Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH BIOLOGI

“Sistem Sirkulasi”

DISUSUN OLEH :
Mira Maulidi 1202050072
Nabilah Hanun 1202050080
Nabilah Siti Nurul Shafa 1202050081
Rainandi Yahya 1202050097

DOSEN PENGAMPU :
Bu Ukit Rosita, M.Si

Pendidikan Matematika
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1. Struktur, Fungsi, dan Proses Sistem Peredaran Darah Pada Manusia .............................. 3
2.2. Struktur dan Fungsi Jantung Serta Pembuluh Darah Pada Manusia ................................ 8
2.3. Struktur dan Fungsi dengan Proses Kerja Sistem Peredaran Darah pada Manusia ...... 16
2.4. Kelainan Pada Sistem Sirkulasi ........................................................................................... 19
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 24
3.1. Kesimpulan............................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 25

i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan pada Allah SWT, karena atas hidayah, rahmat, serta
karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami mampu menyelesaikan makalah dengan judul
“Sistem Sirkulasi Pada Manusia”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni untuk
memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Biologi.
Kami harap makalah ini mampu menambah pengetahuan serta memperluas wawasan
bagi pembaca maupun kami selaku penulis. Kami ucapkan terima kasih kepada Bu Ukit
Rosita, M.Si selaku dosen mata kuliah Biologi yang telah membimbing kami sehingga kami
dapat menulis makalah “Sistem Sirkulasi” ini.
Kami selaku penulis merasa masih banyak kekurangan dalam penulisan serta
penyusunan makalah ini, baik karena terbatasnya pengetahuan maupun wawasan. Oleh karna
itu, kami mengharapkan pemberian kritik serta saran yang dapat membangun dari pembaca
sehingga makalah ini dapat tersempurnakan.

Bandung, 25 April 2021

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap manusia memiliki porsi tubuhnya masing-masing. Berbagai mekanisme terjadi
dalam tubuh untuk mendukung metabolisme dan keberlangsungan hidup. Mekanisme
tersebut terjadi dalam organ yang saling berhubungan satu sama lain. Sistem sirkulasi
peredaran darah sendiri merupakan salah satu mekanisme yang terjadi dalam tubuh. Sistem
peredaran darah pada manusia termasuk ke dalam sistem peredaran darah tertutup (melalui
pembuluh darah) dan peredaran darah ganda (darah dalam tubuh mengaliri tubuh dengan
melewati jantung sebanyak dua kali). Dalam peranannya, sistem peredaran darah
melibatkan 3 komponen, di antaranya darah, pembuluh darah, beserta jantung.
Pada saat jantung berdetak, terdapat proses atau mekanisme peredaran darah yang
berupa perpindahan darah baik menerima ataupun memompa darah. Darah yang tersebar
dan mengalir di dalam seluruh tubuh setiap detiknya sangatlah berperan untuk kehidupan
setiap makhluk hidup khususnya manusia. Hal ini disebabkan karena aliran darah membawa
zat-zat yang penting untuk memenuhi kebutuhan aktivitas organ-organ tubuh, seperti
oksigen dan zat-zat nutrisi lainnya.
Pada tubuh manusia, terjadi sistem peredaran darah. Dalam mekanismenya, darah
dipompa ke seluruh tubuh atau ke paru-paru sehingga terjadi proses peredaran darah atau
kardiovaskular. Pada proses tersebut, terdapat organ pembuluh darah yang berfungsi sebagai
jalan aliran darah. Pembuluh darah dalam manusia dibagi ke dalam 2 jenis yaitu pembuluh
darah arteri (pembuluh nadi) dan pembuluh darah vena (pembuluh balik). Pembuluh darah
arteri adalah pembuluh darah besar yang membawa aliran darah yang berasal dari jantung
dan kaya akan oksigen (O2). Sedangkan pembuluh darah vena mengangkut darah kaya akan
karbondioksida (CO2).
Sistem sirkulasi atau sistem peredaran darah memiliki beberapa peranan atau fungsi, di
antaranya, mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh, mengedarkan sari-sari makanan ke
seluruh jaringan tubuh, membawa karbon dioksida menuju paru-paru dan mengikat oksigen
yang ada di alveolus, menjaga suhu tubuh agar tetap stabil, dan membawa zat sisa hasil
metabolisme ke ginjal untuk disekresikan.
Maka dari itu, untuk mengetahui serangkaian mekanisme atau proses beserta kelainan-
kelainan yang ada pada sistem peredaran darah manusia, penulis telah melakukan studi
pustaka terhadap berbagai referensi untuk mengetahui sistem peredaran darah pada manusia
secara lebih lanjut. Sistem sirkulasi peredaran darah pada manusia akan dibahas dan dikaji
secara tuntas oleh penulis dalam makalah “Sistem Sirkulasi” ini.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana struktur, fungsi, dan proses sistem peredaran darah pada manusia?
1.2.2. Bagaimana struktur dan fungsi jantung serta pembuluh darah pada manusia?
1.2.3. Bagaimana struktur dan fungsi dengan proses kerja sistem peredaran darah pada
manusia?

1
1.2.4. Bagaimana kelainan pada sistem sirkulasi?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Menjelaskan struktur, fungsi, dan proses sistem peredaran darah pada manusia
1.3.2. Menjelaskan struktur dan fungsi jantung serta pembuluh darah pada manusia
1.3.3. Menjelaskan struktur dan fungsi dengan proses kerja sistem peredaran darah
pada manusia
1.3.4. Menjelaskan kelainan pada sistem sirkulasi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Struktur, Fungsi, dan Proses Sistem Peredaran Darah Pada Manusia
Setiap makhluk hidup membutuhkan zat-zat makanan yang dapat diperoleh dari
lingkungannya setelah makanan dicerna atau dimanfaatkan, sisanya akan dibuang kembali
ke lingkungan. Untuk memasukkan zat makanan ke dalam sel-sel tubuh dan membuang
sisanya ke lingkungan, memerlukan suatu sistem transportasi atau sirkulasi. Sistem
transportasi atau sirkulasi pada tubuh manusia sebenarnya meliputi sistem peredaran darah
dan sistem peredaran getah bening. Komponen sistem peredaran darah manusia terdiri atas
darah, jantung, dan pembuluh darah.
A. Sistem peredaran darah pada manusia
Sistem peredaran darah pada manusia terdiri atas darah dan alat peredaran
darah. Darah terdiri dari bagian yang cair dan bagian yang padat. Alat peredaran darah
terdiri dari jantung dan pembuluh-pembuluh darah, yakni arteri, vena, dan kapiler.
1. Darah
Darah kita terdapat di pembuluh darah. Dalam kondisi normal, volume darah
setiap orang lebih kurang 8% dari berat badannya. Pada orang dewasa yang beratnya
65 kg, volume darahnya lebih kurang 5 liter.
Darah kita tersusun dari beberapa komponen yaitu:
a. 55% merupakan bagian yang cair yang disebut plasma darah.
b. 45% merupakan bagian yang padat atau butiran darah.
Butiran darah terdiri dari 3 macam sel darah, yaitu:
a. Sel darah merah atau eritrosit
b. Sel darah putih atau leukosit
c. Keping-keping darah atau trombosit.
• Komposisi darah
Darah merupakan jaringan kompleks yang terdiri dari beberapa bagian. Sekitar 45%
kandungan adalah butiran darah (sel-sel darah), sedangkan sisanya adalah plasma.
1. Plasma darah
Plasma darah berguna dalam pengaturan tekanan osmosis darah, bertugas
membawa sari-sari makanan, sisa metabolisme, hasil sekresi, dan beberapa gas.
Plasma darah atau cairan darah terdiri atas:
a. 90% air

