Anda di halaman 1dari 5

Pendidikan kesehatan neurologi ( TSROKE)

Neurologi adalah cabang dari ilmu kedokteran yang menangani kelainan pada sistem saraf.

Pengertian Stroke

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau
berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke
hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi,
sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian
tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik.

Stroke adalah kondisi gawat darurat yang perlu ditangani secepatnya, karena sel otak
dapat mati hanya dalam hitungan menit. Tindakan penanganan yang cepat dan tepat
dapat meminimalkan tingkat kerusakan otak dan mencegah kemungkinan munculnya
komplikasi.

Faktor Risiko Stroke

Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko stroke. Selain stroke, faktor risiko
ini juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Faktor-faktor tersebut meliputi:

Faktor kesehatan, yang meliputi:

 Hipertensi.
 Diabetes.
 Kolesterol tinggi.
 Obesitas.
 Penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi jantung, atau
aritmia.
 Sleep apnea.
 Pernah mengalami TIA atau serangan jantung sebelumnya.

Faktor gaya hidup, yang meliputi:

 Merokok.
 Kurang olahraga atau aktivitas fisik.
 Konsumsi obat-obatan terlarang.
 Kecanduan alkohol.

Faktor lainnya:

 Faktor keturunan. Orang yang memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami
stroke, berisiko tinggi mengalami penyakit yang sama juga.
 Dengan bertambahnya usia, seseorang memiliki risiko stroke lebih tinggi dibandingkan
orang yang lebih muda.
Edukasi pada pasien dengan stroke dapat dilakukan dengan melakukan promosi
kesehatan pada masyarakat. Selain itu, pemberian edukasi pada pasien dengan post-
stroke juga perlu agar tidak terjadi stroke ulang.

Pencegahan Stroke Primer

Adalah suatu upaya untuk mencegah stroke pada orang yang belum terkena stroke. Hal
ini meliputi pemakaian agen antiplatelet, antihipertensi, antikoagulan, statin, henti
merokok, penurunan berat badan, dan olahraga.
Menurut The American Heart Association/American Stroke Association 80% orang yang
dilakukan pencegahan primer dapat menghindari stroke.
Faktor Genetik
Riwayat keluarga dengan stroke harus ditanyakan karena berhubungan dengan
peningkatan risiko stroke.
Inaktivitas Fisik
Aktivitas fisik disarankan karena mengurangi risiko stroke. Aktivitas fisik aerobik, seperti
jalan cepat, sepeda, berenang) secara teratur minimal tiga kali seminggu dapat
menurunkan tekanan darah dan menurunkan berat badan. Selain itu, olahraga dapat
membantu penurunan aktivitas platelet, reduksi fibrinogen plasma, dan meningkatkan
aktivitas tissue plasminogen activator.
Dislipidemia
Selain perubahan pola hidup sehat, penggunaan statin direkomendasikan pada
prevensi primer.
Nutrisi dan Diet
Mengurangi konsumsi natrium dan meningkatkan konsumsi kalium. Dietary approach to
stop hypertension (DASH) direkomendasikan untuk menurunkan berat badan. Diet
dengan banyak buah dan sayur yang tinggi kalium dapat mengurangi risiko stroke.
Hipertensi
Skrining teratur dan pemberian terapi yang sesuai harus dilakukan. Selain terapi,
perubahan pola hidup sehat dapat mengurangi risiko hipertensi dan stroke.
Obesitas dan Distribusi Lemak Tubuh
Penurunan berat badan direkomendasikan karena dapat menurunkan tekanan darah.
Berhenti Merokok
Konseling dibutuhkan untuk membantu pasien berhenti merokok. Banyak penelitian
yang menunjukkan bahwa stroke iskemik dan stroke hemorrhagik memiliki hubungan
dengan merokok.
Fibrilasi Atrial, Stenosis Mitral, Thrombus
Penggunaan antikoagulan seperti warfarin, apixaban, dan dabigatran direkomendasikan
pada pasien dengan fibrilasi atrial, stenonis mitral, atau thrombus untuk mencegah
stroke iskemik pada pasien.
Antiplatelet
Pemakaian antiplatelet ganda, aspirin dan clopidogrel, direkomendasikan untuk
pencegahan sekunder pada pasien dengan kejadian stroke iskemik minor atau transient
ischemic attack dengan risiko tinggi.
Untuk profilaksis primer, penggunaan aspirin masih mengundang kontroversi sehingga
dokter harus menimbang potensi manfaat dan kerugian, serta mendiskusikannya
bersama pasien. Ticagrelor saat ini juga sedang dipelajari lebih lanjut sebagai salah
satu opsi prevensi stroke[9]
Pencegahan Stroke Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya yang dilakukan pada pasien yang telah terkena
stroke.
Hipertensi
Antihipertensi yang disarankan untuk tata laksana hipertensi pada pasien stroke
Penggunaan pada dan angiotensin-converting enzyme-inhibitor. Selain itu, penurunan
tekanan darah dapat dilakukan pada pasien yang belum pernah diterapi, setelah
beberapa hari sejak stroke, yang memiliki tekanan darah ≥140/≥90mmHg dan yang
telah memiliki hipertensi sebelumnya.
Dislipidemia
Berdasarkan tata laksana dislipidemia untuk pengurangan risiko penyakit
kardiovaskular oleh Department of Veterans Affairs dan Department of Defense,
Amerika Serikat, terdapat beberapa hal yang relevan untuk stroke:
1. Eliminasi Target Tata Laksana
Terapi dislipidemia sebaiknya tidak didasarkan pada kadar kolesterol sebagai target
terapi. Sebaliknya, berikan monoterapi statin dosis sedang fixed-dose untuk
menurunkan tingkat mortalitas dan kejadian kardiovaskular pasien.
2. Tes Tambahan untuk Prediksi Risiko yang Lebih Baik
Pemeriksaan tambahan seperti C-reactive protein dan skor kalsium dapat memberikan
keuntungan dalam penggunaan terapi karena memiliki nilai prediksi yang baik, akan
tetapi tidak direkomendasikan untuk dilakukan secara rutin karena kurangnya bukti
pada keluaran pasien, harga pemeriksaan, dan risiko radiasi pada pemeriksaan kalsium
arteri koroner.
3. Pencegahan Sekunder
Mulai dengan statin dosis sedang, lalu titrasi ke dosis tinggi pada pasien dengan risiko
tinggi. Walau demikian, studi mengenai manfaat statin dosis tinggi ini sendiri masih
memerlukan penelitian lebih lanjut karena inkonsistensi hasil. Di sisi lain, terdapat
peningkatan risiko efek samping minor seperti mialgia yang dapat menurunkan
kepatuhan minum obat pasien. Untuk itu, pertimbangkan pemberian statin dosis tinggi
ini hanya pada pasien dengan risiko penyakit kardiovaskular yang sangat tinggi. Dokter
juga harus mendiskusikan mengenai peningkatan risiko efek samping dengan pasien
sebelum memulai pengobatan sehingga kepatuhan minum obat pasien dapat terjaga.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan kolesterol total dan HDL tidak jauh berbeda pada pasien yang puasa dan
tidak puasa sehingga puasa tidak diperlukan sebelum pemeriksaan. Selain itu,
pemeriksaan lipid bukan merupakan target, sehingga direkomendasikan bahwa setelah
pemberian statin, pemeriksaan lipid tidak perlu dilakukan secara rutin.[51]
Diabetes Mellitus dan Metabolisme Gula Terganggu
Pasien dilakukan skrining obesitas serta gunakan guideline dari American Diabetes
Association untuk kontrol gula darah pada pasien diabetes mellitus dengan stroke.
Berdasarkan American Heart Association / American Stroke Association, kadar glukosa
pada pasien stroke yang dirawat di rumah sakit adalah 140-180 mg/dL,
sedangkan European Stroke Organization merekomendasikan penurunan gula darah
dengan insulin sampai di bawah 180 mg/dL.
Pada suatu tinjauan sistematik tahun 2014, dilaporkan bahwa pembuluh darah
terpengaruhi bahkan oleh peningkatan glukosa darah, sehingga menyebabkan edema
otak dan hipertensi yang lebih parah. Penggunaan vaskuloprotektor merupakan
langkah preventif yang baik untuk meningkatkan proteksi dan perbaikan saraf. Selain
itu, penggunaan obat harus disesuaikan dengan interaksi dengan r-tPA. Obat
antidiabetes yang baik digunakan adalah thiazolindindione.
Tinjauan sistematik tersebut juga menyebutkan bahwa penggunaan insulin 1 jam
setelah stroke diikuti dengan r-tPA 1,5 jam setelah kejadian stroke akut mengurangi
infark, edema, dan perdarahan otak. Pemberian insulin subkutan dengan sliding
scale direkomendasikan pada hiperglikemia dengan stroke. Selain itu, penggunaan
metformin 300mg/kgBB/hari selama 14 hari pada penanganan diabetes pasca stroke
juga menunjukkan adanya perbaikan yang signifikan pada sistem serebrovaskular. [52]
Sindroma Metabolik
Sindroma metabolik dapat terdiri dari obesitas sentral, dislipidemia aterogenik (biasanya
terdapat peningkatan trigliserida dan penurunan HDL), tekanan darah tinggi, dan
hiperglikemia. Pada suatu tinjauan sistematis yang membandingkan studi di amerika
dan eropa, ditermukan bahwa sebagian besar pasien dengan stroke iskemik
nonembolik atau atherotrombotik memiliki sindroma metabolik, dan resistensi insulin
merupakan salah satu faktor utama dalam sindrom metabolik. Maka dari itu,
penanganan resisten insulin dapat mengurangi stroke.
Obat yang dapat digunakan pada pasien stroke dengan sindroma metabolik adalah
thiazolinedindione. Thiazolindindione berperan sebagai agonis peroxisome proliferator-
activated receptor-γ (PPAR-γ) yang dapat menyebabkan aktivasi metabolisme lipid,
penyerapan glukosa, dan antiinflamasi. Selain itu, thiazolindindione juga memiliki efek
yang menguntungkan bagi sistem kardiovaskular seperti sebagai antiaterogenik dan
antihipertensif.[53]
Nutrisi
Pasien dengan stroke harus dilakukan konseling individual. Penggunaan vitamin tidak
direkomendasikan.
Program Henti Rokok
Konseling untuk program henti rokok sangat direkomendasikan dan efektif dalam
membantu perokok untuk berhenti merokok. Pelayan kesehatan harus memberitahukan
pasien dengan riwayat stroke dan transient ischemic attack agar berhenti merokok.
Konsumsi Alkohol
Pasien harus mengurangi atau menghentikan konsumsi alkohol.
Aterosklerosis
Pemeriksaan pencitraan baiknya dilakukan pada pasien dengan stroke dan transient
ischemic attack setelah 6 bulan selesai rawat. Terapi medis seperti penggunaan
antiplatelet, statin, dan modifikasi faktor risiko sangat di rekomendasikan.
Operasi bypass intrakranial dan ekstrakranial tidak direkomendasikan pada pasien
dengan oklusi atau stenosis arteri karotis dan serebral tengah.
Emboli
Pemberian antagonis vitamin A, apixaban, dan dabigatran diindikasikan untuk prevensi
stroke selanjutnya. Pada pasien dengan fibrilasi atrial dan stroke yang tidak dapat
meminum antikoagulan oral, penggunaan aspirin direkomendasikan.
Antiplatelet
Pemberian antiplatelet dibanding antikoagulan pada pasien dengan stroke iskemik
nonkardioembolik direkomendasikan. Aspirin monoterapi merupakan terapi inisial untuk
prevensi stroke berulang. Pemberian kombinasi aspirin dan klopidogrel tidak
direkomendasikan.

Nama :Mawarni Lumban Gaol

Nim : 200204081

Anda mungkin juga menyukai