Anda di halaman 1dari 32

BAB II

PROSES MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA


PENDIDIKAN

A. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Dalam Kamus Besarr Bahasa Indonesia (2005), kata perencanaan
berasal dari kata rencana yang mempunyai arti rancangan atau rangka dari
sesuatu yang akan dilakukan atau dikerjakan pada masa yang akan datang.
Menurut Terry (2005), perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang digariskan. Hal senada
juga dikemukakan oleh Sudjana (2002) bahwa perencanaan adalah proses
yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan
dilakukan pada waktu yang akan datang.
Selanjutnya, Dwiantara dan Sumarto (2004) mengemukakan bahwa
perencanaan adalah merupakan kegiatan pemikiran, penelitian,
perhitungan, dan perumusan tindakan-tindakan yang akan dilakukan di
masa yang akan datang, baik berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
operasional dalam pengadaan, pengelolaan, penggunaan,
pengorganisasian, maupun pengendalian sarana dan prasarana.
Berdasarkan pengertian diatas, pada dasarnya perencanaan
merupakan suatu proses kegiatan untuk menggambarkan sebelumnya hal-
hal yang akan dikerjakan kemudian dalam rangka mencapai tujua yang
telah ditetapkan. Dalam hal ini perencanaan yang dimaksud adalah merinci
rancangan pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi, atau pembuatan
peralatan dan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian
perencanaan sarana dan prasarana persekolah dapat disefinisikan sebagai
keseluruhan proses perkiraan secara matang rancangan pembelian,
pengadaan, rehabilitasi, distribusi, atau pembuatan peralatan dan
perlengkapan sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu
proses analisis dan penetapan kebutuhan yang diperlukan dalam proses
pembelajaran sehingga munculah istilah kebutuhan yang diperlukan
(primer) dan kebutuhan yang menunjang. Dalam proses perencanaan ini
harus dilakukan dengan cermat dan teliti baik berkaitan dengan
karakteristik sarana dan prasarana yang dibutuhkan, jumlahnya, jenisnya,
dan kendalanya (manfaat yang didapatkan), berapa harganya. Berkaitan
dengan ini ------ (1969) menjelaskan bahwa perencanaan pengadaan
perlengkapan pendidikan di sekolah harus diawali dengan analisis jenis
pengalaman pendidikan yang diprogram di sekolah. Menurut Sukarna
(1987) adalah sebagai berikut :
1. Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang
diajukan oleh setiap unit kerja dan atau menginventarisasi kekurangan
perlengkapan sekolah.
2. Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode
tertentu.
3. Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan
perlengkapan yang tersedia sebelumnya.
4. Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah
yang tersedia. Dalam hal ini, jika dana yang tersedia tidak mencukupi
untuk pengadaan semua kebutuhan yang diperlukan, maka perlu
diadakan seleksi terhadap semua kebutuhan perlengkapan yang telah
direncanakan dengan melihat urgensi setiap perlengkapan yang
diperlukan.
5. Memadukan rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan yang urgen
dengan dana atau anggaran yang tersedia, maka perlu diadakan seleksi
lagi dengan melihat skala prioritas mengenai perlengkapan yang paling
penting.
6. Penetapan rencanapengadaa akhir.
Salah satu usaha meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran
adalah tersedianya sarana yang memadai. Langkah pertama dalam
penyediaan sarana pendidikan adalah dengan mengadakan perencanaan
kebutuhan sarana pendidikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut :
1. Perencanaan sarana pendidikan harus dipandang sebagai bagian
integral dari usaha peningkatan kualitas proses pembelajaran.
2. Mengikuti pedoman jenis, sifat, kualitas, dan kuantitas sarana.
3. Mengadakan sarana pendidikan yang sesuai dengan plafon anggaran
dan memperhatikan skala prioritas.
4. Merencanakan sarana pendidikan sesuai dengan kurikulum yang
disusun.
5. Merencanakan kebutuhan sarana pendidikan dengan memperhatikan
perkembangan teknologi.
Langkah-langkah dalam perencanaan sarana pendidikan adalah
sebagai berikut :
1. Menganalisis kebutuhan sarana pendidikan yang disesuaikan dengan
kurikulum yang telah disusun sebelumnya.
2. Apabila kebutuhan sarana pendidikan melebihi daya beli sekolah atau
daya pembuatan, maka harus diadakan seleksi menurut skala prioritas.
3. Mengadakan inventarisasi terhadap sarana pendidikan yang dimiliki.
4. Mencari data, dalam tahap ini menentukan dana dari mana yang harus
dipakai untuk pengadaan sarana pendidikan.
5. Menunjuk rang yang akan bertanggung jawab dalam melaksanakan
pengadaan sarana pendidikan

B. Pengorganisasian Sarana dan Prasarana Pendidikan


Pengorganisasian adalah proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas
yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai
dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya, serta
mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan
organisasi (Saefrudin, 2012).
Sarana adalah semua peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung menunjang kegiatan pendidikan. Seperti kursi, meja, buku, papan
tulis, komputer, alat-alat tulis, alat peraga. Dan prasarana pendidikan
adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan atau pengajaran, diantaranya halaman, taman sekolah, jalan
menuju sekolah, tetapi dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar
mengajar, seperti taman sekolah untuk belajar biologi, komponen tersebut
merupakan sarana pendidikan (Rosivia, 2014).
Pengorganisasian sarana prasarana merupakan proses untuk
menjelaskan secara rinci mengenai tujuan dari adanya sarana prasarana
serta memberikan tanggung jawab kepada orang yang telah diberikan
tugas sebagai penanggung jawab yang sudah terstruktur. Menurut
Nurabadi (2014:34) berpendapat bahwa pengorganisasian dalam konteks
manajemen sarana prasarana pendidikan adalah untuk memudahkan dalam
pembagian tugas dan tanggung jawab dalam sebuah kegiatan atau rutinitas
dari manajemen sarana prasarana.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian manajemen
sarana prasarana pendidikan merupakan suatu proses kegiatan
pendayagunaan baik melalui manusia maupun non manusia untuk
mengatur dan mengelola sarana prasarana di sekolah secara efektif dan
efisien dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Arifin (dalam Benty, dkk, 2015) terdapat beberapa jenis
pengorganisasian sarana dan prasarana, yaitu:
1. Organisasi Jalur
Bentuk organisasi jalur adalah bentuk organisasi yang
menunjukkan adanya garis komando sentral dari atasan ke bawahan.
Berikut salah satu contoh jenis organisasi jalur. Diciptakan oleh henry
fayol, Organisasi ini adalah suatu bentuk organisasi yang
menghubungkan langsung secara vertical antara atasan dengan
bawahan, sejak dari pimpinan tertinggi sampai dengan jabatan-jabatan
yang terendah. Memiliki ciri-ciri :
a. Hubungan antara atasan dengan bawahan masih bersifat langsung
dengan sat ugaris wewenang,
b. Jumlah karyawan sedikit,
c. Pemilik modal merupakan pemimpin tertinggi,
d. Belum terdapat spesialisasi,
e. Masing-masing kepala unit mempunyai wewenang dan tanggung
jawab penuh atas segala bidang pekerjaan
f. Struktur organisasi sederhana dan stabil,
g. Organisasi tipe garis biasanya organisasi kecil, dan
h. Disiplin mudah dipelihara (dipertahankan)
2. Organisasi Lini dan Staf
Bentuk organisasi lini dan staf adalah bentuk organisasi yang
mana pucuk pimpinan memiliki staf sebagai pembantunya, tetapi staf
tersebut tidak memiliki wewenang untuk memberikan komando.
Memiliki ciri-ciri :
a. hubungan atasan dan bawahan tidak bersifat langsung
b. pucuk pimpinan hanya satu orang dibantu staf
c. terdapat 2 kelompok wewenang yaitu lini dan staf
d. jumlah karyawan banyak
e. organisasi besar, bersifat komplek
f. adanya spesialisasi
3. Organisasi Fungsional
Bentuk organisasi fungsional adalah bentuk organisasi yang
mendasarkan pada keahlian. Wewenang pimpinan dilimpahkan kepada
bawahannya sesuai dengan bidang kerja atau keahliannya. Memiliki
ciri-ciri :
a. pembidangan tugas secara tegasdan jelas dapat dibedakan
b. bawahan akan menerima perintah dari beberapa atasan
c. pekerjaan lebih banyak bersifat teknis
d. target-target jelas dan pasti
e. pengawasan ketat
f. penempatan jabatan berdasarkan spesialisasi.
Fungsi perngorganisasian secara umum adalah suatu kegiatan
pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik untuk
menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan secara
efektif dan efisien. Sedangkan menurut Barnawi dan Arifin (2012)
pengorganisasian sarana dan prasarana berfungsi :
1. Personel dapat mengetahui hubungan kerja antar anggota sehingga
memudahkan untuk bekerja sama
2. Masing-masing personel dapat memahami tugas wewenang, dan
tanggung jawab masing-masing
3. Struktur organisasi yang menunjukkan tingkatan-tingkatan atau dengan
adanya jalur vertikal dapat memotivasi personel untuk meningkatkan
karier melalui pengembangan diri.
Selain itu juga pengorganisasian sarana dan prasarana berfungsi
untuk memudahkan menemukan kesalahankesalahan yang mungkin timbul
dari proses manajemen serta penyelesaiannya. Kepala sekolah dalam hal
ini dapat membagi pekerjaan pengelolaan sarana dan prasarana kepada
bawahan.
Kepala sekolah harus dapat mengorganisasikan dengan menetapkan
orang-orang yang akan melaksanakan tugas atau pekerjaan, membagi
tugas, dan menetapkan kedudukan serta hubungan kerja satu dengan yang
lainnya agar tidak terjadi benturan dan kesimpangsiuran satu dengan
lainnya. Orang-orang yang diperlukan untuk mengelola kegiatan sarana
dan prasarana di sekolah adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah
bidang sarana prasarana, guru, dan tenaga administrasi sekolah.

C. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Pengadaan sarana dan prasarana sekolah biasanya dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan pendidikan program
sekolah, menggantikan barang-barang yang rusak, hilang, di hapuskan,
atau sebab-sebab lain yang dapat di pertanggung jawabkan. Dengan
pengadaan tersebut diharapkan dapat menjaga tingkat persediaan barang
setiap tahun anggaran mendatang.
Menurut Matin dan Fuad, (2016: 21) pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan merupakan kegiatan penyediaan semua jenis sarana
dan prasarana sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Proses pengadaan sarana prasarana merupakan proses lanjutan dari
analisis kebutuhan, proses pengadaan merupakan proses mendatangkan
alat atau barang yang menunjang proses kegiatan belajar mengajar (Jahari
dan Syarbini, 2013: 67) .
Dalam konteks persekolahan, pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan merupakan segala kegiatan yang dilakukan dengan cara
menyediakan semua keperluan barang atau jasa berdasarkan hasil
perencanaan dengan maksud untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar
kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.
Pengadaan sarana prasarana pendidikan dapat dilakukan secara
langsung oleh instansi yang bersangkutan ataupun secara terpusat,
biasanya pengadaan yang dilaksanakan secara terpusat dilakukan oleh
pemerintah pusat terhadap pengadaan kendaraan bermotor, mesin kantor,
mesin cetak, alat elektronik dan computer (Matin dan Fuad, 2016: 21).
Ada beberapa alternatif cara dalam pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan persekolahan. Beberapa alternatif cara pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan persekolahan tersebut adalah melalui (Matin dan
Fuad, 2016: 22-27) :
1. Membeli
Membeli merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan yang lazim ditempuh yaitu dengan jalan
membayar sejumlah uang tertentu kepada penjual atau supplier untuk
mendapatkan sejumlah sarana dan prasarana sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak (Matin dan Fuad,2016: 22-23).
Dalam pembelian, termasuk di dalamnya adalah pelelangan
umum, pelelangan terbatas, penunjukan langsung, dan pengadaan
langsung, termasuk pekerjaan pemborongan. Besar nilai pengadaan
prasarana dan sarana pendidikan dengan cara ini diatur oleh Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1984.

2. Membuat sendiri
Pembuatan sendiri merupakan cara pemenuhan kebutuhan
sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan membuat sendiri yang
biasanya dilakukan oleh guru, siswa, atau pegawai. Pemilihan cara ini
harus mempertimbangkan tingkat efektivitas dan efesiensinya apabila
dibandingkan dengan cara pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
yang lain. Pembuatan sendiri biasanya dilakukan terhadap sarana dan
prasarana pendidikan yang sifatnya sederhana dan murah, misalnya
alat-alat peraga yang dibuat oleh guru atau murid.

3. Penerimaan Hibah atau Bantuan


Penerimaan hibah atau bantuan yaitu merupakan cara
pemenuhan sarana dan prasaran pendidikan dengan jalan pemberian
secara Cuma-cuma dari pihak lain. Pengadaan dengan cara menerima
bantuan, sumbangan, hibah, dan menerima hak pakai dapat
dilaksanakan jika dalam kegiatan itu telah terpenuhi syarat-syarat
tertentu, misalnya bersifat lunak; tidak mengikat, tidak bertentangan
dengan politik pemerintah, tidak membahayakan pelestarian pancasila,
tidak membahayakan keamanan nasional, dan lain-lain.

4. Penyewaan
Yang dimaksud dengan penyewaan adalah cara pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan dengan jalan
pemanfaatan sementara barang milik pihak lain untuk kepentingan
sekolah dengan cara membayar berdasarkan perjanjian sewa-menyewa.
Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara
ini hendaknya dilakukan apabila kebutuhan sarana dan prasarana
bersifat sementara atau temporer.
5. Pinjaman
Yaitu penggunaan barang secara cuma-cuma untuk sementara
waktu dari pihak lain untuk kepentingan sekolah berdasarkan
perjanjian pinjam meminjam. Pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan dengan cara ini hendaknya dilakukan apabila
kebutuhan sarana dan prasarana bersifat sementara dan temporer dan
harus mempertimbangkan citra baik sekolah yang bersangkutan.

6. Mendaur ulang
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara
mendaur ulang adalah pengadaan sarana dan prasarana melalui
aktivitas pemanfaatan barang yang sudah tidak terpakai menjadi
barang yang berguna untuk kepentingan sekolah. Misalnya pembuatan
alat pelajaran dan media pendidikan dari limbah kayu atau limbah
kertas, seperti pembuatan kertas doorslag dari bubur kertas koran
untuk membuat lukisan dan peta timbul, pembuatan bangun ruang dari
limbah kayu, pembuatan hiasan dan bunga plastik dari limbah pipet,
dan lain sebagainya.

7. Penukaran
Penukaran merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan dengan jalan menukarkan sarana dan prasarana
yang dimiliki dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan organisasi
atau instansi lain. Pemilihan cara pengadaan sarana dan prasarana jenis
ini harus mempertimbangkan adanya saling menguntungkan di antara
kedua belah pihak, dan sarana/prasarana yang dipertukarkan harus
merupakan sarana dan prasarana yang sifatnya berlebihan atau
dipandang dan dinilai sudah tidak berdaya guna lagi.
8. Perbaikan atau Rekontruksi Kembali
Perbaikan merupakan cara pemenuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan jalan memperbaiki sarana dan prasarana yang telah
mengalami kerusakan, baik dengan perbaikan satu unit sarana dan
prasarana maupun dengan jalan penukaran instrumen yang baik di
antara instrumen sarana dan prasarana yang rusak sehingga instrumen-
instrumen yang baik tersebut dapat disatukan dalam satu unit atau
beberapa unit, dan pada akhirnya satu atau beberapa unit sarana dan
prasarana tersebut dapat dioperasikan atau difungsikan.

D. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk
melaksanakan pengurusan dan pengaturan sarana dan prasarana agar selalu
dalam keadaan baik dan siap digunakan dalam mencapai tujuan
pendidikan (Matin dan Nurhatatti Fuad, 2016 :89).
Secara garis besar pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan
dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Pemeliharaan terhadap barang tidak bergerak
Pemeliharaan yang dilakukan terhadap gedung seperti kantor,
gudang, dan lainnya, dan bukan gedung yang meliputi instalasi air dan
listrik, saluran air, tanah dan sebagainya. Pemeliharaan ini harus dapat
dilakukan setiap hari dan berkala

2. Pemeliharaan terhadap barang bergerak


Pemeliharaan yang dilakukan terhadap kendaraan bermotor,
mesin pembangkit listrik, computer, lemari, alat-alat elektronik, dan
sebagainya. Pemeliharaan terhadap barang bergerak sama dengan
pemeliharaan barang tidak bergerak, yakni setiap hari dan secara
berkala, kecuali barang dalam persediaan, ia harus mudah diambil dan
terlindung dari kerusakan.
Menurut Matin dan Nurhatatti Fuad (2016 :91) Pemeliharaan
terhadap kendaraan bermotor atau alat-alat berat dan mesin-mesin
lainnya dalam arti yang luas dapat dilakukan dalam empat tahap,
yaitu :
a. Pemeliharaan tahap I : dilakukan pengecekan oleh petugas ahli
untuk mengetahui apakah mesin dalam kondisi siap pakai.
b. Pemeliharaan tahap II : bersifat preventif dan memelihara agar
kondisi peralatan mesin dalam kondisi baik atau jalan seperti
pengganti air accu, minyak mesin/rem, dan lain-lain.
c. Pemeliharaan III : bersidat pengganti/ perbaikan yang rusak seperti
penggantian onderdil yang rusak/lema. Diperlukan bengkel satuan
kerja sendiri.
d. Pemeliharaan IV : bersifat perbaikan berat (revisi). Jika tidak
mungkin dilakukan oleh bengkel satuan kerja sendiri harus
diserahkan pada pihak ke III/ bengkel luar yang baik
Menurut Matin dan Nurhatatti Fuad (2016 :92) Tujuan pemeliharaan
sarana dan prasarana pendidikan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengoptimalkan usia pakai peralatan. Hal ini sangat penting,
terutama dilihat dari aspek biaya, karena untuk membeli suatu
peralatan akan jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan merawat
bagian peralatan tersebut.
2. Untuk menjamin kesiapan oprasional peralatan untuk mendukung
kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal.
3. Untuk menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan melalui
pengecekan secara rutin dan teratur.
4. Untuk menjamin keselamatan orang atau siswa yang menggunakan alat
tersebut
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan pemeliharaan sarana dan
prasarana pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Jika peralatan terpelihara baik, umurnya akan awet yang berarti tidak
perlu mengadakan pergantian dalam waktu singkat.
2. Pemeliharaan yang baik mengakibatkan jarang terjadi kerusakan yang
berarti biaya perbaikan dapat ditekan seminim mungkin.
3. Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka akan lebih terkontrol
sehingga menghindari kehilangan.
4. Dengan adalanya pemeliharaan yang baik, maka enak dilihat dan
dipandang.
5. Pemeliharaan yang baik memberikan hasil pekerjaan yang baik.
Bentuk-bentuk pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan
terbagi menjadi :
1. Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan berdasarkan waktu
Menurut Matin dan Nurhatatti Fuad (2016 :95) Upaya
pemeliharaan sarana dan prasarana pendidkan menurut ukuran waktu
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemeliharaan sehari-hari dan
pemeliharaan berkala
a. Pemeliharaan sehari-hari
Pemeliharaan ini dapat dilakukan setiap hari (setiap akan/sesudah
memakai). Pemeliharaan ini dilakukan oleh pegawai yang
menggunakan barang tersebut dan bertanggungjawab atas barang
itu. Misal : pengemudi mobil, pemegang mesin tik, mesin stensil
dan sebagainya, harus memelihara kebersihan dan memperbaiki
kerusakan-kerusakan kecil
b. Pemeliharaan berkala
Pemeliharaan ini dapat dilakukan secara berkala atau dalam jangka
waktu tertentu sesuai petunjuk penggunaan (manual), misal 2 atau
3 bulan sekali dan sebagainya (seperti mesin tulis) atau setelah
jarak tempuh tertentu (mesin statis). Upaya pemeliharaan ini
biasanya dilakukan sendiri oleh
pemegangnya/penanggungjawabnya atau memanggil ahli untuk
melakukannya
2. Pemeliharaan sarana dan prasarana berdasarkan umur penggunaan
barang
Upaya pemeliharaan menurut umur penggunaan barang dapat
dilihat dari dua aspek yaitu usia barang secara fisik dan usia barang
secara administratif
a. Usia barang secara disik
Setiap barang terutama barang elektronik atau mesin mempunyai
batas waktu tertentu dalam penggunannya. Untuk peralatan dan
mesin kondisi using itu sangar relatif, oleh karena itu perlu
disepakati batas-batasnya. Kalau sebuah mesin kapasitasnya
dikatakan 100% pada waktu baru, maka pada kondisi usang
kapasitas totalnya adalah 0%
b. Usia barang secara administratif
Dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari jarang ditemui barang
yang keadaannya secara fisik telah 0%, sebab kalau terjadi hal
yang demikian jelas telah mengganggu kelancaran kegiatan dalam
organisasi. Oleh karena itu, biasanya barang dalam kondisi yang
kapasitasnya lebih kurang 50% sudah diusulkan untuk dihapus,
karena hanya mempersempit ruangan saja dan biaya perawatannya
juga akan lebih besar

3. Pemeliharaan sarana dan prasarana berdasarkan penggunaan barang


Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan berdasarkan
penggunaan barang adalah bahwa barang-barang yang dimiliki
prganisasi atau dimiliki sekolah harus digunakan sesuai dengan
fungsinya sehingga dapat mengurangi kerusakan pada barang tersebut.
Misal, penggunaan komputer kantor harus digunakan untuk keperluan
kantor bukan untuk keperluan lainnya

4. Pemeliharaan sarana dan prasarana menurut keadaan barang


Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan berdasarkan
kondisi barang dilakukan terhadap barang habis pakai dan barang tak
habis pakai.
a. Pemeliharaan untuk barang yang habis pakai terutama ditujukan
pada saat penyimpanan sebelum barang tersebut dipergunakan
b. Pemeliharaan terhadap barang tahan lama seperti : mesin-mesin,
kendaraan, alat-alat elektronik, buku-buku, meubeler, alat-alat
laboratorium, gedung-gedung, pemeliharaan ruang kelas,
pemeliharaan tanah sekolah

E. Penggunaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Penggunaan sarana dan prasarana pendidikan adalah pemanfaatan
terhadap segala jenis sarana dan prasarana yang ada atau tersedia dalam
lingkungan pendidikan atau sekolah sesuai dengan kebutuhan secara
efektif dan efisien. Dalam hal pemanfaatan sarana, harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Tujuan yang akan dicapai
2. Kesesuaian antar media yang akan digunakan dengan materi yang akan
dibahas
3. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang
4. Karakteristik siswa
Menurut Barnawi & Arifin (2012:77) Terdapat dua prinsip
penggunaan sarana dan prasarana di sekolah yang harus diperhatikan
dalam pemakaian perlengkapan pendidikan, yaitu :
1. Prinsip efektifitas
Prinsip efektivitas berarti semua pemakaian perlengkapan
pendidikan di sekolah harus ditujukan semata-mata dalam
memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2. Prinsip efisiensi
Prinsip berarti semua pemakaian perlengkapan pendidikan
secara hemat dan hati-hati sehingga semua perlengkapan yang ada
tidak mudah habis, rusak, atau hilang
Dalam rangka memenuhi kedua prinsip diatas maka paling ada tiga
kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh personil sekolah yang akan
memakai perlengkapan pendidikan disekolah, antara lain (Bafadal.
2003:42) :
1. Memahami petunjuk penggunaan perlengkapan sekolah
2. Menata perlengkapan pendidikan
3. Memelihara baik secara kontinu maupun berkala semua perlengkapan
pendidikan
Dalam administrasi logistik, prinsip efesiensi dan efektifitas
merupakan hal yang perlu dipegang menjaga adanya pemborosan.
Pemborosan terjadi karena dua faktor, yaitu sikap mental dan kurangnya
keterampilan menyelesaikan tugas.
1. Sikap mental
Sikap mental pada dasarnya bentuk ketidakperdulian pada
berfungsinya alat/barang yang digunakan pegawai dan ketidakjujuran
dalam mengelola kekayaan milik organisasi.
2. Kurangnya keterampilan
Kurangnya keterampilan menyelesaikan tugas, dalam
melaksanakantugasnya sering banyak melakukan kesalahan. Hingga
pemborosan terhadap alat/barang menjadi rusak
Menurut Barnawi & Arifin (2012:49-50) Dari segi penggunaan
terutama sarana perlengkapan dapat dibedakan atas :
1. Sarana pendidikan yang habis pakai
Semua sarana pendidikan yang habis pakai merupakan bahan
ataualat yang apabila digunakan dapat habis dalam waktu yang
relatifsingkat. Misalnya: kapurtulis, tinta printer, kertas tulis dan
bahan-bahankimia untuk praktik. Kemudian ada pula sarana
pendidikan yang berubah bentuk misalnya, kayu, besi, dan kertas
karton yang seringdigunakan oleh guru dalam mengajar.
2. Sarana pendidikan tahan lama
Yaitu bahan atau alat yang dapat di gunakan secara terus
menerusatau berkali-kali dalam waktu yang relatif lama. Contohnya
meja dankursi, komputer, atlas, globe, dan alat-alat olahraga
Menurut Suryosubroto (2004:114) Penggunaan barang habis pakai
harus secara maksimal dan di pertanggung jawabkan pada tiap triwulan
sekali. Sedangkan penggunaan barang yang tahan lama dipertanggung
jawabkan setahun sekali, maka perlua danya pemeliharaan barang-barang
itu disebut barang investasi.
Berkat kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perlengkapan
pendidikan di sekolah semakin canggih. Semua peralatan yang
berteknologitinggi itu biasanya dilengkapi dengan petunjuk teknis
pemakaian oleh pihak pabrik ataupun perakitnya. Tujuannya untuk
memudahkan konsumen dalam menggunakannya. Umumnya petunjuk
teknis tersebut mencakup komponen-komponen, sistem kerja, dan tata
pengoperasian serta perawatannya.
Ibrahim Bafadal (2003:42-43) Menjelaskan dalam hal ini ada enam
kegiatan yang bisa dilakukan oleh pengelolasapras pendidikan sekolah :
1. Dalam setiap membeli perlengkapan pendidikan, khususnya
perlengkapan pendidikan yang canggih, mengingatkan panitia
pengadaannya agar tidak lupa meminta petunjuk teknis
pemakaiankepada toko ataupun penjual.
2. Mengkaji dan memahami semua isi petunjuk teknis penggunaan
danmendeskripsikan kembali dalam bentuk yang sekiranya lebih
mudahdipahami semua pihak yang diperkirakan akan menggunakan
perlengkapan pendidikan tersebut.
3. Menyampaikan isi petunjuk yang telah dideskripsikan kepada semua
pihak atau personel sekolah yang diperkirakan akan menggunakan
perlengkapan pendidikan tersebut.
4. Melatih semua personel tersebut untuk mengoperasikan dan merawat
perlengkapan pendidikan sesuai dengan petunjuk teknis yang telah
disesuaikan.
5. Memotivasi semua personel yang telah dilatihnya agar
selalumenggunakan perlengkapan pendidikan berdasarkan petunjuk
teknisyang telah disediakan.
6. Mengiakan pengawasan dan pembinaan secara terus menerus
terhadapkegiatan penggunaan perlengkapan pendidikan oleh personel
sekolah

F. Penataan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Sarana dan prasarana pendidikan merupakan sumber utama yang
diperlukan penataan sehingga fungsional, aman dan aktraktif untuk
keperluan proses-proses belajar disekolah. Secara fisik sarana dan
prasarana harus menjamin adanya kondisihigenik dan secara pisikologis
adapat menimbulkan minat belajar. Hampir dariseparuh waktunya siswa-
siswa bekerja, belajar dan bermain disekolah. Karena itulingkungan
sekolah harus aman, sehat dan menimbulkan partisipasi positif bagisiswa-
siswanya.
Lingkungan yang demikian dapat menimbulkan rasa bangga dan
rasamemiliki siswa terhadap sekolah. Hal ini memungkinkan apabiila
saran-prasarana itufungsional bagi kepentingan pendidikan. Dalam hal ini
guru sangat berkepentinganuntuk memperlihatkan unjuk kerjanya dan
menjadikan lingkungan sekolah sebagaiaset dalam proses belajar
mengajar. Dibawah ini dikemukakan beberapa petunjukteknis berkenaan
dengan bagai mana menata sarana dan prasarana pendidikan.
1. Tata ruang dan bangunan sekolah
Dalam mengatur ruang yang dibagun bagi suatu lembaga
pendidikan, hendaklah diperhatikan hubungan antara suatu ruangan
dengan ruangan lainnya. Hubungan antara ruang-ruang yang
dibutuhkan dengan pengaturan letaknya tergantung pada kurikulim
yang berlaku dan tentu saja ini akan memberikan pengaruh terhadap
penyusunan jadwal pelajaran. Hal ini perlu diperhatikan antara lain :
a. uang kegiatan belajar ditempatkan dibagian yang paling terang,
tetapi tidak silau, dan jauh dari gangguan, keributan, sehingga anak
dan guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik/tidak
terganggu oleh sinar dan kebisingan
b.Ruag keterampilan/praktek yang dapat merupakan sumber
kebisingan ditempatkan jauh dari ruang belajar
c. Ruang laboratorium ditempatkan terpisah, namun mudah dan cepat
terjangkau
2. Penataan perabot sekolah
Tata perabot sekolah mencangkup pengaturan barang-barang
yang dipergunakanoleh sekolah, sehingga menimbilkan kesan dan
kontribusi yang baik pada kegiatan pendidikan. Dalam mengatur
prabot skolah hendaknya diperhatikan macam dan bentuk prabot itu
sendiri. Apakah prabot tunggal atau ganda, individual atau klasikal.Hal
ini harus diperhatikan dalam pengaturan prabot sekolah antara lain :
a. Perbandingan antara luas lantai dan ukuran prabot yang akan
dipakai dalam ruang tersebut
b. Kelonggaran dinding dan jarak kanan kiri
c. Jarak satu prabot dangan prabotan lainnya
d. Jarak deret prabot (bangku, meja) paling belakang dengan tembok
batas
e. Arah menghadapnya prabot
f. Kesesuaian dan keseimbangan
3. Penataan Perlengkapan Sekolah
Penataan perlengkapan sekolah mencangkup peraturan
perlengkapan ruang di kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang guru,
kels, ruang BP, dsb. Ruang-ruang tersebut perlengkapannya perlu
ditata sdemikian mungkin rupa sehingga menimbulkan kesan yang
baik kepada penyelenggaraan pendidikan yang dillaksanakan sekolah
dan menimbulkan prasaan senang dan betah pada guru yang mengajar
dan siswa yang belajar. Misalnya pada rung ke;llas perlengkapan
perabot, juga dilengkapi dengann hiasan dinding yang bersifat
mendidik, organisasi kelas, tatatertib, papan absensi dsb.
Pada ruang guru, selain perlengkapan guru, juga ruang guru ini
perlu dilengkapidengan: papan pengaman, jadwal pelajaran, kalender,
akademik, organisasi sekolah,daftar pembagian kelas guru, KORPRI,
dsb. Semua perlengkapan tersebut dalam penempatannya tidak bisa
sembarangan tapi perlu ditata dengan bak. Bisa dibaca ataudilihat
dengan mudah, kesanya indah, harmonis serta menimbulkan kesan
yang baik

G. Pengawasan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Barnawi & Arifin (2012:40) mengemukakan bahwa manajemen
sarana dan prasarana adalah segenap proses pengadaan dan
Pendayagunaan sarana dan prasarana agar mendukung tercapainya tujuan
pendidikan secara tepat guna dan tepat sasaran. Manajemen sarana dan
prasarana merupakan proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan
prasarana pendidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Sedangkan pengawasan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin
mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau kebijaksanaan
yang telah ditentukan (Arum, 2007 dalam Nurabadi, 2014:72). Menurut
Barnawi & Arifin (2012:29) pengawasan merupakan kegiatan untuk
menjamin program-program telah berjalan sesuai dengan perencanaan
untuk mencapai tujuan.
Setiap program maupun kegiatan selalu terdapat pengawasan di
dalamnya, tak terkecuali kegiatan manajemen sarana dan prasarana.
Pengawasan sarana dan prasarana dilakukan dalam rangka mengendalikan
jalannya manajemen sarana dan prasarana agar sesuai dengan ketentuan
yang ada. Menurut Nurbadi (2014:72) pengawasan (control) terhadap
sarana dan prasarana pendidikan di sekolah merupakan usaha memelihara,
dan memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan sebaik mungkin
demi keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.
Menurut Winardi (2000) dalam Malik (2012) Pengawasan adalah
semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajer dalam upaya
memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan.
Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk mendapaatkan kepastian
tentang pelaksanaan program atau pekerjaan kegiatan yang sedang atau
telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Kegiatan
pengawasan pada dasarnya untuk membandingkan kondisi yan gada denga
yang seharusnya terjadi (Kurniadin & Machali, 2012:367).
Adapun tujuan pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan menurut Nurabadi (2014:73) adalah:
1. Untuk mengoptimalkan usia pakai peralatan. Hal ini sangat penting
terutama jika dilihat dari segi biaya karena membeli peralatan akan
jauh lebih mahal daripada menjaga atau memelihara.
2. Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan untuk mendukung
kelancaran pekerjaan sehingga di peroleh hasil yang optimal.
3. Untuk menjamin ketersediaan peralatan yang di perlukan melalui
pengecekan secara rutin.
4. Untuk menjamin keselamatan orang atau siswa yang menggunakan
peralatan tersebut
Menurut Nurabadi (2014:73) terdapat 4 jenis pengawasan yang dapat
dilakukan dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan antara lain
sebagai berikut.
1. Pengawasan dari dalam (Internal Control)
Yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat/unit pengawasan yang
dibentuk di dalam organisasi tersebut. Pengawasan dan penilaian
dilakukan oleh bagian pengawas atau unit pengawasan dari lembaga
sendiri.
2. Pengawasan dari luar (Eksternal Control)
Yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat/unit pengawasandari
luar organisasi tersebut. Pengawasan ini dilakukan oleh lembaga
pengawas dari luar organisasi.
3. Pengawasan preventif
Yaitu pengawasan yang dilakukan sebelum rencana itu dilakukan.
Tujuannya agar didapatkan suatu pencegahan terhadapa sesuatu yang
dapat merugikan organisasi. Dengan diadakannya pengawasan
preventif tindakan perbaikan akan cepat dilakukan.
4. Pengawasan represif
Yaitu pengawasan yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan
pekerjaan. Pengawasan ini bermaksud untuk memperbaiki kerusakan
dan kesalahan yang ada agar tidak terulang kembali pada kegiatan
selanjutnya.
Dalam melakukan pengawasan terhadap bawahan yang dilakukan
oleh manajer ataupun atasan maka perlu dilakukan tahapan atau proses
pengawasan. Menurut Kadarman (2001) dalam Malik (2012) tahap-tahap
proses pengawasan yaitu :
1. Menetapkan Standar
Karena perencanaan merupakan tolak ukur untuk merancang
pengawasan, maka secara logis hal irri berarti bahwa langkah pertama
dalam proses pengawasan adalah menyusun rencana. Perencanaan
yang dimaksud disini adalah menentukan standar.
2. Mengukur Kinerja
Langkah kedua dalam pengawasan adalah mengukur atau
mengevaluasi kinerja yang dicapai terhadap standar yang telah
ditentukan.
3. Memperbaiki Penyimpangan
Proses pengawasan tidak lengkap jika tidak ada tindakan perbaikan
terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Menurut Nurabadi (2014:74-75) prinsip pengawasan merupakan
landasan atau acuan dalam melakukan kegiatan pengawasan agar
pengawasan tersebut dapat terarah sesuai dengan yang diharapkan.
Beberapa prinsip pengawasan sarana dan prasarana pendidikan antara lain
sebagai berikut :
1. Pengawasan berpedoman pada kebijakan yang berlaku
Untuk dapat mengetahui dan menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan
dan penyimpangan, pengawasan harus berpangkal tolak dari keputusan
pimpinan yang tercantum dalam tujuan,sasaran, pedoman, dan yang
telah ditetapkan.
2. Pengawasan bukan tujuan utama
Pengawasan hendaknya tidak dijadikan tujuan utama, tetapi sarana
untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pencapaian
tujuan organisasi.
3. Prinsip organisasi
Fungsi pengawasan adalah untuk memudahkan jalannya organisasi
oleh karena itu pengawasan ada pada setiap pimpinan atau satuan kerja
dan atasan menurut fungsi masing-masing.
4. Prinsip penyesuaian kebutuhan
Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan
organisasi.
5. Prinsip penemuan fakta
Pengawasan hendaknya didasarkan pada penemuan fakta tentang
pelaksanaan tugas/pekerjaan dan berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
6. Prinsip pencegahan
Kegiatan pengawasan hendaknya mampu melihat jauh kedepan
sehingga secara dini dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya
penyimpangan atau penyelewengan dan terjadinyakesalahan-kesalahan
berkembang dan terulang.
7. Prinsip pengendalian
Kegiatan pengawasan harus mampu memberikan bimbingan teknik
operasional, teknik administrasi, dan bantuan pemecahan masalah
untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

H. Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan


1. Pengertian Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Penghapusan sarana dan prasarana merupakan proses yang
terakhir dalam manajemen sarana prasarana pendidikan di sekolah,
oleh karena itu harus mempertimbangkan alasan-alasan normatif
tertentu dalam pelaksanaannya. Muara berbagai pertimbangan tersebut
tidak lain adalah demi efektivitas dan efisiensi kegiatan persekolahan.
Menurut Minarti (2011) mengemukakan bahwa, penghapusan sarana
dan prasarana merupakan proses kegiatan yang bertujuan untuk
mengeluarkan atau menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar
inventaris karena sarana dan prasarana tersebut sudah dianggap tidak
berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama untuk kepentingan
pembelajaran di sekolah. Dan secara lebih operasional memiliki
pengertian suatu kegiatan pembebasan sarana dan prasarana dari
pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Secara definitif, penghapusan sarana dan prasarana menurut
Barnawi dan Arifin (2012) menyatakan bahwa penghapusan sarana
dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk
mengeluarkan atau menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar
inventaris karena sarana dan prasarana yang bersangkutan sudah
dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama untuk
kepentingan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Sedangkan menurut Nurabadi (2014) menyatakan bahwa,
penghapusan sarana dan prasarana adalah suatu aktivitas manajemen
sarana dan prasarana pendidikan yang bermaksud untuk meniadakan,
mengeluarkan dan atau menghilangkan sarana dan prasarana dari
daftar inventaris mengingat tidak berfungsi sebagaimana yang
diharapkan, terutama untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran di
sekolah, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selain itu menurut Matin dan Fuad (2016:127) penghapusan
sarana dan prasarana pendidikan merupakan kegiatan pembebasan
sarana dan prasarana pendidikan dari pertanggungjawaban yang
berlaku dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara
lebih operasional penghapusan sarana dan prasarana pendidikan adalah
merupakan proses kegiatan yang bertujuan untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sarana dan prasarana pendidikan dari daftar inventaris
barang karena sarana dan prasarana tersebut sudah dianggap tidak
berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama untuk kepentingan
pelaksanaan pembelajaran di sekolah

2. Tujuan Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Penghapusan perlu dilakukan, karena sarana dan prasarana yang
ada tersebut tidak mungkin lagi diperbaiki, sudah tidak efektif lagi,
biaya yang dikeluarkan mungkin akan lebih besar lagi dibandingkan
dengan kalau misalkan saja membeli atau pengadaan baru. Karena itu,
langkah penghapusan harus dilakukan agar proses pendidikan di
sekolah tidak terganggu, waktu dan tenaga tidak banyak tersedot untuk
memperbaiki sarana dan prasarana yang sudah rusak.
Sebagai salah satu aktivitas dalam manajemen pendidikan di
sekolah menurut Bafadal dalam Nurabadi (2014) menyatakan bahwa
tujuan penghapusan sarana dan prasarana pendidikan adalah untuk :
a. Mengurangi dan mencegah kerugian yang lebih besar sebagai
akibat dari adanya dana yang dikeluarkan untuk perbaikan
b. Mengurangu dan mencegah terjadinya pemborosan dana sebagai
akibat dari biaya pengamanan, penggundangan sarana dan
prasarana yang tidak dapat dipergunakan lagi
c. Mengurangi beban dan kalau perlu membebaskan institusi dari
tanggungjawab pemeliharaan dan pengamanan barang-barang yang
sudah tidak dapat dipakai lagi
d. Menghapuskan barang-barang yang out of date dari lembaga agar
tidak memboroskan tempat atau ruangan
e. Mengurangi beban pekerjaan inventarisasi yang secara terus
menerus atau berkala yang harus dilakukan
f. Agar barang-barang sekali pakai (tidak dapat di up-grade) tidak
menumpuk
g. Agar ada alasan mengadakan barang baru yang lebih sesuai dengan
tuntutan kebutuhan dari anggaran pengadaan
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 24 Tahun 2007 mengemukakan bahwa, penghapusan sarana
dan prasarana pada dasarnya bertujuan untuk hal-hal berikut :
a. Mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian atau
pemborosan biaya pemelihataan sarana dan prasarana yang
kondisinya semakin buruk, berlebihan atau rusak, dan sudah tidak
dapat digunakan lagi
b. Meringankan beban kerja pelaksanaan inventaris
c. Membebaskan barang dari tanggung jawab pengurusan kerja

3. Persyaratan Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Kepala sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan
penghapusan terhadap perlengkapan Pendidikan di sekolahnya.
Namun, perlengkapan yang akan dihapus harus memenuhi syarat-
syarat penghapusan. Demikian pula prosedurnya harus mengikuti
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Imron dalam
Nurabadi, (2014) menyatakan bahwa, ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi agar barang-barang di sekolah dapat dihapus, yaitu
sebagai berikut :
a. Barang-barang tersebut diklasifikasikan mengalami kerusakan
berat sehingga dipandang tidak dapat dimanfaatkan lagi
b. Barang-barang yang akan dihapus tersebut sudah dipandang tidak
sesuai lagi dengan kebutuhan
c. Barang-barang di sekolah tersebut sudah dipandang kuno sehingga
kalau digunakan sudah tidak efektif dan efisien lagi
d. Barang-barang tersebut menurut aturan tertentu terkena larangan
e. Barang-barang tersebut mengalami penyusutan yang berada di luar
kekuasaan pengurus barang
f. Barang-barang tersebut jumlahnya melebihi kapasitas sehingga
tidak dipergunakan lago
g. Barang-barang yang dari segi utilitasnya tidak seimbang dengan
kerumitan pemeliharaannya
h. Barang-barang yang dicuri
i. Barang-barang yang diselewengkan
j. Barang-barang yang terbakar atau musnah akibat adanya bencana
alam

4. Prosedur Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Apabila di sekolah terdapat barang-barang perlengkapan yang
memenuhi persyaratan untuk dihapus, maka Kepala Sekolah dapat
melakukan penghapusan terhadap barang-barang tersebut. Menurut
Minarti (2011) mengemukakan bahwa, ada beberapa cara dalam
penghapusan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah salah satunya
adalah penglelangan dan pemusnahan. Penghapusan sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah dengan cara lelang adalah menghapus
dengan menjual barang-barang sekolah melalui Kantor Lelang Negara.
Sedangkan, cara lain adalah dengan pemusnahan.
Penghapusan barang inventaris yang dilakukan dengan
memperhitungkan faktor-faktor pemusnahan ditinjau dari segi uang.
Oleh karena itu, penghapusan dibuat dengan perencanaan yang matang
dan dibuat surat pemberitahuan kepada atasan dengan menyebutkan
barang-barang apa yang hendak dihapuskan. Sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, langkah-langkah penghapusan
perlengkapan Pendidikan di sekolah, adalah sebagai berikut :
a. Kepala sekolah (bisa dengan menunjuk seseorang)
mengelompokkan perlengkapan yang akan dihapus dan
meletakkannya di tempat yang aman namun tetap didalam sekolah
b. Menginventarisasi perlengkapan yang akan dihapus tersebut
dengan cara mencatat jenis. Jumlah, dan tahun pembuatan
perlengkapan tersebut
c. Kepala sekolah mengajukan usulan penghapusan barang dan
pembentukan panitia penghapusan yang dilampiri dengan data
barang yang rusak (yang akan dihapusnya) ke kantor Dinas
Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten
d. Setelah SK penghapusan dari Kantor Dinas Pendidikan Nasional
Kota/Kabupaten terbit, selanjutnya panitia penghapusan segera
bertugas, yaitu memeriksa kembali barang yang rusak berat,
biasanya dengan membuat Berita Acara Pemeriksaan
e. Begitu selesai melakukan pemeriksaan, panitia mengusulkan
penghapusan barang biasanya perlu adanya pengantar dari kepala
sekolahnya. Usulan itu lalu diteruskan ke kantor pusat di Jakarta
f. Akhirnya begitu surat keputusan penghapusan dari Jakarta datang,
bisa segera dilakukan penghapusan terhadap barang-barang
tersebut
Manakala manajer pendidikan di sekolah bermaksud untuk
melaukan penghapusan terhadap berbagai barang yang ada di sekolah,
menurut Imron (2004) yang dikutip oleh Nurabadi (2014) hendaknya
menempuh beberapa prosedur sebagai berikut :
a. Manajer pendidikan membentuk tim penghapusan sarana dan
prasarana pendidikan
b. Tim penghapusan sarana pendidikan diberikan mandat untuk
mengidentifikasi jenis-jenis barang yang akan dihapuskan
c. Berdasarkan hasil identifikasi atas sarana dan prasarana pendidikan
tersebut, tim kemudian mengumpulkan sarana dan prasarana
pendidikan yang akan dihapus pada suatu tempat
d. Sarana dan prasarana yang telah dikumpulkan tersebut, kemudian
diinventarisasi dengan cara mencatat jenisnya, jumlahnya, tahun
pembuatan, tahun anggarannya, dan sumber dananya
e. Manajer pendidikan mengajukan usulan penghapusan ke instansi
yang berasa di atasnya, yang dilampiri dengan barang yang akan
dihapus. Setelah usulan disetujui, yang ditandai dengan keluarnya
Surat Keputusan Penghapusan, tim yang ditunjuk tersebut
memeriksa kembali barang-barang yang dihapus, dan mencatatnya
dalam Berita Acara Penghapusan. Tim yang ditunjuk melakukan
penghapusan
Ada dua kemungkinan penghapusan perlengkapan sekolah, yaitu
dimusnahkan dan dilelang. Pemusnahan dilakukan terhadap berbagai
jenis barang yang sudah tidak laku lagi. Penghapusan barang inventaris
dengan cara pemusnahan menurut Barnawi dan Arifin (2012), adalah
penghapusan barang inventaris yang dilakukan dengan
memperhitungkan faktor-faktor pemusnahan ditinjau dari segi uang.
Oleh karena itu, penghapusan dibuat dengan perencanaan yang matang
dan dibuat dengan perencanaan yang matang dan dibuat surat
pemberitahuan kepada atasan dengan menyebutkan barang-barang apa
yang hendak disingkirkan. Prosesnya sebagai berikut :
a. Membentuk panitia penghapusan oleh Kepala Dinas Pendidikan
b. Sebelum barang dihapus perlu dilakukan pemilihan barang yang
dilakukan tiap tahun bersamaan dengan waktu memperkirakan
kebutuhan
c. Panitia membuat berita acara
d. Setelah mengadakan penelitian secukupnya barang-barang yang
diusulkan untuk dihapus sesuai dengan surat keputusan dan
disaksikan oleh pejabat pemerintahan setempat dan kepolisian,
pemusnahannya dilakukan oleh unit kerja yang bersangkutan
dengan cara dibakar, dikubur, dan sebagainya
e. Menyampaikan berita acara ke atasan/ mentri sehingga dikeluarkan
keputusan penghapusan
f. Kepala sekolah selanjutnya menghapsukan barang tersebut dari
buku induk dan buku golongan inventaris dengan menyebut Nomor
dan SK penghapusannya
Pelelangan ditujukan kepada barang-barang yang mungkin
masih laku dilelang. Apabila melalui lelang, yang berhak melelang
adalah kantor lelang setempat. Sedangkan hasil lelangnya menjadi
milik negara. Penghapusan barang inventaris dengan cara lelang
merupakan penghapusan barang-barang sekolah melalui Kantor Lelang
Negara. Menurut Barnawi dan Arifin (2012) prosesnya sebagai berikut
:
a. Kepala Dinas Pendidikan membentuk panitia penjualan barang
b. Melaksanakan sesuai dengan prosedur lelang yang telah ditetapkan
c. Mengikuti acara pelelangan
d. Kantor lelang membuat “risalah lelang” dengan mencantumkan
banyaknya, nama barang, dan keadaan barang yang dilelang
e. Uang hasil lelang, disetorkan ke kas negara selambat-lambatnya 3
hari kerja setelah hari lelang
f. Biaya lelang dan lain-lain menjadi beban pembeli

5. Mekanisme Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Menurut Matin dan Fuad (2016:129) dalam pelaksanaan
penghapusan sarana dan prasarana pendidikan dikenal dua mekanisme
yaitu penghapusan melalui lelang dan melalui pemusnahan yang mana
mekanisme tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Penghapusan barang inventaris melalui lelang
Penghapusan barang inventaris dangan lelang adalah
menghapus dengan menjual barang-barang melalui Kantor Lelang
Negara. Prosesnya sebagai berikut :
1) Membentuk panitia penjualan oleh Kepala Dinas Pendidikan
2) Melaksanakan sesuai dengan prosedur lelang
3) Mengikuti acara pelelangan
4) Pembuatan “risalah lelang” oleh kantor Lelang dengan
menyebutkan banyaknya nama barang, keadaan barang yang
dilelang
5) Pembayaran uang lelang yang dsetorkan ke kas negara
selambat-lambatnya 3 hari setelah lelang dilakukan
6) Biaya lelang dan lainnya dibebankan kepada pembeli
7) Dengan perantara panitia lelang melaksanakan penjualan
melalui kantor lelang negara dan menyetorkan hasilnya ke kas
negara setempat
b. Penghapusan barang inventaris melalui pemusnahan
Penghapusan barang inventaris dengan pemusnahan adalah
penghapusan barang inventaris yang dilakukan dengan
memperhitungkan.
Faktor-faktor pemusnahan ditinjau dari segi uang. Oleh
karena itu, penghapusan dibuat dengan perencanaan yang matang
dan dibuat surat pemberitahuan kepada atasan dengan
menyebutkan barang-barang apa yang hendak di singkirkan.
Prosesnya adalah sebagai berikut :
1) Membentuk panitia penghapusan oleh Kepala Dinas
Pendidikan
2) Sebelum barang dihapuskan perlu dilakukan pemilihan barang
yang dilakukan tiap tahun bersamaan dengan waktu
memperkirakan kebutuhan
3) Panitia melakukan penelitian barang yang akan dihapus
4) Panitia membuat berita acara
5) Setelah mengadakan penelitian secukupnya barang-barang
yang diusulkan untuk dihapuskan sesuai keputusan dan
disaksikan oleh pejabat pemerintahan setempat dan kepolisian,
pemusnahannya dilakukan oleh unit kerja yang bersangkutan
dnegan cara dibakar, dikubur, dan sebagainya
6) Menyampaikan berita acara ke atasan/mentri sehingga
dikeluarkan keputusan penghapusan
7) Kepala sekolah selanjutnya menghapuskan barang tersebut dari
buku induk dan buku golongan inventaris dengan menyebut
nomor dan tanggal SK penghapusannya
DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Perlengkapan Sekolah : Teori dan


Aplikasinya. Jakarta : Bumi Aksara
Barnawi & Arifin. 2012. Manajemen Sarana & Prasarana Sekolah. Yogyakarta :
Ar-Ruzz Media
Kurniadin Didin, Machali Iman. 2012. Manajemen Pendidikan. Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Matin dan Nurhattati Fuad. 2016. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan:
Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Nurabadi, A. 2014. Manajemen Sarana Dan Prasarana. Malang: Universitas
Negeri Malang
Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai