Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ZAKAT DAN EKONOMI

DISUSUN OLEH:
Kelompok 5

1. Rusman Mansyur 2020203874234013


2. Vira Aulia 2020203874234019
3. Muftihatul Rahma 2020203874234030

PROGRAM STUDI DASAR-DASAR EKONOMI


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Zakat dan ekonomi".
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
dasar-dasar ekonomi. Dalam membuat makalah ini, dengan keterbatasan
ilmu yang kami miliki kami berusaha mencari sumber data dari berbagai
sumber informasi.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
penyusunan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para
pembaca. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Pinrang, 11 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan Masalah...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
A. Hakikat Ketentuan Zakat ................................................................3
B. Zakat dan Kestabilan Sosial............................................................5
C. Zakat dan Pertumbuhan Ekonomi..................................................6
BAB III PENUTUP.....................................................................................7
A. Kesimpulan......................................................................................7
B. Saran...............................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam. Sehingga zakat
secara normatif merupakan suatu kewajiban mutlak yang dimiliki oleh
setiap orang muslim. Oleh sebab itu, zakat menjadi salah satu landasan
keimanan seorang muslim, dan zakat juga dapat dijadikan sebagai
indikator kualitas keislaman yang merupakan bentuk komitmen solidaritas
seorang muslim dengan sesama muslim yang lain. Zakat juga merupakan
suatu ibadah yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Selain itu, zakat juga
memberi dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Bahwa
dengan berzakat golongan kaya (muzakki) dapat mendistribusikan
sebagian hartanya kepada golongan fakir miskin (mustahiq), maka
terjadilah hubungan yang harmonis antara golongan kaya dan fakir miskin.
Sehingga golongan fakir miskin dapat menjalan kegiatan ekonomi di
kehidupannya.
Zakat juga memiliki peran yang begitu luas. Salah satu peran yang
dimiliki oleh zakat adalah peran terhadap pengurangan angka kemiskinan
masyarakat. Dan zakat dikumpulkan kepada amil zakat yang selanjutnya
dikelola dengan baik dan zakat akhirnya didistribusikan kepada mustahiq.
Dengan demikian, mustahiq diharapkan akan berubah statusnya menjadi
muzakki. Sehingga angka kemiskinan di masyarakat dapat berkurang
dengan adanya perubahan status mustahiq menjadi muzaki. Peran zakat
secara makro jika kita melihat sejarah pemerintahan khalifah Umar Ibn
Khattab, bahwa zakat merupakan sumber pemasukan Negara Islam
selain Pajak dan lain sebagainya.3 Sehingga zakat mempunyai peran
yang sangat central dalam ekonomi Islam. bukan hanya individu saja yang
dapat merasakan dampak positif
zakat, melainkan sebuah Negara juga dapat merasakan dampak dari
zakat untuk perekonomian Negara, yakni sebagai sumber lain pemasukan
Negara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hakikat ketetentuan Zakat?
2. Jelaskan zakat dan kestabilan sosialnya?
3. Bagaimana pertumbuhan ekonomi zakat?

C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah diatas adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Memahami Hakikat ketetentuan Zakat
2. Mengetahui tentang kestabilan sosial zakat
3. Mengetahui pertumbuhan ekonomi zakat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Ketentuan Zakat


Hakikat zakat adalah proses penyucian diri yang berdimensi sosial,
yakni tanggung jawab dari segi kemanusiaan. Di satu sisi, zakat
merupakan wujud ketaatan terhadap perintah Allah sebagai konsekuensi
pernyataan keimanan. Terkait dalil zakat, Allah berfirman dalam Surah At-
Taubah:103, sebagai berikut:
>‫ص ٰلو َت َك َس َك ٌنلَّه ُۗمْ َوال ٰلّ ُه َس ِم ْيع ٌَعلِ ْي ٌم‬
َ ‫صلِّ َعلَي ِْه ۗمْ ِا َّن‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْناَمْ َوال ِِه‬
َ ‫مْصدَ َق ًة ُت َط ِّه ُرهُمْ َو ُت َز ِّكي ِْهمْ ِب َه َاو‬
Artinya:
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan
menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu
itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha
Mendengar, Maha Mengetahui”.
Ketentuan Zakat
Dalam Islam, membayar zakat menjadi kewajiban tiap muslim bila
hartanya sudah mencapai nisab. Amalan yang masuk dalam rukun Islam
ini menjadi syarat pokok tegaknya syariat Islam.
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah ini dikeluarkan setiap setahun sekali di Bulan
Ramadhan. Besarannya sesuai ketentuan zakat fitrah, yakni 2,5
kilogram hingga 3,5 liter makanan pokok yang digunakan sehari-hari
dan ditunaikan oleh setiap jiwa.
Selain makanan pokok atau beras, zakat fitrah juga bisa dibayarkan
dengan bentuk uang. Ketentuan zakat bentuk uang ini disesuaikan
pula dengan harga makanan pokok yang dikonsumsi oleh pemberi
zakat. Misalnya setiap hari kita makan dengan beras yang dibeli
seharga Rp13 ribu per kilogram, maka zakat fitrah yang harus
dikeluarkan seharga bahan makanan yang sama.
2. Zakat Maal
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menyebut maal atau harta
yang dimaksud memiliki dua syarat, yaitu:
a. Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai
b. Dapat diambil manfaat sesuai ghalibnya, misal: rumah, ternak,
mobil, hasil pertanian, uang, emas, dan perhiasan lainnya.
Seorang muslim wajib mengeluarkan zakat atas hartanya tersebut
dengan ketentuan zakat sebesar 2,5 persen dari jumlah total yang
dimiliki. Harta yang dimiliki itu, memiliki syarat ketentuan seperti:
a. Dimiliki penuh
b. Bertambah atau berkembang
c. Lebih dari kebutuhan pokok
d. Bebas dari hutang
e. Cukup nisab
f. Sudah berlalu satu tahun
Maka jika harta kita sudah memenuhi ketentuan zakat alias sudah
mencapai satu nisab atau 85 gram emas, kita wajib mengeluarkan
zakat maal. Sebagai contoh, simak ilustrasi berikut:
“A memiliki emas yang tersimpan seharga Rp100 juta selama satu
tahun. Jika saat ini harga emas per gram adalah Rp622 ribu, maka
nisab zakat (85 gram emas)adalah Rp52.870 .000.
Dengan begitu, A sudah wajib menunaikan zakat maal dengan
jumlah yang dibayarkan seperti hitungan di bawah ini:
2,5 persen x Rp100 juta = Rp2.500.000”
3. Zakat Penghasilan atau Profesi
Zakat penghasilan dikeluarkan dari penghasilan yang diperoleh dari
pengembangan diri dengan cara sesuai syariat. Zakat penghasilan ini
dianalogikan seperti zakat hasil pertanian yang dibayarkan ketika
sudah memperoleh hasilnya. Ketentuan zakat profesi yakni ketika
sudah memiliki nisab 653 kilogram gabah atau 524 kilogram beras.
Sedangkan besarannya tetap mengikuti kadar zakat maal, yaitu 2,5
persen.
Misalnya, A menerima penghasilan Rp10 juta. Kemudian harga
beras yang biasa dimakan saat ini adalah Rp10 ribu per kilogram.
Sehingga jika dikalikan 524 kilogram beras jumlahnya adalah
Rp5.240.000. Dengan demikian, jumlah zakat penghasilan yang harus
dibayarkan senila 2,5 persen x Rp10 juta = Rp250.000

B. Zakat dan Kestabilan Sosial


Zakat selalu disalurkan kepada orang-orang yang membutuhkan,
yaitu masyarakat yang paling terdampak oleh resesi. Karena sifatnya yang
wajib, zakat juga akan terus mengalir secara proporsional dengan
harta/pendapatan.
Dengan adanya pengelolaan oleh pemerintah, alokasi zakat dapat
dikelola sehingga bertindak sebagai stabilisator.
1. Yang Berhak Menerima
Sebagai salah satu amalan yang diwajibkan, zakat memiliki
ketentuan penerima yang telah diatur di dalam Al-Qur’an. Tepatnya
dalam surat At-Taubah [9] ayat ke 60, yaitu:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Berdasarkan ayat di atas, ada 8 golongan orang yang berhak
menerima zakat. Baznas mendeskripsikan masing-masing golongan
sebagai berikut:
a. Fakir, yaitu mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup
b. Miskin, yaitu mereka yang memiliki harta namun tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup
c. Amil, yaitu mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan
zakat
d. Mu’allaf, yaitu mereka yang baru masuk Islam dan
membutuhkan bantuan untuk menguatkan dalam tauhid dan
syari’ah
e. Hamba Sahaya, yaitu budak yang ingin memerdekakan dirinya
f. Gharimini, yaitu mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup
dalam mempertahankan jiwa dan izzahnya
g. Fisabililllah, yaitu mereka yang berjuang di jalan Allah dalam
bentuk kegiatan dakwah , jihad, dan sebagainya
h. Ibnus Sabil, yaitu mereka yang kehabisan biaya di perjalanan
dalam ketaatan kepada Allah

C. Zakat dan Pertumbuhan Ekonomi


Secara umum dana zakat yang diterima oleh mustahik akan
meningkatkan daya belinya. Peningkatan ini akan mendorong peningkatan
produksi barang dan jasa. Peningkatan ini akan mendorong peningkatan
kapasitas produksi, yang pada akhirnya secara agregat akan mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional.
Adapun peran zakat dalam pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:
1. Mendorong pemilik harta untuk kreatif mengelola hartanya
Jika seseorang mempunyai harta selama satu tahun dan lebih dari
nishab, maka wajib mengeluarkan zakatnya. Syarat harta yang
dikenakan zakat adalah lebih dari kebutuhan dan hutang. Bila harta
diam saja tidak diupayakan untuk dikembangkan, maka berpotensi
untuk kena zakat. Namun bila hartanya diputar untuk investasi usaha,
maka harta yang dipakai untuk investasi merupakan harta pokok yang
dikurangkan dari perhitungan zakat. Upaya ini tentu saja akan
mendorong produksi sehingga perputaran uang dimasyarakat akan
meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
2. Mendorong berbisnis yang baik dan benar
Syarat harta yang dizakati haruslah bersumber dari hasil yang baik
dan benar (halalan thoyiban). Oleh karena itu Islam memandang, harta
haruslah digunakan untuk hal-hal yang baik. Bila hartanya diperoleh
dari hal yang tidak baik, bukan saja merugikan diri sendiri (karena
hartanya tidak memenuhi syarat untuk dizakati) juga merugikan orang
lain (hartanya diinvestasikan untuk usaha yang tidak baik, misal
minuman keras). Zakat memang menjadi pembersih harta, tetapi tidak
membersihkan harta yang diperoleh secara batil. Maka hal ini akan
mendorong pemilik harta untuk menginvestasikan hartanya bukan
sekedar aspek untung saja, namun juga dengan memperhatikan nilai-
nilai etika bisnis.
3. Mendorong mempercepat pemerataan pendapatan
Pengelolaan zakat yang baik dan alokasi yang tepat sasaran, akan
meningkatkan kepercayaan pada pengelola zakat. Peningkatan
kepercayaan ini akan mendorong semakin banyaknya masyarakatnya
menyalurkan dana zakatnya kepada mustahik melalui amil. Kondisi ini
tentu akan mempercepat pemerataan distribusi harta, pendapatan dan
kekayaan. Sehingga kemiskinan menjadi berkurang, kesenjangan
semakin menurun dan kesejahteraan semakin meningkat.
4. Mendorong tumbuh kembangnya sektor riil
Kegiatan pendistribusian zakat dalam bentuk usaha produktif akan
memberikan efek ganda dibandingkan dengan kegiatan
pendistribusian dalam bentuk konsumtif, yaitu meningkatkan
pendapatan mustahik dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi
secara makro. Sektor moneter walaupun asetnya tertinggi didunia,
namun rapuh dan rentan pada perubahan kondisi ekonomi. Berbeda
dengan sektor riil, yang lebih tahan pada perubahan ekonomi. Untuk
itu pemberian zakat untuk membantu mustahik yang dalam kategori
pelaku UMKM, sangatlah mendorong arus perputaran barang dan jasa
pada perekonomian. Meningkatnya arus perputaran barang dan jasa
akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan.
5. Mendorong percepatan pembangunan negara
Ketidakmampuan mendapatkan akses kesehatan, pendidikan,
sosial dan ekonomi, telah melahirkan kemiskinan di suatu negara.
Kesehatan dan pendidikan adalah modal dasar agar memiliki SDM
unggul. Negara punya peran dan tanggung jawab untuk
mensejahterakan dan membuat SDM-nya unggul. Namun masih sering
dijumpai ketimpangan, tidak meratanya pembangunan antara satu
daerah dengan daerah lainnya. Zakat sebagai instrumen redistribusi
harta sangat berperan untuk mempercepat kemudahan akses
memperoleh kesehatan, pendidikan, sosial dan ekonomi. Dengan
demikian diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan dan
mempercepat kesejahteraan rakyat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Hakikat zakat adalah proses penyucian diri yang berdimensi sosial,
yakni tanggung jawab dari segi kemanusiaan. Di satu sisi, zakat
merupakan wujud ketaatan terhadap perintah Allah sebagai konsekuensi
pernyataan keimanan. Ada 2 jenis zakat yaitu zakat fitrah dan zakat maal.
Baznas mendeskripsikan masing-masing golongan sebagai berikut:
1. Fakir
2. Miskin
3. Amil
4. Mu’allaf
5. Hamba Sahaya
6. Gharimini
7. Fisabililllah
8. Ibnus Sabil
Adapun peran zakat dalam pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:
1. Mendorong pemilik harta untuk kreatif mengelola hartanya
2. Mendorong berbisnis yang baik dan benar
3. Mendorong mempercepat pemerataan pendapatan
4. Mendorong tumbuh kembangnya sektor riil
5. Mendorong percepatan pembangunan negara

B. Saran
Agar makalah ini berguna dan dapat menambah wawasan, maka
makalah ini harus dipahami dan di baca dengan baik sehingga dapat
menambah dan memperluas wawasan tentang zakat dan eknomi.

Anda mungkin juga menyukai