Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

OSTEOARHRITIS PADA LANSIA

Disusun Oleh :

Kelompok 2 PSIK 4A

Dede Akhadin 1018031025

Devi Nurhidayati 1018031028

Dias Aziza Nugraha 1018031031

Feby Wahyuningrum 1018031039

Fidyathul Amaliah 1018031042

Firda Amalia 1018031044

Firman Sopyan Sauri 1018031047

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS FALETEHAN

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
berjudul “ASMA”. Adapun maksud dan tujuan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh dosen pengajar, juga untuk memperluas pengetahuan dan menambah
wawasan.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali menemukan hambatan dan kesulitan,
namun berkat motivasi dan bantuan dari berbagai pihak, maka hambatan tersebut dapat
diatasi dengan baik. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT, orangtua, dan
dosen yang telah membimbing kami.

Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Kritik dan saran penulis harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Serang, 25 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................2
C. Rumusan Masalah......................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI...............................................................................................................................3
1. Konsep Dasar Lansia.................................................................................................................3
2. Konsep Osteoarthritis...............................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................................................7
ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................................................7
A. Identitas pasien..........................................................................................................................7
B. Anamnesa..................................................................................................................................7
C. Pemeriksaan fisik.......................................................................................................................7
D. Analisa data...............................................................................................................................8
E. Rencana keperawatan................................................................................................................9
BAB IV...............................................................................................................................................11
PENUTUP...........................................................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan salah satu keluhan
pada sistem muskuloskeletal yang sering ditemui, dengan progresifitas yang lambat,
bersifat kronis, serta menyebabkan dampak yang besar pada kesehatan (IRA, 2014).
Osteoartritis atau yang umumnya disebut ‘pengapuran sendi, merupakan salah satu
masalah kesehatan yang banyak dijumpai di masyarakat belakangan ini. Hal ini dapat
diakibatkan oleh adanya perubahan pola hidup dan peningkatan usia harapan hidup
penduduk Indonesia. Seiring dengan perkembangan jaman, pola hidup masyarakat
juga ikut mengalami perubahan. Perubahan gaya hidup yang ingin semua serba cepat,
baik dalam hal transportasi maupun pola makan, juga menjadi salah satu faktor
pemicu timbulnya osteoartritis. Aktivitas fisik yang kurang disertai kelebihan berat
badan berpotensi menimbulkan pembebanan sendi yang semakin besar, terutama pada
sendi-sendi penyangga tubuh, khususnya sendi lutut. Keadaan ini akan semakin buruk
bila terjadi pada usia lanjut akibat terjadinya perubahan hormonal yang memicu
semakin cepatnya proses degenerasi struktur persendian.
Osteoartritis merupakan salah satu penyakit degeneratif dan bersifat progresif.
Penyakit ini sangat sering dijumpai pada pasien dengan usia di atas 50 tahun.
Gambaran radiologis osteoartritis di Indonesia cukup tinggi, mencapai 15,5% pada
pria dan 12,7% pada wanita. Gangguan fungsional akan sangat memberatkan
penderita osteoartritis, dimana penderita mengalami kesulitan pada saat bangkit dari
duduk, jongkok, berdiri, ataupun berjalan, naik-turun tangga, dan berbagai aktivitas
yang membebani lutut. Sesuai dengan skenario, seorang seorang perempuan 60
berobat dengan keluhan nyeri pada kedua lutut sejak 5 tahun yang lalu. Perempuan
tersebut diduga mengalami osteoartritis. Maka dari itu, untuk mengetahui secara
lengkap dan jelas, penulis akan membahas tentang osteoartritis mulai dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, diagnosis dan lain sebagainya.
Penderita OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada
pembebanan pada sendi yang terkena. Penderita OA dengan obesitas lebih sering
mengeluhkan nyeri pada sendi lutut dibandingkan dengan penderita yang tidak
obesitas.
Hal ini menunjukkan bahwa berat badan berlebih mempengaruhi derajat nyeri pada
penderita OA lutut. Hart et al juga menyebutkan bahwa obesitas meningkatkan risiko
timbulnya gejala lutut dan osteofit pada pemeriksaan radiografi.8 Obesitas merupakan
salah satu faktor risiko OA lutut dan mempengaruhi densitas tulang secara
radiologis.9 Hampir semua pasien OA lutut menderita setidaknya satu penyakit
penyerta. Adanya penyakit penyerta dan obesitas dikaitkan dengan keterbatasan

1
dalam kegiatan atau rasa sakit. Sementara dalam penelitiannya terhadap penderita OA
lutut, Keith T. Palmer membuktikan bahwa aktivitas fisik (terutama berlutut, jongkok,
mengangkat, atau mendaki) dapat menyebabkan dan / atau memperburuk OA lutut.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Mengetahui secara umum konsep penyakit osteoarthritis.
Tujuan Khusus
Mengetahui secara khusus konsep lansia dan konsep penyakit osteoarthritis

C. Rumusan Masalah
1. Konsep dasar lansia
a) Apakah definisi lansia?
b) Bagaimana batasan-batasan lanjut usia?
c) Bagaimana perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia?
2. Konsep penyakit osteoarthritis
a) Apakah definisi osteoarthritis?
b) Apa saja klasifikasi osteoarthritis?
c) Bagaimana etiologi osteoarthritis?
d) Bagaimana manifestasi osteoarthritis?
e) Bagaimana patofisiologi osteoarthritis?
f) Apa saja pemeriksaan osteoarthritis?
g) Bagaimana penatalaksanaan osteoarthritis?

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Konsep Dasar Lansia


A. Definisi lansia
Lansia adalah sekelompok penduduk yang berusia diatas atau sama
dengan 65 tahun untuk di negara maju, sedangkan di negara berkembang
lansia berusia 60 tahun keatas, karena jumlahnya yang meningkat sangat
cepat dan berpotensi dapat menimbulkan permasalahan yang akan
mempengaruhi kelompok penduduk lainnya (Oenzil, 2012).
Lansia dapat juga diartikan sebagai menurunnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (Darmojo, 2015).
B. Klasifikasi usia menurut WHO (2013)
usia yang menjadi patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya
berkisar antara 60-65 tahun. Berikut ini klasifikasi usia lanjut menurut
WHO (2013) :
 Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.
 Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
 Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
 Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.
 Usia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia >90 tahun.
C. Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia
Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas,
gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia,
perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena
penurunan hormon esterogen pada wanita, vitamin D, dan beberapa
hormon lain. Tulang-tulang trabekulae menjadi lebih berongga, mikro-
arsitektur berubah dan sering patah, baik akibat benuran ringan maupun
spontan (Sunaryo, 2016)

2. Konsep Osteoarthritis
A. Definisi osteoarthritis
Osteoarthritis (OA) adalah kelainan pada sendi yang bersifat kronik dan
progresif ditemukan pada usia pertengahan hingga usia lanjut yang
ditandai dengan adanya kerusakan kartilago. Kerusakan kartilago ini
disebabkan oleh perubahan biokimia dan stresss mekanik pada tubuh
(American College of Rheumatology, 2015).

3
Osteoarthritis merupakan sebuah kata dalam bahasa Yunani dimana osteo
adalah tulang, arthro adalah sendi, dan itis yang berarti inflamasi.
meskipun yang terjadi pada kasus atau klinik, tidak terdapat inflamasi
pada persendian pasien atau pasien mengalami inflamasi ringan pada
persendian (Koentjoro, 2010).
B. Klasifikasi osteoarthritis
 Osteoarthritis primer
Osteoartritis primer atau OA idiopatik belum diketahui
penyebabnya dan tidak berhubungan dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi. Meski demikian,
osteoartritis primer banyak dihubungkan pada penuaan. Pada
orangtua, volume air dari tulang muda meningkat dan susunan
protein tulang mengalami degenerasi. Akhirnya, kartilago mulai
degenerasi dengan mengelupas atau membentuk tulang muda yang
kecil. Pada kasus-kasus lanjut, ada kehilangan total dari bantal
kartilago antara tulang-tulang dan sendi-sendi. Penggunaan
berulang dari sendi-sendi yang terpakai dari tahun ke tahun dapat
membuat bantalan tulang mengalami iritasi dan meradang,
menyebabkan nyeri dan pembengkakan sendi. Kehilangan
bantalan tulang ini menyebabkan gesekan antar tulang, menjurus
pada nyeri dan keterbatasan mobilitas sendi. Peradangan dari
kartilago dapat juga menstimulasi pertumbuhanpertumbuhan
tulang baru yang terbentuk di sekitar sendi-sendi. Osteoartritis
primer ini dapat meliputi sendi-sendi perifer (baik satu maupun
banyak sendi), sendi interphalang, sendi besar (panggul, lutut),
sendi-sendi kecil (carpometacarpal, metacarpophalangeal), sendi
apophyseal dan atau intervertebral pada tulang belakang, maupun
variasi lainnya seperti OA inflamatorik erosif, OA generalisata,
chondromalacia patella, atau Diffuse Idiopathic Skeletal
Hyperostosis (DISH).
 Osteoarthritis sekunder
Osteoartritis sekunder adalah OA yang disebabkan oleh penyakit
atau kondisi lainnya, seperti pada post-traumatik, kelainan
kongenital dan pertumbuhan (baik lokal maupun generalisata),
kelainan tulang dan sendi, penyakit akibat deposit kalsium,
kelainan endokrin, metabolik, inflamasi, 10 imobilitas yang terlalu
lama, serta faktor risiko lainnya seperti obesitas, operasi yang
berulangkali pada struktur-struktur sendi, dan sebagainya.
C. Etiologi osteoarthritis
Penyebab pada OA belum diketahui pasti, tetapi ada beberapa faktor
resiko yang menyebabkan penyakit OA diantaranya faktor genetik, usia,
jenis kelamin, obesitas, penyakit metabolik, aktivitas fisik, pekerjaan,
cedera sendi, serta berbagai penyakit sendi lainnya. Faktor resiko tersebut

4
mempengaruhi progresitifitas kerusakan rawan sendi dan pembentukan
tulang yang abnormal (Suriani, 2013).
D. Manifestasi osteoarthritis
Berikut ini tanda dan gejala osteoarthritis (Moskowitz, 2001) :
 Nyeri sendi
Nyeri sendi merupakan hal yang paling sering dikeluhkan. Nyeri
sendi pada OA merupakan nyeri dalam yang terlokalisir, nyeri
akan bertambah jika ada pergerakan dari sendi yang terserang dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Nyeri juga dapat menjalar
(radikulopati) misalnya pada osteoarthritis servikal dan lumbal.
 Kaku pada pagi hari (Morning Stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi
misalnya karena duduk di kursi atau mengendarai mobil dalam
waktu yang sukup lama, bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness).
 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat,
bertambah berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya
nyeri pada sendi d. Krepitasi Rasa gemeretak (seringkali sampai
terdengar) yang terjadi pada sendi yang sakit.
 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami
perubahan berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah
sendi. Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang
lama, perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya
berjalan dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi.
Seringkali pada lutut atau tangan mengalami perubahan bentuk
membesar secara perlahan-lahan.
 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya
berjalan, hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan
kaki, lutut dan panggul mengalami perubahan gaya berjalan
(pincang). Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri.
E. Patofisiologi osteoarthritis
Osteosrthritis terutama mempengaruhi kartilago, jaringan yang keras tapi
licin yang menutupi ujung-ujung tulang yang bertemu membentuk suatu
sendi. Kartilago yang sehat memungkinkan tulang saling bergerak dengan
5
luwes satu sama lain. Kartilago juga mengabsorbsi energy dari guncangan
akibat perpindahan fisik. Sedangkan pada osteoarthritis terjadi pengikisan
kartilago. Pada osteoarthritis permukaan lapisan kartilago terkikis dan aus.
Hal ini menyebabkan tulang-tulang dibawah kartilago bergesekan satu
sama lain, menyebabkan nyeri, bengkak dan keterbatasan gerak sendi.
Beberapa waktu 34 kemudian sendi bisa bilang bentuk normalnya. Juga
terjadi deposit tulang kecil yang disebut osteofit atau taji tulang (bone
spurs) yang tumbuh di tepi-tepi sendi. Kepingan tulang atau kartilago
dapat patah dan mengambang di dalam ruang sendi. Hal ini menyebabkan
nyeri dan kerusakan lebih lanjut. Pada osteoarthritis kartilago menjadi aus.
Taji tumbuh keluar dari ujung tulang dan cairan sinovial meningkat
(Dewi, 2015).
F. Pemeriksaan osteoarthritis
Pemeriksaan diagnostik
 Rontgen dan MRI, untuk melihat kondisi tulang dan mendeteksi
peradangan pada tulang dan sendi.
 Tes darah, untuk mendeteksi infeksi atau penyebab lain dari
peradangan sendi, seperti rheumatoid arthritis
Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium osteoartritis.
 Foto polos sendi (rontgen).
 Pemeriksaan cairan sendi.
 Pemeriksaan artroskopi.
G. Penatalaksanaan osteoarthritis
Pemberian obat-obatan pada OA berbeda-beda antara satu pedoman
dengan yang lainnya. Rekomendasi berikut membandingkan pedoman
American Academy of Orthopaedic Surgeons (AAOS), National Institute
for Health and Care Excellence (NICE), Osteoarthritits Research Society
International (OARSI) dan Indonesian Rheumatology Association (IRA).
Beberapa rekomendasi obat yang dapat diberikan adalah :
 Analgesik topikal
Penggunaan analgesik topikal dapat diberikan sebagai terapi
tambahan obat nyeri oral, terutama pada OA lutut dan tangan.
Jenis analgesik topikal yang disarankan adalah anti inflamasi non-
steroid (AINS) topikal. Kapsaisin dapat digunakan pada pasien
tanpa komorbid.
 Paracetamol
Paracetamol dapat diberikan pada OA dengan gejala ringan
sebagai farmakoterapi lini pertama, bila tidak ada komorbid lain.
 Anti Inflamasi Non-Steroid
Penggunaan Anti inflamasi non-steroid (AINS) dapat diberikan
dengan oral maupun topikal. Pemberian AINS oral dapat diberikan
sebagai lini kedua apabila pasien tidak membaik dengan

6
pemberian asetaminofen. Penggunan AINS harus memperhatikan
toleransi pasien dan risiko efek samping gastrointestinal, kardio,
hepatik, dan renalis.

7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas pasien
Nama : Ny E
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : sunda
Agama : islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Nyai mas carik, kp nangor desa sukabares kecamatan
waringin kurung 004/002
B. Anamnesa
Keluhan utama
Riwayat kesehatan sekarang
 Provocative/palliative
Penyebab : Penyebabnya karena terlalu lama berdiri dalam melakukan
aktivitas.
Hal-hal yang memperingan: Message dengan kaki yang sakit dan istirahat.
 Quantity/quality
Skala nyeri 6 , dan terasa ngilu.
 Region
Lokasi : nyeri dirasakan di bagian lutut kanan dan kiri, nyeri dirasakan hanya
di bagian sendi lutut
 Severity
Nyeri yang dirasakan mengganggu aktivitas karena pernah membuat klien
tidak bisa berjalan.
 Time
Nyeri timbul Ketika cuaca dingin dan setelah selesai beraktivitas.
Riwayat kesehatan dahulu
 Kien mengatakan pernah memeriksan kondisinya ke dokter.
 Pernah dirawat / dioperasi
 Klien mengatakan tidak pernah dirawat / dioperasi.
 Lama dirawat : A. Penyakit yang pernah dialami
 Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang serius, hanya mengalami
demam biasa saja.
 Pengobatan / tindakan yang dilakukan

8
 Alergi : Klien alergi makan udang
C. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
Klien dalam kondisi baik, namun terlihat kondisi kaki lemah sehingga perlu
bantuan tongkat untuk berjalan.
 Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 36.8 C
Tekanan darah : 120/ 70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 21 x/menit
Skala nyeri : 6
TB : 150 cm
BB : 67 kg
 Pemeriksaan head to toe
Kepala dan rambut
Wajah
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Pemeriksaan integumen
Pemeriksaan thorax/dada
Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan alat vital
Pemeriksaan ekstrimitas atas dan bawah
Tes fungsi motorik & sensorik

D. Analisa data

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
Ds : Osteoarthritis
Klien mengatakan nyeri kaki ↓ Nyeri Kronis
kirinya dan kadang menyebar Efusi sendi
ke pergelangan kaki. ↓
Do : Penyempitan rongga
Klien tampak memijit-mijit sendi
kaki nya ↓
Skala nyeri 6 Gerakan akibat aktivitas
TD : 120/70 mmHg ↓
T : 36,8˚C Nyeri kronis
HR : 81×/menit
RR : 21×/menit

DS : Osteoartrhitis
Klien mengatakan kaki kirinya ↓ Gangguan

9
sulit digerakkan pada saat Perubahan fungsi tulang mobilisasi fisik
beraktivitas. ↓
Klien mengatakan nyeri yang Deformitas sendi
dirasakan mengganggu ↓
aktivitas karena pernah Sulit bergerak
membuat klien tidak bisa ↓
berjalan. Gangguan mobilisasi
DO : fisik
Klien terlihat menggunakan
tongkat ketika berjalan.
Klien terlihat kesulitan ketika
berjalan

E. Rencana keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 Nyeri Kronis b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
kondisi keperawatan selama 1×24 Observasi
muskuloskeletal jam maka diharapkan - Identifikasi lokasi,
kronis d.d DS DO Tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
- Kemampuan intensitas nyeri
menuntaskan aktivitas - Identifikasi skala nyeri
Meningkat - Identifikasi respon nyeri
- Keluhan nyeri non verbal
Menurun - Identifikasi faktor yang
- Meringis Menurun memperberat rasa nyeri
- Sikap protektif - Identifikasi
Menurun pengetahuan tentang
- Gelisah Menurun nyeri
- Kesulitan tidur - Identifikasi pengaruh
Menurun nyeri terhadap kualitas
- Menrik diri Menurun hidup
- Berfokus pada diri - Monitor efek samping
sendiri Menurun pemberian analgesik
- Diaforesis Menurun Terapeutik
- Frekuensi nadi - Berikan terapi
Membaik komplementer untuk
- Pola napas Membaik menurangi rasa nyeri
- Tekanan darah - Kontrol lingkungan
Membaik yang memperberat rasa
- Fokus Membaik nyeri
- Perilaku Membaik Edukasi
- Pola tidur Membaik - Ajarkan terapi
komplementer untuk
mengurangi rasa nyeri
kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

10
2 Gangguan Setelah dilakukan intervensi Dukungan Mobilisasi
Mobilitas Fisik keperawatan selama 1×24
b.d gangguan jam maka diharapkan
muskuloskeletal Mobilitas Fisik Meningkat
d.d DS DO dengan kriteria hasil :
- Pergerakan ekstremitas
Meningkat
- Nyeri Menurun
- Kecemasan Menurun
- Kaku sendi Menurun
- Gerakan terbatas
Menurun
- Kelemahan fisik
Menurun

11
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan salah satu keluhan
pada sistem muskuloskeletal yang sering ditemui, dengan progresifitas yang lambat,
bersifat kronis, serta menyebabkan dampak yang besar pada kesehatan (IRA, 2014).
Osteoartritis merupakan salah satu penyakit degeneratif dan bersifat progresif.
Penyakit ini sangat sering dijumpai pada pasien dengan usia di atas 50 tahun.
Gambaran radiologis osteoartritis di Indonesia cukup tinggi, mencapai 15,5% pada
pria dan 12,7% pada wanita. Gangguan fungsional akan sangat memberatkan
penderita osteoartritis, dimana penderita mengalami kesulitan pada saat bangkit dari
duduk, jongkok, berdiri, ataupun berjalan, naik-turun tangga, dan berbagai aktivitas
yang membebani lutut. Sesuai dengan skenario, seorang seorang perempuan 60
berobat dengan keluhan nyeri pada kedua lutut sejak 5 tahun yang lalu. Perempuan
tersebut diduga mengalami osteoartritis. Maka dari itu, untuk mengetahui secara
lengkap dan jelas, penulis akan membahas tentang osteoartritis mulai dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, diagnosis dan lain sebagainya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Indrayani, I., Syaidah, V. N., & Nurhalimah, U. (2019, November 12). Makalah Osteoarthritis. hal. 2-4.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.

Winangun. (2019). DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA KOMPREHENSIF OSTEOARTRITIS. Jurnal


Kedokteran, 127-139.

13

Anda mungkin juga menyukai