Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH :
NADIA RIZKY NADILA
NIM : 146STYC19
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PRODI S.1 KEPERAWATAN TRANSFER
TAHUN 2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliahKeperawatan
medikal bedah dengan bahan kajian Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan.
Tidak lupa saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
pembuatan makalah ini, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Saya
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing saya
untuk menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah saya masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu saya sangat menerima kritik dan saran dari pembaca.

Mataram,30 Maret 2020


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk
mempertahankan homeostasis, yang berarti keseimbangan. Otak dan
organ tubuh lainnya bekerjasama untuk mengatur suhu tubuh,
keasaman darah, ketersediaan oksigen danvariabel lainnya. Ginjal
berperan penting mempertahankan homeostasis dengan mengatur
konsentrasi banyak konstituen plasma, terutama elektrolit dan air
dengan mengeliminasi semuazat sisa metabolisme.
Sistem perkemihan merupakan bagian dari anatomi dan fisiologi
tubuh manusia, yang sangat berperan penting dalam kelangsungan
hidup manusia. Sistem perkemihan berfungsi untuk mengolah zat-zat
yang tidak diperlukan dalam tubuh dan memiliki beberapa proses.
Sehingga dengan keluarnya zat yang tidak baik bagi tubuh maka tubuh
akan terhindar dari beberapa penyakit yang menyangkut sistem
perkemihan.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan sistem perkemihan ?
b. Apa sajakah anatomi sistem perkemihan ?
c. Bagaimana proses fisiologi sistem perkemihan ?
d. Bagaimana pengaturan asam basa pada sistem perkemihan?
e. Bagaimana menjelaskan proses pembentukan urine?
f. Bagaimana pengkajian sistem perkemihan?
g. Bagaimana terapi diet pada sistem perkemihan?

1.3. Tujuan
a. Untuk memahami pengertian dari Sistem Perkemihan
b. Untuk mengetahui anatomi sistem perkemihan
c. Untuk memahami proses fisiologi sistem perkemihan
d. Untuk memahami pengaturan asam basa pada sistem perkemihan
e. Untuk memahami proses pembentukan urine
f. Untuk memahami pengakajian sistem perkemihan
g. Untuk memahami terapi diet pada sistem perkemihan

1.4. Manfaat
Dalam pembuatan makalah ini diharapkan pembaca dapat
menambah pengetahuan tentang Anatomi Fisiologi Sistem
Perkemihan pada manusia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air
dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah
suatu sistem kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan
keseimbangan internal atau Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk
membuang produk-produk yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dan banyak
fungsi lainnya yang akan dijelaskan kemudian.
Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang
menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika
urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin
dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
B. Anatomi Sistem Perkemihan
1. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum
pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-
3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.
a. Fungsi ginjal :
1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
atau racun,
2) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan, osmotic, dan
ion,
3) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari
cairan tubuh,
4) Fungsi hormonal dan metabolisme,
5) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum,
kreatinin dan amoniak.
2. Struktur ginjal.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula
fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap,
dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang
dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut
pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari
lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis
renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi
menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan
bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron
terdiri dari :

A. Glomerolus
Suatu jaringan kapiler
berbentuk bola yang berasal
dari arteriol afferent yang
kemudian bersatu menuju
arteriol efferent, Berfungsi
sebagai tempat filtrasi sebagian
air dan zat yang terlarut dari
darah yang melewatinya.
B. Kapsula Bowman
Bagian dari tubulus yang
melingkupi glomerolus untuk
mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus.
C. Tubulus, terbagi menjadi 3 yaitu:
a. Tubulus proksimal
Tubulus proksimal berfungsi mengadakan reabsorbsi bahan-bahan
dari cairan tubuli dan mensekresikan bahan-bahan ke dalam cairan
tubuli.

b. Ansa Henle
Ansa henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U. Terdiri dari
pars descendens yaitu bagian yang menurun terbenam dari korteks
ke medula, dan pars ascendens yaitu bagian yang naik kembali ke
korteks. Bagian bawah dari lengkung henle mempunyai dinding
yang sangat tipis sehingga disebut segmen tipis, sedangkan
bagian atas yang lebih tebal disebut segmen tebal.
Lengkung henle berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan
tubulus dan sekresi bahan-bahan ke dalam cairan tubulus. Selain
itu, berperan penting dalam mekanisme konsentrasi dan dilusi urin.
c. Tubulus distal
Berfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.
d. Duktus pengumpul (duktus kolektifus)
Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan
nefron yang berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke
dalam medula untuk mengosongkan cairan isinya (urin) ke dalam
pelvis ginjal.

3. Persarafan ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf
ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam
ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang
masuk ke ginjal.

4. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm.
Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi
terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos.
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
d. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic
yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.

5. Vesika Urinaria (Kandung Kemih).


Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam
rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis
seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
a.Lapisan sebelah luar (peritoneum).
b.Tunika muskularis (lapisan berotot).
c. Tunika submukosa.
d.Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

6. Uretra.
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
a. Urethra pars Prostatica
b. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
c. Urethra pars spongiosa.
Pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).
Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan
vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
1) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika
urinaria mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter
urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
2) Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh
darah dan saraf.
3) Lapisan mukosa.

7. Air kemih (urine).


Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
a. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari
pemasukan(intake) cairan dan faktor lainnya.
b. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi
keruh.
c. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
d. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
e. Berat jenis 1,015-1,020.
f. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari
pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein member
reaksi asam).
g. Komposisi air kemih, terdiri dari:
h. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
i. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea
amoniak ,Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan
sulfat.
j. Pagmen (bilirubin dan urobilin).Toksin
.
C. Fisiologi Sistem Perkemihan
Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa
meningkatkan tekanannya (biasanya pada saat volume urine kira-kira 300
ml)makam reseptor pada dinding vesika urinaria akan memulai kontraksi
musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi secara involunter dan
dengan segera. Pada orang dewasa, keinginan berkemih dapat ditunda
sampai ia menemukan waktu dan tempat yang cocok. Walaupun
demikian, bila rangsangan sensoris ditunda terlalu lama, maka akan
memberikan rasa sakit.
Dengan demikian mulainya kontraksi musculus detrussor, maka terjadi
relaksasi musculus pubococcygeus dan terjadi pengurangan topangan
kekuatan urethra yang menghasilkan beberapa kejadian dengan urutan
sebagai berikut :
1. Membukanya meatus intemus
2. Erubahan sudut ureterovesical
3. Bagian atas urethra akan terisi urine
4. Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine
5. Musculus detrussor berkontraksi lebih kuat
6. Urine didorong ke urethra pada saat tekanan intraabdominal
meningkat
7. Pembukaan sphincter extemus
8. Urine dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong
Penghentian aliran urine dimungkinkan karena musculus
pubococcygeus yang bekerja di bawah pengendalian secara volunteer :
1. Musculus pubococcygeus mengadakan kontraksi pada saat urine
mengalir
2. Vesica urinaria tertarik ke atas
3. Urethra memanjang
4. Musculus sprincter externus di pertahankan tetap dalam keadaan
kontraksi.
Apabila musculus pubococcygeus mengadakan relaksasi lahi maka
siklus kejadian seperti yang baru saja diberikan di atas akan mulai lagi
secara otomatis.
Fungsi sistem homeostatis urinaria:
1. Mengatur volume dan tekanan darah dengan mengatur banyaaknya
air yang hilang dalam urine, melepaskan eritropoietin dan melepaskan
rennin.
2. Mengatur konsentrasi plasma dengan mengontrol jumlah natrium,
kalium, klorida, dan ion lain yang hilang dalam urin dan mengontrol
kadar ion kalsium.
3. Membantu menstabilkan pH darah, dengan mengontrolkehilanganion
hydrogen dan ion bikarbonat dalam urin.
4. Menyimpan nutrient dengan mencegah pengeluaran dalam urin,
mengeluarkan produk sampah nitrogen seperti urea dan asam urat.
5. Membantu dalam mendeteksi racun-racun.
6. Mekanisme pembentukan urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit
terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi).
Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini
hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan
sebagian diserap kembali.
Transpor urin dari ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam
kandungan kemih

D. Tahap – tahap Pembentukan Urine


1. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent
lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah,
sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman
yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke seluruh ginjal.
2. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara
pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus
atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali
penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan
diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya
terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya
dialirkan pada pupila renalis.
3. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus
pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion
Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di
bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria
(kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine
sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari
tubuh melalui uretra.
Urin yang keluar dari kandungan kemih mempunyai komposisi utama
yang sama dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak
ada perubahan yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak
mengalir melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih.
E. Pengaturan asam basa pada sistem perkemihan
Pengaturan keseimbangan ion hydrogen dalam beberapa hal sama
dengan pengaturan ion-ion lain dalam tubuh. Sehinggah contoh, untuk
mencapai homeostatis. Harus ada keseimbangan antara asupan atau
produksi ion hydrogen dan pembuangan ion hydrogen dari tubuh. Dan
seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam
pengaturan-pengaturan ion hydrogen. Akan tetapi, pengaturan
konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh
lebih banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion hydrogen oleh ginjal.
Terdapat juga banyak mekanisme penyangga asam basa yang
melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk
mempertahankan konsentrasi ion hydrogen normal dalam cairan
ekstraseluler dan intraseluler.
Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur
konsentrasi ion hydrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol
sekresi ion hydrogen ginjal dan reabsorpsi, produksi, dan ekskresi ion-ion
bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci system kontrol
asam basa dalam berbagai cairan tubuh.
Konsentrasi ion hydrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan
yang terjadi pada asidosis dan alkalosis. Konsentrasi ion hydrogen darah
secara normal dipertahankan dalam batas ketat suatu nilai normal sekitar
0,00004 mEq/liter (40 nEq/liter ). Variasi normal hanya sekitar 3 sampai 5
mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim, konsentrasi ion hydrogen
yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai setinggi 160 nEq/liter
tanpa menyebabkan kematian.
Karena konsentrasi ion hydrogen normalnya adalah renfah dan dalam
jumlah yang kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hydrogen
disebutkan dalam skala logaritma, dengan menggunakan satuan pH. pH
berhubungan dengan konsentrasi ion hydrogen.
pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan
interstitial sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida yang
disebabkan dari jaringan untuk membentuk H2CO2 karena pH normal
darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat pH turun
dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4.
Batas rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam
adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0.
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena
metabolism sel menghasilkan asam, terutama H2CO3. Bergantung pada
jenis sel, pH cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4.
Hipoksia jaringan dan aliran darah yang buruk ke jaringan dapat
menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat menurunkan pH
intraseluler.
pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam
basa cairan ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang
bersifat asam adalah HCL yang diekskresikan kedalam lambung oleh
oksintik ( sel-sel parietal ) dari mukosa lambung.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERKEMIHAN
Pengkajian sistem perkemihan
A. Anamnesa
1) Keluhan Utama :Nyeri, Keluhan Miksi, Hematuria, dll
2) Keluhan Disfungsi seksual
3) Riwayat Kesehatan saat ini &sebelumnya
4) Psikososiopritual
5) Status Emosi, Kognitif, Perilaku, Konsep Diri, Sosial- Ekonomi
B. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Hasil normal : abdomen bawah flat (datar), tidak ada distensi,
orifisium eksternal uretra berwarna merah muda tanpa disertai
adanya pengeluaran pus, & cairan yang kontraindikasi .
Inspeksi adanya kesimetrisan dan batasan. Ketidaksimetrisan
atau adanya pembesaran pada daerah pinggang atau
abdomen atas  hidronefrosis, tumor retroperitoneum .
2) Palpasi
a. Ginjal sukar dipalpasi namun pada yg kurus lebih mudah
b. Pria lebih sulit drpd wanita (otot perut pria lebih keras
c. Posisi supinasi, satu tangan mengangkat dan tangan yang
lain menekan
Temuan: nyeri tekan, teraba massa  hipertropi kompensasi,tumor, dll
3) Perkusi
a. Hasil normal : flat pada daerah diatas simpisis pubis dan
timpani dibagian bawah abdomen, tidak teraba lunak pada
daerah posterior kanan atau kiri atas pada sudut
costovertebra
b. Bunyi perkusi akan berubah dari timpani ke dullness pada
saat kandung kemih terisi penuh
Perkusi Abnormal:
Tumpul: pada anterior dan posterior  adanya masa pada
renal.
Lembut : ketika renal mengalami trauma
Dalam : mengindikasikan adanya hemoragic
c. Adanya keluhan nyeri: mengindikasikan pielonefritis, batu
renal, pelvis atau ureter
4) Auskultasi
a. Hasil normal: tidak terdapat suara bruit pada arteri renal
pada posterior atau anterior bagian atas kanan maupun kiri
dari sudut costovertebra.
b. Hasil abnormal: Bunyi bruit pada bagian kiri atas umbilikus.
c. Bruit mengindikasikan adanya stenosis arteri renal,
aneurisma, atau malformasi arterivena.
d. Jika bunyi bruit terdengar hindari tindakan palpasi yang
terlalu dalam

Pemeriksaan diagnostik
Urinalisis, Tes untuk memeriksa keberadaan protein, glukosa, sel-sel
darah dan badan keton dalam urine
1. Pemeriksaan fungsi ginjal
a. Pemeriksaan klirens kreatinin : Menunjukkan kemampuan filtrasi
glomerulus, mengukur volume darah dengan kreatinin yang telah
dibersihkan dalam 1 menit. Indikator yang pekat untuk penyakit
ginjal dini
b. Pemeriksaan kadar kreatinin serum :
Pemeriksaan fungsi ginjal yang mencerminkan keseimbangan atar
produksi dan filtrasi oleh glomerulus
2. Pemeriksaan kadar ureum (Blood urea Nitrogen):
Menilai fungsi ginjal. Kadar ureum serum bergantung pada produksi
ureum tubuh dan aliran urin.
3. USG Ginjal/Foto polos Abdomen
Untuk menentukan ukuran, bentuk ginjal, gerakan ginjal dan hubungan
ginjal dengan jaringan sekitarnya seperti adrenal gland, mendeteksi
massa, batu ginjal, kista, atau obstruksi dan kelainan lainnya.
Juga untuk melihat renal masses, untuk membedakan
apakah cystic atau solid mass dan ukuran dari mass tersebut
4. BNO-IVP
BNO/ KUB (Kidney Ureter Blader) dan IVP (intravenous pyelography) 
adalah salah satu pemeriksaan radiologi untuk melihat saluran kemih.
IVP : Penyuntikan medium kontras intravena. setelah foto polos
abdomen . Medium kontras bersirkulasi melalui aliran darah dan
jantung menuju ginjal dimana medium diekskresikan
5. Analisa Batu
Untuk mengetahui jenis batu dan mencegah rekurensi

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Anatomi Sistem Perkemihan
1. Ginjal (Ren)
2. Ureter
3. Vesika Urinaria (Kandung Kemih).
4. Uretra.
Fisiologi Sistem Perkemihan
Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa
meningkatkan tekanannya (biasanya pada saat volume urine kira-kira
300 ml)makam reseptor pada dinding vesika urinaria akan memulai
kontraksi musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi secara
involunter dan dengan segera.
Tahap – tahap Pembentukan Urine
a. Proses filtrasi, darah kecuali protein, cairan yang tersaring
ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari
b. Proses reabsorpsi
c. Augmentasi (Pengumpulan)
B. Saran
Diharapkan agar dapat memberi masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun tentang Anatomi Fisiologi dalam konteks pelayanan
kebidanan khususnya konsep Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan .

DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis . Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama.
Sander, Mochamad Aleq . 2004. Patologi Anatomi . Jakarta : Rajawali Pers.
Sobotta. Atlas Anatomi Manusia Ed.1.Jakarta : EGC.
Syaifuddin. 2003 . Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Wibowo, Daniel S . 2005 . Anatomi Tubuh Manusia . Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia.

BAB I
PENDAHULUAN

1.5. Latar Belakang


Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk
mempertahankan homeostasis, yang berarti keseimbangan. Otak dan
organ tubuh lainnya bekerjasama untuk mengatur suhu tubuh,
keasaman darah, ketersediaan oksigen danvariabel lainnya. Ginjal
berperan penting mempertahankan homeostasis dengan mengatur
konsentrasi banyak konstituen plasma, terutama elektrolit dan air
dengan mengeliminasi semuazat sisa metabolisme.
Sistem perkemihan merupakan bagian dari anatomi dan fisiologi
tubuh manusia, yang sangat berperan penting dalam kelangsungan
hidup manusia. Sistem perkemihan berfungsi untuk mengolah zat-zat
yang tidak diperlukan dalam tubuh dan memiliki beberapa proses.
Sehingga dengan keluarnya zat yang tidak baik bagi tubuh maka tubuh
akan terhindar dari beberapa penyakit yang menyangkut sistem
perkemihan.

1.6. Rumusan Masalah


h. Apa yang dimaksud dengan sistem perkemihan ?
i. Apa sajakah anatomi sistem perkemihan ?
j. Bagaimana proses fisiologi sistem perkemihan ?
k. Bagaimana pengaturan asam basa pada sistem perkemihan?
l. Bagaimana menjelaskan proses pembentukan urine?
m. Bagaimana pengkajian sistem perkemihan?
n. Bagaimana terapi diet pada sistem perkemihan?

1.7. Tujuan
h. Untuk memahami pengertian dari Sistem Perkemihan
i. Untuk mengetahui anatomi sistem perkemihan
j. Untuk memahami proses fisiologi sistem perkemihan
k. Untuk memahami pengaturan asam basa pada sistem perkemihan
l. Untuk memahami proses pembentukan urine
m. Untuk memahami pengakajian sistem perkemihan
n. Untuk memahami terapi diet pada sistem perkemihan

1.8. Manfaat
Dalam pembuatan makalah ini diharapkan pembaca dapat
menambah pengetahuan tentang Anatomi Fisiologi Sistem
Perkemihan pada manusia.

BAB II
PEMBAHASAN
F. Pengertian Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air
dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah
suatu sistem kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan
keseimbangan internal atau Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk
membuang produk-produk yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dan banyak
fungsi lainnya yang akan dijelaskan kemudian.
Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang
menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika
urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin
dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

G. Anatomi Sistem Perkemihan


8. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum
pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-
3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.
b. Fungsi ginjal :
6) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
atau racun,
7) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan, osmotic, dan
ion,
8) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari
cairan tubuh,
9) Fungsi hormonal dan metabolisme,
10)Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum,
kreatinin dan amoniak.

9. Struktur ginjal.
Setiap ginjal terbungkus oleh
selaput tipis yang disebut kapsula
fibrosa, terdapat cortex renalis di
bagian luar, yang berwarna cokelat
gelap, dan medulla renalis di bagian
dalam yang berwarna cokelat lebih
terang dibandingkan cortex. Bagian
medulla berbentuk kerucut yang
disebut pyramides renalis, puncak
kerucut tadi menghadap kaliks yang
terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis
renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi
menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan
bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron
terdiri dari :

D. Glomerolus
Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol
afferent yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent, Berfungsi
sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah
yang melewatinya.
E. Kapsula Bowman
Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk mengumpulkan
cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus.
F. Tubulus, terbagi menjadi 3 yaitu:
e. Tubulus proksimal
Tubulus proksimal berfungsi mengadakan reabsorbsi bahan-bahan
dari cairan tubuli dan mensekresikan bahan-bahan ke dalam cairan
tubuli.

f. Ansa Henle
Ansa henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U. Terdiri dari
pars descendens yaitu bagian yang menurun terbenam dari korteks
ke medula, dan pars ascendens yaitu bagian yang naik kembali ke
korteks. Bagian bawah dari lengkung henle mempunyai dinding
yang sangat tipis sehingga disebut segmen tipis, sedangkan
bagian atas yang lebih tebal disebut segmen tebal.
Lengkung henle berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan
tubulus dan sekresi bahan-bahan ke dalam cairan tubulus. Selain
itu, berperan penting dalam mekanisme konsentrasi dan dilusi urin.
g. Tubulus distal
Berfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.
h. Duktus pengumpul (duktus kolektifus)
Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan
nefron yang berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke
dalam medula untuk mengosongkan cairan isinya (urin) ke dalam
pelvis ginjal.

10. Persarafan ginjal.


Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf
ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam
ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang
masuk ke ginjal.
11. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm.
Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi
terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
e. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
f. Lapisan tengah lapisan otot polos.
g. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
h. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic
yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.

12. Vesika Urinaria (Kandung Kemih).


Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam
rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis
seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
e.Lapisan sebelah luar (peritoneum).
f. Tunika muskularis (lapisan berotot).
g.Tunika submukosa.
h.Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

13. Uretra.
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
d. Urethra pars Prostatica
e. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
f. Urethra pars spongiosa.
Pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).
Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan
vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
4) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika
urinaria mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter
urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
5) Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh
darah dan saraf.
6) Lapisan mukosa.

14. Air kemih (urine).


Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
k. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari
pemasukan(intake) cairan dan faktor lainnya.
l. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi
keruh.
m. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
n. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
o. Berat jenis 1,015-1,020.
p. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari
pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein member
reaksi asam).
q. Komposisi air kemih, terdiri dari:
r. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
s. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea
amoniak ,Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan
sulfat.
t. Pagmen (bilirubin dan urobilin).Toksin
.
H. Fisiologi Sistem Perkemihan
Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa
meningkatkan tekanannya (biasanya pada saat volume urine kira-kira 300
ml)makam reseptor pada dinding vesika urinaria akan memulai kontraksi
musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi secara involunter dan
dengan segera. Pada orang dewasa, keinginan berkemih dapat ditunda
sampai ia menemukan waktu dan tempat yang cocok. Walaupun
demikian, bila rangsangan sensoris ditunda terlalu lama, maka akan
memberikan rasa sakit.
Dengan demikian mulainya kontraksi musculus detrussor, maka terjadi
relaksasi musculus pubococcygeus dan terjadi pengurangan topangan
kekuatan urethra yang menghasilkan beberapa kejadian dengan urutan
sebagai berikut :
9. Membukanya meatus intemus
10. Erubahan sudut ureterovesical
11. Bagian atas urethra akan terisi urine
12. Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine
13. Musculus detrussor berkontraksi lebih kuat
14. Urine didorong ke urethra pada saat tekanan intraabdominal
meningkat
15. Pembukaan sphincter extemus
16. Urine dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong
Penghentian aliran urine dimungkinkan karena musculus
pubococcygeus yang bekerja di bawah pengendalian secara volunteer :
5. Musculus pubococcygeus mengadakan kontraksi pada saat urine
mengalir
6. Vesica urinaria tertarik ke atas
7. Urethra memanjang
8. Musculus sprincter externus di pertahankan tetap dalam keadaan
kontraksi.
Apabila musculus pubococcygeus mengadakan relaksasi lahi maka
siklus kejadian seperti yang baru saja diberikan di atas akan mulai lagi
secara otomatis.
Fungsi sistem homeostatis urinaria:
7. Mengatur volume dan tekanan darah dengan mengatur banyaaknya
air yang hilang dalam urine, melepaskan eritropoietin dan melepaskan
rennin.
8. Mengatur konsentrasi plasma dengan mengontrol jumlah natrium,
kalium, klorida, dan ion lain yang hilang dalam urin dan mengontrol
kadar ion kalsium.
9. Membantu menstabilkan pH darah, dengan mengontrolkehilanganion
hydrogen dan ion bikarbonat dalam urin.
10. Menyimpan nutrient dengan mencegah pengeluaran dalam urin,
mengeluarkan produk sampah nitrogen seperti urea dan asam urat.
11. Membantu dalam mendeteksi racun-racun.
12. Mekanisme pembentukan urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit
terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi).
Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini
hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan
sebagian diserap kembali.
Transpor urin dari ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam
kandungan kemih

I. Tahap – tahap Pembentukan Urine


4. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent
lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah,
sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman
yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke seluruh ginjal.
5. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara
pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus
atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali
penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan
diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya
terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya
dialirkan pada pupila renalis.
6. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus
pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion
Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di
bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria
(kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine
sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari
tubuh melalui uretra.
Urin yang keluar dari kandungan kemih mempunyai komposisi utama
yang sama dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak
ada perubahan yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak
mengalir melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih.
J. Pengaturan asam basa pada sistem perkemihan
Pengaturan keseimbangan ion hydrogen dalam beberapa hal sama
dengan pengaturan ion-ion lain dalam tubuh. Sehinggah contoh, untuk
mencapai homeostatis. Harus ada keseimbangan antara asupan atau
produksi ion hydrogen dan pembuangan ion hydrogen dari tubuh. Dan
seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam
pengaturan-pengaturan ion hydrogen. Akan tetapi, pengaturan
konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh
lebih banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion hydrogen oleh ginjal.
Terdapat juga banyak mekanisme penyangga asam basa yang
melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk
mempertahankan konsentrasi ion hydrogen normal dalam cairan
ekstraseluler dan intraseluler.
Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur
konsentrasi ion hydrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol
sekresi ion hydrogen ginjal dan reabsorpsi, produksi, dan ekskresi ion-ion
bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci system kontrol
asam basa dalam berbagai cairan tubuh.
Konsentrasi ion hydrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan
yang terjadi pada asidosis dan alkalosis. Konsentrasi ion hydrogen darah
secara normal dipertahankan dalam batas ketat suatu nilai normal sekitar
0,00004 mEq/liter (40 nEq/liter ). Variasi normal hanya sekitar 3 sampai 5
mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim, konsentrasi ion hydrogen
yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai setinggi 160 nEq/liter
tanpa menyebabkan kematian.
Karena konsentrasi ion hydrogen normalnya adalah renfah dan dalam
jumlah yang kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hydrogen
disebutkan dalam skala logaritma, dengan menggunakan satuan pH. pH
berhubungan dengan konsentrasi ion hydrogen.
pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan
interstitial sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida yang
disebabkan dari jaringan untuk membentuk H2CO2 karena pH normal
darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat pH turun
dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4.
Batas rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam
adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0.
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena
metabolism sel menghasilkan asam, terutama H2CO3. Bergantung pada
jenis sel, pH cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4.
Hipoksia jaringan dan aliran darah yang buruk ke jaringan dapat
menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat menurunkan pH
intraseluler.
pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam
basa cairan ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang
bersifat asam adalah HCL yang diekskresikan kedalam lambung oleh
oksintik ( sel-sel parietal ) dari mukosa lambung.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERKEMIHAN
Pengkajian sistem perkemihan
C. Anamnesa
6) Keluhan Utama :Nyeri, Keluhan Miksi, Hematuria, dll
7) Keluhan Disfungsi seksual
8) Riwayat Kesehatan saat ini &sebelumnya
9) Psikososiopritual
10)Status Emosi, Kognitif, Perilaku, Konsep Diri, Sosial- Ekonomi
D. Pemeriksaan fisik
5) Inspeksi
Hasil normal : abdomen bawah flat (datar), tidak ada distensi,
orifisium eksternal uretra berwarna merah muda tanpa disertai
adanya pengeluaran pus, & cairan yang kontraindikasi .
Inspeksi adanya kesimetrisan dan batasan. Ketidaksimetrisan
atau adanya pembesaran pada daerah pinggang atau
abdomen atas  hidronefrosis, tumor retroperitoneum .
6) Palpasi
d. Ginjal sukar dipalpasi namun pada yg kurus lebih mudah
e. Pria lebih sulit drpd wanita (otot perut pria lebih keras
f. Posisi supinasi, satu tangan mengangkat dan tangan yang
lain menekan
Temuan: nyeri tekan, teraba massa  hipertropi kompensasi,tumor, dll
7) Perkusi
d. Hasil normal : flat pada daerah diatas simpisis pubis dan
timpani dibagian bawah abdomen, tidak teraba lunak pada
daerah posterior kanan atau kiri atas pada sudut
costovertebra
e. Bunyi perkusi akan berubah dari timpani ke dullness pada
saat kandung kemih terisi penuh
Perkusi Abnormal:
Tumpul: pada anterior dan posterior  adanya masa pada
renal.
Lembut : ketika renal mengalami trauma
Dalam : mengindikasikan adanya hemoragic
f. Adanya keluhan nyeri: mengindikasikan pielonefritis, batu
renal, pelvis atau ureter
8) Auskultasi
e. Hasil normal: tidak terdapat suara bruit pada arteri renal
pada posterior atau anterior bagian atas kanan maupun kiri
dari sudut costovertebra.
f. Hasil abnormal: Bunyi bruit pada bagian kiri atas umbilikus.
g. Bruit mengindikasikan adanya stenosis arteri renal,
aneurisma, atau malformasi arterivena.
h. Jika bunyi bruit terdengar hindari tindakan palpasi yang
terlalu dalam

Pemeriksaan diagnostik
Urinalisis, Tes untuk memeriksa keberadaan protein, glukosa, sel-sel
darah dan badan keton dalam urine
6. Pemeriksaan fungsi ginjal
c. Pemeriksaan klirens kreatinin : Menunjukkan kemampuan filtrasi
glomerulus, mengukur volume darah dengan kreatinin yang telah
dibersihkan dalam 1 menit. Indikator yang pekat untuk penyakit
ginjal dini
d. Pemeriksaan kadar kreatinin serum :
Pemeriksaan fungsi ginjal yang mencerminkan keseimbangan atar
produksi dan filtrasi oleh glomerulus
7. Pemeriksaan kadar ureum (Blood urea Nitrogen):
Menilai fungsi ginjal. Kadar ureum serum bergantung pada produksi
ureum tubuh dan aliran urin.
8. USG Ginjal/Foto polos Abdomen
Untuk menentukan ukuran, bentuk ginjal, gerakan ginjal dan hubungan
ginjal dengan jaringan sekitarnya seperti adrenal gland, mendeteksi
massa, batu ginjal, kista, atau obstruksi dan kelainan lainnya.
Juga untuk melihat renal masses, untuk membedakan
apakah cystic atau solid mass dan ukuran dari mass tersebut
9. BNO-IVP
BNO/ KUB (Kidney Ureter Blader) dan IVP (intravenous pyelography) 
adalah salah satu pemeriksaan radiologi untuk melihat saluran kemih.
IVP : Penyuntikan medium kontras intravena. setelah foto polos
abdomen . Medium kontras bersirkulasi melalui aliran darah dan
jantung menuju ginjal dimana medium diekskresikan
10. Analisa Batu
Untuk mengetahui jenis batu dan mencegah rekurensi
BAB III
PENUTUP

C. Kesimpulan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Anatomi Sistem Perkemihan
5. Ginjal (Ren)
6. Ureter
7. Vesika Urinaria (Kandung Kemih).
8. Uretra.
Fisiologi Sistem Perkemihan
Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa
meningkatkan tekanannya (biasanya pada saat volume urine kira-kira
300 ml)makam reseptor pada dinding vesika urinaria akan memulai
kontraksi musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi secara
involunter dan dengan segera.
Tahap – tahap Pembentukan Urine
a. Proses filtrasi, darah kecuali protein, cairan yang tersaring
ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari
d. Proses reabsorpsi
e. Augmentasi (Pengumpulan)
D. Saran
Diharapkan agar dapat memberi masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun tentang Anatomi Fisiologi dalam konteks pelayanan
kebidanan khususnya konsep Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan .

DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis . Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama.
Sander, Mochamad Aleq . 2004. Patologi Anatomi . Jakarta : Rajawali Pers.
Sobotta. Atlas Anatomi Manusia Ed.1.Jakarta : EGC.
Syaifuddin. 2003 . Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Wibowo, Daniel S . 2005 . Anatomi Tubuh Manusia . Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai