2. Milnia Ulya Alfi (41) 3. Fatya Nur Alfi Rahmatika (37) 4. Siti Nofia Nadlifatul Ilmiah (40) Pembahasan: 1. Tasawuf dan Kehidupan Allah menciptakan manusia untuk memikul tugas kekhalifahan di bumi. Tugas kekhalifahan yang harus disertai dengan nilai-nilai penghambaan (ubudiyyah) kepada Allah, sehingga dapat menghantarkan dirinya kepada-Nya. Manusia tidak akan dapat sampai kepada Allah tanpa penghambaan diri yang murni dan tulus kepada Allah. Apabila penghambaan dirinya murni kepada Allah, dan ia termasuk diantara hamba-hamba-Nya yang muklis, Allah tidak akan memberi jalan bagi setan untuk menjerumuskannya. Iblis mengakui, ia tidak akan mampu menyesatkan orang yang telah merealisasikan penghambaan dirinya secara tulus kepada Allah. Bila manusia meralisasikan penghambaan dirinya kepada Allah, maka Allah akan menjaganya dengan memberi makrifat. “lalu mereka bertemu dengan seorang hamba (Nabi Khadhir) diantara hamba-hamba kami, yang telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari kami”. (Qs. Al-Kahf:65). Nabi Khadhir telah merealisasikan penghambaan kepada Allah. Berkahnya, ia diberi rahmat dan makrifat dari sisi-Nya. Rasulullah SAW telah merealisasikan penghambaan dirinya kepada Allah secara sempurna dan paripurna. Ia merealisasikannya pada puncak yang tidak bisa dilakukan oleh selainnya, sehingga sholat, ibadah, hidup, dan matinya, hanya untuk Allah Tuhan semesta alam. Rasulullah SAW telah merealisasikan penghambaan dirinya kepada Allah dengan sempurna, sehingga Allah memberinya kemuliaan duniawi dan ukhrawi. Apabila diamati, kehidupan kaum sufi hanya berusaha mengikuti dan meneladani Rasulullah SAW di dalam langkah dan perjalanan hidupnya semaksimal mungkin. Kaum sufi mengikat dirinya dengan meneladani Rasulullah SAW baik dalam hal yang kecil maupun dalam hal yang besar. 2. Tasawuf dan Ilmu Pengetahuan Kaum sufi memberikan konstribusi paling besar dalam dunia ilmu pengetahuan islam, dalam berbagai cabang disiplin ilmu agama, fikih, tafsir, hadist, akhlak dan lain-lainnya. Misalnya kita perhatikan tokoh pertama dalam dunia sufi yang diakui oleh seluruh ulama Ahlussunnah wal jama’ah, yaitu al- junaid al-Baghdadi, yang memiliki penguasaan cemerlang terhadap seluruh bidang studi ilmu keislaman, berdasarkan kesaksian al-Hafizh Ibn Katsir, pakar tafsir, hadist dan sejarah. Sekarang kita beralih kepada tokoh yang kedua dalam dunia sufi kaum sunni, yaitu Hujjatul-Islam Abu Hamid al-Ghazali. Imam Muhyiddin Ibn Arabi al- Hatimi at-Tha’i (570-638 H/ 1165-1240), seringkali memuji keluasan ilmu Hujjatul-Islam al-Ghazali, yang dalam karyanya, ihya’ Ulum ad-Din, menghimpun 40 bagian. Dibawah pena al-Ghazali, para pemikir filsafat kenamaan runtuh dengan sangat mudah dan gampang. Al-Ghazali telah berhasil memadamkan bid’ah filsafat yang mempermainkan Islam di Timur. Sementara karya Al-Ghazali dibidang ushul fikih, yang berjudul al- Mustashfa fi ilm al-Ushul, menjadi rujukan utama para pakar ushul fikih dalam tiga mazhab: syafi’i, Maliki, dan Hambali. Sekarang kita memcoba memperhatikan bidang studi ilmu hadist, maka akan kita dapati kaum sufi berada pada posisi tertinggi dalam mempelajari, menghapal dan meyebarkan hadist. Kita perhatika nama-nama para hafizh (gelar kesarjanaan tertinggi dalam bidang studi ilmu hadist), yang ditulis oleh al-Hafizh al-Dzahabi (673-748H/1274-1348M) dalam kitabnya, tadzkirat Al-Huffazh, akan kita dapati sekian hafizh yang berlatar belakang sufi. Al-Hafizh Abu al-Fadhl Nashr bin Muhammad bin Ya’qub al-Aththar at- Thusi. Menurul al-Hakim, ia termasuk salah satu pilar ilmu hadist di khurasan, selain sebagai rujukan agama, kezuhuran, kedermawanan dan kesetiaan pada Ahlussunah. Al-Hafizh al-Kabir Abu Nu’aim Ahmad bin Abdillah bin Ahmad al- Mihrani al-Ashfahani, muhaddits dan sufi. Para hafizh dari berbagai penjuru dunia mendatangi rumahnya, karena keluasan ilmunya, hafalannya dan ketinggian sanad-sanadnya. Kiranya ketiga pakar hadist diatas, cukup sebagai bukti bahwa dalam bidang studi ilmu hadist, kaum sufi punya peran yang sangat penting. Apabila kita membaca lebih banyak lagi biografi para hafizh, yang dicatat oleh al-hafizh al- Dzahabi dan mendapati sekian hafizh dan muhaddist yang berlatar belakang seperti al-Hakim, ad-Daraquthni, Abu Nu’aim, al-Khathib al-Baghdadi, al- Baihaqi dan lain-lain.