Oleh
Retno Ika Ningtiyas
NIM: 1905111182
DOSEN PENGAMPU:
UNIVERSITAS RIAU
2021
A. DISTRIBUSI STATISTIK BINOMIAL
1. Pengertian Distribusi Statistik Binomial
Distribusi binomial adalah suatu ditribusi yang terdiri dari dua kelas (dua
peristiwa yang biasanya saling berkomplemen) (Coleman & Fuoss, 1955).
Distribusi binomial adalah distribusi yang menghasilkan kejadian sukses atau
gagal. Ditribusi binomial tidak sanggup mengatasi permasalahan permasalahan
yang sulit (kejadian yang banyak). Binomial digunakan dalam kasus variabel acak
(random). Artinya, kelompok sampel yang digunakan harus mandiri dan tidak
terpengaruh hal-hal lain. Jadi jika dalam suatu populasi dengan jumlah n terdapat
1 kelas yang berkategori x maka kelas yang lain adalah yang berkategori n-x.
Probabilitas untuk memperoleh nilai dirumuskan :
𝒏
𝑷𝑿 = ( ) 𝑷𝑿𝑸𝒏−𝒙
𝒙
Keterangan :
P : Proporsi kasus yang diharapkan dalam salah satu kategori dan kategori
lainnya adalah Q dimana Q = 1 – P
n : Jumlah anggota populasi
( 𝑛 ) : kombinasi x dala n, maka = 𝒏!
𝑥 𝒙!(𝒏−𝒙 )!
n! : n faktorial yang nilainya = n (n-1) (n-2)...
Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri
atas dua kelompok kelas, datanya berbentuk nominal dan jumlah sampelnya
kecil.
2. Aplikasi Distribusi Statistik Binomial
Distirbusi ini sering kali digunakan untuk memodelkan jumlah keberahsilan pada
jumlah sampel n dari jumlah populasi N. Apabila sampel tidak saling bebas (tak
ini pengambilan sampel tanpa pengembalian), distribusi yang dihasilkan adalah
distribusi hipergeometrik, bukan binomial. Semakin besar N dari pada n, distribusi
binomial meruapakan pendekatan yang baik dan banyak digunakan. Dari
pembuktian dengan menggunakan simulasi, dapat dibuktikan bahwa semakin
besar ukuran sampel maka hasilnya akan mendekati distribusi normal.
3. Contoh Kasus Distribusi Statistik Binomial
Menemukan nilai peluang jika p ≤ 0,50
Misalkan kamu adalah seorang manajer dan mendapat laporan bahwa rata-rata
produk yang rusak setiap tahun adalah 10 %. Jika kamu akan mengambil 5 sampel
produk, berapa kemungkinan 1 produk yang kau pilih tersebut rusak ?
Jawab :
x=1
n=5
p=1
10 = 0,1
q = 1 – 0,1 = 0,9
P (x) = 𝑛 !
( 𝑛−𝑥 )!𝑥! 𝑃𝑥𝑞𝑛−𝑥
P (3) = 5!
0,11 𝑥 0,95−1
( 5−1 )!5!
𝑊𝑁 (n1) = 𝑛!
𝑛1!.𝑛2! 𝑃𝑛1 𝑞𝑛2
6! 1 1 5 5
= ( ) ( )
1!.5! 6 6
3125
= 7776
W6 (1) = 0,4102
c. Pertimbangkan permainan dimana 6 dadu benar di lempar, tentukan
peluang diperbolehkannya setidaknya satu kartu as !
Jawab :
Probabilitas/peluang mendapatkan sekurang-kurangnya satu as adalah satu
diukur probabilitas untuk tidak mendapatkan satupun, atau
5
P = 1 – ( )6
6
= 1 – 0,334
P= 0,665
Penyelesaian:
Dik :
n= 500
p= 0,01
µ=nxp
µ = 500 x 0,01
µ=5
Dit :
a) P ? pada x = 5
b) P ? pada x<3
c) P? Pada x>2
Jawaban :
a) P ? pada x = 5
.µ
P (x ; µ) = 𝒆−µ 𝒙
𝑿!
2,71828 −5 .55
P (5 ; 5) = 5!
21,0561551894375
P (5 ; 5) = 120
P (5;5) = 0,1754 atau 17,54 %
b) P ? pada x<3
∑P = P (x=0) + P(x=1) + P (x=2) + P (x=3)
P(x=0) P(x=1)
−𝜇 𝑥 −𝜇 𝑥
𝑃 (𝑥, 𝜇 ) = 𝑒 . 𝜇 𝑃(𝑥, 𝜇 ) = 𝑒 . 𝜇
𝑥! 𝑥!
2,718282−5 . 50 2,718282−5 . 51
𝑃(0,5) = 𝑃 (1,5) =
0! 1!
0,00673796966062 . 1 0,00673796966062 . 5
𝑃(0,5) = 𝑃 (1,5) =
1 1
P(x=2) P(x=3)
−𝜇 𝑥 −𝜇 𝑥
𝑃(𝑥, 𝜇) = 𝑒 . 𝜇 𝑃(𝑥, 𝜇) = 𝑒 . 𝜇
𝑥! 𝑥!
2,718282−5 . 52
𝑃(2,5) = 2,718282−5 . 53
2! 𝑃 (3,5) =
0,00673796966062 . 25 3!
𝑃(2,5) =
2×1
0,1684492415155 0,00673796966062 . 125
𝑃 (2,5) = 𝑃 (3,5) =
2 3×2×1
𝑃 (2,5) =0,08422462075775 0,8422462075775
𝑃 3,5) =
(
6
𝑃 (3,5) =0,1403743679295833
∑𝑷 = 0,265
c) P ? Pada x>2
∑𝑃 = 𝑃( 𝑥 = 2) + 𝑃(𝑥 = 3) + 𝑃(𝑥 = 4) + 𝑃(𝑥 = 5)
P(x=2) P(x=3)
𝑃(𝑥, 𝜇 ) = 𝑒−𝜇 . 𝜇𝑥 −𝜇
𝑃(𝑥, 𝜇 ) = 𝑒 . 𝜇
𝑥
𝑥! 𝑥!
2,718282−5 . 52 2,718282−5 . 53
𝑃 (2,5) = 𝑃(3,5) =
2! 3!
0,00673796966062 . 25
𝑃 (2,5) = 0,00673796966062 . 125
2×1 𝑃 (3,5) =
3×2×1
0,1684492415155
𝑃 (2,5) = 0,8422462075775
2 𝑃(3,5) =
6
𝑃(2,5) =0,08422462075775
𝑃(3,5) =0,1403743679295833
P(x=4) P(x=5)
𝑃(𝑥, 𝜇) = 𝑒−𝜇 . 𝜇𝑥 −𝜇
𝑃(𝑥, 𝜇) = 𝑒 . 𝜇
𝑥
𝑥! 𝑥!
2,718282−5 . 54 2,718282−5 . 55
𝑃(4,5) = 𝑃 (5,5) =
4! 5!
0,00673796966062 .625 0,00673796966062 .3.125
𝑃(4,5) = 𝑃(5,5) =
4×3×2×1 5×4×3×2×1
4,2112310378875 21,0561551894375
𝑃 (4,5) = 𝑃(5,5) =
24 120
∑𝑷 = 0,57551
U = - 𝜇⃗ • 𝐵⃗
= -𝜇𝐵 cos 𝜃
Dengan θ adalah sudut antara momen magnetic dan medan magnet. Karena
hanya ada dua arah orientasi momen magnetic yang dijinkan yaitu searah
medan magnet (θ = 0) dan berlawanan dengan arah medan magnet ( = π ),
maka tembahan energy atom dengan momen magnetic searah medan magnet
adalah
𝑈↑ = - 𝜇𝐵
Dan tambahan energy atom dengan momen magnetic berlawanan arah medan
magnet adalah :
𝑈↓ = - 𝜇𝐵
b. Tinjau suatu gas atom hidrogen pada suhu ruang. Berapakah populasi
relatif keadaan eksitasi pertamanya pada E = 10,2 eV? Berapa banyakkah
Hidrogen yang diperlukan agar diperoleh suatu nilai probabilitas yang pantas
untuk menemukan satu atom Hidrogen berada pada keadaan eksitasi
pertamanya? Jawab :
Dari kajian kita mengenai atom Hidrogen kita ketahui bahwa degenerasi
tingkat energinya adalah 2𝑛2. Jadi untuk keadaan dasar (n = 1), nilai g = 2,
dan untuk keadaan eksitasi pertama (n= 2) nilai g = 8. Karena tetapan A sama
nilainya bagi kedua keadaan ini, maka:
−(𝐸1− 𝐸
𝑃(𝐸1) 𝑔(𝐸1) 2)
= 𝑒 𝑘𝑇
𝑃(𝐸2) 𝑔(𝐸2)
𝑃(𝐸1) −10,2 𝑒𝑉
8
𝑃(𝐸2) = 2 𝑒 0,00252 𝑒𝑉
−405
=4𝑒
= 0,6 𝑥 10−175
Dengan demikian, untuk memperoleh satu atom Hidrogen pada
keadaanekstasi pertama, kita memerlukan 1,7 x 10 −175
buah atom, atau
sekitar 3 x 10 148
kg, suatu jumlah massa yang lebih besar dari pada massa
alam semesta.
c. Pada suhu berapakah kita perkirakan dapat menemukan 10,0 persen atom
gas Hidrogen berada pada keadaan eksitasinya?
Jawab:
Sekarang kita persyaratkan 𝑃(𝐸1)
𝑃(𝐸2)
=
0,100 dan kemudian mencari
900
pemecahannya bagi
T 0,111 = 4 𝑒−10,2
𝑒𝑉/𝑘𝑇 kT = 2,85 eV
T = 3,30 x 104 K
Jika suatu sistem hanya terdiri dari jumlah partikel yang relatif kecil, nilai
rata-rata bilangan okupasi tingkat energi dapat dihitung tanpa banyak kesulitan,
bila jumlah total partikel dan energi total adalah tetap. Bila jumlahnya sangat
besar, seperti dalam model statistik sistem makroskopik, perhitungan langsung
tidak mungkin dilakukan.
b. Radiasi Benda
Hitam
Radiasi elektromagnetik yang berada dalam suatu ruang tertutup
bertemperatur tetap dapat dipertimbangkan sebagai suatu sistem foton-foton
dengan berbagai nilai energi. Dan karena foton-foton memiliki momentum
angular integral dalam satuan h/2p maka mereka akan secara alami
berkelakuan sebagai boson dan dapat diasumsikan bahwa suatu gas foton akan
memiliki distribusi energi yang diberikan oleh statistik BoseEinstein. Akan
tetapi, terdapat dua hal yang harus diperhatikan.
Pertama, foton dapat diserap dan dipancarkan kembali oleh dinding
lingkungan tertutup yang bertemperatur tetap, dengan demikian jumlah foton
dalam lingkungan tersebut tidaklah tetap. Dengan demikian kondisi
∑𝑠 𝑛𝑠 = N atau ∑𝑠 𝑑𝑛𝑠= 0 dalam
𝑑 ln 𝑊 + 𝛼 ∑𝑠 𝑑𝑛𝑠 + β ∑𝑠 ∈𝑠 dns = 0 (1)
tidak dapat terpenuhi.
Agar Persamaan 1) masih dapat berlaku maka perlu dipilih bahwa α=0
sehingga A=1. Kedua, energi foton berbentuk hν, di mana ν adalah frekuensi
radiasi. Oleh karena itu lebih memudahkan apabila distribusi energi
diungkapkan dalam frekuensi atau panjang gelombang foton. Dengan
menggunakan rumusan panjang gelombang de Broglie:
= ℎ → p = ℎ =ℎ −1 = dp = - ℎ d
2
𝑝
Dengan menggunakan elemen ruang fasa enam dimensi
ℎ ℎ 3
dT = 4𝜋𝑉𝑃 2 dp = 44𝜋𝑉 ( )2 (−ℎ 𝑑 ) = -4 𝜋𝑉 d
2 4
Jumlah Keadaan energi dalam rentang λ sampai λ +d λ tiap volume: (dengan
mengambil nilai positif) :
g (d ) d = = 4𝜋 d
𝑑𝑇
3
ℎ3
Selanjutnya karena setiap foton memiliki kemungkinan polarisasi pada dua
arah maka jumlah keadaan energi yang diperbolehkan atau mode, dalam
rentang antara λ dan λ + dλ, untuk setiap satuan volume adalah
g ()d =2 8𝜋 d = 8𝜋 d (2)
4 4
Melalui distribusi Bose Einstein, dimana energinya hν=(hc)/λ dan Persamaan
sebelumnya A sama dengan 1. diperoleh:
𝑔𝑠 𝑔𝑠 (3)
𝑛𝑠 = ℎ𝑣/𝑘𝑇 = ℎ𝑐/𝑘𝑇
𝑒 −1 𝑒 −1
Jumlah foton dalam rentang panjang gelombang antara λ dan λ+dλ adalah :
n () d = 8𝜋 d 1
(4)
4 𝑒 ℎ𝑐/𝑘𝑇 −1
Dimana c adalah kecepatan cahaya. Distribusi spektral dari energi pada gas
foton dapat didefenisikan dalam bentuk E(λ), energi radiasi dalam rentang
panjang gelombang antara λ dan λ + dλ :
E ()d = n () hv
Karena energi setiap foton hν.
Dengan mensubsitusikan nilai n(λ) dλ dari Persamaan (4), diperoleh energi
radiasi dalam rentang panjang gelombang antara λ dan λ + dλ adalah :
8𝜋ℎ𝑐
E ()d = d (5)
5 𝑒 ℎ𝑐/𝑘𝑇 −1
Ekspresi dalam persamaan (5) dikenal sebagai Hukum Radiasi Planck untuk
distribusi spektral dari energi radiasi dalam suatu lingkungan tertutup
bertemperatur konstan.
3. Contoh Kasus Distribusi Bose-Einstein
a. Sebuah Sistem essambly mempunyai energi tingkat j terdiri dari 3 keadaan (gj
= 3) dan 2 partikel (Nj=2).
1) Hitunglah kemungkinan distribusi jika system tersebut memenuhi keadaan
statistik Bose-Einstein
2) Gambarkanlah kemungkinan distribusi dari partikel diantara keadaan
tersebut (1)
Jawab:
(𝑔𝑗+ 𝑁
𝑗−1) !
1) Wi= (𝑔𝑗−1) !𝑁!
(3+2−1)!
Wi = (3−1)!2!
=6
2) Misalkan gj dan Nj adalah aa
aa
Aa
aa
a A
A a
a a
(4+3−1)!
Wi = (4−1)!3!
(6)!
Wi = (3)!3!
Wi = 20
1
𝑓(𝐸) =
(𝐸 − 𝐸𝐹 )
exp[ ⁄ 𝑘𝑇] +
1
b. Pengaplikasian Fermi-Dirac Pada Suhu T> 0° 𝐾
Jika T > 0 maka sudah mulai ada fermion yang memiliki energy di atas energy
Fermi. Sebagai konsekuensinya, jumlah fermion yang memilikki energy di
bawah energy Fermi mulai berkurang. Tetapi belum ada fermion yang
memiliki energi jauh diatas energy Fermi dan belum ada electron yang
memiliki energy jauh dibawah energy Fermi meninggalkan temoat semula.
Akibat terjadi distorsi fungsi Fermin-Dirac hanya di sekitar energy fermin
saja. Distorsi tersebaut hanya berada pada daerah yang ordenya sekitar kT di
sekitar energy fermin.
3. Contoh Kasus Distribusi Statistik Fermi-Dirac
a. Sebuah Sistem essambly mempunyai energi tingkat j terdiri dari 3
keadaan (gj= 3) dan 2 partikel (Nj=2)
1) Hitunglah kemungkinan distribusi jika system tersebut memenuhi
kaedah statistik Fermi-Dirac
2) Gambarkanlah kemungkinan distribusi dari partikel diantara keadaan
tersebut
Jawab :
𝑔𝑗 !
1) Wi =
(𝑔𝑗 −𝑁𝑗)!𝑁𝑗!
3!
Wi =
(3−2)!2!
Wi = 3
2) Misalkan gj dan Nj adalah (X,X)
X X
X X
X X
b. Hitunglah energi Fermin Ef dari logam
Natrium Jawab :
Nilai ini dapat ditentukan dari kerapatan atom natrium dan massa natrium.
𝑁𝐴
𝑁
= Jumlah atom per volume = 𝜌
𝑉 𝑀
6,02 𝑋 1023
= 0,971 x 23,0
= 2,54 𝑋 1022
= 2,54 𝑋 1028 𝑚 −3
ℎ
𝐸𝑓 = − 2 3𝑁
2𝑚 (8𝜋𝑉)2/3
(ℎ𝑐)2 3 𝑥 2,54 𝑥 1028
= 2𝑚𝑐 2 ( 8𝜋 )2/3
(1240 𝑒𝑉.𝑛𝑚)
= 2 (2,09 𝑥 1018 )(10−9 )2/3
2(0,511 𝑥 106)
= 3,15 𝑒𝑉
c. Sebuah Sistem essambly mempunyai energi tingkat j terdiri dari
34keadaan (gj= 4) dan 2 partikel (Nj=2)
Hitunglah kemungkinan distribusi jika system tersebut memenuhi kaedah
statistik Fermi-Dirac
Jawab:
𝑔𝑗 !
Wi =
(𝑔𝑗 −𝑁𝑗)!𝑁𝑗!
4!
Wi =
(4−2)!2!
Wi = 6
DAFTAR PUSTAKA