Anda di halaman 1dari 4

Materi Sesi 2: 

Sumber Bukti Taksonomi

Saudara mahasiswa, pada minggu ke-2 ini akan dibahas tentang sumber bukti taksonomi.
Materi ini dapat Anda pelajari pada modul 2 kegiatan belajar 1 s.d 4. Setelah mengikuti tuton
sesi 2, Anda diharapkan mampu menjelaskan tentang sumber bukti taksonomi:

a. Morfologi dan anatomi

b. Palinologi dan embriologi

c. Sitologi dan fitokimia

d. Protein dan molekuler

Dalam pengembangan sistem klasifikasi tumbuhan, ciri dan sifat ciri yang dimiliki suatu
tumbuhan atau sekelompok tumbuhan berpotensi untuk digunakan sebagai sumber bukti
taksonomi. Berbagai macam sumber bukti taksonomi dapat berasal dari semua bagian tumbuhan
dan semua tahap serta proses pertumbuhan maupun perkembangan tumbuhan tersebut.

A. Morfologi

Data ciri morfologi masih merupakan dasar utama untuk menyusun sistem klasifikasi.
Informasi morfologi memiliki kelebihan antara lain mudah terlihat, sangat praktis untuk
disusun dalam bentuk kunci determinasi dan penulisan pertelaan. Ciri morfologi tumbuhan
berbunga dikelompokkan menjadi ciri morfologi vegetatif dan generatif. Ciri morfologi
vegetatif seperti struktur akar, batang, daun, dan indumentum. Sedangkan ciri generatif
meliputi bunga, buah, dan biji. Data morfologi generatif lebih bersifat mantap, dibandingkan
dengan data morfologi vegetatif, karena data morfologi vegetatif bagian-bagiannya cenderung
bervariasi.

B. Anatomi

Ciri anatomi merupakan sumber data klasik selain data morfologi yang digunakan dalam
taksonomi tumbuhan. Ciri anatomi menggambarkan struktur dalam dari tumbuhan. Ciri
anatomi yang digunakan antara lain: bentuk jaringan sekunder (floem dan xylem), anatomi
batang, akar dan daun termasuk struktur sekretori dan kristal, anatomi bunga, buah, dan biji.
Ciri anatomi banyak digunakan pada tumbuhan rendah dan fosil.

Contoh data anatomi:

1. Pola variasi trikom atau rambut tumbuhan, seperti bentuk dan susunan trikom memiliki
nilai ciri taksonomi pada tingkat jenis, marga, atau familia.

2. Tipe sel pada suatu variasi jaringan. Sklereid dan serat berdinding tebal dan berlignin.
Sklereid bervariasi dalam bentuk, serat bervariasi dalam pola dan susunannya. Sel-sel

1
sekretori dan sel-sel berisi berbagai macam Kristal sering menjadi ciri diagnostic untuk
kelompok tumbuhan tertentu.

3. Anatomi daun menyediakan banyak ciri yang bernilai taksonomi, yaitu lapisan epidermis
(jumlah lapisan, ukuran, bentuk sel, ketebalan dinding sel, keberadaan papilla atau
berbagai jenis rambut, variasi ketebalan kutikula). Pada epidermis berisi stomata (mulut
daun), data ciri tipe, ukuran, dan kerapatan stomata kadang dapat digunakan sebagai
pembeda jenis. Ciri jaringan mesofil penting secara taksonomi, yaitu jaringan palisade
dan bunga karang, sebaran dan bentuk sel-sel mesofil, juga ada tidaknya ruang antar sel.

C. Palinologi

Palinologi adalah cabang ilmu biologi yang membahas tentang serbuk sari (polen) dan
spora. Studi tentang polen seringkali digabungkan dengan studi tentang embriologi sebagai
ciri taksonomi. Lapisan luar dari serbuk sari dan spora sering berisi senyawa yang disebut
sporoleum yang dapat menahan degradasi oleh berbagai senyawa kimia, bakteri, dan
cendawan, sehingga polen dapat bertahan dalam tanah dalam waktu yang lama. Polen
penting dalam studi palaebotani.

Bentuk serbuk sari bervariasi. Ciri struktur serbuk sari yang sangat penting sebagai bukti
taksonomi adalah keberadaan alur (aperture) pada permukaan luar dan bentuk ukiran
dinding luar (eksin). Ciri serbuk sari yang penting untuk identifikasi adalah: variasi bentuk,
jumlah, letak alur, dan lubang di permukaan serbuk sari, bentuk ukiran eksin serta
ukurannya.

D. Embriologi

Data embriologi yang digunakan untuk memecahkan masalah taksonomi antara lain variasi
bakal biji (ovule). Bakal biji orthotropous, sumbu bakal biji dan tangkainya dalam satu garis
lurus, bakal biji anatropous bakal biji memutar 180o, bakal biji campylotropous sumbu bakal
biji melengkung dan biji dipegang 90o . Penelitian tentang embrio dan endosperma telah
memilik nilai nyata dan membantu memecahkan masalah taksonomi dari suku rumput-
rumputan (Graminaeae).

E. Sitologi

Ilmu dasar sitologi sangat berperan dalam pendekatan taksonomi modern di bidang
eksperimental taksonomi dan biosistematika. Sitologi juga membantu dalam mempelajari
tentang hybrid berdasarkan data kromosom. Adapun variasi data kromosom yang digunakan
dalam studi taksonomi yaitu jumlah kromosom, ukuran kromosom, struktur kromosom, pola
pita pada kromosom, serta tingkah laku kromosom pada saat meiosis.

Struktur kromosom atau disebut kariotipe merupakan penampilan genom (set kromosom) di
bawah mikroskop. Ciri struktur kromosom yang paling umum digunakan adalah posisi
sentromer (metasentrik, akrosentrik, dan telosentrik). Kromosom berperan penting sebagai

2
sumber data taksonomi karena struktur kromosom memuat materi genetik yang bertanggung
jawab mempertahankan penghalang reproduksi serta integritas jenis dan taksa lainnya.

F. Fitokimia

Penelitian fitokimia telah berkembang pesat dengan didukung teknik analisis yang
memungkinkan penggunaan data fitokimia sebagai sumber bukti taksonomi. Karakter kimia
tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sumber bukti taksonomi antara lain senyawa kimia
yang langsung dapat terlihat, seperti pati atau Kristal kalsium organik yang terdapat pada
beberapa sel tumbuhan tertentu atau hasil sekresi tertentu yang berupa latex, resin,
musilagen, minyak atsiri, dan sebagainya. Produk kimia tumbuhan dibedakan menjadi dua
senyawa utama, yaitu senyawa sekunder tumbuhan dan protein (DNA dan RNA).

Senyawa sekunder tumbuhan dihasilkan tumbuhan untuk mempertahankan diri dari


serangan predator atau patogen. Senyawa sekunder seperti alkaloid, betalain, antosianin,
glukosinolat, terpenoid, flavonoid, dll. Sedangkan protein adalah molekul yang sangat
bervariasi terbentuk dari asam amino yang saling berikatan membentuk rantai polipeptida,
dengan bentuk molekul yang bervarasi.

G. Protein

Protein dibangun dari asam amino yang berikatan ke dalam suatu rantai dengan ikatan
peptide membentuk polipeptida. Metode utama penggunaan protein dalam sistematika
adalah sekuen asam amino, sistematik serologi, dan elektroforesis. Sekuen asam amino
dapat digunakan sebagai ciri tasonomi untuk mengonstruksi kekerabatan filogenetik seperti
sekuen nukleotida dari DNA dan RNA. Elektroforesis adalah teknik untuk mengukur
kecepatan dana rah pergerakan molekul organik dalam respons ke bidang elektrik.
Kecepatan dan arah pergerakan protein dalam pati atau gel agar akan tergantung pada
perubahan permukaan, ukurandan bentuk protein. Protein dapat diwarnai dan menghasilkan
pola pita. Elektroforesis sangat bermanfaat pada tingkat populasi dalam satu spesies atau
antara spesies yang berkerabat dan hasilnya dianalisis secara fenetik.

H. Molekular

Sistematika molekular adalah pendekatan dalam menginterpretasikan kekerabatan filogeni


menggunakan data makromolekul. Tipe data yang digunakan meliputi sekuen DNA, enzim
restriksi DNA, allozym, mikrosatelit, random polymorphic DNA (RAPD), dan amplified
fragmen length polymorphism (AFLP). Untuk mengoleksi sampel DNA, tumbuhan hidup
segera dikeringkan dengan silica gel atau dibekukan atau ditempatkan dalam buffer
ekstraksi. Ciri molekular yang biasa digunakan dalam studi sistematika adalah susunan
genom (pemetaan dengan enzim restriksi), data sekuen DNA (sekuen gen tertentu), dan
penanda molekular. Teknik Polymerase Chain Reacton (PCR), yaitu teknik menggandakan
DNA dengan enzim menggunakan mesin PCR.

Untuk menguasai materi sumber bukti taksonomi, silakan pelajari kembali materi modul 2
kegiatan belajar 1 s.d 4. SELAMAT BELAJAR!

3
Salam-Tutor

Anda mungkin juga menyukai