Anda di halaman 1dari 6

Kebutuhan spiritual dan tanda kesejahteraan spiritual

1. Kebutuhan Spiritual
Menurut Carson (1989) kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan
atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh
dengan rasa percaya kepada Tuhan. dapat disimpulkan bahwa kebutuhan spiritual
merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, dan kebutuhan untuk memberi dan
mendapatkan maaf (Hamid, 2009, p.3).

2. Kesejahteraan Spiritual
Kesejahteraan spiritual atau kesehatan adalah rasa keharmonisan saling keterdekatan
antara diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan tertinggi. Rasa
keharmonisan ini dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara nilai,
tujuan, dan sistem keyakinan mereka dengan hubungan mereka dalam diri mereka
sendiri dan orang lain. Pada saat terjadi stress, penyakit, penyembuhan atau
kehilangan, seseorang mungkin berbalik kecara-cara lama dalam merespon atau
menyesuaikan dengan situasi. Sering kali gaya koping ini terdapat dalam keyakinan
atau nilai dasar orang tersebut. Keyakinan ini sering berakar dalam spiritualitas orang
tersebut. Sepanjang hidup seseorang individu mungkin tumbuh lebih spiritual,
menjadi lebih menyadari tentang makna, tujuan dan nilai hidup (Potter & Perry,
2005).
Kesejahteraan spiritual atau kesehatan spiritual di mannifestasikan dengan perasaan
menjadi “secara umum hidup, bertujuan, dan memuaskan”. Menurut Plich (1988),
kesejahteraan spiritual adalah cara hidup, gaya hidup yang memandang dan
menghidupkan hidup menjadi bertujuan dan menyenangkan, yang mencari pilihan
yang menopang hidup dan memperkaya hidup untuk dipilih secara bebas pada setiap
kesempatan, dan yang menanamkan akarnya secara kuat ke dalam nilai spiritual dan
atau keyakinan agama tertentu (Kozier,2010).
Manusia memelihara atau meningkatkan spiritualitas mereka dalam banyak cara.
Beberapa orang berfokus pada perkembangan bagian dalam diri dan dunia; yang lain
berfokus pada ekspresi energi spiritual mereka dengan orang lain atau dunia luar.
Berhubungan dengan bagian dalam diri atau jiwa seseorang dapat dicapai dengan
melakukan dialog diri dengan Yang Maha Kuasa atau dengan diri sendiri dengan cara
berdo’a atau meditasi, dengan menganalisa mimpi, dengan berkomunikasi dengan
alam, atau mengalami inspirasi seni. Ekspresi energi spiritual seseorang terhadap
orang lain di manifestasikan dalam hubungan saling mencintai dengan dan melayani
orang lain, kesenangan dan tawa, partisipasi dalam layanan keagamaan dan
perkumpulan dan kegiatan keagamaan, dan dengan ekspresi kasih sayang, empati,
pengampunan dan harapan. Perawat yang menjunjung spiritualitas mereka sendiri
mampu bekerja lebih baik dengan klien yang memiliki kebutuhan spiritualitas;
perawat juga perlu merasa nyaman dengan spiritualitas seseorang (Kozier,2010).
Karakteristik yang mengindikasikan kesejahteraan spiritualitas
a. Rasa kedamaian di dalam diri
b. Rasa kasih sayang terhadap sesama
c. Menghargai hidup
d. Rasa syukur
e. Menghargai persamaan maupun perbedaan
f. Humor
g. Kebijaksanaan
h. Kemurahan hati
i. Kemampuan transenden diri
j. Kapasitas untuk cinta tanpa syarat

3. Pengaruh Spiritual Terhadap Kesehatan Dan Sakit


Beberapa pengaruh keyakinan spiritual yang perlu dipahami oleh perawat:
a. Keyakinan spiritual yang mempengaruhi asuhan keperawatan
Praktik tertentu yang umumnya berkaitan dengan pelayanan kesehatan mungkin
mempunyai makna keagamaan dengan klien antara lain: diet, metode KB, atau
terapi medic lain
1) Keyakinan yang memengaruhi diet dan nutrisi
Banyak agama memiliki larangan terkait diet. Mungkin terdapat aturan
mengenai jenis makanan dan minuman yang diperbolehkan dan yang dilarang.
Sebagai contoh, umat yahudi ortodoks diharamkan memakan babi atau kerang,
dan umat islam diharamkan meminum minuman beralkohol dan memakan
babi.
Beberapa ketaatan terhadap agama ditunjukkan dengan berpuasa, yaitu
berpantang makan dalam periode waktu tertentu. Contoh agama melaksanakan
puasa, antara lain islam, yahudi, dan katolik. Penyedia layanan kesehatan
harus membuat rencana diet yang dianjurkan dengan memerhatikan keyakinan
diet dan berpuasa klien.

2) Keyakinan terkait penyembuhan


Klien dapat memiliki keyakinan agama yang menghubungkan penyakit
dengan gangguan spiritual. Penyembuhan bagi klien tersebut dapat tampak
tidak berhubungan dengan praktik penyembuhan saat ini. Perawat perlu
mengkaji keyakinan klien dan apabila memungkinkan, mencakup dalam
merencanakan beberapa aspek penyembuhan yang merupakan bagian system
keyakinan klien.
3) Keyakinan terkait pakaian
Banyak agama memiliki hukum atau tadisi yang mengatur cara berpakain.
Sebagai contoh, pria penganut yahudi ortodoks dan yahudi konservatif
meyakini bahwa mereka harus menutup kepalla mereka sepanjang waktu
sehingga menggunakan yarmulke. Banyak muslimah juga menutup rambut
mereka terkait etnik tertentu atau latar belakang budaya mereka. Beberapa
agama, misalnya islam, mewajibkan tubuh (batang tubuh, lengan, dan kaki)
tertutup. Gaun rumah sakit dapat membuat wanita yang berharap mematuhi
kode berpakaian sesuai agama merasa gelisah dan tidak nyaman. Klien
terutama dapat bingung ketika menjalani uji diagnostikatau penangan, seperti
mamografi, yang mewajibkan ia menanggalkan pakain.
4) Keyakinan terkait kematian
Keyakinan keagamaan dan spiritual berperan penting pada saat penganutnya
menjelang ajal, demikian juga pada kejadian hidup penting lain. Banayak
orang meyakini bahwa seseorang yang meninggal mengalihkan hidupnya
ketempat yang lebih baik.
Beberapa agama memiliki ritual khusus saat menjelang ajal dan kematian yang
harus dijalankan oleh penganutnya. Penganut ritual ini member kenyamanan
pada orang yang menjelang ajal dan orang mereka cintai. Beberapa ritual
dilaksanakan sementara individu masih hidup dan mencakup doa khusus,
bernyanyi, dan membacakan tulisan sacral. Pendeta katolik roma
melaksanakan sakramen perminyakan ketika klien sakit san menjelang ajal.
Muslim yang menjelang ajal ingin tubuh atau kepala mereka dihadapkan ke
arah kiblat (denny, 1993).
Griffith (1996) menyatakan bahwa selama penyakit terminal klien dan
keluarga harus ditanya mengenai upacara atau ritual yang dilaksanakan saat
kematian. Beberapa agama memiliki keyakinan bahwa tubuh orang yang
meninggal hanya boleh disentuh oleh anggota keyakinan mereka saja.
Pemeluk agama islam (denny, 1993) dan yahudi (fishbane, 1993)
melaksanakan ritual memandikan mayat oleh anggota keluarga atau oleh
petugas pengurus jenazah. Symbol keagamaan atau penuh hormat dan ditaruh
dekat jenazah (Griffith, 1996). Perawat dapat mendukung keluarga yang
meninggal dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk
melaksanakan ritual kematian mereka.
b. Sumber dukungan
Menurut hamid (2008, p.12), pada saat mengalami stress, individu akan mencari
dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat
menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut
memerlukan proses penyembuhan yang lama dengan hasil yang belum pasti.
Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci, dan praktik keagamaan lainnya
sering membantu memenuhi kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu
perlindungan terhadap tubuh.

c. Sumber kekuatan dan penyembuhan


Menurut taylor, lillis, & le mone (1997) (dalam hamid, 2008, p.12) nilai dari
keyakinan agama tidak dapat dengan mudah di evaluasi. Walaupun demikian,
pengaruh keyakinan tersebut dapat diamati oleh tenaga kesehatan dengan
mengetahui bahwa individu dapat menahan distress fisik yang luar biasa karena
mempunyai keyakinan yang kuat. Keluarga pasien akan mengikuti semua proses
penyembuhan yang memerlukan upaya luar biasa karena keyakinan bahwa semua
usaha tersebut akan berhasil.
Manusia sebagai makhluk spiritual mempunyai hubungan dengan kekuatan diluar
dirinya, hubungan dengan tuhannya, dan mempunyai keyakinan dalam hidupnya.
Keyakinan yang dimiliki seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya.
Misalnya, pada individu yang meyakini penyakit disebabkan oleh pengaruh “roh
jahat”. Ketika seseorang sakit, upaya pertolongan pertama yang dilakukan adalah
mendatangi dukun. Memngingat besarnya pengaruh keyakinan terhadap
kehidupan seseorang, perawat harus memotivasi klien untuk senantiasa
memelihara kesehatannya.
d. Sumber konflik
Menurut Hamid (2008, p.12), pada situasi tertentu dapat terjadi konflik antara
keyakinan agma dengan praktik kesehatan. Misalnya, ada orang yang memandang
penyakit sebagai suatu bentuk hukuman karna pernah berdosa. Ada agama tertentu
yang menganggapp manusia sebagai makhluk yang tidak berdaya dalam
mengendalikan lingkungannya sehingga penyakit diterima sebagai takdir, bukan
sebagai suatu yang harus disembuhkan.
Proses Keperawatan Dalam Pemenuhan Spiritualitas
Spiritualitas pada diri seseorang merupakan suatu kekuatan yang menyatukan seseorang,
intisari dari makhluk yang meresap kedalam seluruh kehidupan, serta berhubungan dengan
Tuhan/kekuatan alam/mutlak/, diri sendiri, orang lain, dan alam. Agama dipahami sebagai
kepercayaan yang terorganisasi, tersusun, lambing atau acuan kepercayaan dan praktik ibadah
yang menjadi karakteristik spiritual seseorang.(Champbell,2013). Menurut Azizah (2011),
Proses keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien sebagai berikut:
a. Pengkajian
Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali secara umum yaitu aplikasi agama(partisipasi
dalam kegiatan agama), keyakinan spiritual (mempengaruhi praktik kesalehan, persepsi
penyembuhan dan strategi koping), nilai spiritual (mempengaruhi tujuan dan arti hidup dan
kematian, kesehatan dan pemeliharaannya,hubungan dengan Tuhan Sang Pencipta, diri
sendiri dan orang lain). Suatu pengkajian spiritual juga dimaksudkan untuk menilai apa yang
menjadi kebutuhan pasien. Pengkajian ini dapat dilakukan bila pasien mampu berkomunikasi
dengan baik pada perawat. Dalam pengakajian terdapat data subyektif empat area yaitu
konsep tentang Tuhan dan ketuhanan, sumber harapan dan kekuatan, praktik agama dan ritual
serta hubungan antar keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan. Pada data obyektif perawat
perlu mengobservasi afek dan sikap (misalnya kesepian, marah, depresi, cemas, apatis),
perilaku klien (berdoa, membaca kitab suci, mengeluh tidak dapat tidur, dan lain-lain),
verbalisasi (menyebut Tuhan, minta dikunjungi oleh tokoh agama, ekspresi rasa takut mati,
konflik batin,arti keberadaan di dunia dan sebagainya), hubungan interpersonal dan
lingkungan. Farran (dalam Potter,2005), telah mengembangkan model untuk pengkajian
spiritual yang dapat memberikan gambaran nyata dari dimensi spiritual klien. Model tersebut
dirancang untuk menunjukkan aspek spiritualitas yang hampir pasti selalu dipengaruhi oleh
pengalaman, kejadian, dan pertanyaan dalam kejadian penyakit dan perawatan di rumah sakit.
pengkajian dapat menimbulkan kesempatan yang dimiliki perawat dalam mendukung atau
menguatkan spiritualitas klien. Pengkajian itu sendiri dapat menjadi terapeutik karena
pengkajian tersebut menunjukkan tingkat perawatan dan dukungan yang diberikan. Perawat
yang memahami pendekatan konseptual menyeluruh tentang pengkajian spiritual akan
menjadi yang paling berhasil . Inti dari spiritualitas seseorang adalah menyeluruh tidak hanya
dalam bagian yang ditunjukkan melalui setiap kategori pengkajian.

b. Diagnosa keperawatan
Apabila dari hasil pengkajian data ternyata masalah spiritual yang di dapat diatasi dengan
intervesi keperawatan mandiri maka istilah yang biasa digunakan adalah distress spiritual,
istilah ini selanjutnya dijabarkan dengan lebih spesifik. Yaitu kepedihan spiritual,
pengasingan diri, rasa bersalah, ancietas, marah, kehilangan atau putus asa. (Azizah,2011)
Adapun diagnosa keperawatan yang secara relatif baru, yaitu kesejahtraan spiritual, potensial
untuk ditingkatkan. Hal ini di dasarkan pada batasan karakteristik yang menunjukkan suatu
pola kesejahteraan dan hubungan yang berasal dari kekuatan dari dalam. Jika pengkajian
keperawatan menunjukkan bahwa klien mempunyai harapan dan keyakinan dari dalam,
percaya terhadap kekuatan yang lebih tinggi, mempunyai tujuan dan makna dalam hidup, dan
mengekspresikan suatu keharmonisan dengan diri dan orang lain, maka kesejahteraan
spiritual adalah diagnosa yang mungkin. Adanya penyataan tentang kehidupan ini
menunjukkan bahwa klien mempunyai sumber yang dapat dikerahkan ketika dihadapkan
pada diagnosa keperawatan lain seperti nyeri kronis, atau gangguan citra tubuh. ( Potter,
2005)

c. Perencanaan
Menurut Azizah (2011) , perawat dan klien harus menyusun kriteria hasil dan rencana
intervensi. Tujuan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami distress spiritual harus
difokuskan pada penciptaan lingkungan yang mendukung praktek keagamaan dan keyakinan
yang biasa dilakukan. Tujuan di tetapkan secara individual dengan mempertimbangkan
riwayat klien, area beresiko data obyektif yang relevan. Adapun contoh rencana perawatan
spiritual yaitu:
Diagnosa : Distres Spiritual yang berhubungan dengan penyakit/penderitaan
Intervensi keperawatan :
1) Kaji faktor-faktor penyebab dan penunjang
2) Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengkomunikasikan permasalahannya
3) Diskusikan masalah spiritual pasien
4) Bantu pasien dalam memecahkan permasalahan spiritualnya
5) Beri kesempatan pasien kontak dengan petugas rohaniawan di rumah sakit
6) Berikan waktu tenang untuk berdoa sesuai keyakinan klien
7) Lakukan bimbingan spiritual untuk menguatkan keyakinan/kepercayaan klien.

Dalam menetapkan rencana perawatan, terdapat tiga tujuan untuk pemberian perawatan
spiritual yaitu:
1) Klien merasakan perasaan percaya pada pemberi perawatan
2) Klien mampu terikat dengan anggota system pendukung
3) Pencarian pibadi klien tentang makna( hidup) meningkat.

d. Implementasi
Menurut Potter, (2005) implementasi pemenuhan kebutuhan spiritual sebagai berikut:
1) Menetapkan kehadiran
Kiat ini bukan hanya melakukan prosedur dengan cara yang sangat cepat atau berbagi
informasi teknis dengan klien yang mungkin tidak bermakna. Benner (1984) mengklarifikasi
bahwa kehadiran melibatkan “ada bersama” klien versus “ melakukan untuk” klien.
Kehadiran adalah mampu memberikan kedekatan dengan klien, secara fisik, psikologis dan
spiritual.
2) Mendukung hubungan yang menyembuhkan Inti dari hubungan yang menyembuhkan ini
adalah dengan mengerahkan harapan klien.

3) Sistem dukungan
Sistem pendukung memberi mereka rasa sejahtera terbesar selama perawatan di rumah sakit.
Perawat merencanakan perawatan bersama klien dan jaringan pendukung klien untuk
meningkatkan ikatan interpersonal yang sangat penting untuk penyembuhan. Sistem
pendukung sering memberi sumber kepercayaan yang memperbarui jati diri spiritual klien.
Keluarga dan 24 teman mungkin juga menjadi sumber penting dalam melakukan ritual
kebiasaan keagamaan yang dianut klien.

4) Berdoa
Tindakan berdoa adalah bentuk dedikasi-diri yang memungkinkan individu untuk bersatu
dengan Tuhan atau Yang Maha Kuasa. Berdoa memberi kesempatan pada individu untuk
memperbarui kepercayaan dan keyakinannya kepada Yang Maha Kuasa dalam cara yang
lebih formal. Klien dapat berpartisipasi dalam berdoa secara pribadi atau mencari
kesempatan untuk kelompok berdoa dengan keluarga, teman, atau kelompok rohaniawan.

5) Mendukung ritual keagamaan


Bagi banyak klien, kemampuan untuk menelaah ritual keagamaan adalah suatu sumber
koping yang penting. Dalam menghadapi pasien dengan penyakit yang ia derita, perawat
harus memberikan ketenangan batin, memberikan pemahaman kepada pasien bahwa pada
dasarnya setiap penyakit yang diderita mempunyai obat dan seseorang harus lebih sabar dan
ikhlas menjalani takdir yang telah di tentukan oleh Tuhan Sang Pencipta.

Anda mungkin juga menyukai