Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KEGIATAN KUNJUNGAN BELAJAR (VISIT

STUDY) MAHASISWA PROGRAM STUDI MANAJEMEN


PENDIDIKAN ANGKATAN 2020 (KELAS A) KE PUSDIKLAT
KEMENAG RI
Laporan ini ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok saat kunjungan belajar

Dosen pengampu : Dr. Mahsusi, M.M.

Disusun oleh Kelompok 12 :

Fina Rosliana (11200182000004)


Taskia Aulia (11200182000007)
Daffa Iqbal Musyafa (11200182000020)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022
SISTEM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM

KEMENTERIAN AGAMA

A. Sasaran Diklat Teknis

NON-PNS/
NO JABATAN PNS MASYARAKAT JML
JML % JML %
1 Guru Madrasah 130.315 15,82 693.275 84,18 823.590
2 Guru PAIS 128.470 71,36 51.570 28,64 180.040
3 Guru Pontren - - 160.793 100 160.793
Pengawas PAI pada
4 3.606 100 - - 3.606
Sekolah dan Madrasah
5 Kepala Madrasah 3.866 7,84 45.451 92,16 49.317
6 Dosen 11.897 38,98 18.627 61,02 30.524
7 Penghulu 5.573 100 - - 5.573
8 Penyuluh Agama 4.762 4,45 102.132 95,55 106.894
Pegawai Keagamaan
Lainnya (KUA, Zakat,
9 47.397 3,39 1.350.000 96,61 1.397.397
Wakaf, Masjid, Ekonomi
Syariah, dll)
JUMLAH 335.886 12,18 2.421.848 87,82 2.757.734

B. Prinsip Dasar Merit System Dalam UU ASN (UU Nomor 5 Tahun

2014)

Sistem Merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang


berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan
wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit,
agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, ataupun kondisi
kecacatan.
Pengembangan sistem merit dalam kebijakan dan manajemen ASN
sebagai berikut;
1. Seleksi dan promosi secara adil dan kompetitif
2. Menerapkan prinsip fairness
3. Penggajian, reward and punishment berbasis kinerja
4. Standar integritas dan perilaku untuk kepentingan publik
5. Manajemen SDM secara efektif dan efisien
6. Melindungi pengawas dan intervensi politik dari tindakan semena-
mena.

C. Fungsi Diklat
Memperkecil gap kompetensi antara kompetensi real dengan
kompetensi ideal.
D. Diklat sebagai hak bagi ASN
1. Setiap pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk
mengembangkan kompetensi
2. Pengembangan kompetensi ASN dilakukan salah satunya melalui
pendidikan dan pelatihan/diklat.
UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN
E. Urgensi Diklat
1. Memenuhi persyaratan jabatan
2. Meminimalisasi gap
3. Adanya kebijakan/regulasi/hal baru
4. Menangani tugas/pekerjaan tertentu
F. Sasaran Diklat
Menurut PMA 19/2020 Pasal 3 yaitu:
1. PNS Kemenag dan PNS non-Kemenag yang melaksanakan Tusi
Kemenag
2. Pegawai dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Kemenag
3. Pegawai Non Pegawai ASN Kemenag
4. Masyarakat yang bekerja pada Tusi Kemenag
G. Standardisasi Pelatihan
1. Kurikulum yang meliputi : Nama, Jumlah, KP, Kompetensi dan Mata
Pelatihan
2. Proses Penyelenggaraan : Klasikal, e-Learning, DDWK, DDTK,
Kerja Sama dan Cost Sharing
3. Tenaga Kediklatan : Widyaiswara/Fasilitator, Pengelola dan
Pelaksana
4. Saran Prasarana : Kampus, Kantor, Alat dan Media Pembelajaran,
dan IT
H. Cakupan Peserta Pelatihan Tenaga Teknis
1. Pendidikan
a) Guru,
b) Pengawas,
c) Kepala Madrasah,
d) Kepala Laboratorium,
e) Kepala Perpustakaan,
f) Dosen,
g) Widyaiswara, dll.
2. Keagamaan
a) Penghulu,
b) Penyuluh Agama,
c) Pembina Kerukunan,
d) Pembina dan Pelaksana umum Urusan Agama, Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Budhha, dan konghucu,
e) Pembina dan Pelaksana Haji,
f) Zakat,
g) Wakaf, dsb.
I. Diversifikasi Pelatihan
1. Klasikal
a) Dalam kampus,
b) Luar kampus (PDTK dan PDWK)
2. Online (Full Online System)
3. Campuran (Blended system)
J. Pola Pelatihan
1. Full classical/online, dari awal hingga akhir dilaksanakan secara
klasikal/online.
2. Blended, perpaduan in service/online dengan on the job training
3. MOOC, Massive Open Online Course
K. Ranah Kompetensi Pelatihan
1. Knowledge
a) Regulasi
b) Informasi
c) Dan konsepsi
2. Skill
a) Teknis,
b) Dan Manajerial
3. Attitude
a) Iman dan Takwa
b) Cinta tanah Air
c) Kode etik pegawai
L. Paradigma Batu Pelatihan
1. Pelatihan berbasis IT
2. Membangun sistem massive training
3. Fokus pada kompetensi inti dan pemenuhan tuntutan
Sesi tanya jawab
pertanyaan
1. Nadia Putri (Kelas A, 005)
Jawaban
Setelah melakukan kegiatan telaah, kajian dan evaluasi terhadap hasil
pelatihan yang dilaksanakan secara online. Mempunyai teori dasar yang
sama yaitu terjadi learing lost.
Ada beberapa faktor ketidak efektifan ketika mengikuti pelatihan online
yaitu sebagai berikut,
 Kejenuhan mata, fisik, telinga, dll
 Metode penyampaian yang terbatas (intonasi, komunikasi dan
interaksi)
 Tidak mendapat uang saku, konsumsi, dll.
Dalam pelatihan sekitar 30% sampai 40% ketidak efektifannya. Maka ada
beberapa solusi yaitu dengan bedakan antara pelatihan yang bisa
disampaikan secara online dengan yang tidak bisa disampaikan secara
online. Pelatihan yang disampaikan secara online apabila tidak
memerlukan kreativitas improvisasi dalam pembelajaran cukup
disampaikan secara online maka pelatihan akan berjalan secara efektif.
Pelatihan ini bersifat segmentig tergantung kepada karakteristik dari pada
materi dan pelatiahan ini bersifat selektif yaitu online dan offline.
2. Muhammad Daffa (Kelas B, 060)
Diklat bisa dinyatakan berhasil ketika apa? Dan ketika diberikan program
diklat dan sudah selesai apakah dinyatakan selesai atau ada tindakan
lanjutan untuk program itu sendiri?
Jawaban
Tentang berhasil dan tidak berhasil pelatihan
 Keberhasilan dinyatakan dari sisi hasil belajar. Dapat dikatakan
berhasil apabila mencapai batas standar pencapaian kompetensi.
Dalam pelatihan ini batas passing grad kelulusan itu 76, kemudian
pada tingkat kelulusan dari seluruh peserta yang mengikuti itu 85%
jika peserta sudah sampai kepada grad secara akumulatif 76 maka
dapat dinyatakan lulus dan berhasil. Pada keberhasilannya terdapat
lavelling yaitu sangat memuaskan, memuaskan, cukup memuaskan
dan kurang memuaskan dari nilai tertinggi hingga nilai terendah
yaitu 76.
 Keberhasilan dinyatakan dari penyelenggaraan program, 85%
peserta yang mengikuti pelatihan dinyatakan lulus maka program
tersebut berhasil.
 Keberhasilan program dari sisi evaluasi program, dalam pelatihan
setiap peserta akan diberikan quesioner yang isinya terdapat
instrumen penilaian untuk menilai kinerja pelatihan baik
narasumber (materi, komunikasi, dll.) maupun panitinya
(konsumsi, pelayanan, ruangan). Apabila narasumber memperoleh
nilai kurang dari 80 maka tidak akan dijadikan narasumber lagi
untuk pelatihan berikutnya. Apabila panitia memperoleh nilai lebih
dari 80 maka dikatakan berhasil dan apabila kurang dari 80 maka
dikatakan tidak berhasil dan diperlukannya evaluasi kepanitian.
3. Hafsyah Azizah (Kelas A, 003)
4. Nopal Arkan (Kelas B, 0)
Bagaimana proses tahapan AKP (Analisis Kebutuhan Pelatihan) atau
TNA?
Jawaban
Pusdiklat sudah mempunyai standar AKP, yaitu berupa instrumen yang
sudah ditetapkan, kriteria petugas yang melakukan pelatihan dan proses
yang harus di tempuh (caranya).
Tahapan-tahapan pelatihan
a. Penetapan instrumen AKP, jika instrumen sebelumnya sudah tidak
sesuai dengan adanya perubahan maka dilakukan revisi agar
instrumen tersebut valid. Dipakai untuk survei, wawancara dan
FYD
b. Persiapan, pada tahap ini ditentukannya team, tentukan sasaran
surveinya dan ditentukan lokasi pusatnya. Dan pada tahap ini juga
terdapat SK (Surat Keputusan) dari kepala pusdiklat.
c. Pelaksanaan, dilakukannya survei dengan menyebarkan link,
kemudian dilakukan wawancara dan FYD.
d. Tabulasi, didalam proses tabulasi ini dipastikan kebutuhan-
kebutuhan apa saja yang dibutuhkan dalam pelatihan.
e. Ekspos, untuk menginformasi apa saja kebutuhan pelatihan.
f. Perencanaan pelatihan yaitu penyusunan program

Ada beberapa teknik yang digunakan untuk bisa melakukan viagulasi


ataupun validasi terhadap hasil AKP
 Survei dilakukan secara umum ke seluruh pegawai
 Wawancara dilakukan terbatas kepada pihak tertentu
 FYD lebih fokus ke didikan dan diskusi dengan menghadirkan
komponen dan disajikan data-data setelah itu dipastikan kembali
apakah betul ini yang dibutuhkan pelatihan unit kerjanya dan
sebagainya.
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai