Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PANDAHULUAN DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE

( CKD ) DIRUANG ICU RSUD DR.ADJIDARMO

Disusun oleh:

Nama : Fidyathul amaliah

Nim : 1018031042

Kelas : PSIK 4A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS FALETEHAN
LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE

1. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal progresif yang
ireversibel ketika ginjal tidak mampu mempertahankankeseimbangan metabolik,
cairan, dan elektrolit yang menyebabkan terjadinyauremia dan azotemia (Bayhakki,
2013).
Chronic Kidney Disease adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan
ireversibel dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit yangmengakibatkan uremia atau
azotemia (Wijaya dan Putri, 2017).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Chronic
Kidney Disease adalah suatu keadaan klinis yang terjadi penurunan fungsi ginjal
dengan ditandai terjadinya penurunan GFR selama>3 bulan yg bersifat progresif dan
irreversibel, ginjal tidak dapatmempertahankan keseimbangan metabolik, cairan, dan
elektrolit yang menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia

2. Etiologi
 Infeksi pielonefritis kronis
 Penyakit peradangan glumerulonefritis
 Diabetes militus
 Hipertensi
 Obstruksi saluran kemih
 Penyakit ginjal polikistik
 Sumbatan batu tumor dan penyempitan

Penyakit umum diluar ginjal


 Penyakit sistemik : Diabetus militus. Hipertensi, kolestrol tinggi
 Infeksi dibadan : TBC paru, malaria, hepatitis
 Preeklamsi
 Obat-obatan
 Kehilangan banyak cairan yang mendadak ( luka bakar )

3. Manifestasi kliniks
1. Gangguan pada pernafasan
2. Edema dan pembengkakan
3. Hipertensi
4. Anoreksia, nausea
5. Proteinuria dan hematuria
6. Penurunan konsentrasi
7. Anemia
8. Perdarahan
9. Turgor kulit jelek, gatal-gatal pada bagian kulit
10. Hiperkalemia

4. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus
Kockroft – Gault sebagai berikut :

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)


1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

5. Patofisiologi
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan metabolic
(DM), infeksi (Pielonefritis), Obstruksi Traktus Urinarius, Gangguan Imunologis,
Hipertensi, Gangguan tubulus primer (nefrotoksin) dan Gangguan kongenital yang
menyebabkan GFR menurun. Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron
(termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi
yang meningkat disertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya
saring.

Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-
nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa
di reabsorbsi berakibat dieresis osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak timbul disertai retensi produk sisa. Titik
dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-
gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal
bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian lebih rendah itu. (Barbara C Long). Fungsi renal menurun, produk akhir
metabolism protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam
darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak
timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat (Smeltzer dan Bare, 2011)

6. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :
 Hiperkalemia
 Perikarditis
 Hipertensi
 Anemia
 Penyakit tulang

7. Pathway
8. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal. 1.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan
untuk diagnosis histologis
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal
pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem
pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim)
serta sisa fungsi ginjal
f. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)

 Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal


1. Laju endap darah
2. Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada
(anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,
amrasio urine / ureum sering 1:1.
3. Ureum dan kreatinin
Kreatinin:
Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga tahap
akhir (mungkin rendah yaitu 5)

9. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau
mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif
tidak dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini
karena yang dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau
transplantasi ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
 Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol
proses penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan
obat-obatan) dan mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga
intake protein sehari-hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan
katabolisme (menyediakan kalori nonprotein yang adekuat untuk mencegah
atau mengurangi katabolisme)
 Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan
hematologi, penyakit kardiovaskuler
 Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi
tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt.
Dialisis juga diiperlukan bila :
 Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Overload cairan
 Penurunan kesadaran
 Mual muntah dan anoreksia yang kondisi memburuk

10. Asuhan keperawatan


A. Pengkajian
1. Anamesa
Anamnesa adalah mengetahui kondisi klien dengan cara wawancara atau
interview. Mengetahui kondisi klien untuk saat ini dan masa lalu. Anamnesa
mencakup identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat imunisasi, riwayat
kesehatan lingkungan dantempat tinggal.

a. Identitas
Meliputi identitas klien yaitu: nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa,
golongan darah, tangggal MRS, tanggal pengkajian, no.RM, diagnose
medis, alamat.
b. Keluhan utama
Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya, apakah secara
tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan.
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output
sedikit sampai tidak ada BAK, glisah sampai penurunan kesadaran, tidak
selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah,
napas berbau (ureum), dan gatal pada kulit.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan klien pada saat di anamnesa
Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onset penurunan urine output,
penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya
perubahan kulit, dan pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja
klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat
pengobatan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah
jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign Prostatic Hiperplasia,
dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi
system perkemihan yang berulang. Penyakit diabetes mellitus, dan
penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi
penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan
masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian
dokumentasikan.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit
yang sama. Baaimana pola hidup yang biasa diterapkan dalam keluarga,
ada atau tidaknya riwayat infeksi sistem perkemihan yang berulang dan
riwayat alergi, penyait hereditas dan penyakit menular pada keluarga.
f. Riwayat psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis
akan menyebabkan enderita mengalami gangguan pada gambaran diri.
Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan klien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri
(gambaran diri) dan gangguan peran pada keluarga.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit berat
Tingkat kesadaran: menurun esuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi system saraf pusat
b. Tanda-tanda vital
sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan darah terjadi
perubahan dari hipertensi ringan sampai berat.
Antropometri. Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena
kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan
cairan.
c. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir
kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
d. Leher dan tenggorok
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
e. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot
bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada
paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara
tambahan pada jantung
f. Abdomen. Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek,
perut buncit. h.
g. Genital. Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,
terdapat ulkus.
h. Ekstremitas
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan
tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
i. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat /
uremia, dan terjadi perikarditis
j. Sistem pernapasan
Klien bernapas dengan bau uremia didapatkan adanya pernapasa kusmaul.
Pola napas cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan
pembuangan karbon dioksida yang menumpuk di sirkulasi.
k. Sitem hematologi
Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan menemukan adanya
friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda
dan gejala gagal jantung kongestif. TD meningkat, akral dingin, CRT > 3
detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak napas, gangguan irama jantung, edem
penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan curah jantung akibat
hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventrikel. Pada sistem
hematologi sering didapatkan adanya anemia.
l. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas
system rennin angiostensin aldosteron. Nyeri dada dan sesak napas akibat
perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung koroner akibat
aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan
cairan dan hipertensi.
m. Sistem Perkemihan
Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi penurunan
libido berat
n. Sistem pencernaan
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare sekunder dari
bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna
sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.

B. Analisa data

No Data Etiologi Masalah


1. Ds : Pasien mengeluh sesak Penyakit ginjal Hipervolemia
nafas dan pembengkakan pada
lengan dan kaki
Do: Kerusakan fungsi ginjal
- Edema perifer
- Berat badan meningkat
- Jvp meningkar Kerusakan glomelurus
- Kadar hb/ht menurun
- Oliguria Filtrasi glomelurus menurun
- Distensi vena jugularis
GFR menurun

Retensi Na, H2, O

Edema

Kelebihan volume cairan

Hipervolemia

2.
Ds: mengeluh sesak CKD Pola nafas tidak efektif
Do : - pasien menggunakan
nasal kanul 3 ltr Retensi
- Pola nafas abnormal
- TD : 139/96 mmhg
- RR : 15 X/M Tekanan meningkat
- N : 112 X/M
- S: 38 C
- CRT <2 Detik Volume intestinal meningkat
Edema

Kelebihan volume cairan

Sesak saat bernafas

Pola nafas tidak efektif

3. Ds : pasien mengeluh lelah CKD Intoleransi aktivitas


setelah melakukan aktivitas
Do : - klien tampak lemah, pucat
dan tidak nafsu makan Eritroprotein
- Sianosis
- Akral dingin
- TD : 139/96 mmhg Hb menurun
- RR : 15 X/M
- N : 112 X/M
- S: 38 C Pucat , fatigue, malaise
- CRT <2 Detik

Intoleransi aktivitas

C. Diagnosa prioritas
1. Hypervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
2. Pola nafas tidak efektif b.d kelemahan otot pernafasan
3. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah
D. Rencana keperawatan

No Diagnose SLKI SIKI


keperawatan
1. Hipervolemia b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipervolemia
gangguan keperawatan selama 2x24 jam Observasi
mekanisme diharapkan Keseimbangan - Periksa tanda dan gejala
regulasi Cairan meningkat dengan criteria hipervolemia
hasil : - Identifikasi penyebab
 Haluaran urin meningkat hipervolemia
 Kelembababn membrane - Monitor status hemodinamik
mukosa meningkat - Monitor intake dan output cairan
 Asupan makanan meningkat - Monitor tanda hemokonsentrasi

 Edema menurun - Monitor tanda peningkatan

 Dehidrasi menurun tekanan onkotik plasma


- Monitor kecepatan infuse secara
 Tekanan darah membaik
ketat
 Denyut nadi radial membaik
- Monitor efek samping diuretic
 Membrane mukosa membaik
Terapeutik
 Turgor kulit membaik
- Timbang BB setiap hari pada
waktu yang sama
- Batasi asupan cairan dan garam
- Tinggikan kepala tempat tidur 30-
40˚
- Anjurkan melapor jika haluaran
urin <0.5 mL/kg/jam dalam 6 jam
- Anjurkan melapor jika BB
bertambah >1 kg dalam sehari
Edukasi
- Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran
cairan\
- Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretic
- Kolaborasi penggantian kalium
akibat diuretic
- Kolaborasi pemberian continuous
renal replacement therapy
(CRRT), jika perlu
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Respirasi
efektif b.d keperawatan selama 2x24 jam Observasi :
kelemahan otot diharapkan Pola napas membaik - Monitor frekuensi, irama,
pernapasan dengan criteria hasil : kedalaman dan upaya napas
 Tekanan ekspirasi dan - Monitor pola napas
inspirasi meningkat - Monitor saturasi oksigen
 Frekuensi napas membaik - Monitor nilai AGD
Kedalaman membaik Terapeutik:
Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Intoleransi aktivitas
berhubungan
dengan keletihan, Setelah dilakukan asuhan Manajemen energi
anemia, retensi keperawatan selama 2x24 jam Observasi
produk sampah diharapkan Toleransi Aktivitas - Identifikasi gangguan fungsi
meningkat dengan criteria hasil : tubuh yang mengakibatkan
a. Frekuensi nadi meningkat kelelahan
b. Saturasi oksigen - Monitor kelelahan fisik dan
meningkat emosional
c. Kemudahan dalam - Monitor pola dan jam tidur
melakukan aktivitas - Monitor lokasi dan
sehari-hari meningkat ketidaknyamanan selama
d. Keluhan lelah menurun melakukan aktivitas
e. Perasaan lemah menurun Terapeutik
f. Sianosis menurun - Sediakan lingkungan nyaman
g. Dispnea saat aktivitas dan rendah stimulus
menurun - Anjurkan tirah baring
h. Warna kulit membaik - Anjurkan melakukan aktivitas
i. Tekanan darah membaik secara bertahap
j. Frekuensi napas membaik - Gunakan latihan rentang gerak
k. EKG iskemia membaik pasif dan/aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Edukasi
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan.

DAFTAR PUSTAKA

Puspitasari, K. A. (2019). Asuhan keperawatan pasien dengan penyakit ginjal kronik di


rsud. Abdul wahab sjahranie samarinda. Karya Tulis Ilmiah .

Rosila, A. (2020). Literature review : faktor-faktor yang mempengaruhi hemodialisis


terhadap kualitas hiduppasien gagal ginjal kronik. Karya Tulis Ilmiah .
Rustandi, H., Tranado, H., & Pransasti, T. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas hidup pasien Chronic kidney disease (ckd) yang menjalani hemodialisa. Jurnal
Keperawatan Silampari , 32-46.

SDKI, SLKI, SIKI

Anda mungkin juga menyukai