Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

LEMBAGA PERADILAN DI INDONESIA


“MAHKAMAH SYAR'IYAH”

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Lembaga Peradilan Di Indonesia

Dosen Pengampu: Dr. H. Sudirman L, M.H

Disusun Oleh Kelompok 7:

1. Rusman Mansyur 2020203874234013


2. Jumrah S 2020203874234016

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PAREPARE

2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., berkat rahmat dan karunia-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan maklah ini dengan judul “ Mahkamah Syar'iyah ”.
Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad Saw yang telah
menegakkan kalimat Tauhid serta membimbing umatnya ke jalan yang penuh cahaya dan
semoga kita termasuk kaum yang mendapat syafaatnya di hari akhir nanti, Amin.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan dapat menjadi sebuah pembelajaran dan pengalaman baru bagi penulis dalam
membuat makalah. Mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kata-kata yang salah dan
sulit dipahami para pembaca, untuk itu kritik dan saran dari para pembaca sangat kami
perlukan demi kesempurnaan makalah selanjutnya, atas kritik dan saran yang diberikan kami
ucapkan terima kasih.

Parepare, 12 November 20021

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

SAMPUL .................................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4
C. Tujuan Masalah ................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 5
A. Pengertian Mahkamah Syar'iyah ......................................................................................... 5
B. Dasar Hukum Mahkamah Syar'iyah .................................................................................... 5
C. Tugas Mahkamah Syar'iyah ................................................................................................. 6
D. Fungsi Mahkamah Syar'iyah ............................................................................................... 8
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 9
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 9
B. Saran .................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 10

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradilan Syari'at Islam di Aceh dilakukan oleh Mahkamah Syar'iyah yang
merupakan Pengadilan Khusus dalam lingkungan Peradilan Agama. Mahkamah Syar’iyah
adalah suatu lembaga publik servis dalam suatu penegakan hukum dan keadilan yang
bertugas melaksanakan sebagian kekuasaan kehakiman untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat pencari keadilan guna mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera serta
memiliki kesadaran hukum yang tinggi.

Pembentukan Mahkamah Syar’iyah di Nanggroe Aceh Darussalam adalah


berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi
Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (telah diganti dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh Jo Qanun Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10 Tahun 2002 tentang Peradilan Syari’at Islam.

Mahkamah Syar’iyah pada hakekatnya adalah pengembangan dari Pengadilan Agama


dengan perubahan kewenangan yang meliputi perkara jinayat. Perubahan nama Pengadilan
Agama menjadi Mahkamah Syar’iyah, Pengadilan Tinggi Agama menjadi Mahkamah
Syar’iyah Aceh adalah berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2003.

Sesuai Pasal 1 ayat (1) Keputusan Presiden RI Nomor 11 Tahun 2003 Pengadilan
Agama yang ada di Provinsi Aceh diubah menjadi Mahkamah Syar’iyah. Pasal 1 ayat (3)
Keputusan Presiden Republik Indonesia Tahun 2003, Pengadilan Tinggi Agama yang ada di
Provinsi NAD diubah menjadi Mahkamah Syar’iyah Provinsi NAD.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Mahkamah Syar’iyah ?
2. Apa saja Dasar Hukum Mahkamah Syar’iyah ?
3. Apa saja Tugas Mahkamah Syar'iyah ?
4. Apa saja Fungsi dari Mahkamah Syar’iyah ?

4
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Mahkamah Syar’iyah !
2. Untuk Mengetahui Apa saja Dasar Hukum Mahkamah Syar’iyah !
3. Untuk Mengetahui Tugas dari Mahkamah Syar'iyah !
4. Untuk Mengetahui Fungsi dari Mahkamah Syar’iyah !

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mahkamah Syar'iyah
Mahkamah Syar`iyah adalah lembaga Peradilan Syari’at Islam di Nanggroe Aceh
Darussalam sebagai pengembangan dari Peradilan Agama yang diresmikan pada tanggal 4
Maret 2003 M/1 Muharram 1424 H.

Mahkamah Syar’iyah adalah suatu lembaga publik servis dalam suatu penegakan
hukum dan keadilan yang bertugas melaksanakan sebagian kekuasaan kehakiman untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan guna mewujudkan masyarakat
yang adil dan sejahtera serta memiliki kesadaran hukum yang tinggi.

B. Dasar Hukum Mahkamah Syar'iyah


Dasar hukum Pembentukan Mahkamah Syar’iyah di Nanggroe Aceh Darussalam
adalah berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi
Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah diganti
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh Jo Qanun
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10 Tahun 2002 tentang Peradilan Syari’at
Islam.
Dasar hukum Mahkamah Syar'iyah diantaranya sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi
Daerah Istimewa Aceh ;
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah
Istimewa Aceh Sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;
3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman ;
4. Kepres Nomor 11 Tahun 2003 tentang Mahkamah Syar’iyah dan Mahkamah Syar’iyah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;

5
5. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor: KMA/070/SK/X/2004 tanggal 06
Oktober 2004 tentang Pelimpahan sebagaian Kewenangan dari Peradilan Umum Kepada
Mahkamah Syar’iyah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;
6. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10 tahun 2002 tentang Peradilan
Syari’at Islam ;
7. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 11 tahun 2002 tentang Pelaksanaan
Syari’at Islam Bidang Aqidah, Ibadah dan Syi’ar Islam ;
8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh ;
9. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tantang Kekuasaan Kehakiman ;
C. Tugas Mahkamah Syar’iyah
Tugas Pokok Mahkamah Syar'iyah sebagaimana tugas Peradilan Agama pada
umumnya, yaitu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 Tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama pasal 49
menyatakan, “Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di
bidang:
 Perkawinan
 Waris
 Wasiat
 Hibah
 Waqaf
 Zakat
 Infak
 Sedekah
 Ekonomi Syari’ah

1. Tugas Bidang Yudisial


Kekuasaan dan Kewenangan Mahkamah Syar’iyah dan Mahkamah Syar’iyah Provinsi
adalah kekuasaan dan kewenangan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama
ditambah dengan kekuasaan dan kewenangan lain yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dalam bidang ibadah dan syi’at Islam yang ditetapkan dalam Qanun :

6
a. Kekuasaan dan kewenangan Pengadilan Agama, sesuai dengan pasal 49 ayat (1) undang-
undang Nomor 7 Tahun 1989, adalah memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-
perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang :
1) Perkawinan ;
2) Kewarisan, wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam ;
3) Waqaf dan shadaqah
b. Bidang Perkawinan sebagaimana yang dimaksud pada poin (1) di atas, adalah kekuasaan
dan kewenangan menyangkut hal-hal yang diatur dalam atau didasarkan kepada Undang-
undang mengenai perkawinan yang berlaku.
c. Bidang kewarisan sebagaimana yang dimaksud pada point (2) diatas, adalah kekuasaan
dan kewenangan penentuan siapa-siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai
harta peninggalan, penentuan bagian masing-masing ahli waris dan melaksanakan
pembagian harta peninggalan tersebut.

Dalam melaksanakan amanat dari pasal 25 Undang-udang Nomor 18 Tahun 2001 dan
Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10 tahun 2002 telah memberikan
kewenangan terhadap Mahkamah Syar’iyah untuk memeriksa, memutus dan menyelsaikan
perkara-perkara pada tingkat pertama dan banding :

1) Al-Ahwa Al-Syakhshiyah ;
2) Mu’amalah ;
3) Jinayah ;
Keuasaan dan kewenangan tersebut akan dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan kompetensi dan ketersedian sumber daya manusia dalam kerangka sistem
Peradilan Nasional.

2. Tugas Non Yudisial


a. Pengawasan :
1) Melakukan pengawasan jalannya Peradilan tingkat pertama agar peradilan dilakukan
dengan adil, jujur, cepat, sederhana dan biaya murah ;
2) Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim,
Panitera/Sekretaris, Pejabat Kepaniteraan dan Juru Sita.
3) Mengumpulkan data-data narapidana (pelaku Jinayah) apabila hakim Mahkamah
Syar’iyah sudah mengadili perkara jinayah.
b. Penasehat Hukum :

7
1) Menerima pendaftaran diri penasehat hokum/advokat dan pengacara praktek yang
akan menjalankan tugasnya.
2) Ketua Mahkamah Syar’iyah berwenang memberi izin insidentil kepada seseorang
yang bertindak sebagai penasehat hukum.
3) Menyimpan daftar penasehat hukum (advokat dan pengacara praktek yang bertugas
didaerahnya dan mengirimkan daftar tersebut ke Mahkamah Syar’iyah Provinsi,
Mahkamah Agung RI.
c. Hisab dan Rukyat :
1) Melakukan hisab dan rukyat hilal untuk penentuan awal bulan qamariah, penentuan
arah kiblat dan kelender hijriyah dll.
2) Menyusun dan membuat Imsakiyah Ramadhan.

3. Tugas Lain-Lain
1) Menyaksikan pengangkatan sumpah Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Walikota dan
Wakil Bupati/Wakil Walikota.
2) Ketua Mahkamah Syar’iyah sebagai Pembina KORPRI, Darmayukti Karini, IKAHI,
IPASPI dan PTWP dan melakukan pembinaan terhadap unit tersebut.
3) Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh atau Daerah agar membina kerjasama yang baik
dengan lembaga MUSPIDA untuk kepentingan kedinasan dan menjaga citra wibawa
Mahkamah Syar’iyah.
4) Ketua Mahkamah Syar’iyah dapat memberikan nasehat bila diminta.
5) Mengaktifkan majelis kehormatan hakim dimana ketua Mahkmah Syar’iyah Provinsi
karena jabatan (ex officio) menjadi Ketua Majelis Kehormatan.

D. Fungsi Mahkamah Syar'iyah


Mahkamah Syar’iyah Melaksanakan beberapa fungsi yang meliputi :
1. Fungsi Peradilan, dalam hal ini Mahkamah Syar’iyah merupakan salah satu pilar
pelaksana kekuasaan kehakiman untuk menerima, memeriksa mengadili, dan
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya berdasarkan wilayah hukum
(kompetensi relatifnya):

8
2. Fungsi Administrasi, dalam hal ini Mahkamah Syar’iyah sebagai pelaksana administrasi
dalam rumah tangganya dan bertanggungjawab melaksanakan tertib administrasi baik
menyangkut administrasi perkara maupun administrasi umum;
3. Fungsi Nasehat Dan Pembinaan, dalam hal ini Mahkamah Syar’iyah berfungsi dan
berwenang memberi nasehat dan pertimbangan mengenai hukum Islam di instansi
pemerintah di daerah hukumnya bila diminta, dan memberikan isbat kesaksian rukyatul
hilal dalam penentuan tahun hijriyah;
4. Fungsi Pengawasan, dalam hal ini Mahkamah Syar’iyah berkewajiban melakukan
pengawasan dan pembinaan terhadap tingkah laku aparaturnya;

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mahkamah Syar`iyah adalah lembaga Peradilan Syari’at Islam di Nanggroe Aceh
Darussalam sebagai pengembangan dari Peradilan Agama yang diresmikan pada tanggal 4
Maret 2003 M/1 Muharram 1424 H sesuai dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001,
Keppres Nomor 11 Tahun 2003 dan Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10
Tahun 2002.
Tugas Mahkamah Syar'iyah sama dengan tugas Peradilan Agama pada umumnya
yang pada bidang yudisial memiliki tugas memutus perkara perkawinan, kewarisan, warisan,
hibah, waqaf, shadaqah, muamalah, dan jinayah. Sedangkan tugas pada bidang non yudisial
memiliki tugas pengawasan, penasehat hukum, hisab, dan rukyat.
Sementara itu Mahkamah Syar'iyah melaksanakan beberapa fungsi seperti fungsi
peradilan, fungsi administrasi, fungsi nasehat dan pembinaan, serta fungsi pengawasan.

B. Saran

9
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, kerena kesempur-naan itu
hanya milik Allah, berkenaan dengan hal ini kami dari penyusun sangat membutuhkan kritik
dan saran yang dapat membangun dalam pembuatan makalah ke depannya, dan tidak lupa
kami ucapkan banyak terima kasih kepada guru yang telah membimbing kami sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat pada waktunya. Dan semoga makalah ini
dapat bermamfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

https://ms-sigli.go.id/sejarah/

https://ms-meulaboh.go.id/tugas-dan-fungsi/

https://ms-idi.go.id/new/link/201704170937451206258f470c9a9fd9.html

https://id.scribd.com/doc/294025990/mahkamah-syariah

10

Anda mungkin juga menyukai