Anda di halaman 1dari 22

TEORI TEORI MOTIVASI

Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan
atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau
keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain
motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang
mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan
dalam kehidupan..
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat
intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi,
orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena
rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan
hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar
pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat
seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
A. Faktor-Faktor Motivasi
Proses psikologis di dalam diri seseorang yang menimbulkan motivasi dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Adapun faktor-faktor motivasi adalah sebagai berikut:
1. Faktor Internal (Intern)
Faktor internal adalah faktor motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang.
Motivasi internal timbul karena adanya keinginan individu untuk memiliki prestasi dan
tanggungjawab di dalam hidupnya.Beberapa hal yang termasuk dalam faktor internal
adalah:Harga diri dan Prestasi, yaitu motivasi di dalam diri seseorang untuk
mengembangkan kreativitas dan mengerahkan energi untuk mencapai prestasi yang
meningkatkan harga dirinya.
Kebutuhan, setiap individu memiliki kebutuhan di dalam hidupnya sehingga orang
tersebut menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
a. Harapan, yaitu sesuatu yang ingin dicapai seseorang di masa mendatang yang
mempengaruhi sikap dan perasaan subjektif orang tersebut.
b. Tanggungjawab, yaitu motivasi di dalam diri seseorang agar bekerja dengan baik
dan hati-hati untuk menghasilkan sesuatu yang berkualitas.
Kepuasan kerja, yaitu motivasi dalam diri seseorang karena dapat melakukan
suatu pekerjaan tertentu.
2. Faktor Eksternal (Ekstern)
Faktor eksternal adalah faktor motivasi yang berasal dari luar diri seseorang.
Motivasi eksternal timbul karena adanya peran dari luar, misalnya organisai, yang turut
menentukan perilaku seseorang dalam kehidupannya.
Beberapa hal yang termasuk dalam faktor eksternal adalah:
a. Jenis dan sifat pekerjaan, yaitu dorongan di dalam diri seseorang untuk bekerja
pada jenis dan sifat pekerjaan tertentu. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh besar
imbalan yang didapatkan pada pekerjaan tersebut. Kelompok kerja, yaitu
organisasi dimana seseorang bekerja untuk mendapatkan penghasilan bagi
kebutuhan hidupnya.
b. Kondisi kerja, yaitu keadaan dimana seseorang bekerja sesuai dengan harapannya
(kondusif) sehingga dapat bekerja dengan baik. Keamanan dan keselamatan kerja,
yaitu perlindungan yang diberikan oleh organisasi terhadap jaminan kemanan dan
keselamatan seseorang dalam bekerja.
Hubungan interpersonal, yaitu hubungan antara teman sejawat, dengan atasan,
dan dengan bawahan. Dalam hal ini, setiap orang ingin dihargai dan menghargai dalam
organisasi sehingga tercipta suasana kerja yang harmonis.
B. Jenis-jenis Motivasi
Menurut Hasibuan (2010:150) ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan
motivasi negatif”.
1. Motivasi Positif (Insentif Positif)Motivasi positif maksudnya manajer memotivasi
(merangsang)bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang
berproduktivitas di atas produktivitas standar. Dengan motivasi positif, semangat
kerja bawahan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang
baik-baik saja.Alat motivasi (daya perangsang) yang diberikan kepada bawahan
adalah:
a. Insentif Nonmaterial
Insentif nonmaterial adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan
berbentuk penghargaan/pengukuhan berdasarkan prestasi kerjanya, seperti
piagam, piala, atau medali.
b. Insentif Sosial
Insentif sosial adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan
berdasarkan prestasi kerjanya, berupa fasilitas dan kesempatan untuk
mengembangkan kemampuannya, seperti promosi, mengikuti pendidikan,
atau naik haji.
c. Insentif Material
Insentif material adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan
berdasarkan prestasi kerjanya, berbentuk uang dan barang. Insentif material
ini bernilai ekonomis sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan
beserta keluarganya.

2. Motivasi Negatif (Insentif Negatif)Motivasi negatif maksudnya manajer


memotivasi bawahan dengan standar mereka akan mendapat hukuman. Dengan
motivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan
meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang
dapat berakibat kurang baik.
C. Teori-Teori motivasi

1. Teori motivasi Abraham maslow (1943-1970)

Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua


manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang
berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat
kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari
kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan
penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak
harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu
tindakan yang penting.

Aktualisasi diri
penghargaan
sosial
keamanan
Faali

Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)


Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima
memiliki)
Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan
serta pengakuan)
Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi;
kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri:
mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan
mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang
signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat
estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah.
Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya
masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman. Contoh teori
abrahan maslow pada kehidupan Seorang karyawan, jika sudah memenuhi kebutuhan
hirarki maslow dari kebutuhan fisiologis, seperti membangun rumah tangganya dengan
hasil gaji yang di capai, merasa aman dan nyaman dengan perusahaan yang disana ia
meniti karirnya, hingga kebutuhan self esteem (harga diri/pengakuan diri) yang dalam arti
karyawan tersebut sudah tercatat sebagai karyawan yang bisa naik jabatan atau
dipromosikan mengisi kursi manajer, kemudian mengaktualisasi dirinya dengan
mengikuti seminar-seminar yang membangun jiwa kepemimpinannya, hingga ketika ia
mendapatkan prestise sebagai manajer, kemudian ia melakukan aktualisasi lebih lanjut
dengan member motivasi terhadap bawahannya.
2. Teori motivasi Herzberg (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk
berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu
disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor
higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya
adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor
ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai
kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat
kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
Penerapan motivasi adalah untuk membuat karyawan menjadi produktif dan
kebutuhan karyawan dapat dipenuhi sesuai yang diharapkannya. Herzber mengatakan
bahwa melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang dibutuhkan.
Kebutuhan karyawan yang dapat memotivasi karyawan yaitu faktor higienis dan faktor
motivasi.
1. Faktor Higienis
a. Gaji
Gaji merupakan sebuah bentuk pembayaran yang dibutuhkan karyawan yang wajib
diberikan oleh perusahaan sebagai balas jasa. Gaji yang diberikan oleh perusahaan
meliputi gaji pokok, tunjangan jabatan, tunjangan keluarga, tunjangan makan, tunjangan
hari raya, bonus dan premi hadir.Balas jasa sesuai dengan yang telah dijanjikan yaitu
diberikan secara bulanan kepada karyawan pada setiap tanggal 25 diakhir bulan. Apabila
hari tersebut jatuh pada hari libur nasional, maka diberikan sebelum tanggal tersebut agar
karyawantidak kecewa. Hasil kuesioner didapatkan angka 11,72 yaitu bahwa karyawan
puasbatas gaji yang diberikan perusahaan.Berdasarkan teori dan hasil observasi maka gaji
yaitu balas jasa sesuai dengan teori yaitu perusahaan memenuhi hak karyawan
mendapatkan pembayaran atas pekerjaannya. Faktor ini dapat mencegah terjadinya
ketidakpuasan kerja terhadap karyawan karena merasa kebutuhannya telah dipenuhi.
b. Kondisi kerja Kondisi kerja adalah aspek fisik kerja, psikologis kerja dan
peraturan kerja yang seperti fasilitas-fasilitas perusahaan yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja dan mencapai produktivitas kerja. Dari hasil
observasi di perusahaan memberikan fasilitas-fasilitas agar karyawan
merasa nyaman bekerja di perusahaan salah satunya fasilitas ruangan untuk
karyawan bagian produksi luas, adanya kantin, tempat ibadah yang
membuat karyawan merasa nyaman.
c. Kebijaksanaan dan administrasi perusahaan
Menurut Siagian (2012:290) Kebijakan dan administrasi merupakan tingkat
kesesuaian yang dirasakan tenaga kerja terhadap semua kebijakan dan
peraturan yang berlaku di perusahaan PT Artistika Kreasi Mandiri kebijakan
meliputi pemberian cuti, pemberian tunjangan jabatan, tunjangan transport,
tunjangan makan dan mendapatkan jaminan kesehatan seperti BPJS
Kesehatan yang membuat karyawan merasa aman.
d. Hubungan Antar Pribadi
Hubungan antar pribadi adalah tingkat kesesuaian yang dirasakan dalam
interaksi antar tenaga kerja lain, menunjukkan hubungan perseorangan
antara karyawan dengan karyawan, maupun bawahan dengan atasannya,
dimana kemungkinan bawahan merasa tidak dapat bergaul dengan
atasannya.Dari hasil observasi perusahaan menjalin hubungan yang baik
antar sesama karyawan maupun bawahan dengan atasannya terjadi
komunikasi seperti sikap senyum, sapa dan salam yang diterapkan oleh
perusahaan, perusahaan mengadakan juga kegiatan seperti rekreasi bersama
yang membawa keluarganya yan menimbulkan keakraban.
e. Kualitas supervisi
Kualitas supervisi adalah tingkat kewajaran supervisi yang dirasakan oleh tenaga kerja,
dimana peran Supervisor memberikan arahan dan bimbingan dengan tepat sesuai
prosedur sehingga karyawan dapat mengikuti dengan baik.
3. Faktor Motivasi
a. Prestasi
Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-
tugasnya atas kecakapan, usaha dan kesempatan, yaitu Keberhasilan seorang pegawai
dapat dilihat dari prestasi yang diraihnya.
b. Pengakuan
Pengakuan adalah besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga
kerja atas hasil kerjanya.
c. Pekerjaan itu sendiri
Pekerjaan itu sendiri adalah berat ringannya tantangan yang dirasakan tenaga kerja dari
pekerjaannya. Pimpinan membuat usaha-usaha riil dan meyakinkan,sehingga bawahan
mengerti akan pentingnya pekerjaan yang dilakukannya dan usaha berusaha menghindar
dari kebosanan dalam pekerjaan bawahan serta mengusahakan agar setiap bawahan sudah
tepat dalam pekerjaannya yaitu kepuasan pekerjaan itu sendiri
d. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah besar kecilnya yang dirasakan terhadap tanggung jawab
diberikan kepada seorang tenaga kerja.
e. Pengembangan potensi individu
Pengembangan potensi individu adalah besar kecilnya kemungkinan tenaga
kerja berpeluang maju dalam pekerjaannya seperti naik pangkat.

c. Teori motivasi Douglas Mcgregor

Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y


(positif), Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer
a. karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
b. karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan
hukuman untuk mencapai tujuan.
c. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
d. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan
dengan kerja.

Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :
a. karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan
bermain.
b. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit
pada sasaran.
c. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
d. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

PENERAPAN TEORI X DAN Y DALAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN


1. Kepala Sekolah terhadap Pendidik
Dalam lingkup pendidikan/sekolah, setiap pendidik memiliki karakter yang
berbeda-beda dan rasa tanggung jawab yang berbeda pula. Dengan demikian, kepala
sekolah harus mengambil tindakan yang tegas pada pendidik yang memiliki perilaku
seperti teori X, seperti yang telah dipaparkan pada penjelasan diatas, bahwa pendidik
harus terus diawasi, diberi tugas-tugas yang jelas, menetapkan imbalan atau hukuman,
dan diberi peringatan serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan oleh lembaga.
Lain halnya dengan pendidik yang memiliki perilaku seperti teori Y. Mereka lebih
dominan pada rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaannya, dapat dipercaya,
memiliki kemampuan, kreativitas, imajinasi, dan kepandaian. Mereka tidak perlu terlalu
diawasi secara ketat layaknya teori X, karena mereka memiliki pengendalian serta
pengerahan diri untuk bekerja sesuai visi, misi, dan stujuan pendidikan.
2. Pendidik terhadap Siswa
Dalam konteks ini, setiap individu/siswa memiliki perilaku, karakter, dan
kemampuan yang berbeda-beda dalam tiap-tiap kelas, sehingga seorang guru harus
memahami perilaku siswa secara individu. Pada siswa yang pemalas,dan tidak memiliki
rasa tanggung jawab terhadap tugasnya sebagai pelajar, pendidik harus memberikan
pengawasan yang ketat, tugas-tugas yang jelas, menetapkan imbalan atau hukuman,
memberi arahan, memberi motivasi, dan juga diancam agar mereka mau belajar.
Berbanding terbalik dengan siswa yang memiliki rasa tanggung jawab tinggi,
dapat dipercaya, rajin, dan memhami hakikatnya sebagai seorang siswa, mereka tidak
perlu diawasi dan sebagainya seperti halnya siswa yang dominan pada teori X, siswa
yang dominan pada teori Y cukup diberi motivasi secara tepat agar mau belajar untuk
mencapai tujuan pendidikan
d. Teori motivasi vroom (1964)

Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan


mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat
melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut
Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
 Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
 Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil
dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan
outcome tertentu).
 Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau
negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi
harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang
diharapkan

e. Achievement TheoryTeori achievement Mc Clelland (1961)


Yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal
penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
1. Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
Menurut Moh. As’ad (2002), kebutuhan akan prestasi (need for achievement) merupakan
kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan standar kesempurnaan
dalam diri seseorang. Kebutuhan ini berhubungan erat dengan pekerjaan,dan
mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi tertentu.
Menurut Moh. As’ad (2002), ciri-ciri kebutuhan berprestasi yang tinggi akan tampak
sebagai berikut:
a. Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif
b. Mencari feed back (umpan balik) tentang perbuatannya.
c. Memilih resiko yang moderat (sedang) di dalam perbuatannya.
d. Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan-perbuatannya
Menurut Ashar Sunyoto Munandar (2004), orang yang memiliki kebutuhan berprestasi
yang tinggi adalah sebagai berikut:
a. Menyukai pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi.
b. Mendapatkan umpan balik atas pekerjaannya.
c. Memilih pekerjaan yang memiliki resiko sedang/moderat.
2. Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan
sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
Menurut Moh. As’ad (2002), kebutuhan akan hubungan sosial(need for
affiliation) merupakan kebutuhan akan kehangatan dan bantuan dalam hubungannya
dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan
hubungan secara akrab dengan orang lain.
Menurut Moh. As’ad (2002), ciri-ciri kebutuhan afiliasi/persahabatan yang tinggi
akannampak sebagai berikut:
a. Lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam pekerjaannya,
daripada segi tugas-tugas yang ada pada pekerjaan itu sendiri.
b. Melakukan pekerjaannya lebih efektif apabila bekerjasama bersama orang lain
dalam suasana yang lebih kooperatif.
c. Mencari persetujuan atau kesepakatan dari orang lain.
d. Lebih suka dengan orang lain daripada sendirian.
3. Kebutuhan akan Kekuasaan (Need for Power )
Menurut Moh. As’ad (2002), kebutuhan akan kekuasaan (need for power )
merupakan kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi terhadap orang lain.
Kebutuhan ini menyebabkan orang yang bersangkutan tidak atau kurang memperdulikan
perasaan orang lain.
Menurut Moh. As’ad (2002), ciri-ciri kebutuhan berkuasa yang tinggi akan nampak
sebagai berikut:
a. Berusaha menolong orang lain walaupun pertolongan itu tidak diminta.
b. Sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari organisasi di mana ia berada.
c. Mengumpulkan barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang
dapat mencerminkan prestise
d. Sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau
organisasi. mempengaruhi orang lain, dan untuk memiliki dampak terhadap orang
lain.
Menurut Ashar Sunyoto Munandar (2004), orang dengan kebutuhan berkuasa yang besar
adalah:
1. Keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain.
2. Keinginan untuk mempengaruhi orang lain.
3. Keinginan untuk memiliki dampak terhadap orang lain.

f. Clayton Alderfer ERG

Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada


kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan
pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder
mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi
maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari
waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.
Contohnya jika dalam tim Anda ada seorang yang ambisius dan mereka tidak
mendapatkan kesempatan pertumbuhan dalam karier mereka makan motivasi mereka
akan menurun dan akan menyebabkan mereka merasa frustasi. Jika terjadi hal tersebut,
maka orang tersebut akan melakukan sosialisasi yang lebih banyak dengan tim Anda
yang lain sehingga kinerja tim Anda menjadi tidak efektif. Hal ini bisa terjadi karena
ketika seseorang gagal memenuhi kebutuhannya dalam hal Relatedness (R), maka
mereka akan mencari cara lain untuk mencari Existence (E).
Dalam teori ERG Alderfer juga digunakan piramida. Piramida ini memiliki 5 tingkat
yaitu :
Tingkat 1 (dari paling bawah) : tingkat psikologis
Tingkat 2 (dari paling bawah) : tingkat keamanan
Tingkat 3 (dari paling bawah) : tingkat sosial
Tingkat 4 (dari paling bawah) : tingkat kepercayaan diri
Tingkat 5 (dari paling bawah) : tingkat aktualisasi diri
Tingkatan-tingkatan tersebut kemudian disederhanakan menjadi 3 konsep yaitu
konsep Existence (E) yang meliputi, tingkat psikologis dan keamanan. Tingkat
Relatedness (R) meliputi tingkat sosial dan sebagian dari tingkat kepercayaan diri. Dan
terakhir konsep Growth (G) meliputi sebagian dari tingkat kepercayaan diri dan
aktualisasi diri.Dalam teori ERG ini dikenalkan juga mengenai sebuah prinsip yang
disebut dengan prinsip regresi frustasi. Prinsip ini menyatakan bahwa ketika kebutuhan
lebih tinggi dari seseorang tidak terpenuhi, maka seseorang mungkin akan berbalik dan
mencari kebutuhan yang lebih rendah.

TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL


Teori struktural fungsional adalah sebuah teori yang berisi sudut pandang yang
menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling
berkaitan. Cirinya adalah gagasan tentang kebutuhan masyarakat. Masyarakat sama
dengan organisme biologis, karena mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
agar masyarakat dapat melangsungkan hidupnya dan berfungsi dengan baik.
ciri kehidupan struktural sosial muncul untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan
merespon permintaan masyarakat sebagai suatu sistem sosial.
Teori struktural fungsional melihat masyarakat sebagai sebuah keseluruhan sistem
yang bekerja untuk menciptakan tatanan dan stabilitas sosial. Teori ini sering disebut juga
perspektif fungsionalisme, dicetuskan oleh Emile Durkheim. Durkheim banyak mengkaji
tentang tatanan sosial dan bagaimana masyarakat dapat hidup harmonis. Fungsionalisme
fokus pada struktur sosial yang levelnya makro. Beberapa tokoh sosiologi yang
terpengaruh oleh teori fungsionalisme Durkheim diantaranya, Talcott Parsons dan Robert
K. Merton.

Dalam teori struktural fungsional, terdapat dua perspektif utama tentang struktur
sosial. Pertama, perspektif institusional atau kultural. Dalam perspektif ini, elemen-
elemen dasarnya meliputi norma-norma, kepercayaan-kepercayaan, dan nilai-nilai yang
mengatur tindakan sosial. Dalam perspektif ini, struktur sosial merupakan sebuah struktur
institusional, yang terdiri dari seperangkat model kultural dan normatif yang
mendefinisikan harapan-harapan individu (aktor) dari perilakunya. Perspektif ini
dikembangkan secara teoretikus dalam kerangka teori struktural fungsional, terutama dari
karya-karya Talcott Parsons dan yang akhir-akhir ini berasal dari kalangan neo-
institusionalisme. Kedua, perspektif relasional. Dalam perspektif ini, elemen-elemen
yang membentuk struktur sosial utamanya adalah hubungan-hubungan sosial.
Berdasarkan perspektif ini, analisis struktur sosial terfokus pada jaringan hubungan sosial
yang menghubungkan individu, kelompok, organisasi, komunitas, dan masyarakat.

Teori Struktural Fungsional Menurut Para Ahli


A. Menurut Emile Durkheim
Emile Durkheim, adalah ahli sosiologi yang lahir pada Tahun 1858 dan meningal
pada tahun 1817. Ia salah seorang tokoh paling penting dalam sejarah sosiologi. Bahkan
dia sendiri diakui atas jasanya menjadikan sosiologi sebagai sebuah ilmu pengetahuan,
ketika ia menerapkan metodologi empiris pada kajiannya.
Teori struktural fungsional menurut Emile Durkheim adalah susunan masyarakat
sebagai bagian tatanan sosial yang mengindikasikan bahwa memiliki hidup harmonis.
Fungsionalisme fokus pada struktur sosial yang levelnya makro dalam masyarakat, hal ini
juga ia tegaskan bahwa masyarakat sebagai kenyataan objektif individu-individu yang
merupakan anggota-anggotanya.
B. Menurut Talcott Parsons
Talcott Parsons, adalah ahli sosiologi yang memberikan penjelasan mengenai
teori struktural fungsional sebagai bagian keseimbangan dalam institusi sosial, yang
diakuinya akan eksis atau dikenal masyarakat apabila berhasil menjalankan tugas serta
fungsinya dengan baik, tanpa memberikan perbedaan sedikitpun.
C. Robert K. Merton
Robert K. Merton, adalah tokoh sosiologi yang banyak menjelasakan tentang
kelompok sosial, bahkan ia sendiri menjelaskan anomi sebagai prilaku dalam
penyimpangan sosial yang dapat menganggu hubungan masyarakat. Pada dasarnya
Robert memberikan pandangan bahwa struktural fungsional adalah kehidupan
masyarakat dalam kesimbangan sosial yang akan berjalan jika keteraturan sosial di
fungsikan dengan baik.
Dari penjelasan mengenai teori struktural fungsional menurut para ahli diatas,
dapat dikatakan bahwa teori ini mengemukakan bahwa masyarakat adalah bagian
organisme yang akan memilih hidup dengan kedamaian, ketentraman, dan ketenagan.
Setiap masyarakat memiliki keinginan untuk menciptakan kehidupannya dangan baik,
yakni melalui cara berkelompok.

Padangan dalam teori struktural fungsional ini juga memawa manusia bahwa hidup ini
tidak bisa terpisah dari fakta sosial serta realitas sosial yang akan menjadi kesimbangan
sosial jika masyarakat mau bergabung menjadi satu, tanpa adanya persihan yang akan
mendorong konflik sosial masyarakat.masyarakat
Teori struktural fungsional juga mengutamakan pandangan harmonisasi dan
regulasi yang dapat dikembangkan lebih jauh sebagai berikut:
1. Masyarakat harus dilihat sebagai suatu sistem yang kompleks
2. Setiap bagian dari masyarakat memiliki fungsi penting dalam eksistensinya dan
stabilitas masyakat secara keseluruhan
3. Semua masyarakat mempunyai mekanisme untuk mengintegrasikan diri.

Teori Fungsional Struktural menekankan pada unsur-unsur stabilitas, Integritas,


Fungsi, Koordinasi dan Konsensus. Talcott parsons merupakan salah satu tokoh sosiologi
modern yang terkenal degan teori fungsionalisme struktural. Parson memiliki empat
fungsi yang diperlukan secara bersama-sama agar sebuah sistem dapat bertahan. Keempat
fungsi tersebut dikenal dengan istilah AGIL.
1. Adaptation ( adaptasi )
Sebuah sistem harus menanggulagi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu
dengan kebutuhannya.Ekonomi adalah subsistem yang melaksanakan fungsi
masyarakat dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan melalui tenaga
kerja, produksi dana lokasi. Melalui pekerjaan, ekonomi menyesuaikan diri
dengan lingkungan kebutuhan masyarakat dan membantu masyarakat
menyesuaikan diri dengan realitas eksternal.

2. Goal attainment ( pencapaian tujuan )


Sebuah sistem harus mendefinisikan diri untuk mencapai tujuan utamanya.
Mendefenisikan diri yang dimaksud dapat diasumsikan sebagai pengenalan diri
guna menggapai tujuan yang ingin dicapai. Contohnya dalam sistem politik
melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan mengejar tujuan kemasyarakat
dan memobilisasi aktor dan sumberdaya untuk mencapai tujuan.
3. Integration ( integrasi )
Sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi
komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi
penting lainnya (A,G,I,L).
4. Latency (pemeliharaan pola)
Sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi
individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang
motivasi. Maksudnya sekolah dan keluarga adalah institusi yang menangani
fungsi pemeliharaan pola ( latensi) dengan menyebarkan kultur ( norma dan
nilai ) kepada aktor sehingga aktor menginternalisasikan kultur itu.

Teori struktur fungsional dan Penerapannya pada Fungsi Pengawasan

Beberapa tokoh utama pengembang dan pendukung teori Struktural Fungsional


pada zaman modern ini bisa disebut antara lain Talcott Parsons, Robert K. Merton dan
Neil Smelser. Teori Struktural Fungsional dalam menjelaskan perubahan-perubahan yang
terjadi di masyarakat mendasarkan pada tujuh asumsi ( Lauer, 1977 ).
1. Masyarakat harus dianalisis sebagai satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari
berbagai bagian yang saling berinteraksi.
2. Hubungan yang ada bisa bersifat satu arah atau hubungan yang bersifat timbal
balik.
3. Sistem sosial yang ada bersifat dinamis, dimana penyesuaian yang ada tidak
perlu banyak merubah sistem sebagai satu kesatuan yang utuh.
4. Integrasi yang sempurna di masyarakat tidak pernah ada, oleh karena itu
senantiasa menimbulkan ketegangan-ketegangan dan penyimpangan-
penyimpangan. Tetapi ketegangan dan penyim-pangan tersebut akan
dinetralisir lewat proses pelembagaan.
5. Perubahan-perubahan akan berjalan secara gradual dan perlahan-lahan sebagai
suatu proses adaptasi dan penyesuaian.
6. Perubahan adalah merupakan hasil penyesuaian dari luar, tumbuh oleh adanya
diferensiasi dan inovasi.
7. Sistem diintegrasikan lewat pemilikan nilai-nilai yang sama.
Proses Pelemahan Fungsi pengawasan Inspektorat Daerah bertentangan dengan Teori
Struktural Fungsional

Salah satu program yang dlaksanakan oleh pemerintah dalam hal ini Badan
Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah melakukan pembinaan intensif
atas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) pada Inspektorat daerah, dengan
memfasilitasi pembinaan dan pembentukan Jabatan Fungsional Auditor, Pendidikan dan
Pelatihan, serta pemberian bantuan beasiswa untuk pendidikan bagi PNS (lingkup
inspektorat dan pengelola keuangan daerah). Namun, hal tersebut sangat ironis jika
dibandingkan dengan apa yang terjadi di tingkat kabupaten/kota, terjadinya pelemahan
akan fungsi pengawasan pada Inspektorat daerah dengan menjadikan aparat pengawas
dan pemeriksaan menjadi obyek politik, proses mutasi atau penempatan pada Inspektorat
daerah yang tidak sesuai dengan proporsinya, pemangkasan anggaran pemeriksaan dan
pengawasan pada program non fisik, sampai pada mengalihkan tugas dan peran APIP
pada Inspektorat daerah dengan alasan untuk memaksimalkan peran dan tugas SKPD
lainnya.
Dikhawatirkan hal tersebut jika berlanjut secara terus-menerus, akan
mengakibatkan kehilangan fungsi pada Inspektorat daerah, dan akan menjadikan kondisi
yang tidak seimbang pada pengelolaan pemerintahan di daerah. Fungsi Inspektorat yang
sarat dengan kepentingan pihak tertentu dan golongan tertentu akan mengurangi
obyektifitas dan independensinya sebagai organisasi yang vital dan strategis. Kurangnya
pemahaman dan kesadaran pihak-pihak tertentu yang menjadi pengambil kebijakan
menjadi tantangan bagi APIP sebagai profesi dan Inspektorat Daerah sebagai
organisasi/lembaga untuk meningkatkan perannya dan membuktikan bahwa keberadaan
Inspektorat Daerah tidak dapat dilepaskan dengan kepentingan instansi lainnya, bahkan
dibutuhkan sinergitas dan menjadikannya mitra strategis untuk memberi kontrol internal
sehingga tatanan pemerintahan dapat berjalan seimbang, baik, dan sesuai nilai-nilai yang
diharapkan.
Teori fungsional struktural yang banyak dijadikan pandangan bagi pengelolaan
sebuah negara dan pemerintahannya untuk mengatur suatu pola interaksi maupun relasi
antar lembaga/organisasi maupun antar masyarakatnya bukanlah hal yang baru lagi
didalam dunia sosiologi modern, teori ini pun telah berkembang secara meluas dan
merata. Secara singkat dan sederhana teori sosial ini merupakan rantai sosiologi manusia,
didalam hubungannya terdapat suatu keterkaitan dan saling berhubungan. Juga adanya
saling ketergantungan, layaknya suatu jasad maka apabila salah satu bagian tubuh jasad
tersebut ada yang sakit ataupun melemah sangat ber-implikasi pula pada bagian yang
lain.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Fungsional
Berbagai konsep mengenai fungsional bahasa tentunya mengandung kelebihan
dan kekurangan sebagaimana pepatah Tiada gading yang tak retak". Kelebihan
dankekurangan itu perlu dikemukakan sebagai bahan pertimbangan.
A. Kelebihan teori fungsional
Adalah memperlakukan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan danmemahami
transmit maksud pertuturan. Pengguna bahasadiutamakan secara lisan dan
kontekstual.Proses komunikasi akan berlangsung jika antarpenutur saling emahami
makna tuturan berdasarkankonteks yang ada, yaitu melibatkan lokasi (where), waktu
(when), dan kepada siapa tuturan ditujukan(whom). Selain itu, teori fungsional lebih
berkaitan dengan faktor-faktor sosial daripada proses-proses psikologis yang rumit dalam
bahasa.Dengan demikian, bahasa memiliki ketergantungan terhadapmasyarakat penutur
bahasa dan sama sekali bukan tergantung pada sistem yang terkandung didalamnya.
B. Kelemahan teori fungsional
1. keyakinan bahwa bahasa sekedar alat untuk berkomunikasi menggunakan
fungsi-fungsi bahasa target, tidak bersifat universal, karena tidak mampu
menembus sasaranbahasa isyaratyang diperlukan oleh orang tunarungu. Jenis
bahasa ini tidak memerlukan penguasaan bunyi-bunyi bahasa (language
sounds) dan pengucapannya;
2. penggunaan bahasanya hanya terbatas untuk kepentingan berkomunkasi
secara lisan (spokenlanguage) bagi kalangan penutur level pemula;
3. bahasa tidak hanya memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi, tetapi
juga memiliki fungsidaya pikir (mental functions) yang sangat diperlukan
untuk memahami sekaligus merefleksi duniasekelilingnya. Oleh karena itu,
kinerja pembelajarannya tidak sesuai dengan tuntunan pembelajaran bahasa
mutakhir, yaitu penguasaan empat ketrampilan ber bahasa;
4. nosi penutur hanya terbatas pada kepentingan komunikasi lisan.