3
b. 8% protein yang terdiri dari albumin, hormon, globulin, protombin, dan
fibrinogen.
c. 0,9% mineral yang terdiri dari NaCl, natrium bikarbonat, garam kalsium, fosfor,
magnesium, dan besi.
d. 0,1% berupa sejumlah bahan organik, yaitu glukosa, lemak, urea, asam urat,
asam amino, enzim, dan antigen.
Protein yang larut di dalam plasma darah disebut protein darah. Protein darah
memiliki zat-zat yang paling penting di dalam tubuh yaitu sebagai berikut:
a. Hormon sangat penting untuk kerja fisiologi alat tubuh
b. Fibrinogen sangat penting untuk proses pembekuan darah
c. Albumin sangat penting untuk menjaga tekanan osmotik darah supaya selalu
stabil
d. Globulin sangat penting untuk membentuk zan kebal. Zat kebal ialah zat yang
berfungsi untuk melawan benda-benda asing atau kuman yang masuk kedalam
tubuh.
2. Sel-sel darah
Sel-sel darah atau butiran darah terdiri atas eritrosit, leukosit, dan trombosit.
Eritrosit atau sel darah merah berfungsi untuk mengangkut oksigen. Leukosit atau
sel darah putih berfungsi untuk membunuh bibit penyakit. Trombosit atau keping
darah berfungsi untuk membekukan darah.
a. Sel darah merah (eritrosit)
Bentuk eritrosit pipih, dengan garis tengah, cekung di bagian tengahnya
(bikonkaf), dan tidak berinti. Butir darah merah mengandung hemoglobin (Hb).
Hemoglobin atau zat warna darah adalah suatu senyawa protein yang mengandung
unsur besi. Fungsi utama Hb adalah mengangkut oksigen dari paru-paru dan
mengedarkannya ke seluruh jaringan tubuh.
Sel darah merah dibentuk oleh sumsum merah tulang pipih. Akan tetapi, saat
masih dalam kandungan, eritrosit dibentuk di dalam hati dan limpa. Sel darah merah
menjadi using dan tidak efektif lagi melaksanakan fungsinya setelah berumur lebih
kurang 120 hari. Oleh hati dan limpa sel darah merah tersebut dirombak. Di dalam
hati, hemoglobin akan diubah menjadi zat warna empedu (bilirubin) yang berwarna
kehijau-hijauan. Zat warna empedu berguna untuk membentuk emulsi lemak. Zat
ini dikeluarkan ke saluran empedu yang bermuara dari usus. Zat besi yang terdapat

4
di hemoglobin tidak ikut dikeluarkan, melainkan digunakan lagi untuk membuat
eritrosit yang baru.
Jika terjadi penyumbatan saluran empedu dapat mengakibatkan infeksi atau
kerusakan sel-sel hati, yang menyebabkan empedu beredar bersama aliran darah.
Inilah yang menyebabkan seseorang menderita penyakit kuning . penyakit kuning
dapat disebabkan oleh virus hepatitis atau infeksi lainnya.
b. Sel darah putih (leukosit)
Sel darah putih tidak berwarna, bersifat bening, dan bentuknya tidak tetap
seperti amuba. Ukuran leukosit lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlahnya
lebih kecil. Sel ini mempunyai fungsi utama untuk melawan kuman yang masuk ke
dalam tubuh dan membentuk zat antibodi. Antibodi adalah zat melawan benda asing
(antigen) yang masuk ke tubuh. Sel darah putih merupakan sel fagosit apabila ada
bibit penyakit, misalnya bakteri, sel darah putih akan memakannya seperti cara
amuba memakan makanannya. Apabila sel darah putih rusak, maka sel darah putih
bersama-sama kuman yang mati akan dikeluarkan dalam bentuk nanah atau abses.
Dalam sel darah putih terdapat 5 macam sel darah putih yang bentuk, jumlah
dan fungsinya berbeda. Kelima macam sel darah putih tersebut adalah neutrophil,
monosit, eosinophil, dan basopil.
1. Neutropil
Neutropil merupakan 60-70% dari jumlah sel darah putih. Neutropil dapat
bergerak secara ameboid dari darah dan masuk ke jaringan yang terinfeksi, lalu
menghancurkan mikroba yang ada. Gerak neutrophil terjadi karena adanya
sinyal kimiawi dari daerah yang terinfeksi. Neutrophil hanya berumur sekitar 6-
20 jam.
2. Monosit
Monosit terdapat sekitar 5% dari jumlah sel darah putih. Walaupun begitu,
monosit merupakan fagosit yang efektif. Monosit beredar di dalam darah
selama beberapa jam, kemudian berpindah ke jaringan. Di dalam jaringan,
monosit membesar dan berkembang menjadi makrofag. Makrofag merupakan
sel fagositik terbesar, paling efektif, dan berumur panjang. Makrofag
mempunyai arti secara harfiah yaitu ‘’pemakan besar’’. Makrofag bersifat
ameboid, dan dapat merentangkan pseudopodia untuk pencernaan.

5
Beberapa makrofag menetap di organ dan jaringan tubuh tertentu. Misalnya, di
paru-paru ada makrofag elveolar dan di hati ada sel kupffer. Makrofag juga
terdapat di nodus linfa dan limpa.
3. Eosinopil
Eosinopil kira-kira berjumlah 15% dari jumlah sel darah putih. Eosinopil hanya
sedikit bersifat fagositik tetapi mempunyai enzim penghancur. Eosinopil
berfungsi untuk melawan parasite besar seperti cacing dengan cara
menghancurkan dinding luar tubuh cacing.
4. Basopil
Granula basopil mengandung histamine. Histain adalah salah satu sinyal kimia
yang akan dikirimkan jika terjadi luka dan peradangan. Basopil diduga terlibat
dalam reaksi alergi atau melawan protein asing yang masuk.
c. Trombosit atau keping-keping darah
Trombosit fungsi utamanya adalah sebagai sistem pertahanan dan untuk
membekukan darah.
3. Fungsi darah
Darah terdiri atas banyak komponen. Tiap komponen mempunyai fungsi tertentu.
Berdasarkan komponen tersebut, fungsi darah adalah sebagai berikut.
1. Sebagai alat pengangkut:
a. Sel-sel darah merah mengangkut oksigen dari paru-paru ke jantung dan ke
seluruh sel-sel tubuh.
b. Plasma darah mengangkut:
1. Sari makanan, dari usus ke hati, kemudian ke seluruh tubuh.
2. Karbondioksida, dari jaringan tubuh ke paru-paru.
3. Urea, dari hati ke ginjal untuk dikeluarkan.
4. Hormon, dari kelenjar hormon ke seluruh tubuh.
2. Membunuh kuman-kuman penyakit. Komponen yang bertugas membunuh kuman
penyakit adalah leukosit. Caranya dengan membentuk antibodi dan fagositosis.
3. Melakukan pembekuan darah. Komponen yang berperan penting dalam proses
pembekuan darah adalah trombosit
4. Menjaga kestabilan suhu tubuh. Suhu tubuh manusia tetap, berkisar 37°C,
walaupun suhu lingkungan meningkat atau menurun. Hal ini dimungkinkan karena
penyebaran energi panas secara merata dilakukan oleh darah. Peristiwa menggigil

6
5. pada saat kedinginan dan berkeringat pada saat kepanasan merupakan mekanisme
untuk menjaga kestabilan suhu tubuh.

4. Penggolongan Darah

Penyumbangan darah melalui PMI merupakan perbuatan mulia. Setetes darah


sangat penting bagi yang membutuhkannya.

Sebelum menyumbangkan darah, darah harus diperiksa golonganna terlebih


dahulu, demikian pula, seandainya kita memerlukan darah. Transfuse darah tidak akan
dapat dilaksanakan jika golongan darah si pemberi dan si penerima belum diketahui.

1. Golongan darah sistem ABO

Golongan darah dengan unsur aglutinogen dan aglutininnya

2. Golongan darah sistem Rhesus (Rh)

Sekitar 85% manusia membawa faktor Rh positif (Rh+) dalam darahnya dan
sisanya 15% Rh negatif (Rh-). Jika darah Rh- (resipien) diberi darah Rh+ (donor) dalam
transfus darah, maka repisien akan membentuk anti bodi yang melawannya. Anti bodi
ini belum bekerja pada transfusi pertama. Anti bodi ini akan bekerja pada transfusi Rh+
berikutnya dan akan menghancurkan sel darah Rh+ tersebut sehingga dapat
membahayakannya.

5. Transfusi darah

Sebelum melakukan transfusi darah, harus mengetahui terlebih dahulu golongan


darahnya. Dengan memperhatikan golongan darah masing-masing, dapat diketahui
apakah seseorang dapat menerima darah dari orang lain. Orang yang memberikan
darahnya tersebut disebut donor, sedangkan orang yang menerima darah disebut repisien,
maka darah repisien akan menolak darah donor. Penolakan ini ditandai dengan
penggumpalan darah (aglutinasi) yang dapat berakibat fatal bagi repisien. Darah dapat
menggumpal karena adanya aglutinogen dan aglutinin. Aglutinogen adalah zat protein
darah yang dapat digumpalkan oleh aglutinin. Ada 2 macam aglutinogen, yaitu
aglutinogen A dan aglutinogen B. aglutinin adalah zat protein darah yang dapat
menggumpalkan aglutinogen. Ada 2 macam aglutinin, yaitu aglutinin a dan aglutinin b.

7
zat aglutinin a dikenal pula sebagai zat anti A dan aglutinin b dikenal pula sebagai zat
anti B

Aglutinogen A dapat digumpalkan oleh aglutinin a (anti A), dan aglutinogen B dapat
digumpalkan oleh aglutinin b (anti B). golongan darah A mengandung zat aglutinogen A dan
aglutinin b. golongan darah B mengandung zat aglitinogen B dan aglutinin a. golongan darah
AB mengandung zat aglutinogen A dan B, dan tidak memiliki aglutinin. Golongan darah O
mengandung zat aglutinin a dan b, dan tidak memiliki aglutinogen A maupun B.

Golongan darah O dikatakan sebagai donor universal, karena dapat ditransfusikan ke


dalam semua golongan darah. Sebaliknya, golongan darah AB dikatakan sebagai resipien
universal, karena dapat menerima semua golongan darah. Akan tetapi haruslah disadari, bahwa
transfusi darah yang baik adalah transfusi darah yang sejenis.

2.2. Struktur dan Fungsi Jantung Serta Pembuluh Darah Pada Manusia

2. Struktur dan Fungsi Jantung serta Pembuluh Darah Pada Manusia


Jantung dan pembuluh darah merupakan 2 komponen sistem peredaran darah (sistem
kardiovaskular) yang berperan mengedarkan darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi
keperluan pertukaran zat dan gas serta sebagai sistem transpor tubuh yang membawa hormon,
nutrisi, gas-gas pernafasan serta zat-zat lain dari ataupun menuju tubuh.

2.1 Struktur dan Fungsi Jantung Pada Manusia


Jantung merupakan organ tubuh manusia berupa otot yang berongga serta
dengan ukuran yang bervariasi, sebesar kepalan tangan manusia (sesuai dengan ukuran
tubuh manusia). Jantung sebagai komponen sistem peredaran darah memiliki fungsi
utama, yakni mengendalikan seluruh kegiatan peredaran darah dengan memompa darah
ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dengan kontraksi berirama atau berulang.

8
Gambar 2.1 Organ Jantung
1. Letak Jantung
Jantung terletak di bagian dalam rongga dada pada bagian mediastinum, yakni
rongga yang berada di antara paru-paru bagian kanan dan kiri serta di balik tulang dada
(sternum). Posisi jantung cenderung ke arah kiri bagian bawah, sehingga dapat
dikatakan bahwa sekitar dua pertiga bagian jantung terletak di sebelah kiri. Kemudian
bagian dasar jantung memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan jantung
bagian atas (lebar), sehingga ujung bawah jantung terlihat mengerucut.

Gambar. 2.1 (1) Posisi Jantung di rongga dada (Goodenough & McGuire, 2012; Saladin,
2009).

2. Penutup Jantung
Jantung dilapisi oleh lapisan penutup berupa kantung berdinding ganda yang
disebut dengan perikardium. Perikardium berperan sebagai pembatas antara jantung
dengan organ dada lain, sehingga memungkinkan adanya perluasan ruang, tetapi tidak
secara berlebih. Lapisan penutup jantung terbagi ke dalam 2 bagian, yakni kantung
perikardial (perikardium parietal) dan epikardium (perikardium visceral). Kantung

9
perikardial (perikardium parietal) merupakan bagian dinding luar yang tersusun atas
lapisan berserat yang berupa jaringan ikat padat yang tidak teratur serta bagian
dalamnya ditutupi oleh lapisan tipis yang disebut lapisan serosa. Epikardium
(perikardium visceral) merupakan bagian yang menutupi permukaan jantung yang
terbentuk oleh pergerakan serosa ke dasar jantung. Di antara kantung perikardium dan
epikardium terdapat rongga perikardial yang berisi cairan perikardial sebanyak 5-30 ml
yang dihasilkan oleh perikardium serosa. Cairan perikardial tersebut berfungsi sebagai
pelumas membran serta meminimalisasi adanya gesekan jantung saat berdenyut.

3. Dinding Jantung
Terdapat 3 bagian lapisan yang terdapat pada dinding jantung, di antaranya
yaitu epikardium, endokardium , dan miokardium. Epikardium (perikardium visceral)
merupakan membrane serosa (selaput tipis) yang melapisi permukaan jantung.
Endokardium merupakan lapisan dalam (interior) ruang jantung yang meliputi katup
jantung dan menyatu dengan endotelium pembuluh darah. Miokardium merupakan
lapisan tebal yang melakukan kerja jantung. Lapisan ini terletak di antara lapisan
epikardium dan endokardium yang tersusun oleh otot jantung. Dinding atria
ketebalannya cenderung lebih tipis, sebab berguna untuk mengantarkan aliran darah ke
ventrikel. Sedangkan, dinding ventrikel lebih tebal dan kuat. Kemudian, terdapat
perbedaan ketebalan otot jantung, yakni ventrikel kiri lebih tebal dibandingkan dengan
ventrikel kanan dikarenakan dinding ventrikel kanan berguna untuk memompa darah
menuju ke paru-paru, sedangkan dinding ventrikel kiri yang lebih tebal berguna untuk
memompa darah ke seluruh tubuh.

Gambar 2.1 (2) Perbedaan ketebalan otot jantung, ventrikel kiri lebih tebal
dibandingkan dengan ventrikel kanan.

10
Jantung memiliki kerangka serat kolagen dan elastis yang membentuk kerangka
berserat. Jaringan ini terkonsentrasi pada dinding antara bilik jantung, cincin fibrosa
(Anuli fibrosi) sekitar katup, dan dalam lembaran jaringan yang menghubungkan cincin
ini. Kerangka berserat memiliki beberapa fungsi: (1) Memberikan dorongan struktural
bagi jantung, terutama di sekitar katup dan bukaan pembuluh besar; menjaga lubang ini
terbuka dan mencegah peregangan yang berlebihan ketika terjadi lonjakan aliran darah,
(2) Sebagai non-konduktor listrik yang berfungsi sebagai isolasi listrik antara atrium
dan ventrikel, sehingga atrium tidak dapat merangsang ventrikel secara langsung. (3)
Membantu pengisian darah jantung pada setiap denyutnya.

4. Ruang Jantung
Jantung memiliki 4 ruang yang terbungkus oleh perikardia, diantaranya yakni
terdapat 2 ruang di kutub superior (basis) yang meliputi atrium kanan dan atrium kiri.
Atrium (serambi) memiliki ketebalan dinding yang tipis serta berfungsi menerima darah
yang kembali ke jantung dari pembuluh darah besar. Atrium terbagi ke dalam 2 ruang,
yakni atrium kiri yang berfungsi menerima dari paru-paru yang kaya O2 dan
membawanya ke ventrikel kiri serta atrium kanan berfungsi menerima darah yang kaya
CO2 dari seluruh tubuh lalu membawanya ke ventrikel kanan. Kemudian, 2 ruang
lainnya terletak di bawah atrium, meliputi ventrikel kanan yang berfungsi menerima
darah dari atrium kanan kemudian membawanya ke paru-paru dan ventrikel kiri yang
berfungsi menerima darah dari atrium kiri kemudian membawanya ke seluruh tubuh.
Ventrikel (bilik) merupakan pompa yang mengeluarkan darah ke dalam arteri agar
mengalir ke seluruh tubuh. Ventrikel berfungsi untuk memompa darah ke seluruh
tubuh.

Gambar 2.1 (3) Ruang Jantung

4. Katup Jantung

11
Katup jantung berfungsi agar aliran darah mengalir ke satu arah melalui jantung.
Terdapat 2 jenis katup jantung, yakni katup atrioventrikular (AV) dan katup semilunar.
Katup atrioventrikular (AV) merupakan katup yang terletak di antara atrium dan
ventrikel yang terbentuk dari jaringan ikat fibrosa. Katup atrioventrikular (AV) terbagi
lagi ke dalam 2 bagian, yakni katup trikuspid (terletak di antara atrium kanan dan
ventrikel kanan) dan katup bikuspid atau katup mitral (terletak di antara ventrikel kiri
dan atrium kiri). Katup trikuspid dapat terbuka ketika sistol berkontaksi dan dapat
menutup kembali. Katup ini berfungsi membantu mengalirkan darah yang kurang O2
dari atrium kanan ke ventrikel kanan. Sedangkan, katup bicuspid (katup mitral) dapat
terbuka ketika darah yang kaya O2 di atrium kiri hendak mengalir ke ventrikel kiri.
Katup ini berfungsi untuk mencegah adanya arus balik darah dari ventrikel kiri ke
atrium kiri.
Katup semilunar terletak pada basis arteri besar yang membawa darah dari
ventrikel. Terdapat 2 bagian katup semilunar, yakni katup semilunar paru (pulmonal)
dan katup semilunar aorta. Katup semilunar paru terletak pada bagian dasar batang paru,
yang membentang dari ventrikel kanan. Kemudian, katup semilunar aorta terletak pada
bagian dasar aorta, yang membentang dari ventrikel kiri. Setiap katup semilunar terdiri
dari tiga daun katup yang tersusun dari jaringan ikat fibrosa. Katup semilunar
memungkinkan darah dipompa dari ventrikel ke arteri selama kontraksi ventrikel, tetapi
katup ini mencegah adanya aliran balik darah dari arteri ke ventrikel selama ventrikel
relaksasi.

Gambar 2.1 (4) Katup Jantung

5. Suara Jantung

12
Suara denyut jantung yang biasa kita dengar merupakan suara dari penutupan
katup jantung. Terdapat 2 bagian suara jantung, yakni suara pertama dihasilkan dari
penutupan katup atrioventrikular (AV) ketika kontraksi (sistol) ventrikel, kemudian
suara kedua dihasilkan oleh penutupan katup semilunar ketika ventrikel relaksasi
(diastol).

2.1 Struktur dan Fungsi Pembuluh Darah Pada Manusia

1. Dinding Pembuluh Darah


Dinding pembuluh darah (arteri dan vena) terdiri atas 3 lapisan, sebagai berikut:
1. Tunika Interna (tunika intima), merupakan lapisan bagian dalam pembuluh
darah yang terdiri epitel skuamosa sederhana (endotelium) yang berada di atas
membran. basal dan lapisan tipis jaringan ikat. Endotelium berperan sebagai
penghalang selektif permeabel untuk bahan yang akan memasuki atau meninggalkan
aliran darah; mengeluarkan bahan kimia yang merangsang pelebaran atau penyempitan
kapal; serta menolak sel darah dan trombosit agar keduanya dapat mengalir bebas tanpa
menempel pada pembuluh darah.
2. Tunika Media, merupakan lapisan bagian tengah yang memiliki lapisan
dinding paling tebal. Lapisan ini terdiri dari otot polos, kolagen, serta jaringan elastis.
Tunika media berfungsi untuk memperkuat pembuluh, mencegah pecahnya tekanan
darah, sebagai penyedia vasomotion, serta perubahan dalam diameter pembuluh darah.
3. Tunika Externa (tunika advenitia), merupakan lapisan bagian terluar dari
dinding penbuluh darah. Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang sering kali
menyatu dengan saraf, pembuluh darah, dan juga organ lain di sekitarnya.

13
Gambar 2.2 (1) Struktur dinding pembuluh darah.

2. Jenis-Jenis Pembuluh Darah


Pembuluh darah terbagi ke dalam ke jenis, di antaranya pembuluh darah
arteri, kapiler, dan vena. Ketiga jenis pembuluh darah tersebut membentuk suatu
sistem tertutup yang berbentuk tabung atau rongga yang membawa darah dari
jantung ke seluruh tubuh kemudian kembali lagi ke jantung (jantung-seluruh
tubuh-jantung).
1. Pembuluh Nadi (arteri)
Pembuluh nadi (arteri) merupakan pembuluh yang membawa darah
yang kaya akan O2 dari jantung. Pembuluh ini bersifat tebal dan elastis,
memiliki sebuah katup (valvula semilunaris) yang berada tepat di luar jantung,
serta letaknya secara umum berada di dalam tubuh, tetapi terdapat sebagai yang
berada di dekat permukaan, sehingga dapat dirasakan denyutnya.
Pembuluh nadi besar (aorta) merupakan pembuluh yang dilewati darah
dari ventrikel kiri jantung yang membawa darah kaya O2 menuju seluruh tubuh.
Aorta bercabang-cabang menjadi bagian yang lebih kecil menjadi arteri.
Kemudian arteri bercabang-cabang lagi menjadi bagian yang lebih kecil
dinamakan arteriola. Arteriola yang bercabang-cabang disebut kapiler. Kapiler
mendapatkan nutrisi dari pembuluh darah vasa vasorium serta tersusun atas satu
lapisan jaringan endotelium. Kapiler-kapiler kemudian saling berkaitan dan
berhubungan dengan kapiler vena yang dinamakan venula.
Pembuluh nadi paru-paru (arteri pulmonalis) merupakan pembuluh yang
dilewati oleh darah dari ventrikel kanan menuju paru-paru (pulmo). Pada
pembuluh ini, terdapat banyak kandungan CO2 yang selanjutnya akan
dilepaskan oleh darah ke paru-paru (tepatnya alveolus), kemudian darah
mengikat O2. Dari kapiler di paru-paru, kemudian darah menuju venula,
kemudian menuju vena pulmonalis, lalu kembali ke jantung.
2. Pembuluh Balik (vena)
Pembuluh balik (vena) merupakan pembuluh darah yang membawa
darah ke atrium (serambi) jantung. Vena letaknya cenderung lebih superfisial
(lebih dekat ke permukaan) dan tampak berwarna kebiruan/ kehijauan di bawah
permukaan kulit. Pembuluh vena memiliki ukuran yang cenderung lebih besar
dan tidak elastis serta dindingnya lebih tipis jika dibandingkan dengan
14
pembuluh arteri. Tekanan vena juga lebih lemah jika dibandingkan dengan
pembuluh arteri. Sistem vena terdiri atas venula, vena kecil, vena sedang, dan
vena besar. Venula berhubungan dengan kapiler. Terdapat 3 macam vena
berukuran besar yang masuk ke jantung, di antaranya:
1). Vena kava superior, yakni vena yang menerima darah kaya akan CO2 dari
tubuh bagian atas, leher, kepala, kemudian masuk ke atrium kanan.
2). Vena kava inferior, yakni vena yang menerima darah kaya akan CO2 dari
tubuh bagian bawah, kemudian masuk ke atrium kanan.
3). Vena pulmonalis, yakni vena yang membawa darah kaya akan O2 dari paru-
paru kemudian masuk ke atrium kiri.
3. Kapiler
Kapiler (pembuluh rambut) merupakan pembuluh darah yang sangat
halus dengan diameter sekitar 0,008 mm. Kapiler memiliki dinding yang sangat
tipis sehingga memudahkan masuknya plasma darah dan zat makanan ke
jaringan antar sel. Dinding kapiler tersusun dari satu lapisan endotelium. Kapiler
menghubungkan antara arteri dengan venula.
Berikut ini merupakan fungsi kapiler, di antaranya:
1). Menyerap zat makanan dari usus.
2). Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dengan cairan jaringan.
3). Mengambil zat-zat dari kelenjar.
4). Penghubung antara arteri dengan vena.
5). Menyaring darah yang terdapat pada ginjal.

15
Gambar 2.2 (2) Struktur Pembuluh Darah Arteri, Arteriola, Kapiler, Venula, dan
Vena.

2.3.Struktur dan Fungsi dengan Proses Kerja Sistem Peredaran Darah pada Manusia
Pada peredaran darah, jantung memiliki peran yang sangat penting. Berdenyut dalam
satu menit sebanyak 72 kali. Sehingga jika dihitung dalam satu hari jantung berdenyut
sebanyak seratus ribu kali atau sekitar dua miliar ketukan seumur hidup. Dan dalam satu
denyutan itu jantung memompa sekitar lima liter darah atau sekitar 9400 liter dalam satu
hari.
Jantung mempunyai empat ruangan, yaitu atrium sinister (serambi kiri), atrium dexter
(serambi kanan), ventrikel sinister (bilik kiri), dan ventrikel dexter (bilik kanan). Antarsisi
kiri dan kanan jantung dipisahkan oleh septum (sekat) yang berupa otot yang padat.
Atrium merupakan ruangan jantung tempat masuknya darah dari pembuluh balik
(vena). Antara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup valvula bikuspidalis (katup
berdaun dua). Katup ini berfungsi mencegah darah dalam ventrikel kiri agar tidak mengalir
kembali ke atrium kiri saat jantung berkontraksi. Ventrikel mempunyai otot lebih tebal dari
pada atrium, keadaan ini disebabkan ventrikel berfungsi memompa darah keluar jantung.
Antara atrium kanan dengan ventrikel kanan terdapat katup valvula trikuspidalis (katup
berdaun tiga). Katup ini berfungsi mencegah darah dalam ventrikel kanan agar tidak
mengalir kembali ke atrium saat jantung berkontraksi. Jantung terus-menerus memompa
darah ke seluruh bagian tubuh. Jantung memompa darah dengan cara berkontraksi sehingga
jantung dapat mengembang dan mengempis. Kontraksi jantung ini menimbulkan denyutan
yang dapat dirasakan pada pembuluh nadi di beberapa tempat. Frekuensi denyut nadi dapat
diukur untuk mengetahui tingkat kesehatan jantung seseorang.
Saat berkontraksi, atrium dan ventrikel mengembang dan menguncup secara
bergantian. Bila atrium mengembang, jantung mengisap darah dari seluruh tubuh melalui
pembuluh balik (vena kava superior dan vena kava inferior). Darah yang diisap ini masuk
ke atrium kanan dan darah dari vena pulmonalis yang kaya oksigen masuk ke atrium kiri.
Bila atrium menguncup maka ventrikel mengembang dan darah mengalir dari atrium ke
ventrikel. Ventrikel merupakan bagian jantung yang berfungsi memompa darah
meninggalkan jantung.

16
Saat ventrikel menguncup dari ventrikel kiri, darah yang kaya oksigen dipompa ke
seluruh bagian tubuh, sedangkan dari ventrikel kanan darah yang kaya CO di pompa ke
paru-paru. Setelah darah terpompa keluar, otot ventrikel mengendur dan mengalami
relaksasi maksimum sehingga tekanan jantung sangat rendah. Peristiwa ini disebut diastole.
Saat darah masuk ke dalam ventrikel, rangsang melalui berkas His terputus dalam waktu
kurang sepersepuluh detik. Keadaan ini digunakan oleh otot jantung untuk beristirahat.
Setelah itu, otot ventrikel menguncup dan darah dalam jumlah banyak dipompa dari
ventrikel ke pembuluh arteri pulmonalis serta aorta, keadaan ini membuat tekanan ruangan
jantung menjadi maksimum. Peristiwa ini disebut sistole.
Sistole dan diastole merupakan tekanan darah karena jantung pada saat itu
mengeluarkan dan memasukkan darah. Tekanan darah dapat diukur menggunakan
120
tensimeter atau spigmomanometer. Tekanan darah orang dewasa normal sekitar mmHg
80

(milimeter air raksa). Nilai 120 menunjukkan tekanan sistole, sedangkan 80 menunjukkan
tekanan diastole. Tekanan darah ini dapat digunakan sebagai indikasi kondisi kesehatan
seseorang.

• Proses kerja sistem peredaran darah pada Fetus (Janin)

Pada janin sirkulasi berbeda dengan orang dewasa atau setelah lahir. Ini dikarenakan
belum berkembangannya paru-paru yang dimiliki janin sehingga pengambilan oksigen di
lakukan melalui plasenta. Plasenta merupakan jaringan dinding rahim dengan jonjot-jonjot
yang mengandung banyak pembuluh darah, merupakan tempat pertukaran zat di mana zat
yang diperlukan diambil dari darah ibu dan yang tidak berguna dikeluarkan. Plasenta
terbentuk pada minggu ke delapan kehamilan dan merupakan bagian konsepsi yang
menempel pada endometrium uterus serta terikat kuat sampai bayi lahir. Fungsi plasenta
antara lain: menyediakan makanan untuk janin yang diambil dari darah ibu, bekerja sebagai
paru janin dengan menyediakan oksigen darah janin, menyingkirkan sisa pembakaran dari
janin serta sebagai penghalang mikroorganisme penyebab penyakit yang akan masuk ke
dalam tubuh janin.
Sistem sirkulasi darah janin meliputi vena umbilikalis, duktus venosus arantii,
foramen ovale, duktus arteriosus botalli, dan arteri umbilikalis. Vena umbilikalis yaitu
pembuluh darah yang membawa darah dari plasenta ke peredaran darah janin, darah yang
dibawanya banyak mengandung nutrisi dan oksigen. Duktus venosus arantii, pembuluh
darah yang menghubungkan vena umbilikalis dengan vena cava inferior. Foramen ovale

17
yaitu suatu lubang antara atrium kanan dan kiri, lubang ini akan tertutup setelah janin lahir.
Duktus arteriosus botalli yaitu pembuluh darah yang menghubungkan arteri pulmonalis
dengan aorta. Sedangkan arteri umbilikalis yaitu pembuluh darah yang membawa darah
janin ke plasenta. Kedua arteri dan vena umbilikalis terbungkus dalam suatu saluran yang
disebut duktus umbilikalis (tali pusat).
Perjalanan sirkulasi janin bersifat pararel yang artinya sirkulasi paru dan sirkulasi
sistemik berjalan sendiri-sendiri dan antara keduanya dihubungkan oleh pirau intrakardiak
dan ekstrakardiak. Untuk memenuhi kebutuhan respirasi, nutrisi, dan ekskresi, janin
memerlukan sirkulasi yang berbeda dengan sirkulasi ekstrauterin. Kondisi ini berbeda
dengan sirkulasi bayi, di mana sirkulasi paru dan sirkulasi sistemik berjalan secara seri.
Pada janin sirkulasi darah dengan oksigen relatif yang cukup (pO2=30 mmHg)
mengalir dari plasenta melalui vena umbilikalis. Separuh jumlah darah ini mengalir ke hati,
dan melalui vena hepatika ke vena cava inferior, sedangkan sisanya melalui ductus venosus
langsung (memintas hati) ke vena cava inferior, yang juga menerima darah dari tubuh bagian
bawah. Sebagian besar darah dari vena cava inferior mengalir ke dalam atrium kiri melalui
formen ovale, selanjutnya ke ventrikel kiri yang kemudian dipompa memasuki aorta
asendens dan sirkulasi koroner. Dengan demikian sirkulasi otak dan sirkulasi koroner
mendapat darah dengan pO2 yang cukup.
Sebagian kecil darah dari vena cava inferior memasuki ventrikel kanan melalui
katup trikuspid. Darah yang kembali dari leher dan kepala janin mengandung O2 sangat
rendah (pO2 = 10 mmHg) memasuki atrium kanan melalui vena cava superior, dan
bergabung dengan darah dari sinus koronarius menuju ventrikel kanan, selanjutnya ke arteri
pulmonalis. Pada janin hanya 15% darah dari ventrikel kanan yang memasuki paru,
selebihnya melewati duktus arteriosus menuju aorta desendens, bercampur dengan darah
dari aorta asendens. Darah dengan kandungan oksigen yang rendah ini akan mengalir ke
organ-organ tubuh sesuai dengan tahanan vaskuler masing-masing, dan juga ke plasenta
melalui arteri umbilikalis yang keluar dari arteri iliaka interna.
Dari gambaran sirkulasi tersebut, aorta asendens menerima darah yang jauh lebih
sedikit daripada aorta desendens yang selain menerima darah dari aorta asendens juga dari
duktus arteriosus. Kondisi ini membuat istmus aorta janin sempit dan melebar setelah lahir
ketika duktus menutup. Diameter duktus arteriosus pada janin sama dengan diameter aorta
dan tekanan arteri pulmonalis juga sama dengan tekanan aorta. Tahanan vaskuler pulmoner
masih tinggi oleh karena konstruksi otot arteri pulmonalis. Dimensi aorta dan arteri
pulmonalis dipengaruhi oleh aliran darah ke kedua pembuluh ini. Pada kelainan dengan
18
hambatan aliran ke arteri pulmonalis, seluruh curah jantung akan menuju aorta asendens
hingga penyempitan istmus tidak terjadi. Sebaliknya, apabila aliran ke aorta asendens
terhambat, misalnya pada stenosis aorta, maka arteri pulmonalis berdilatasi dan terjadi
hipoplasia aorta asendens serta istmus aorta.

2.4. Kelainan Pada Sistem Sirkulasi


2.4.1. Kelainan Eritrosit (Sel Darah Merah)

Kelainan pada eritrosit dapat terjadi apabila jumlah eritrosit berada di luar batas
normal yaitu 4 – 6 juta sel/m3 darah. Berikut berbagai penyakit yang menyebabkan hal
tersebut terjadi:

a. Polisitemia

Polisitemia yaitu suatu gangguan yang terjadi dengan ditandai jumlah eritrosit
berada lebih di atas batas normal (terlalu berlebihan). Penyebabnya yaitu adanya
kecacatan pada produksi sel induk, turunnya volume plasma akibat dehidrasi, atau
bisa juga pengaruh dari ketinggian. Hal ini mengakibatkan berkurangnya aliran darah,
tersumbatnya kapiler, dan adanya kenaikan tingkat ketebalan darah. Hal ini dapat
menyebabkan hipertensi (tekanan darah tinggi)

b. Anemia

Anemia terjadi jika jumlah eritrosit berada di bawah batas normal (terlalu kurang)
atau bisa juga karena sel-sel dari eritrosit tidak memiliki cukup hemoglobin. Tingkat
hemoglobin darah pada kondisi normal yaitu 12-17 gram per 100 mililiter. Berikut
pengklasifikasian anemia:

1. Anemia Gizi

Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat nutrisi terutama zat besi. Gejala
umum dari anemia ini yaitu wajah yang terlihat pucat, badan yang lemas serta lesu.

2. Anemia Pernisiosa

Anemia ini merupakan bentuk lain dari anemia gizi. Vitamin B12 yang penting
bagi perkembangan sel darah merah yang tidak cukup diserap oleh saluran pencernaan
merupakan salah satu penyebabnya. Sel darah merah yang belum matang akan
menumpuk di dalam sumsum tulang jika tanpa vitamin B12.

19
3. Anemia Aplastik

Anemia ini disebabkan adanya kerusakan pada pemroduksi sel darah merah yang
mengakibatkan tidak dapat diproduksinya ke tiga komponen darah dengan baik
sehingga penderitanya harus memperoleh suplai darah dari transfusi

4. Anemia Hemolitik

Anemia ini disebabkan adanya peningkatan terhadap kerusakan eritrosit yaitu


pecahnya sel darah merah (hemolisis). Penyakit ini umumnya disebabkan oleh gigitan
binatang, seperti ular, sengatan lebah, dan sebagainya. Anemia ini juga dapat
disebabkan oleh kekurangan enzim untuk membentuk eritrosit, seperti kekurangan
enzim G-6PD, atau adanya kelainan pada membran atau dinding eritrosit. Biasanya
penyakit ini bersifat genetik atau turun temurun

6. Anemia Sel Sabit

Anemia ini bersifat genetik atau penyakit keturunan. Penderita anemia ini memiliki
sel eritrosit yang cenderung memiliki bentuk tidak normal seperti bentuk sabit dengan
hemoglobin yang abnormal dan tidak mampu membawa oksigen dengan cukup.
Penderita ini memiliki eritrosit yang rapuh, mudah merobek ketika melalui kapiler
yang sempit. Hal ini mengakibatkan jumlah eritrosit jauh lebih berkurang dari
biasanya dan dapat mengakibatkan gejala anemia

7. Talasemia

Penyakit ini merupakan penyakit turunan yang biasanya ditemukan di daerah


Afrika, Mediterania, dan Asia (termasuk Indonesia). Di Indonesia sendiri, pembawa
sifat dari penyakit ini berkisar 3 sampai 10 persen atau sekitar 10 dari 100 orang
Indonesia merupakan pembawa sifat penyakit ini. Penderita ini memiliki ukuran sel
darah merah yang lebih kecil dari normal sehingga mengakibatkan produksi
hemoglobinnya sedikit dan dapat menyebabkan kematian pada usia 20an.

2.4.2. Kelainan Leukosit (Sel Darah Putih)


a. Severe Combined Immunodefi Ciency Disease (SCID)

SCID ini dialami anak-anak ketika kekurangan enzim adenosine deaminase


pada sel-sel induk. Limfosit B dan T tidak berkembang dan mengakibatkan tubuh
tidak mampu untuk melawan infeksi tanpa enzim tersebut.

20
b. Leukimia

Leukimia atau darah putih cenderung memiliki arti terhadap sekelompok kanker
yang melibatkan ketidakterkendalian proliferasi leukosit. Leukosit ini sebagian besar
belum matang (abnormal). Hal ini mengakibatkan ketidakmampuan mereka dalam
melakukan fungsi secara normal dalam pertahanan. Nama leukimia bermacam-
macam sesuai dengan jenis sel bereproduksi tidak terkendali, seperti leukimia
limfositik yang melibatkan proliferasi limfosit yang abnormal

c. Infeksi Mononukleus

Infeksi ini disebabkan oleh infeksi pada limfosit oleh virus Epstein-Barr (EBV).
Gejala infeksi ini biasanya yaitu demam, sakit pada tenggorokan, dan juga kelenjar
getah bening. EBV akan tetap aktif dan tersembunyi pada beberapa sel di dalam darah
dan juga tenggorokan selama sisa hidup seseorang meskipun dalam waktu satu atau
dua bulan gejalanya hilang tanpa obat.

2.4.3. Kelainan pada Trombosit (Keping Darah)


a. Trombositopenia

Trombositopenia dapat diartikan sebagai terbatasnya jumlah trombosit. Kelainan


ini terjadi karena produksi dari trombosit pada sumsum tulang rendah atau bisa juga
karena adanya peningkatan kerusakan trombosit pada luar sumsum. Beberapa kondisi
(termasuk leukimia) dapat menyebabkan kelainan ini terjadi. Obat bisa menjadi salah
satu hal ini terjadi. Gejala dari kelainan ini di antaranya yaitu adanya memar, mimisan
pada hidung, adanya ruam, atau pendarahan di mulut. Perdarahan di otak (Perdarahan
gastrointestinal) dapat menyebabkan komplikasi

b. Trombosis

Kegagalan pembekuan atau pembekuan yang tidak diinginkan menyebabkan


banyak orang meninggal. Stroke dan serangan jantung kebanyakan disebabkan oleh
trombosis. Trombosis yaitu terbentuknya bekuan darah atau trombus yang abnormal
pada pembuluh darah. Sebuah trombus atau bekuan kemungkinan tumbuh cukup besar
dan mungkin dapat menghalangi aliran pada darah di daerah pembuluh darah kecil,
atau bisa juga potongan trombus darah ini dapat mengalir pada aliran darah sebagai
embolus. Apabila pembentukan bekuan ini tidak diatasi, dapat terjadinya penghentian
aliran darah dan apabila pembuluh darah yang tersumbat tersebut berada pada organ

21
vital seperti jantung, paru-paru, otak, atau ginjal, maka akan menyebabkan kematian
jaringan atau infark.

c. Hemofilia

Hemofilia yaitu penyakit kelainan genetik yang disebabkan sukarnya darah


untuk membeku yang diakibatkan oleh kekurangan faktor pembekuan darah.
Hemofilia A atau hemofilia klasik yang lebih mungkin terjadi pada anak laki-laki
disebabkan adanya defisiensi faktor pembekuan VIII. Hemofilia A ditemukan pada
kromosom X yang disebabkan salinan yang abnormal dari gen produksi faktor VIII.
Hemofilia B atau Chrismas Disease diakibatkan adanya kekurangan faktor IX yang
terjadi pada 1 dari 30000 laki-laki. Hemofilia C atau defisiensi dari faktor XI yaitu
autosomal dan tidak terkait seks, sehingga terjadi pada kedua jenis kelamin. Pada
hemofilia, terdapat adanya benjolan sedikit bisa menyebabkan perdarahan pada dalam
sendi, yang diikuti degenerasi tulang rawan pada sendi.
4. Gangguan pada Jantung dan Pembuluh Darah

a. Lemahnya Otot Jantung

Gangguan ini biasanya merupakan kelainan bawaan sejak lahir. Lemahnya otot
jantung menyebabkan si penderita terbatasi saat melakukan aktivitas atau tidak
mampu melakukan aktivitas secara berlebihan. Hal ini disebabkan karena pemaksaan
kinerja pada jantung secara berlebih dapat menimbulkan rasa sakit pada bagian dada
dan kadang-kadang bisa menyebabkan kebiru-biruan pada tubuh. Hal ini juga
mengakibatkan penderita lemah otot jantung mudah pingsan

b. Jantung Bocor

Jantung bocor terjadi karena adanya suatu celah antara serambi kanan dan serambi
kiri yang disebabkan ketidaksempurnaan pembentukan lapisan yang memisahkan
antara kedua serambi saat penderita masih ada pada kandungan. Gangguan ini
mengakibatkan penderita tidak dapat melakukan aktivitas tang berat, karena dapat
membuat tubuh penderita menjadi tampak biru dan menyebabkan sesak nafas

c. Serangan Jantung

Serangan jantung yaitu suatu kondisi yang menyebabkan jantung tidak berfungsi.
Kondisi ini biasanya terjadi secara mendadak. Penyebabnya bervariasi, walau begitu

22
penyebab utamanya biasanya karena adanya hambatan pada suplai darah ke otot-otot
jantung karena pembuluh darah yang mengalirkan darah menuju otot-otot jantung
tersumbat dan mengeras.

d. Atherosclerosis

Atherosclerosis atau akumulasi lemak kolesterol pada dinding pembuluh darah

e. Stroke

Stroke terjadi karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga otak kekurangan
oksigen yang dapat menyebabkan kelumpuhan hingga kematian

23
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sistem Sirkulasi yaitu suatu sistem yang mengatur perjalanan darah yang dibutuhkan tubuh
bagi kelangsungan hidup
Sistem Sirkulasi pada manusia terdiri dari darah, pembuluh darah, dan jantung. Darah
memiliki fungsi sebagai pembawa oksigen, nutrisi, dan lain-lain. Pembuluh darah memiliki
fungsi sebagai saluran darah yang menuju ke seluruh tubuh. Jantung memiliki fungsi sebagai
pemompa darah ke seluruh tubuh
Proses sirkulasi pada tubuh terjadi melalui proses-proses sistem peredaran darah, proses
sistem jantung, serta proses kerja peredaran darah. Dari sistem sirkulasi ini terdapat kelainan-
kelainan seperti Polisitemia, Anemia, SCD, Leukimia, Trombositopenia, Trombosis,
Hemofilia, Lemahnya Otot Jantung, Jantung Bocor, Serangan Jantung, Atherosclerosis, serta
Stroke

24
DAFTAR PUSTAKA

Idschool.net, (2018, 8 Februari). Sistem Peredaran Darah Manusia. Diakses pada 24 April
2021, dari https://idschool.net/smp/sistem-peredaran-darah-manusia/
Purnoma dkk. (2009). Biologi. Klaten : Departemen Pendidikan Nasional
Putra, K. H., P. P., & Dwikayana, I. M. (2016). SISTEM KARDIOVASKULER PADA BAYI
BARU LAHIR
Saadah, S. (2018). Sistem Peredaran Darah Manusia.
Syamsuri, Suwono, Ibrohim, Sulisetijono, dan Rahayu.2006. BIOLOGI SMA KELAS XI
SEMESTER 1. Erlangga.

25

Anda mungkin juga menyukai