• Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga
dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).
• Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang secara khas
ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat
menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa Manurung, 2013).
Penyebab
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis dengan ukuran panjang 1 - 4/mm dan
tebal 0.3 - 0.6/mm. Kuman mycobacterium tuberculosis adalah kuman terdiri dari asam lemak,
sehingga kuman lebih tahan asam dan tahan terhadap gangguan kimia dan fisis (Santa Manurung,
2013).
Patofisiologi
• Kuman tuberculosis masuk ke dalam tubuh melalui udara pernafasan, bakteri, bakteri yang
terhirup akan dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan
mulai untuk memperbanyak diri. Selain itu bakteri juga dapat dipindahkan melalui sistem limfe
dan cairan darah ke bagian tubuh yang lainnya.
• Selain imun, tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menekan banyak
bakteri, limposit spesifik tuberkulosis menghancurkan bakteri dan jaringan normal. Reaksi
jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli yang dapat menyebabkan
broncho pneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajaman
Manifestasi klinis
• Demam 40-41°c, serta ada batuk / batuk darah.
• Sesak nafas dan nyeri dada.
• Malaise, keringat malam.
• Anoreksia, Penurunan berat badan
• Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
• Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah
1.Pemeriksaan Diagnostik
2.Pemeriksaan sputum.
3.Ziehl-Neelsen (pewarnaan terhadap sputum, Positif jika ditemukan bakteri tahan asam.
4.Skin test (PPD, Mantoux)
5.Rontge
6.Pemeriksaan histologyn dada
7.Biopsi jaringan paru
8.Pemeriksaan fungsi paru
Penatalaksanaan medis
• Paduan obat jangka pendek 6–9 bulan yang selama ini dipakai di Indonesia dan dianjurkan juga
oleh WHO adalah 2 RHZ/4RH dan variasi lain adalah 2 RHE/4RH, 2 RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3/
2RHS/4R2H2, dan lain-lain. Untuk TB paru yang berat (milier) dan TB Ekstra Paru, therapi tahap
lanjutan diperpanjang jadi 7 bulan yakni 2RHZ/7RH.
• Departemen Kesehatan RI selama ini menjalankan program pemberantasan TB Paru dengan
panduan 1RHE/5R2H2. Bila pasien alergi/hipersensitif terhadap Rifampisin, maka paduan obat
jangka panjang 12–18 bulan dipakai kembali yakni SHZ, SHE, SHT, dan lain-lain. Beberapa obat
anti TB yang dipakai saat ini adalah :
• Obat anti TB tingkat satu : Rifampisin (R), Isoniazid (I), Pirazinamid (P), Etambutol (E),
Streptomisin (S).
Komplikasi
• Menurut Wahid & Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada TB paru adalah:
• Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
• Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
• Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses
pemulihan atau reaktif) pada paru.
• Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena kerusakan
jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang persendian, ginjal dan
sebagainya.
Asuhan keperawatan
Pengkajian
1. Data Umum :
• Identitas Kepala keluarga, Komposisi anggota keluarga , Genogram, Tipe keluarga, Suku bangsa, Agama,
Status sosial ekonomi keluarga, Aktifitas rekreasi keluarga
2.Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga :
• Tahap perkembangan keluarga saat ini, Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, Riwayat
keluarga inti, Riwayat keluarga sebelumnya
3. Lingkungan :
• Karakteristik rumah, Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal,Mobilitas geografis keluarga,
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, Sistem pendukung keluarga
4. Struktur Keluarga :
• Pola komunikasi keluarga, Struktur kekuatan keluarga, Struktur Peran, Nilai dan Norma Keluarga
5. Fungsi Keluarga :
• Fungsi Afektif, Fungsi Sosialisasi, Fungsi Perawatan kesehatan
6. Stress/Penyebab masalah dan koping yang dilakukan keluarga :
• Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek, Respon keluarga terhadap stress, Strategi koping yang
digunakan, Strategi adaptasi yang disfungsional.
7. Pemeriksaan fisik (Head to toe) :
• Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota kelurga tisak berbeda jauh dengan pemeriksaan fisik pada
klien di klinik atau rumah sakit yang meliputi pemeriksaan head to toe.
8. Harapan Keluarga :
• Terhadap masalah kesehatan keluarga, Terhadap petugas kesehatan yang ada
Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubung dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit.
2. Hipertermia karena proses penyakit TB Paru berhubung dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubung dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit.
4. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain berhubung dengan ketidakmampuan keluarga
memelihara/memodifikasi lingkungan.
5. Kurang pengetahuan berhubung dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Tujuan : a. Ajarkan keluarga untuk melatih klien
berhubung dengan ketidakmampuan Keluarga mampu merawat anggota teknik batuk efektif
keluarga merawat anggota keluarga keluarga yang sakit yang mengalami b. Pantau keluarga dalam melakukan
yang sakit bersihan jalan nafas tidak efektif perawatan untuk mencegah terjadinya
Kriteria hasil: bersihan jalan nafas yang tidak efektif
Anggota keluarga mengerti dan mampu
mengajarkan klien teknik batuk
efektif dan posisi semi fowler agar
bersihan jalan nafas efektif kembali
Implementasi/ elaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana
perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan
kearah perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga didasarkan kepada asuhan
keperawatan yang telah disusun (Salvari Gusti, 2013)
Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan keluarga
yang telah dibuat dengan didahului perawat menghubungi keluarga bahwa akan dilakukan implementasi sesuai
dengan kontrak sebelumnya (saat mensosialisaasikan diagnosa keperawatan).
Evaluasi
• Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil, implementasi dengan kriteria dan standar
yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu
disusun rencana keperawatan yang baru. Metode evaluasi keperawatan, yaitu :
• Evaluasi formatif (proses) adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan bertujuan
untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, sistem penulisan
evaluasi formatif ini biasanya ditulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan sistem SOAP
• Evaluasi Sumatif (hasil) adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan,
sistem penulisan sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau laporan singkat (Salvari Gusti, 2013)
TERIMA KASIH