Anda di halaman 1dari 27

HUBUNGAN PENGGUNAAN BRA DENGAN PROSES

MENYUSUI PADA IBU PRIMIPARA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
KELAS 6C KEPERAWATAN

1. THIENY H.I MUMEKH (1801032)


2. FHARISCA R. PARANSI (1801065)
3. VIRGINIA YESSY SASUBE (1801102)
4. MARYAM AMANTULU (1801056)
5. ARNI LAJULU (1801046)
6. PRAYOGA MAMONTO (1801059)

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Hj Silvia Dewi M. Riu S.Kep, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO

2021
BAB I

PNDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menyusui adalah suatu proses yang alamiah dan proses memberikan


makanan pada bayi berupa air susu ibu (ASI) langsung dari payudara ibu.
Dimana bayi memiliki refleks menghisap.
Ibu primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak
dan baru menjadi seorang ibu dengan memberikan air susu ibu (ASI)
eksklusif pada bayi nya tanpa tambahan makanan padat.
Menyusui dengan proses yang salah akan menimbulkan dampak
seperti puting susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal
sehingga mempengaruhi produksi ASI, selanjutnya ibu enggan untuk
menyusui bayi nya. Hal ini menyebabkan kebutuhan ASI bayi tidak
sepenuhnya terpenuhi. Kesalahan lain juga bisa disebabkan saat ibu
menghentikan proses menyusui kurang hati- hati. Keadaan tersebut
menunjukan masih banyak ibu menyusui yang belum dapat menggunakan
teknik dan proses yang benar. Untuk mencapai keberhasilan menyusui
diperlukan pengetahuan tentang teknik maupun proses menyusui yang
benar. Ibu dapat melakukan tindakan menyusui dengan benar jika dibekali
dengan pengetahuan dan mempunyai sikap yang positif dari petugas
kesehatan( Rinata,2019).
Ibu pospartum terutama primipara sering mengalami masalah pada
proses menyusui. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan ibu antara lain
kurangnya informasi yang diperoleh ibu dari tenaga kesehatan dan
kurangnya kemampuan ibu dalam memahami informasi yang diperoleh, dan
juga belum mempunyai pengalaman melahirkan ( Nurhayati dan Nurlatifah,
2018).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo tahun
2017, jumlah bayi 6-12 bulan sebanyak 3173 dan yang mendapatkan ASI
sebanyak 995 bayi di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo.
Sedangkan menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo tahun
2017 angka cakupan pemberian ASI Eksklusif hanya mencapai 33,1%, yang
telah terdaftar dari seluruh Puskesmas di Kabupaten Gorontalo.
Dari hasil survey awal pada tanggal 23 februari 2018 di Puskesmas
Telaga, data pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2017 hanya sebanyak
36,0% saja sedangkan pada target pemerintah dalam pencapaian ASI
Eksklusif sebanyak 80%. Dari data tersebut terdapat 176 ibu menyusui. Saat
dilakukan wawancara pada tanggal 23 Februari 2018 dengan satu ibu
primipara dan satu ibu multipara yang memiliki bayi usia 6-12 bulan,
didapatkan hasil bahwa ibu primipara mengatakan memberikan ASI tetapi
di dampingi dengan susu formula dari usia bayi 0-6 bulan. Hal ini
dikarenakan faktor pekerjaan dan saat pertama bayi lahir ASI belum
terproduksi dengan baik sehingga menghambat ibu dalam memberikan ASI
secara Eksklusif.
Kematian prinatal masih merupakan masalah bagi negara berkembang
salah satunya adalah indonesia. Berdasarkan data WHO Pada tahun 2015
menyebutkan bahwa 42% penyebab kematian balita didunia adalah akibat
penyakit pneumonia 20%, selebihnya 22% terkait dengan malnutrisi asupan
ASI. Survei demografi kesehatan indonesia( SDKI) 2015 dinyatakan hanya
ada 8,3% bayi yang mendapat ASI dalam 30 menit setelah persalinan dan
4% bayi yang mendapat ASI dalam 1 jam setelah persalinan ( WHO 2015).
Menurut profil kesehatan indonesia tahun 2017, persentasi bayi baru
lahir yang baru mendapat IMD pada tahun 2018 sebesar 71,34% yang terdiri
dari 34 provinsi di indonesia. Sedangkan presentase bayi yang mendapat
ASI Ekslusif menurut provinsi pada tahun 2018 sebesar 65,16% (profil
kesehatan indonesia, 2017).
Salah satu upaya perbaikan gizi masyarakat pada awal kehidupan
adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara ekslusif yaitu bayi
tidak diberikan tambahan makanan lain walaupun hanya madu atau air putih
selama 6 bulan pertama kehidupan, dilanjutkan sampai dengan usia anak 2
tahun ( Kemenkes RI 2015)
Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mengetahui tentang
Hubungan penggunaan Bra dengan proses menyusui pada ibu primipara.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
yang akan dibahas yaitu sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan penggunaan bra dengan proses menyusui pada ibu
primipara ?

C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan penggunaan bra dengan proses menyusui pada
ibu primipara

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui hubungan penggunaan bra pada ibu primipara
b. Untuk mengetahui proses menyusui pada ibu primipara
c. Untuk menganalisa hubungan penggunaan bra dengan proses
menyusui pada ibu primipara
3. Manfaat penulisan
1. Manfaat teoritis
Agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dari
penelitian yang dilakukan
2. Manfaat praktik

a. Bagi peneliti
Dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana yang
bermanfaat dalam proses implementasi baik pengetahuan dari
penulis tentang hubungan penggunaan bra dengan proses
menyusui pada ibu primipara
b. Bagi pendidikan
Dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber ilmu
pengetahuan dan informasi baik dalam bidang kesehatan
maupun lainnya tentang hubungan penggunaan bra dengan
proses menyusui pada ibu primipara
c. Bagi masyarakat
Dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
sumber informasi bagi para pembaca dalam penggunaan bra
pada ibu menyusui
d. Bagi peneliti selanjutnya
Dalam penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
pegangan dan dasar awal dari pemikiran peneliti dan dijadikan
pembelajaran untuk melakukan penelitian selanjutnya dalam
upaya mengingkatkan pengetahuan, wawasan dan kesehatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. KONSEP TEORI

A. PENGGUNAAN BRA
1. Pengertian
Bra adalah pakaian dalam wanita yang digunakan untuk menyangga
payudara. Bra juga dikenal dengan sebutan BH. “ Bra atau yang
disingkat dengan BH meupakan kependekan dari kata belanda yakni
buste houder, yang digunakan dalam bahasa indonesia hanya
singkatannya saja” (Priyono, Gus 2015).
2. Fungsi Bra
Menurut Naviri(2016) menyatakan bahwa fungsi utama bra adalah
untuk menyangga atau menopang payudara. Oleh karena itu hal penting
dalam memilih Bra bukan model atau warnanya, melainkan ketepatan
dalam menyangga payudara dengan memperhatikan ukurannya.
3. Jenis- jenis Bra
Dikembangkan di akhir abad ke-19, ikon feminisme ini menjadi simbol
kedewasaan seorang gadis. Beha tidak hanya menutup, menopang dan
mengangkat payudara saja, tetapi juga memberi ciri khas pada
pemakainya. Bingkai dan tingkat lingkupan beha cukup bervariasi baik
dari gaya, model, fungsi, dan penampilannya. Penting untuk mengetahui
tipe beha sehingga beha tersebut tepat untuk bentuk payudara, ukuran
payudara, waktu pemakaian, juga tepat sebagai perlindungan kesehatan
payudara. Berikut ini adalah beberapa jenis beha yang biasa ditemukan:
a. Adhesive Bra
Beha ini menempel dan terlihat menyatu dengan payudara. Tidak
ada kain lingkar dada dan tali bahu. Memiliki daya topang kecil
terhadap payudara. Beha tipe ini cocok ketika mengenakan baju
yang bergaya backless (punggung tidak tertutup) dan strapless
(tanpa tali bahu). Terdapat dua tipe. Pertama, tipe sekali pakai yang
terbuat dari kertas dengan perekat kuat. Kedua, tipe pakai berulang
berbahan silicon yang dapat dicuci dan dipakai kembali.
b. Bandeau Bra
Beha ini terbuat dari kain dan berbentuk sederhana, untuk menutup
payudara. Beha tipe ini memberi daya topang kecil pada payudara
dan tidak sepenuhnya mendukung bentuk payudara.
c. Belly Dance Bra
Asumsi umum mengatakan bahwa ukuran beha belly dancing (tari
perut) sama dengan ukuran beha normal. Contohnya, jika payudara
seseorang berukuran 32C anda dapat mengenakan beha tari perut ini
dengan ukuran 34B. Dengan sedikit penyesuaian, beha ini cukup
nyaman dipakai.
d. Bridal Bra/Corset
Korset atau beha khusus pengantin harus mampu membentuk badan
bagian atas wanita agar pas dengan gaun pengantinnya. Sebagai
tambahan, beha ini akan memperbaiki kesan postur tubuh wanita
yang mengenakannya. Dibandingkan dengan beha tipe bertali
pundak, korset ini lebih nyaman digunakan asal payudara masuk
seluruhnya ke dalam cupnya.
e. Built-in Bra
Beha yang mirip dengan produk garmen lainnya seperti pakaian
renang atau tank top. Beha ini memberi daya topang ke payudara,
tanpa harus terpisah dengan bajunya. Pada hampir semua produk
beha tipe ini terdapat tali elastis horizontal persis di bawah payudara.
Beberapa diantaranya dipasang cup beserta underwire (kawat)
seperti desain beha lainnya. Pada beberapa produk, cup atauun
kawat dapat dilepas dengan mudah.
f. Convertible Bra
Beha tipe ini memiliki tali pengait belakang, yang dapat dipasang
dan diatur dengan beberapa cara. Dapat menjadi model biasa atau
model silang, dapat pula dipasang memakai tali plastik transparan.
g. Cupless Bra
Beha tipe ini memiliki "bingkai" bra, tetapi tidak memiliki cup bra.
Beha ini memperlihatkan bagian areola dan puting payudara dengan
bingkainya. Beha ini biasa dipakai sebagai erotic lingerie, sehingga
saat wanita mengenakan gaun malam, puting akan terlihat secara
samar-samar.
h. Demi Bra
Beha bergaya setengah cup dengan tali belakang lebar, serta kain
penghubung di antara cup branya. Beha ini memberi kesan luar biasa
pada belahan dada si pemakai. Pas dipakai saat mengenakan baju
dengan potongan leher rendah. Beha ini dirancang untuk mampu
memberikan daya topang besar ke payudara.
i. Front Closure Bra
Beha dengan cup penuh dan pengait di depan. Beha ini terpasang
rata di punggung. Kain lingkar dada dibuat lebar. Beberapa model
bergaya racerback yang sangat cocok saat mengenakan tank top.
Sehingga anti selip.
j. Full Support Bra
Beha ini didesain untuk memberikan daya topang yang baik bagi
payudara secara keseluruhan. Bentuknya biasa, praktis, dan dapat
dipakai sehari hari.
k. Mastectomy Bra
Beha ini didesain khusus bagi wanita dalam masa penyembuhan
setelah menjalani operasi mastektomi karena kanker payudara, baik
salah satu ataupun kedua payudaranya.
l. Maternity Bra
Beha ini ditancang untuk wanita yang payudaranya bertambah besar
pada masa kehamilan.
m. Minimizer Bra
Beha yang didesain untuk memberi kesan payudara terlihat lebih
kecil dari yang sebenarnya. Biasanya digunakan oleh wanita dengan
ukuran payudara 34C ke atas. Mekanisme beha ini adalah dengan
menekan dan membentuk payudara, sehingga terlihat lebih kecil
satu atau dua ukuran di bawahnya.
n. Nursing Bra
Beha ini didesain khusus untuk memudahkan proses menyusui,
sehingga bayi tidak akan kesulitan meraih puting ibunya. Pada beha
tradisional, cup akan dilengkapi dengan pengait yang dapat dilepas
saat akan menyusui.
o. Padded Bra
Beha dengan padding (ganjalan) di dalam cup branya. Beha ini
didesain untuk memberi kesan bentuk payudara terlihat lebih penuh
pada payudara kecil. Banyak dipakai oleh gadis remaja yang
payudaranya baru tumbuh. Beha tipe ini cukup memberi daya
topang namun tidak mampu mengangkat payudara.
p. Peephole Bra
Beha ini memiliki lubang di cup, persis di sekitar puting.
q. Push-up Bra
Beha dengan struktur khusus hingga payudara begitu terangkat dan
tertata saling berdekatan hingga belahan payudara terlihat indah.
Beha ini memiliki padding busa karet atau gel silikon. Perbedaan
utama padding beha biasa dengan push up beha adalah letaknya
yang terpusat di bawah payudara sehingga payudara akan terangkat.
Terkadang padding diletakkan terpusat di bagian luar payudara
hingga padding tersebut akan mendorong payudara lebih ke tengah,
dan belahan payudara terlihat lebih seksi.
r. Racerback Bra
Beha ini memiliki tali bahu dengan pola V denga posisi tali dekat
dengan leher. Beha ini sering digunakan saat mengenakan gaun
strapless. Sport bra (beha khusus olahraga) banyak yang
menggunakan desain racerback ini.
s. Shelf Bra
Beha ini kuat dengan kawat di sepanjang garis bawah payudara.
Beha ini hanya menutup bagian bawah payudara jadi puting
payudara akan terlihat.
t. Softcup Bra
Beha ini tidak ada kawat bawah pada cup. Beha ini mengandalkan
kekuatan bagian bawah beha untuk menopang payudara.

4. Masalah kesehatan dalam penggunaan bra


Memilih ukuran bra yang tepat merupakan suatu hal yang harus
diperhatikan dan dilakukan oleh seorang wanita. Tetapi terkadang ketika
sesorang telah menemukan ukuran bra yang tepat ada kemungkinan
bahwa ukuran bra akan berubah. Perubahan ukuran bra menyebabkan
sesorang harus mengganti dengan ukuran yang baru, namun hal tersebut
kadang tidak disadari oleh sesorang.
Menggunakan ukuran bra yang terlalu kecil menyebabkan rasa tidak
nyaman dan masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang muncul akibat
ukuran bra yang kecil tidak boleh dianggap sepele. Seseorang akan
mengalami saki leher, perasaan tidak nyaman,masalah kulit, lecet
dipayudara hal hat tersebut karena ukuran bra yang tidak sesuai atau
sempit.
B. PROSES MENYUSUI
1. Primipara
Primipara adalah wanita yang pertama kali melahirkan anak yang
mampu bertahan hidup. Ibu primipara sebagai wanita yang telah
menyelesaikan suatu kehamilan dengan bayi yang dapat bertahan hidup,
jadi bisa dikatakan primipara merupakan wanita yang baru pertama kali
mempunyai anak dan baru menjadi seorang ibu.
2. Pengertian Menyusui
Menyusui merupakan suatu proses alamiah manusia dalam
mempertahankan dan melanjutkan kelangsungan hidup keturunannya.
Organ tubuh yang ada pada seorang wanita menjadi sumber utama
kehidupan untuk menghasilkan ASI yang merupakan sumber makanan
bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Perkembangan zaman membawa perubahan bagi kehidupan manusia,
dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
pesat membuat pengetahuan manusia mengetahui pentingnya ASI bagi
kehidupan bayi. Menyusui merupakan suatu pengetahuan yang sudah
ada sejak lama yang mempunyai peranan penting dalam
mempertahankan kehidupan manusia (Astuti, 2013).
3. Manfaat menyusui
Manfaat menyusui ternyata tidak hanya untuk bayi, tetapi juga
bermanfaat bagi ibu. Adapun manfaat yang diperoleh dengan menyusui
untuk ibu menurut Sri Astuti (2015) adalah :
a) Menyusui membantu mempercepat pengembalian rahim ke bentuk
semula dan mengurangi perdarahan setelah kelahiran. Ini karena
isapan bayi pada payudara dilanjutkan melalui saraf ke kelenjar
hipofise di otak yang mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin
selain bekerja untuk mengkontraksikan saluran ASI pada kelenjar air
susu juga merangsang uterus untuk berkontraksi sehingga
mempercepat proses involusio uteri.
b) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara
bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses
pembentukannya akan mempercepat seorang ibu kehilangan lemak
yang ditimbun selama kehamilan.
c) Bagi ibu, pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan
segar dengan suhu selalu siap jika diperlukan pada malam hari.
d) Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli.
e) Menyusui dapat meningkatkan kedekatan antara ibu dan bayi. Bayi
yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan
merasakan kasih sayang ibunya. Bayi juga akan merasa aman dan
tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung
ibunya yang telah dikenal selama dalam kandungan. Perasaan
terlindung ini akan menjadi dasar perkembangan emosi dan
membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang
baik.
f) Pemberian ASI secara eksklusif dapat menunda proses menstruasi
dan ovulasi selama 20 sampai 30 minggu atau lebih karena isapan
bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya
ovulasi/pematangan telur sehingga menunda kesuburan.
g) Menyusui menurunkan resiko kanker ovarium dan kanker payudara
pramenopause, serta penyakit jantung pada ibu. Hasil penelitia (The
Lancet Medical Journal, 2012) menemukan bahwa resiko kanker
payudara turun 4,3% pada ibu yang menyusui, menyusui juga dapat
menurunkan osteoporosis.
h) Wanita menyusui yang tidak memiliki riwayat diabetes gestasional
akan kemungkinan yang lebih kecil untuk mengalami diabetes tipe
2 di kemudian hari.
4. Mekanisme menyusui
Reflek yang penting dalam mekanisme isapan bayi terbagi menjadi tiga
menurut Marliandiani (2015) yaitu:
a. Refleks Menangkap (Rooting Refleks)
Timbul saat bayi baru lahir, pipi disentuh, dan bayi akan menoleh
kearah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan puting susu, maka
bayiakan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.
b. Refleks Menghisap (Sucking Refleks)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh
puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola
harus masuk kedalam mulut bayi. Dengan demikian, sinus laktiferus
yang berada di bawah areola tertekan antara gusi, lidah, dan palatum
sehingga ASI keluar.
c. Refleks Menelan (Swallowing Refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka bayi akan
menelannya.
5. Konsep Air Susu Ibu
A. Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa, dan garam- garam organik yang di sekresi oleh kedua belah
kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Jannah,
2013). ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI khusus di
buat untuk bayi manusia, kandungan dari ASI sangat sempurna,
serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi (Dewi &
Sunarsih, 2011). Sedangkan menurut Arif (2009) ASI adalah satu-
satunya makanan tunggal secara alamiah yang paling sempurna bagi
bayi hingga bayi berusia 6 bulan. ASI sebagai makanan alamiah
adalah makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu pada
anak yang baru dilahirkannya. Komposisinya berubah sesuai dengan
kebutuhan bayi pada setiap saat, yaitu kolostrum pada hari pertama
4 - 7 hari, dilanjutkan dengan ASI peralihan sampai 3 - 4 minggu,
selanjutnya ASI matur. ASI yang keluar pada permulaan menyusu
(foremilk = susu awal) berbeda dengan ASI yang keluar pada akhir
penyusuan
(bindmilk=susu akhir).
Anjuran pemberian ASI yang benar adalah sebagai berikut:
1. ASI ekslusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi
100% kebutuhan bayi
2. Dari 6 – 12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi
karena dapat memenuhi 60 – 70 % kebutuhan bayi dan perlu
ditambahkan 19 makanan pendamping ASI berupa makanan
lumat sampai lunak sesuai dengan usia bayi
3. Diatas 12 bulan ASI saja hanya memenuhi sekitar 30%
kebutuhan bayi dan makanan padat sudah menjadi makanan
utama. Namun, ASI tetap dianjurkan pemberiannya sampai
paling kurang 2 tahun untuk manfaat lainnya

Proses pembentukan ASI menurut Marliandiani (2015) meliputi


proses produksi ASI dan proses pengeluaran ASI.

a. Produksi ASI (prolaktin)


Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19
minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang
berperan adalah hormon ekstrogen dan progesteron yang
membantu maturasi alveoli. Sementara hormon prolaktin
berfungsi untuk produksi ASI. Selama kehamilan hormon
prolaktin dari placenta meningkat tetapi ASI belum keluar
karena pengaruh hormon ekstrogen yang masih tinggi. Kadar
ekstrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua
atau ketiga pascapersalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada
proses laktasi terdapat dua refleks yang berperan, yaitu refleks
prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan
puting susu dikarenakan isapan bayi (Marliandiani Yefi &
Ningrum Nyna, 2015).
b. Pengeluaran ASI (oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama
akan menghasilkan rangsangan sara f yang terdapat pada
glandula pituitari posterior, sehingga keluar hormon oksitosin.
Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan
berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh
ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan
bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Apabila
duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan
oleh hipofisis (Marliandiani Yefi & Ningrum Nyna, 2015).
B. Manfaat ASI
Pemberian ASI eksklusif bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak
bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 6
bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya
(Astuti Sri, 2015).

C. Faktor yang Mempengaruhi ASI


Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung dari
stimulasi pada kelenjar payudara. Faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi ASI menurut Dewi & Sunarsih, (2011) antara lain:
1. Faktor makanan ibu
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui berpengaruh terhadap
produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan mengandung
cukup gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI
akan berjalan lancar (Dewi dan Sunarsih, 2011). Kelancaran
produksi ASI akan terjamin apabila makanan yang dikonsumsi
ibu setiap hari cukup akan zat gizi dibarengi pola makan teratur
(Riksani, 2012). Nutrisi dan gizi memegang peranan penting
dalam hal menunjang produksi ASI yang maksimal. Penyebab
produksi ASI tidak maksimal karena asupan nutrisi ibu yang
kurang baik, menu makanan yang tidak seimbang dan juga
mengkonsumsi makanan yang kurang teratur maka produksi
ASI tidak mencukupi untuk bayi. karena produksi dan
pengeluaran ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang
berkaitan dengan nutrisi ibu (Wiknjosastro, dkk. 2006). Seorang
Ibu dengan gizi baik akan memproduksi ASI sekitar 600 – 800
ml pada bulan pertama, sedangkan ibu dengan gizi kurang hanya
memproduksi ASI sekitar 500 – 700 ml (Marmi, 2013; h. 237).

2. Faktor isapan bayi


Isapan mulut bayi akan menstimulus hipotalamus pada bagian
hipofisis anterior dan posterior. Hipofisis anterior menghasilkan
rangsangan (rangsangan prolaktin) untuk meningkatkan sekresi
prolaktin. Prolaktin bekerja pada kelenjar susu (alveoli) untuk
memproduksi ASI. Isapan bayi tidak sempurna atau puting susu
ibu yang sangat kecil akan membuat produksi hormon oksitosin
dan hormon prolaktin akan terus menurun dan ASI akan terhenti
(Dewi & Sunarsih, 2011).
3. Frekuensi penyusuan
Menyusui bayi direkomendasi 8 kali sehari pada bulan-bulan
pertama setelah melahirkan untuk menjamin produksi dan
pengeluaran ASI. Frekuensi menyusui berkaitan dengan
kemampuan stimulasi kedua hormon dalam kelenjar payudara,
yakni hormon prolaktin dan oksitosin (Riksani, 2012). Produksi
ASI kurang di akibatkan frekuensi penyusuan pada bayi yang
kurang lama dan terjadwal. Menyusui yang dijadwal akan
berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh
pada rangsangan produksi ASI. Penelitian yang dilakukan Dewi
dan Sunarsih mengatakan bahwa produksi ASI bayi premature
akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari
selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan
dilakukan karena bayi premature belum dapat menyusu. Bayi
cukup bulan frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali per hari selama 2
minggu pertama setelah melahirkan, berhubungan dengan
produksi ASI yang cukup.
4. Riwayat penyakit
Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang
mengganggu produksi ASI dapat mempengaruhi produksi ASI
(Dewi dan Sunarsih, 2011).

5. Faktor psikologis
Produksi ASI dipengaruhi oleh faktor psikologis, kejiwaan ibu
yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kecemasan, kurang
percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan
menurunkan volume ASI. Menurut penelitian Mittra Jalal
(2017) kecemasan dan stress dapat menurunkan hormone
prolaktin dan sekresi oksitosin, sehingga aliran susu berkurang
ketika ibu menyusui.
6. Berat badan lahir
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan
mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir
normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih
rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih
rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam
memproduksi ASI (Dewi & Sunarsih, 2011)
7. Perawatan payudara
Perawatan payudara bermanfaat untuk mempelancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu
sehingga memperlancar pengeluaran ASI dengan cara menjaga
agar payudara senantiasa bersih dan terawat (puting susu) karena
saat menyusui payudara ibu akan kontak langsung dengan mulut
bayi menurut (Maryunani, 2012).
8. Pola tidur
Ibu Menyusui memiliki pola istirahat kurang baik dalam jumlah
jam tidur maupun gangguan tidur. Faktor istirahat
mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila kondisi
ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga berkurang
(Rini Susilo, 2011).
9. Jenis persalinan
Pada persalinan normal proses menyusui dapat segera dilakukan
setelah bayi lahir. Biasanya ASI sudah keluar pada hari pertama
persalinan. Sedangkan pada persalinan tindakan sectio ceasar
seringkali sulit menyusui bayinya segera setelah lahir, terutama
jika ibu diberikan anestesi umum. Ibu relatif tidak dapat
menyusui bayinya di jam pertama setelah bayi lahir. Kondisi
luka operasi di bagian perut membuat proses menyusui sedikit
terhambat. (Prawirohardjo dalam Marmi, 2012).
10. Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI.
Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan
kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu
mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah dari
pada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan
mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang
rendah dan belum sempurnanya fungsi organ (Dewi dan
Sunarsih, 2011).
11. Konsumsi rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan
mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk
memproduksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan
adrenalin dimana adrenalin akan menghambat
pelepasanoksitosin (Dewi dan Sunarsih, 2011).

2. HUBUNGAN PENGGUNAAN BRA DENGAN PROSES


MENYUSUIPADA IBU PRIMIPARA
Menyusui tidak efektif adalah suatu kondisi dimana ibu dan
bayi mengalami ketidakpuasan atau kesulitan pada saat menyusui(
Tim pokja SDKII DPP PPNI, 2016). Kegagalan proses menyusui
sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah

Penggunaan bra dalam proses menyusui dapat mempengaruhi


produksi ASI oleh karena itu bagi ibu menyusui sangat disarankan
untuk memilih jenis Bra ketika dalam proses menyusui.
Penggunaan bra yang ketat mempengaruhi Proses Menyusui
sehingga tidak efektif karena terkadang ibu primipara memiliki
kendala dalam hal kurang pengetahuan tentang perawatan
payudara, memilih bra yang baik untuk ibu menyusui, payudara
ibu bengkak, maupun ketidakadekuatan suplai ASI dan
menyebabkan masitis.

3. PENELITIAN TERKAIT PENGGUNAAN BRA DENGAN


PROSESMENYUSUI PADA IBU PRIMIPARA
Penenitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari
perbandingan dan selanjutnya menemukan inspirasi baru untuk
melakukan penelitan selanjutnya.
Pada bagian ini peneliti mencantumkan beberapa hasil
penelitian terdahulu yang saling berkaitan dengan penelitan yang
akan dilakukan, kemudian membuat ringkasan dari penelitian yang
sudah terpublikasikan ataupun belum terpublikasikan (skripsi,tesis,
disertasi dan sebagainya).
Penelitian terkait antara lain :
1. Amalia Disva Astari. Stikes Hang Tuah Pekanbaru 2020. Dengan
judul “Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu primipara
terhadap perawatan puting susu lecet” metode penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif
korelasi yang menggunakan pendekatan cross sectional.
Penelitian ini menyarankan agar ibu primipara mencari lebih
banyak lagi informasi tentang perawatan payudara. Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan yang
singnifikan antara pengetahuan dan sikap ibu primipara terhadap
perawatan payudara.

2. Armita Iriyana Hasanah. Universitas jember, 2017. Dengan


judul “Hubungan teknik menyusui dengan resiko terjadinya
mastitis pada ibu menyusui didesa kemuning kecamatan
arjasa kabupaten jember” Metode penelitian ini adalah survei
analitik menggunakan pendekatan cross sectional, responden
mengalami mastitis dikarenakan BH yang ketat dan penggunaan
kawat penyangga dan mengakibatkan tekanan berlebih pada
payudara akibatnya hal tersebut yang menjadi pemicu terjadinya
mastitis pada ibu menyusui. Primipara dianggap lebih beresiko
karena belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang proses
menyusui.
3. Febriyanthi. Universitas Islam sumatera utara, 2020.
“Hubungan perawatan payudara terhadap produksi ASI pada
ibu nifas dipuskesmas sibuhan” dalam penenlitian ini jenis
penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi
experimen design) dimana berdasarkan data yang didapatkan
lebih banyak responden yang telah melakukan kebersihan
payudara dengan benar, dan berdasarkan data yang didapatkan
lebih banyak responden yang telah melakukan pemakaian bra
yang sesuai juga dapat meningkatkan produksi ASI dengan
baik.
4. Sitti Khadija. Universitas Respati Yogyakarta, 2020. Dengan
judul“Pendidikan kesehatan persiapan menyusui pada wanita usia
subur”. Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi
Eksperimen dengan rancangan pre post untuk membandigkan
sebelum dan sesudah dberikan perlakuan, variabel bebasnya
adalah pendidikan kesehatan persiapan menyusui sedangkan
variabel terikatnya adalah pengetahuan wanita usia subur.
Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan pendidikan
kesehatan ini pengetahuan tentang persiapan menyusui yang
paling banyak tidak diketahui responden adalah mengenai
manfaat menyusui dan kandungan kolostrum. Sedangkan
pengetahuan yang banyak diketahui yaitu tentang perawatan
payudara dimana tidak menggunakan bra yang berkawat
BAB III

KERANGKA KONSEP & DEFINISI OPERASIONAL

1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan abstaksi dari suatu realitas
sehingga dapat dikomunikasikan dan membentuk teori yang menjelaskan
keterkaitan antara variabel yang diteliti.

Variabel Independen Variabel Dependen

penggunaan Bra Proses menyusui


pada ibu primipara

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Berhubungan

2. Hipotesis
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa
penelitian sebagai berikut :
- Hipotesis Ha : Adanya Hubungan penggunaan bra dengan proses
menyusui pada ibu primipara

3. Definisi Operasional
Definisi penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek
ataukegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang telah diterapkan
oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono,2015).

No Variabel Definisi Parameter Alat ukur Kategori Skala Skor


operasional

1. Penggunaan Penggunaan - memilah Bra 1.Kuisioner 1.Cukup Nominal


Bra bra yaitu yang baik agar 2.Baik
pakaian payudara
dalam yang terlindungi
digunakan dannyaman.
wanita - mengetahui
berfungsi ukuran Bra
untuk yang nyaman
menopang digunakan
payudara

2. Proses Proses - cara 2. kuisioner 1.cukup Nominal


menyusui menyusui menyusui yang 2.baik
adalah baik
pemberian - dukungan
Air susu ibu dari keluarga
(ASI) yang untuk
diberikan menyusui
pada bayi sesuai anjuran
mulai dari 0-6 Kesehatan
bulan. - anatomi bibir
bayi,apakah
sumbing atau
memiliki cacat
sehingga
memperhambat
proses
menyusui
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain Penelitian adalah desain mengenai keseluruhan proses yang diperlukan
dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian (silaen, 2018).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dimana
penelitian ini mencoba bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi
dan desain penelitian ini adalah menggunakan pendekatan cross sectional dimana
rancangan penelitian yang pengukuran dan pengamatannya dilakukan secara
simultan pada satu saat atau sekali waktu (Notoatmodjo,2012)
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan penggunan bra dangan
proses menyusui pada ibu primipara. Pendekatan cross sectional yaitu penelitian
dengan pengumpulan data dilakukan pada satu titik waktu (at one point in time)
dimana fenomena yang diteliti selama satu periode pengumpulan data (Swarjana,
2015).
B. Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengampilan Sampel
1. Waktu dan Tempat penelitian
a. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2021
b. Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang dilakukan yaitu di Puskesmas tuminting, kota
Manado
2. Populasi
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017).
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu primipara yang berada di puskesmas
tuminting, kota Manado yang berjumlah 50 responden.
3. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
itu (sugiyono, 2017).
Cara menggunakan sampel ditentukan dengan rumus menurut (Arikunto,
2010). Jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya,
jika subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-
25% atau lebih.
Penelitian menurut Arikunto untuk mengambil sampel :
100 x jumlah populasi
100
Contoh perhitungan menurut arikunto :
100 x 50
100
= 50
Jumlah sampel ada 50 responden. Sehingga pada saat penelitian ini dipakai
teknik total sampling, teknik Total sampling adalah teknik pengambilan
sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan mengambil total
sampling karena jumlah populasi yang kurang dari 100. Jadi jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 responden dalam sewaktu. (Sugiyono
2009). Sampel penelitian ini yaitu ibu primipara di puskesmas tuminting, kota
manado.
4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (notoatmodjo, 2018).
Sedangkan kriteria Ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sebagai sampel (notoatmodjo, 2018)
a. Kriteria Inklusi
1. Responden ibu menyusui
2. Ibu menyusui yang bersedia menjadi Responden untuk diteliti
3. Responden ibu menyusui yang berada ditempat penelitian
b. Kriteria Ekslusi
1. Responden ibu menyusui yang tidak berada ditempat penelitian
2. Responden ibu menyusui yang menolak berpartisipasi dalam
penelitian
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasil lebih
baik, lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto,2019)
Instrumen penelitian yang akan digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini berupa :
a. Lembar kuisioner
b. Variabel independen (penggunaan Bra)
Instrumen penggunaan Bra menggunakan lembar kuisioner dimana
berisikan 10 pertanyaan dimana setiap pertanyaan di beri tanda centang
pada kolom Setuju atau tidak setuju.
Kemudian skala pengukuran yang digunakan adalah skala guttmen.
Skala guttmen adalah skala scalalogram yang sangat baik untuk
meyakinkan hasil penelitian mengenai kesatuan dimensi dan sikap atau
sifat yang diteliti. , bentuk jawaban dari setiap pernyataan yaitu setuju
atau tidak setuju. Untuk pernyataan seperti responden menjawab setuju
diberikan skor 2 dan untuk pertanyaan seperti responden menjawab
salah diberikan skor 1.
Untuk menghitung skornya yaitu menggunakan rumus median seperti

dibawah ini :

n = (jumlah pernyataan x skor tertinggi) + (jumlah pernyataan x skor


terendah)
2

n = (10 x 2) + (10 x 2)
2

n = 20 + 20
2

n = 40 : 2

n = 20

jadi jika nilai median ≥ 15 pengetahuan baik, dan <15 pengetahuan

kurang baik.
c. Variabel dependen ( proses menyusui pada ibu primipara)
Instrumen proses menyusui pada ibu primipara menggunakan lembar
kuisioner dimana berisikan 10 pertanyaan atau pernyataan. Kriteria
untuk pemberian nilai untuk setiap jawaban menggunakan skala likert
yaitu dimana nilai tertinggi diberi nilai 4 dengan jawaban sangat
setuju, nilai 3 dengan jawaban setuju, nilai 2 dengan jawaban tidak
setuju dan nilai 1 dengan jawaban sangat tidak setuju. Dengan
menggunakan rumus median :

n = (pertanyaan x skor tertinggi) + (pertanyaan x skor terendah)


2
n = (10x4) + (10x1)
2
n = 40 + 10
2
n = 50
2
n = 25

Apabila nilai median > 25 maka dikatakan proses menyusui pada ibu
primipara meningkat dan apabila nilai median < 25 maka proses
menyusui pada ibu primipara menurun.

Anda mungkin juga menyukai