Contoh Teori Struktural Fungsional


1. Membayar Pajak
Bagian kehidupan yang dapat diberikan penjelasan mengenai teori struktural
fungsional ini misalnya saja adalah memabayar pajak yang dilakukan masyarakat,
sejatinya pajak yang dikelurakan tersebut untuk kepentingan bersama, baik
pembangunan infratruktur ataupun ekonomi. Masyarakat yang rajin dalam
membayar pajak secara tidak langsun telah memikirkan kebersamaan dalam
hidupanya.
2. Pendidikan
Pendidikan yang dilakukan pemerintah dalam berbagai jenis lembaga pendidikan
adalah bagian daripada teori struktural fungsional, contoh ini bisa dikemukanakan
karena masyarakat yang ingin hidup denga ketenangan terhadap bentuk
perubahan sosial harus memiliki pendidikan tinggi, adanya pemerintah
memberikan fasilitas maka masyarakat mengisi serta mendorong suksesi
kehidupan dengan masuk dalam lembaga pendidikan tertentu.
3. Lowongan Kerja
Contoh lainnya, mengenai gambaran dalam teori struktural fungsional ini adalah
lowongan kerja yang di dorong pemerintah sebagai cara mengatasi pengangguran
dan solusinya di indonesia secara tidak langsung kondisi ini dilakukan dengan
terus memberikan pelayanan pada investor yang membagun perusahaannya di
Indonesia.
Teori struktural fungsional dalam kehidupan sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa melihat bagaimana teori struktural


fungsional bekerja dalam sebuah sistem. Sebagai contoh, pemerintah yang mendirikan
sekolah dalam rangka menyelenggarakan pendidikan untuk warganya. Murid-murid
dipersiapkan untuk mengisi lapangan kerja dan posisi-posisi di pemerintahan nantinya.
Ketika bekerja, tibalah mereka untuk membayar pajak. Uang pajak tersebut digunakan
untuk membiayai pendidikan dan lainnya. Pekerja, juga menyuplai biaya hidup
keluarganya agar tetap eksis. Pada akhirnya, murid-murid yang semula dibiayai dan didik
oleh negara akan membiayai negara agar tetap eksis. Dari sudut pandang teori struktural
fungsional, jika sistem tersebut berjalan sebagaimana mestinya, yakni pemerintah
membiayai pendidikan, murid belajar kemudian bekerja, sistem sosial akan berada pada
kondisi yang stabil.
Kritik Terhadap Teori Fungsionalisme Struktural

Tidak dapat disangsikan Parsons telah merubah sejarah sosiolog dunia dan
berkontribusi besar terhadap perkembangan teori-teori sosiologi. Bahkan Horton dan
Tumer mengatakan bahwa karya Parsons mencerminkan sumbangan yang lebih
berpengaruh terhadap teori sosiologi dibanding Marx, Weber, Durkheim.
Salah satu teori yang paling terkenal dalam teori Fungsionalisme Struktural
adalah Stratifikasi Fungsional. Berkenaan dengan ini, Kingsley Davis dan Wilbert Moore
menjelaskan bahwa stratifikasi sosial merupakan fenomena yang bersifat universal dan
penting karena secara nyata dalam kehidupan masyarakat semua pasti mengenal sistem
stratifikasi sosial tersebut dan tidak ada yang tidak terstratifikasi atau sama sekali tanpa
kelas. Masih menurut pandangan mereka, stratifikasi adalah keharusan fungsional. Semua
masyarakat memerlukan sistem stratifikasi sosial, sistem seperti ini yang pada akhirnya
akan melahirkan adanya sistem kelas. Selain itu, bahwa stratifikasi merupakan
perlengkapan yang berevolusi secara tak sadar. Perlengkapan ini harus ada pada setiap
masyarakat demi menjamin kelangsungan hidup.
Perwujudan berkenaan dengan penempatan-penempatan posisi individu pada
sebuah perlengkapan di dalam (lembaga) masyarakat harus diikuti dengan pemberian
imbalan (reward) yang memadai pada posisi ini sehingga ada cukup individu yang mau
mendudukinya dan individu yang berhasil mendudukinya akan bekerja dengan tekun.
Misal untuk menyediakan dokter masyarakat harus memberikan imbalan dengan
memperhatikan tingkat profesionalitas posisi individu tersebut karena kalau tidak
demikian (berdasarkan fungsinya) masyarakat akan tercerai berai.
Namun sebaliknya disisi lain, munculnya pendekatan ini telah mengundang paling
banyak perdebatan. Satu kritik mendasar menyatakan bahwa teori stratifikasi
funsionalisme struktural dinilai hanya akan melanggengkan posisi istimewa orang-orang
yang telah mempunyai kekuasaan, prestise, dan uang. Selain itu teori ini juga dapat di
kritik karena anggapannya bahwa struktur sosial yang terstratifikasi itu sudah ada sejak
dulu maka ia tentu harus ada di masa datang. Padahal tidak menutup kemungkinan untuk
di masa depan masyarakat akan ditata menurut cara yang lain diluar stratifikasi.
Mengikuti kritik yang dilontarkan oleh David Lockwood berkenaan dengan ini,
dapat diketahui bahwa menurutnya pendekatan fungsionalisme struktural telah
menekankan anggapan-anggapan dasarnya pada peranan unsur-unsur normatif dari
tingkah laku sosial, khusunya pada proses-proses dimana individu maupun kelompok
diatur secara normatif untuk menjamin terpeliharanya stabilitas sosial. David Lockwood
menegaskan bahwa situasi sosial senantiasa mengandung dual hal yakni: pertama, tata
tertib sosial yang bersifat normatif, dan yang kedua substratum yang akan melahirkan
konflik-konflik. Tata tertib dan konflik adalah kenyataan yang melekat bersama-sama di
dalam sistem sosial masyarakat. tumbuhnya tata tertib dan nilai yang telah disepakati
bersama oleh anggota masyarakat tidak serta merta hilangnya konflik di dalam
masyarakat. Sebaliknya, tumbuhnya tata tertib sosial mencerminkan adanya konflik yang
bersifat potensial di dalam setiap masyarakat. Maka dari itu, apabila berbicara tentang
stabilitas dan instabilitas dari suatu sistem sosial sesungguhnya tidaklah lebih dari pada
menyatakan keberhasilan atau kegagalan dari suatu tertib normatif di dalam mengatur
kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan.
KASUS TEORI STRUKTUR FUNGSIONAL
Fenomena Korupsi Indonesia: Perpektif Teoritik Struktural Fungsional, Analisa
Kritis dalam Kerangka Dinamika Konflik Sosial Politik dan Dialektika Antara State,
Political Society dan Civil Society. Fenomena korupsi di Indonesia saat ini seperti
menjadi fenomena yang lazim atau biasa di masyarakat, maraknya pelanggaran
penyelewengan kekuasaan dan hukum untuk menjalankan aktivitas korupsi menjadi
sebuah realitas sosial di kehidupan masyarakat bangsa Indonesia. Banyak contoh kasus
yang terjadi saat ini, seperti contoh kasus e-KTP yang dilakukan oleh terdakwa Setyo
Novanto yang juga selaku mantan ketua DPR RI di dewan pemerintahan Indonesia.
Selain itu masih banyak lagi aktivitas-aktivitas korupsi terjadi di Indonesia sebagai
negara pemerintahan.
Kelompok sosial Politik dan kelompok sosial penduduk di masyarakat, baik itu
sudah termasuk tindakan kriminal (pidana dan/atau perdata) maupun tidak termasuk
sebagai penyelewengan atau kesalahan secara hukum. Artikel ini menggunakan metode
studi pustaka dan dengan pendekatan Kualitatif. Dengan kajian dan analisa fenomena
tersebut secara teoritik khususnya dalam perspektif teori sosial Struktural Fungsional,
teori Neo Fungsional, Teori Neo Marxian hingga dianalisa dengan perspektif teori kritis
dengan mahzab Frankfurt School. Hasil dari artikel ilmiah ini adalah sebuah kompilasi
Teoritik Perpektif Teori Struktural Fungsional, Neo Fungsional, Teori Neo Marxian dan
Teori Kritis (Frankfurt School) tentang Realitas Fenomena Korupsi Indonesia dalam
kerangka dinamika konflik sosial politik dan dialektika antara State, Political Society dan
Civil Society.

Anda mungkin juga menyukai