyata dalam kehidupan masyarakat semua pasti mengenal sistem
stratifikasi sosial tersebut dan tidak ada yang tidak terstratifikasi atau sama sekali tanpa
kelas. Masih menurut pandangan mereka, stratifikasi adalah keharusan fungsional. Semua
masyarakat memerlukan sistem stratifikasi sosial, sistem seperti ini yang pada akhirnya
akan melahirkan adanya sistem kelas. Selain itu, bahwa stratifikasi merupakan
perlengkapan yang berevolusi secara tak sadar. Perlengkapan ini harus ada pada setiap
masyarakat demi menjamin kelangsungan hidup.
Perwujudan berkenaan dengan penempatan-penempatan posisi individu pada
sebuah perlengkapan di dalam (lembaga) masyarakat harus diikuti dengan pemberian
imbalan (reward) yang memadai pada posisi ini sehingga ada cukup individu yang mau
mendudukinya dan individu yang berhasil mendudukinya akan bekerja dengan tekun.
Misal untuk menyediakan dokter masyarakat harus memberikan imbalan dengan
memperhatikan tingkat profesionalitas posisi individu tersebut karena kalau tidak
demikian (berdasarkan fungsinya) masyarakat akan tercerai berai.
Namun sebaliknya disisi lain, munculnya pendekatan ini telah mengundang paling
banyak perdebatan. Satu kritik mendasar menyatakan bahwa teori stratifikasi
funsionalisme struktural dinilai hanya akan melanggengkan posisi istimewa orang-orang
yang telah mempunyai kekuasaan, prestise, dan uang. Selain itu teori ini juga dapat di
kritik karena anggapannya bahwa struktur sosial yang terstratifikasi itu sudah ada sejak
dulu maka ia tentu harus ada di masa datang. Padahal tidak menutup kemungkinan untuk
di masa depan masyarakat akan ditata menurut cara yang lain diluar stratifikasi.
Mengikuti kritik yang dilontarkan oleh David Lockwood berkenaan dengan ini,
dapat diketahui bahwa menurutnya pendekatan fungsionalisme struktural telah
menekankan anggapan-anggapan dasarnya pada peranan unsur-unsur normatif dari
tingkah laku sosial, khusunya pada proses-proses dimana individu maupun kelompok
diatur secara normatif untuk menjamin terpeliharanya stabilitas sosial. David Lockwood
menegaskan bahwa situasi sosial senantiasa mengandung dual hal yakni: pertama, tata
tertib sosial yang bersifat normatif, dan yang kedua substratum yang akan melahirkan
konflik-konflik. Tata tertib dan konflik adalah kenyataan yang melekat bersama-sama di
dalam sistem sosial masyarakat. tumbuhnya tata tertib dan nilai yang telah disepakati
bersama oleh anggota masyarakat tidak serta merta hilangnya konflik di dalam
masyarakat. Sebaliknya, tumbuhnya tata tertib sosial mencerminkan adanya konflik yang
bersifat potensial di dalam setiap masyarakat. Maka dari itu, apabila berbicara tentang
stabilitas dan instabilitas dari suatu sistem sosial sesungguhnya tidaklah lebih dari pada
menyatakan keberhasilan atau kegagalan dari suatu tertib normatif di dalam mengatur
kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan.
KASUS TEORI STRUKTUR FUNGSIONAL
Fenomena Korupsi Indonesia: Perpektif Teoritik Struktural Fungsional, Analisa
Kritis dalam Kerangka Dinamika Konflik Sosial Politik dan Dialektika Antara State,
Political Society dan Civil Society. Fenomena korupsi di Indonesia saat ini seperti
menjadi fenomena yang lazim atau biasa di masyarakat, maraknya pelanggaran
penyelewengan kekuasaan dan hukum untuk menjalankan aktivitas korupsi menjadi
sebuah realitas sosial di kehidupan masyarakat bangsa Indonesia. Banyak contoh kasus
yang terjadi saat ini, seperti contoh kasus e-KTP yang dilakukan oleh terdakwa Setyo
Novanto yang juga selaku mantan ketua DPR RI di dewan pemerintahan Indonesia.
Selain itu masih banyak lagi aktivitas-aktivitas korupsi terjadi di Indonesia sebagai
negara pemerintahan.
Kelompok sosial Politik dan kelompok sosial penduduk di masyarakat, baik itu
sudah termasuk tindakan kriminal (pidana dan/atau perdata) maupun tidak termasuk
sebagai penyelewengan atau kesalahan secara hukum. Artikel ini menggunakan metode
studi pustaka dan dengan pendekatan Kualitatif. Dengan kajian dan analisa fenomena
tersebut secara teoritik khususnya dalam perspektif teori sosial Struktural Fungsional,
teori Neo Fungsional, Teori Neo Marxian hingga dianalisa dengan perspektif teori kritis
dengan mahzab Frankfurt School. Hasil dari artikel ilmiah ini adalah sebuah kompilasi
Teoritik Perpektif Teori Struktural Fungsional, Neo Fungsional, Teori Neo Marxian dan
Teori Kritis (Frankfurt School) tentang Realitas Fenomena Korupsi Indonesia dalam
kerangka dinamika konflik sosial politik dan dialektika antara State, Political Society dan
Civil Society.