Anda di halaman 1dari 10

Tugas Kelompok Bisnis Syariah

Kelompok 4 Manajemen E
Anggota : Meili Azhari (20210101180)
Rita Nisa Meylanda (20210101181)
Ai Krisnawati (20210101201)

MODUL
MEMOTIVASI MEMIMPIN KARYAWAN

A. MOTIVASI
1. Pengertian motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya
penggerak”. Motivasi adalah proses pemberian motif (penggerak) kepada karyawan atau
anggota untuk dapat bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan organisasi secara efisien
dapat tercapai. Jadi didalam memberikan motivasi, manajer harus mempengaruhi sikap
bawahan agar mereka bersedia untuk menjalankan tugas-tugas yang selaras dengan
tujuan organisasi.
Faktor-fator penting yang mempengarui motivasi adalah :
 Kebutuhan pribadi
 Tujuan dan persepsi individu atau kelompok
 Cara untuk mewujudkan kebutuhan, tujuan dan persepsi
Apabila para pekerja menyukai pekerjaan merek, menganggap bahwa tugas
mereka penuh dengan tantangan dan mereka menyukai lingkungan kerja secara umum
maka biasanya mereka akan berusaha secara maksimal untuk melaksanakan pekerjaan
mereka dengan semangat dan berdedikasi.
Dalam hal ini terdapat 2 motivasi yaitu :
a) Motivasi Positif
Merupakan proses untuk mempengaruhi orang lain dengan cara memberikan
penambahan tingkat kepuasan tertentu, misalnya dengan memberikan promosi,
tambahan penghasilan, menciptakan kondisi kerja yang nyaman dan lain sebagainya.

1
b) Motivasi Negatif
Adalah proses untuk mempengaruhi orang lain dengan cara menakut-nakuti
atau mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu secara terpaksa. Misalnya
memberi gambaran akan diturunkan pangkatnya, dipotong gajinya ataupun dipecat
dari jabatannya.
Motivasi ini sangat diperlukan seseorang dalam menjalankan segala
aktivitasnya. Dalam menjalankan hidup, seseorang memerlukan banyak motivasi agar
ia dapat menjalankan segala sesuatu yang dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
2. Tujuan dan Peran Motivasi
Motivasi mempengaruhi kerja seseorang sebesar 80% sehingga dapat dikatakan
bahwa motivasi adalah faktor penting bagi keberhasilan kerja. Dalam fungsinya sebagai
salah satu variabel penting yang mempengaruhi perilaku karyawan dalam lingkungan
kerja, motivasi memiliki dampak pada produktivitas kerja karyawan tersebut.
Motivasi kerja yang tinggi akan memungkinkan diperolehnya produktivitas yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat As'ad (1984) bahwa kuat lemahnya motivasi kerja
ikut membantu besar kecilnya keluaran. Jadi, motivasi kerja inilah yang akan memberi
bentuk pada pekerjaan dan hasil yang diperolehnya.
Motivasi seseorang dalam bekerja akan menentukan sikap kerjanya. Individu yang
mempunyai motivasi tinggi dapat bekerja dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik.
Kaitan motivasi kerja dengan unjuk kerja dapat diungkapkan sebagai berikut: unjuk kerja
(performance) adalah hasil interaksi antara motivasi kerja, kemampuan (abilities), dan
peluang (opportunities), dengan kata lain unjuk kerja adalah fungsi dari motivasi kerja
kali kemampuan kali peluang.
Bila motivasi kerja rendah, maka unjuk kerjanya akan rendah pula meskipun
kemampuannya ada dan baik, serta peluangnya pun tersedia. Kalau motivasi kerja tinggi,
peluang ada, namun karena keahliannya dalam bidang tersebut tidak pernah ditingkatkan
lagi, unjuk kerjanya juga tidak akan tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peranan
motivasi dalam kerja, yaitu :
a) Perusahaan yang mampu memotivasi karyawannya akan membuat karyawan
mengikuti arah dan tujuan yang dikehendaki perusahaan.

2
b) Karyawan yang mempunyai motivasi tinggi jarang berhadapan dengan masalah-
masalah pelanggaran disiplin kerja.
c) Apabila terjadi perubahan dalam manajemen perusahaan, bagi karyawan yang
mempunyai motivasi tinggi akan dapat menerima perubahan itu asalkan diberi
penjelasan tentang terjadinya perubahan perusahaan tersebut.
d) Karyawan yang mempunyai motivasi tinggi akan bersedia bekerja secara khusus,
terutama pada waktu perusahaan berada dalam keadaan sulit, misalnya bekerja
lembur dan kerja ekstra keras.
3. Faktor yang mempengaruhi motivasi
a. Kesejahteraan
Dapat diartikan sebagai tingkat kesejahteraan perkerja tersebut. Berdasarkan
Habibi (2005) adanya jaminan dari sebuah perusahaan akan mempengaruhi motivasi
kerja karyawan. Hal ini dikarenakan adanya suatu perasaan aman yang dirasakan oleh
seorang karyawan dengan adanya kesejahteraan dari perusahaan berupa jaminan
asuransi, seperti jaminan sosial tenaga kerja. Adanya rasa keamanan ini cukup
penting bagi seorang pekerja. Rasa keamanan ini akan meringankan beban pikiran
pekerja yang sudah sibuk dengan pekerjaannya.
b. Penghargaan
Seorang pekerja akan lebih memiliki dorongan bekerja dengan adanya sebuah
penghargaan terhadap hasil kerjanya. Hal ini berpengaruh didalam dua sisi. Seorang
pekerja ingin mendapatkan sebuah penghargaan yang secara langsung menjadi
motivasi mereka untuk bekerja.
c. Lingkungan Kerja
Lingkungan Kerja yang nyaman akan memberi dorongan motivasi terhadap
pekerjaan. Selain itu, adanya lingkungan kerja tersebut akan memudahkan pekerjaan
mereka. “Lingkungan kerja yang baik dapat mendukung pelaksanaan kerja sehingga
karyawan memiliki semangat bekerja dan meningkatkan kinerja karyawan” (Analisa,
2011).
d. Masa Kerja
Orang yang memiliki masa kerja yang lebih lama cenderung lebih memiliki
motivasi kerja dibandingkan pekerja baru. Berdasarkan Seniati (2006), Komitmen

3
seorang pekerja akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan semakin lama
mereka bekerja. Komitmen terhadap kerja tersebut dapat kita kaitkan dengan adanya
motivasi kerja dalam diri seseorang.
e. Tingkat Pendidikan
Seorang calon pekerja cenderung memiliki keinginan untuk kerja yang lebih
tinggi bila mereka memiliki pendidikan yang mencukupi. Hal ini bisa dikaitkan
dengan salah satu bagian didalam faktor kesejahteraan. Seorang pekerja akan
mendapat peningkatan motivasi kerja bila memiliki rasa jaminan terhadap pekerjaan
mereka. Pada hal ini, tingkat pendidikan seseorang memiliki peran penting sebagai
sebuah jaminan bagi seseorang untuk mendapat pekerjaan dan menjamin pengertian
terhadap fokus dari suatu pekerjaan.
Dengan adanya faktor kesejahteraan, penghargaan, lingkungan kerja, masa kerja,
dan tingkat pendidikan dapat mempengaruhi motivasi kerja seseorang. Sehingga
beberapa faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap motivasi kerja seseorang dalam
lingkungan kerja. Dengan adanya faktor tersebut dapat dijadikan acuan sebagai tolak
ukur bagaimana cara untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan.
4. Jenis Teori Motivasi
1) Teori Motivasi Kebutuhan (Abraham H. Maslow)
Menyatakan bahwa manusia dimotivasi untuk memuaskan sejumlah kebutuhan
yang melekat pada diri setiap manusia yang cenderung bersifat bawaan. Adapun
kebutuhan itu adalah:
a. Kebutuhan fisik (physiological needs)
b. Kebutuhan akan keamanan/keselamatan (safety/security needs)
c. Kebutuhan untuk berkelompok (sosial needs)
d. Kebutuhan akan harg diri/penghormatan (egoistic needs)
e. Kebutuhan akan pengakuan diri dan pengembangan diri (self realization needs)
2) Teori Motivasi Herzberg
Herzberg menyatakan bahwa ada faktor-faktor tertentu di tempat kerja yang
menyebabkan kepuasan kerja, sementara pada bagian lain adapula ketidak puasan.
Dengan kata lain kepuasa dan ketidak puasan berhubungan satu sama lain.

4
Faktor-faktor tertentu ditempat kerja tersebut didefinisikan sebagai hygiene
factors (faktor kesehatan) dan motivation factors (faktor pemuas). Dua faktor ini oleh
Herzberg dialamatkan kepada faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, dimana faktor
intrinsik adalah faktor yang mendorong karyawan termotivasi yaitu daya dorong yang
timbul dari dalam diri masing-masing orang. Dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong
yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempat bekerja.
3) Teori Motivasi McClelland
Menyatakan kebutuhan manusia ada 3 yaitu:
a. Kebutuhan berprestasi (needs for acbievement) yaitu keiginan untuk melakukan
sesuatu lebih baik dibandingkan sebelumnya.
b. Kebutuhan untuk berkuasa (needs for power) yaitu kebutuhan untuk lebih kuat,
lebih berpengaruh terhadap orang lain.
c. Kebutuhan afiliasi (needs for affiliation) yaitu kebutuhan untuk disukai,
memelihara atau mengembangkan persahabatan dengan orang lain.

5. Dalil Al-Quran dan Hadist tentang Motivasi


a. QS. Al-Baqarah: 216
Yang Artinya: "Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah
sesuatu yang kamu benci. boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
b. QS. Al-Baqarah: 286
Yang Artinya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dai kebajikan) yang diusahakannya dan ia
mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan
kami, jangnlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana
engkau bebankan orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah engkau
pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami,
dan ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkau Penolong kami, maka tolonglah
kami terhadap kaum yang kafir."

5
c. QS. Ar-Ra'd: 11
Yang Artinya: "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya,
dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia."

B. KEPEMIMPINAN
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mempengaruhi orang-orang agar bekerja untuk mencapai tujuan dan sasarannya.
Kepemimpinan menurut para ahli yaitu:
 Menurut Bass dan Bass (2011), Kepemimpinan adalah interaksi dua orang atau lebih
dalam suatu kelompok terstruktur atau struktur orang terhadap situasi persepsi dan
harapan anggota.
 Yuki (2010), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk
memahami dan menyetujui kebutuhan yang harus dipenuhi dan cara melakukannya,
serta proses memfasilitasi individu dan kelompok berusaha mencapai tujuan yang
sama.
 Northouse (2009), kepemimpinan adalah suatu sifat, sebuah kemampuan, sebuah
keterampilan, suatu perilaku dan suatu hubungan.
 Stogdill (1974), kepemimpinan adalah fokus dari proses kelompok, penerimaan
kepribadian seseorang, seni memengarui perilaku, alat utuk memengaruhi perilaku,
suatu tindakan perilaku, bentuk dan ajakan, bentuk dari relasi yang kuat, alat untuk
mencapai tujuan, akibat dari interaksi, peranan yang diferensial dan pembuat struktur.
Kepemimpinan adalah proses pengarahan yang dapat memotivasi orang lain untuk
bekerja kearah pencapaian tujuan tertentu. Jadi, dalam kepemimpinan ini melibatkan
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Disini motivasi harus dapat

6
diterima oleh orang lain dan menjadi pendorong untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin memiliki hubungan dengan efektivitas
dalam tim kerja pada karyawan atau bawahan organisasi, sehingga pemimpin diharapkan
tetap menerapkan gaya kepemimpinan yang demokratis secara konsisten dan menjalin
hubungan komunikasi yang baik dengan bawahan. Memberi kebebasan bawahan untuk
memberikan ide-ide mereka dan bebas berpendapat untuk tujuan organisasi yang terarah
dan tercapai dengan berbagai pandangan dari pemimpin, sehingga dapat terbentuk
efektivitas dalam bekerja pada satu tim kerja.
2. Jenis Teori Kepemimpinan
a. Teori ”Trait” (bakat)
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin dibawa
sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang
membuat mereka lebih baik dari orang lain (Marqus & Huston,1998). Teori ini
disebut dengan ”Great Man Theory”. Namun menurut teori kontemporer, kepimpinan
seseorang dapat dikembangkan bukan hanya dari pembawaan sejak lahir,
kepemimpinan seorang dapat dipengaruhi dari siapa yang mengasuh, situasi dan
lingkungan lainnya.
b. Teori X dan Teori Y Mc Gregor
Mc Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu
secara keseluruhan yang mengadakan interaksi dengan dunia individu lainnya. Apa
yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari prilaku orang lain. Sikap
dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang tersebut. Bawahan sangat tergantung
pada atasan dan berkeinginan untuk diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil
apabila dikehendaki kedua pihak, juga tergantung dari prakarsa yang diambil atasan
(Swanburg, 2000).
Teori X mengasumsikan bahwa bawahan tidak menyukai pekerjaan, kurang
ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cendrung menolak perubahan dan lebih
suka dipimpin dari pada memimpin. Sebaliknya teori Y mengasumsikan bahwa
bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu
mengawasi diri, mampu berimajinasi dan kreatif (Nursalam, 2002).

7
Singkatnya, gaya kepemimpinan paternalistik dan demokrasi cenderung
penganut teori Y serta gaya kepimpinan yang tough (otoriter) cenderung penganut
teori X
c. Teori Hersey and Blanchard
Menurut Hersey and Blanchard, kepimpinan didasarkan pada kemampuan dan
kematangan (kedewasaan) stafnya. Seorang pemimpin akan mengembangkan
kepimpinannya sesuai dengan kemampuan dan inisiatif stafnya. Seorang pemimpin
yang efektif harus mampu mengembangkan motivasi kerja stafnya sehingga staf
mampu bekerja lebih produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
Dari ketiga teori tersebut mempunyai ciri khas masing-masing dimana terdapat
teori kepemimpinan yang menekankan bahwa kepemimpinan adalah bawaan dari lahir
yaitu teori bakat, setelah itu Mc Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan
kehidupan individu secara keseluruhan yang mengadakan interaksi dengan dunia individu
lainnya, dan yang ketiga adalah kepimpinan didasarkan pada kemampuan dan
kematangan (kedewasaan) stafnya dimana teori tersebut adalah teori harsey.
3. Gaya Kepimpinan
Menurut Suarli dan Bahtiar (2007), gaya kepemimpinan ialah pola tingkah laku
yang dirancang untuk mengintegrasikan antara tujuan organisasi dan tujuan individu,
untuk mencapai suatu tujuan.
Gilles (1970), menyatakan bahwa gaya kepimpinan dapat diidentifikasikan
berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku sesorang dipengaruhi oleh adanya
pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupannya, oleh karena itu kepribadian sesorang
akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan.
Gaya Kepemimpinan menurut Teori X dan Teori Y yaitu :
a. Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepimpinan yang dilakukan dengan menimbulakan ketakutan serta
mengunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dan pelaksanaan teori X.
b. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun
bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari
bawahan tidak dapat dibenarkan. Gaya ini merupakan pelaksaan dari teori X.

8
c. Gaya Kepimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan sebuah
keputusan yang dilakukan dengan cara musyawarah. Gaya kepemimpinan ini
dasarnya sesuai dengan teori Y.
d. Gaya Kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan
diserahkan kepada bawahan. Gaya kepimpinan ini sesuai dengan teori Y (Azwar,
1996).
Tidak semua pemimpin memiliki gaya kepimpinan yang sama dalam memimpin
anggotanya. dari keempat gaya kepemimpinan tersebut sudah digolongkan menurut
karakteristik dari gaya kepemimpinan itu sendiri. Dari keempat tersebut gaya
kepemimpinan demokratis merupakan gaya kepemimpinan yang masih sangat diterima di
lingkungan kerja dimana ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan
sebuah keputusan yang dilakukan dengan cara musyawarah.
4. Dalil Al-quran dan Hadis tentang Kepemimpinan
a. QS. Ali Imron{3}:28.
Yang Artinya: "Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir
menjadi WALI pemimpin, teman setia atau pelindung. dengan meninggalkan orang-
orang mukmin, barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari golongan
Allah, kecuali kerena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka. dan Allah memperingartkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya, dan hanya
kepada Allah kamu kembali."
b. QS. Al-Ma'idah{5}:57.
Yang Artinya: "Hai orangorang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-
orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) diantara
orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-
orag musyrik) sebagai WALI (pemimpinmu). Dan bertakwalah kepada Allah jika
kamu betul-betul orang-orang yang beriman”.

9
Simpulan
Kepemimpinan dan motivasi merupakan dua hal yang berbeda, meski memiliki tautan
dalam konteks kerja dan interaksi antar-manusia organisasional. Keith Davis mengemukakan
bahwa tanpa kepemimpinan, organisasi hanya merupakan kelompok manusia yang kacau, tidak
teratur, dan tidak akan dapat melahirkan perilaku bertujuan.
Kepemimpinan adalah faktor manusiawi yang mengikat suatu kelompok bersama dan
memberinya motivasi menuju tujuan-tujuan tertentu, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Ini berarti antara kepemimpinan dengan motivasi memiliki ikatan yang kuat.

10

Anda mungkin juga menyukai