Anda di halaman 1dari 11

S - KU R I K U L

I IP UM
XI

AS

GA
KEL

si
12

BUN
Se
GEOGRAFI

GAN
PENGINDERAAN JAUH : 5

A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH


a. Identifikasi Fisik
1. Hutan Hujan Tropis
• Rona gelap
• Pohon bertajuk, terdiri dari tiga tingkat, jenis pohon heterogen
• Tekstur kasar
• Pola tidak teratur
• Ukuran tinggi besar mencapai 45 meter, jarak rapat, dan lebat
• Situs di daerah khatulistiwa, di dataran rendah hingga ketinggian 1000 meter
dpl dengan hujan sepanjang tahun
2. Hutan Musim
• Rona agak gelap
• Jenis pohon homogen
• Tekstur sedang
• Pola teratur
• Ukuran agak kecil, agak pendek mencapai 30 meter, jarak agak berjauhan
• Situs di daerah dataran rendah dan dataran tinggi dengan hujan musiman
3. Hutan Rawa
• Rona gelap
• Jenis pohon heterogen

1
• Tekstur kasar
• Ukuran tinggi pohon tidak seragam
• Situs pantai air payau, daerah muara sungai dan delta
4. Hutan Bakau
• Rona gelap
• Jenis pohon homogen
• Tekstur kasar
• Ukuran tinggi pohon seragam
• Situs pantai air payau, daerah muara sungai dan delta
5. Kelapa
• Rona agak gelap
• Berbentuk tajuk bintang
• Tekstur agak kasar
• Pola teratur
• Ukuran tinggi pohon seragam
• Situs pantai
6. Kelapa Sawit
• Rona agak gelap
• Berbentuk tajuk bintang
• Tekstur agak kasar
• Pola teratur, jarak sama
• Ukuran tinggi pohon seragam
• Situs daerah dataran yang luas
7. Nipah
• Rona cerah
• Berbentuk tajuk bintang
• Pola tidak teratur
• Ukuran tinggi pohon seragam
• Situs pantai air payau, daerah muara sungai dan delta
8. Sagu
• Rona gelap
• Berbentuk tajuk bintang
• Pola tidak teratur, berkelompok

2
• Ukuran tinggi pohon tidak seragam, ≥ 10 m
• Situs air payau (rawa pantai, rawa darat, dan rawa pedalaman)
9. Enau
• Rona agak gelap
• Berbentuk tajuk bintang
• Pola tidak teratur
• Ukuran tinggi pohon tidak seragam, ≥ 10 m
• Situs daerah dataran yang luas
10. Sungai
• Rona gelap
• Bentuk memanjang, makin melebar ke arah salah satu ujungnya memiliki
persimpangan dengan sudut lancip
• Tekstur halus
• Ukuran lebar tidak seragam

b. Identifikasi Sosial
1. Gedung Sekolah
• Bentuk letter I, L, U atau persegi panjang
• Ukuran lebih besar daripada rumah
• Situs jalan raya
• Asosiasi halaman luas dan tiang bendera
2. Permukiman Transmigrasi
• Bentuk sama
• Sekitar bangunan terdapat pekarangan yang luasnya sama
• Tekstur sedang atau kasar, dibelakang rumah tampak hutan
• Pola teratur
• Ukuran dan jarak seragam
• Situs menghadap ke jalan
3. Stasiun Kereta Api
• Bentuk memanjang
• Ukuran besar
• Asosiasi dengan dua jalur

3
4. Rel Kereta Api
• Rona cerah
• Bentuk memanjang
• Terdapat persimpangan dengan sudut lancip
• Ukuran lebar seragam
• Berpotongan dengan jalan
5. Jalan Raya
• Rona cerah
• Bentuk memanjang
• Tekstur halus
• Ukuran lebar seragam
• Terdapat jembatan di persilangan sungai dan pohon peneduh di tepinya
• Asosiasi dengan pola pemukiman memanjang
6. Jembatan
• Rona cerah
• Bentuk memanjang
• Tekstur halus
• Ukuran lebar seragam
• Situs di atas lembah atau sungai
• Berpotongan dengan jalan
7. Terowongan
• Bentuk memanjang
• Ukuran lebar seragam
• Memotong jalur kereta api atau jalan raya
8. Sawah
• Rona cerah
• Bentuk petak-petak
• Tekstur halus
• Pola teratur di daerah datar dan tidak teratur di daerah miring
• Ukuran tidak seragam

4
B. PENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN
Tata guna lahan adalah perencanaan penggunaan lahan untuk berbagai kebutuhan
seperti permukiman, pertanian, perkebunan, dan ruang terbuka hijau. Tata guna lahan
membutuhkan bantuan citra penginderaan jauh dengan resolusi spasial tinggi seperti
citra ikonos, citra quickbird, dan foto udara.

a. Fungsi Citra untuk Tata Guna Lahan


Citra inderaja membantu kajian tata guna lahan untuk:
1. Memantau perubahan penggunaan lahan
2. Memperoleh data untuk klasifikasi penggunaan lahan
3. Mengukur luas penggunaan lahan
4. Menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) seperti kawasan permukiman,
kawasan budidaya, dan kawasan lindung.
5. Menyusun Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK).
6. Menentukan kondisi fisik lahan seperti bentuk lahan dan kemiringan lahan.

b. Syarat Penggunaan Lahan untuk Kawasan Permukiman


Penggunaan lahan untuk kawasan permukiman harus memerhatikan beberapa syarat,
yaitu:
1. Tidak berada dalam kawasan lindung.
2. Kemiringan 0-8%. Untuk kawasan permukiman yang tidak padat dapat menggunakan
kemiringan 8-15%.
3. Ketinggian lahan < 1.000 meter dpL
4. Bebas dari pencemaran udara, air, tanah, panas, dan suara.
5. Bebas dari bencana banjir, longsor, dan tsunami.
6. Dekat dengan pusat pelayanan.
7. Sarana dan prasarana memadai.

c. Klasifikasi Penggunaan Lahan Kota dan Desa


Penggunaan lahan di kota dominan untuk aktivitas industri, penggunaan lahan di desa
dominan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan hutan.

5
1. Klasifikasi Penggunaan Lahan Kota

TINGKAT KERINCIAN KLASIFIKASI


Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV
1. Daerah kota 1.1 Permukiman 1.1.1 Pola teratur 1.1.1.1 Kepadatan rendah

1.1.1.2 Kepadatan sedang


1.1.2 Pola semi teratur 1.1.2.1 Kepadatan rendah

1.1.2.2 Kepadatan sedang

1.1.2.3 Kepadatan tinggi


1.1.3 Pola tidak teratur 1.1.3.1 Kepadatan rendah

1.1.3.2 Kepadatan sedang

1.1.3.3 Kepadatan tinggi


1.2 Perdagangan 1. 2.1 Pasar tradisional

1. 2.2 Pertokoan

1. 2.3 Mall
1.3 Industri 1. 3.1 Pabrik

1. 3.2 Gudang
1.4 Transportasi 1. 4.1 Jalan 1. 4.1.1 Jalan arteri

1. 4.1.2 Jalan kolektor

1. 4.1.3 Jalan lokal

1.4.2 Terminal

1.4.3 Stasiun

1.4.4 Rel kereta api


1.5 Jasa 1.5.1 Kelembagaan 1.5.1.1 Kantor pemerintahan,
sekolah, kampus, rumah
sakit

1.5.2 Nonkelembagaan 1.5.2.1 Hotel


1.6 Rekreasi dan olahraga 1.6.1 Kebun binatang

1.6.2 Ruang terbuka hijau

1.6.3 Lapangan olah raga

6
TINGKAT KERINCIAN KLASIFIKASI
Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV
1.7 Tempat ibadah 1.7.1 Masjid

1.7.2 Gereja
1.8 Pertanian 1.8.1 Sawah

1.8.2 Kebun campuran

1.8.3 Tegalan

1.9 Lain-lain 1.9.1 Kuburan 1.9.1.1 Umum Cina

1.9.2 Lahan kosong

2. Klasifikasi Penggunaan Lahan Desa

TINGKAT KERINCIAN KLASIFIKASI

Tingkat I Tingkat II Tingkat III

1. Daerah desa 1.1 Perkampungan 1.1.1 Kampung

1.1.2 Kuburan
1.2 Sawah 1.2.1 Sawah irigasi

1.2.2 Sawah tadah hujan

1.3 Tegalan dan kebun


1.4 Hutan 1.4.1 Hutan lebat

1.4.2 Hutan homogen

1.4.3 Hutan belukar


1.5 Semak belukar dan alang-alang
1.5.1 Lahan penggembalaan

1.5.2 Lahan tandus

1.6 Rawa

d. Ruang Terbuka Hijau dan Penggunaan Citra Resolusi Tinggi


Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area terbuka tempat tumbuhnya tanaman, baik secara
alami maupun disengaja. Minimal 30% wilayah kota harus dijadikan RTH yang berfungsi
mengendalikan pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara.

7
Citra inderaja dengan resolusi tinggi dibutuhkan dibidang pertanian dan perkebunan,
karena hasil rekamannya detail maka digunakan untuk menghitung jumlah pohon
sehingga dapat diketahui volume produktifitasnya.

C. PENGINDERAAN JAUH UNTUK JARINGAN TRANSPORTASI


Transportasi adalah objek kajian yang berkaitan dengan interaksi antarwilayah.
Perencanaan transportasi membutuhkan data kependudukan, penggunaan lahan,
kebutuhan perjalanan, dan kondisi ekonomi.

Pada sistem transportasi, citra satelit membantu proses perencanaan hingga pemetaan
infrastruktur. Untuk akurasi konstruksi pembangunan, citra satelit dapat digunakan untuk
desain hingga perencanaan dan monitoring dalam proses konstruksi.

Citra penginderaan jauh resolusi tinggi dapat menampilkan data jaringan jalan, sungai,
dan rel kereta api dengan sangat jelas. Bahkan fungsi jalan dapat dibedakan dari citra,
seperti jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal. Selain jaringan jalan, pada citra
juga dapat ditampilkan persimpangan jalan, tempat parkir, terminal, bandar udara, atau
stasiun kereta api.

a. Klasifikasi Jaringan Jalan


Menurut UU No.38 Tahun 2004, jaringan jalan dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu
jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.
1. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna.
2. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri pelayanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata.

8
b. Manfaat Penginderaan Jauh untuk Sistem Transportasi Laut
Penginderaan jauh memiliki peran penting bagi pengembangan sistem transportasi laut.
Beberapa di antaranya:
1. Untuk mengetahui sistem atau pola angin permukaan.
2. Pengamatan perkiraan pasang surut air laut.
3. Pengamatan fisik air laut.
4. Untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara.

c. Manfaat Penginderaan Jauh untuk Sistem Transportasi Udara


Beberapa manfaat penginderaan jauh untuk sistem transportasi udara, antara lain:
1. Membantu analisis cuaca dengan memperkirakan tekanan udara pada suatu
wilayah.
2. Alat bantu navigasi transportasi udara.
3. Perkiraan iklim, suhu, dan kandungan air di udara untuk penentuan larangan
terbang.

d. Manfaat Penginderaan Jauh untuk Informasi Kependudukan


Informasi mengenai jumlah penduduk pada suatu wilayah merupakan parameter penting
dalam perencanaan transportasi. Untuk memperkirakan jumlah penduduk melalui citra
penginderaan jauh, yaitu dengan menghitung jumlah unit bangunan dan tipe ukuran
bangunan rumah dikalikan dengan jumlah penghuni tipe rumah tersebut. Kategori untuk
setiap rumah, yaitu jumlah keluarga besar, keluarga sedang, dan keluarga kecil.

D. TATA KELOLA DAN LEMBAGA PENGINDERAAN JAUH


a. Badan Informasi Geospasial (BIG)
BIG mempunyai fungsi untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang informasi
geospasial. Program yang dilaksanakan berhubungan dengan pembangunan dan
pemutakhiran informasi geospasial. Melalui penginderaan jauh, BIG memiliki peran
penting dalam menyediakan data geospasial mulai dari perolehan data, pengolahan data,
hingga menjadi informasi geospasial.

b. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)


LAPAN ditunjuk pemerintah untuk melakukan penelitian, pengembangan, dan
pemanfaatan bidang penginderaan jauh. Bidang utama tugas LAPAN, yaitu teknologi
dirgantara, kebijakan dirgantara, dan sains antariksa.

9
LAPAN memiliki stasiun bumi di Pekayon Jakarta Timur dan di Pare-Pare sebagai stasiun
penerima data satelit, serta stasiun bumi di Biak untuk pengamatan cuaca wilayah timur.
LAPAN mengembangkan bank data penginderaan jauh nasional dengan tujuan:
1. Mengumpulkan, memelihara, memutakhirkan, dan mendistribusikan data
penginderaan jauh Indonesia.
2. Menyediakan data satelit (resolusi spasial rendah sampai tinggi) yang bebas awan
setiap tahun untuk seluruh wilayah Indonesia.
3. Menyediakan informasi mengenai kualitas data dalam bentuk meta data atau
riwayat data seperti sistem proyeksi dan sistem koordinat, level koreksi geometri,
level koreksi radiometeri, waktu pemotretan, lokasi pemotretan, persentase tutupan
awan dan hak cipta.
4. Memberi supervisi terkait pemanfaatan data penginderaan jauh.
5. Memberi masukan kepada pemerintah terkait kebijakan pengadaan, pemanfaatan,
dan penguasaan teknologi dan data penginderaan jauh satelit.
6. Membangun sistem akses data spasial yang terintegrasi dengan sistem akses data
spasial kepada masyarakat sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
7. Menjadi wakil nasional dalam kerjasama penyediaan data penginderaan jauh secara
internasional.
8. Menyediakan fasilitas pengolahan data penginderaan jauh bagi para pengguna di
luar LAPAN.

Untuk mengurangi ketergantungan data penginderaan jauh terhadap negara lain, maka
LAPAN mengembangkan satelit TUBSTAT.

c. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)


Dibawah koordinasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi, BPPT melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi. Hasil riset BPPT terkait
penginderaan jauh dipublikasikan. Hasil riset tersebut berjudul “Kemajuan Teknologi
Radar Cuaca dan Manfaat Aplikasinya untuk Masyarakat”.

BPPT menginformasikan status terkini observasi radar, mendiskusikan aplikasi dan


kontribusinya serta mengembangkan jaringan observasi radar di wilayah maritim
Indonesia.

10
d. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
LIPI membawahi berbagai bidang kajian seperti ilmu kebumian, ilmu pengetahuan alam,
ilmu pengetahuan teknik, dan illmu pengetahuan sosial.

Hasil kajian LIPI terkait penginderaan jauh berupa kajian kebumian. LIPI membangun
laboratorium penginderaan jauh untuk kepentingan analisis oseanografi Indonesia.

11

Anda mungkin juga menyukai